Vous êtes sur la page 1sur 5

KLASIFIKASI PEMBINAAN DUKUN BAYI

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:
1. Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang
ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidandapat memberikan imbalan jasa yang sasuai
apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam
perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat
kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan


Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang
pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan,persalinan, nifas, dan rujukan
merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda
bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:


a. Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu
tua (lebih 35 tahun), tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat persalinan buruk
(perdarahan, operasi, dan lain-lain)

b. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan


Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam
tinggi; bengkak pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum waktunya;
frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus; dan tidak mau makan

c. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan


Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas, perdarahan
melalui jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami
kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah atau mengalami
kesakitan yang hebat.

d. Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas


Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir;
demam lebih dari dua hari; bengkak pada muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejang-kejang; payudara
bengkak disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa.

3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan


a. Tetanus neonatorum
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada
kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah satu bulan.
Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada,
sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap
kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium tetani. Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di
bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di
masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril. Gejala tetanus di awali
dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan
kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha.
Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan
alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,
sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.

Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :


1. Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.
2. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3. Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
4. Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :


1. Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
2. Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau diberi bermacam-macam ramuan.
4. Penyuluhan Gizi dan KB
a. Gizi pada ibu hamil.
Ø Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima sempurna.
Ø Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
Ø Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-
lain.
Ø Tidak ada pantangan makan selama hamil.
Ø Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
b. Gizi pada bayi
1) Usia 0-6 bulan
Ø Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun malam.
Ø Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).
Ø Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
2) Usia 6-9 bulan
Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam bentukm lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim
lumat
3) Usia 9-12 bulan.
Ø Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim dan nasi lembik.
Ø Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
Ø Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan
lain- lain.
Ø Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring

Penyuluhan KB
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga
kesehatan ibu serta mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilantidak terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun
Macam alat kontrasepsi
1) Untuk suami : Kondom dan Vasektomi
2) Untuk istri : pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.

5. Pencatatan kelahiran dan kematian


Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan
Kelurahan.

HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PEMBINAAN DUKUN


Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di masyarakat di antaranya adalah
sebagai berikut :
a. Sikap dukun yang kurang kooperatif
b. Kultur yang kuat
c. Sosial ekonomi
d. Tingkat pendidikan

a. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif


Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan malu apabila di latih oleh bidan,
dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan bukan untuk melakukan
perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk
bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru dalam
pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai
ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan bayi.
b. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
· Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
· Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
· Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
· Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.
· Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
· Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat, misalnya pamong desa, para petua
– petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan
pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada masyarakat,
dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama
kesehatan ibu dan bayi.
c. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah cenderung mencari
pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang
pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya
dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat tentang biaya persalinan di
tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan
masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga
kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk
tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan ambulans desa.
d. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan mempunyai latar belakang
pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit
untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi setempat untuk
melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan
dukun, sehingga mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai
kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

Vous aimerez peut-être aussi