Vous êtes sur la page 1sur 26

RESUME MATA KULIAH ELEKTIF

Disusun oleh :
Arinda Dwi Nur Cahyani
1620009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya


kelompok saya bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang di harapkan.
Di dalam makalah ini tentang “Resume Elektif”. Pada penulisan makalah ini saya
menggunakan bahasa sederhana dan mudah di mengerti sehingga dapat dengan
mudah di cerna dan di ambil inti sari dari materi.

Demikian saya sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun


demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang
mata kuliah keperawatan keluarga.

Surabaya, 30 Maret 2019

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi Kulit .......................................................................................... 3
2.2. Definisi Luka .......................................................................................... 4
2.3. Pengertian Ulkus Kaki Diabetes (UKD) dan arterial Ulcer .................... 4
2.4. Definisi Vena Ulkus ................................................................................ 4
2.5. Definisi arteri ulcer ................................................................................. 5
2.6. Definisi Luka kaki Diabetic .................................................................... 5
2.7. Definisi Luka decubitus .......................................................................... 5

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1. Lapisan-Lapisan Kulit ............................................................................. 6
3.2. Fungsi Kulit ............................................................................................ 7
3.3. Jenis-Jenis Luka ...................................................................................... 8
3.4. Macam-macam luka ................................................................................ 8
3.5. Tahap proses penyembuhan luka ............................................................ 9
3.6. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka .................................. 9
3.7. Tanda dan Gejala .................................................................................... 9
3.8. Penyebab Arterial Ulcers ........................................................................ 10
3.9. Pengkajian Arterial Ulcers ..................................................................... 10
3.10. Management Arterial Ulcers ................................................................... 10
3.11. Manifestasi Klinis ulkus vena ................................................................. 11
3.12. Factor resiko utama terjadinya luka vena
(COLLINS and SERAJ,2010): ............................................................... 11
3.13. Manajemen Vena Ulcers ........................................................................ 12
3.14. Tanda dan Gejala Arterial Ulcer ............................................................. 13
3.15. Penyebab Arterial Ulcers ........................................................................ 13
3.16. Pengkajian Arterial Ulcers ..................................................................... 13
3.17. Management Arterial Ulcers .................................................................. 14
3.18. Etiologi Diabetes Melitus ....................................................................... 15
3.19. Patofisiologi Diabetes Melitus ................................................................ 16
3.20. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus ....................................................... 18

iii
3.21. Tanda dan Gejala Diabates Melitus ........................................................ 18
3.22. Perawatan Kaki Diabetic......................................................................... 19

BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 21
4.2. Saran .......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal ditandai oleh
penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat yang
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata. Jumlah penduduk merupakan ancaman dan tekanan
terbesar di lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu variable yang kerap
mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat.
Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan, genetik, lingkungan
menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja lapisan-lapisan kulit?
2. Apa saja fungsi kulit?
3. Apa saja jenis-jenis luka?
4. Apa saja macam-macam luka?
5. Bagaimana tahap proses penyembuhan luka?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka?
7. Bagaimana tanda dan gejala?
8. Apa saja penyebab arterial ulcers?
9. Bagaimana pengkajian arterial ulcers?
10. Bagaimana management arterial ulcers?
11. Apa saja manifestasi klinis ulkus vena?
12. Apa saja faktor utama terjadinya luka vena?
13. Bagaimana manajemen vena ulcers?
14. Apa saja tanda dan gejala arterial ulcers?
15. Apa saja penyebab arterial ulcers?
16. Bagaimana pengkajian arterial ulcers?
17. Bagaimana manajemen arterial ulcers?
18. Apa saja etiologi diabetes melitus?
19. Bagaimana patofisiologi diabetes melitus?
20. Bagaimana manifestasi klinis diabetes melitus?
21. Apa saja tanda dan gejala diabetes melitus?
22. Bagaimana perawatan kaki diabetic?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui lapisan-lapisan kulit.
2. Agar mahasiswa mengetahuifungsi kulit.
3. Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis kulit.
4. Agar mahasiswa mengetahuimacam-macam luka.
5. Agar mahasiswa mengetahuitahap proses penyembuhan luka
6. Agar mahasiswa mengetahuifaktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka
2

7. Agar mahasiswa mengetahuitanda dan gejala


8. Agar mahasiswa mengetahuipenyebab arterial ulcers
9. Agar mahasiswa mengetahuipengkajian arterial ulcers
10. Agar mahasiswa mengetahuimanagement arterial ulcers
11. Agar mahasiswa mengetahuimanifestasi klinis ulkus vena
12. Agar mahasiswa mengetahuifaktor utama terjadinya luka vena
13. Agar mahasiswa mengetahuimanagement vena ulcers
14. Agar mahasiswa mengetahuitanda dan gejala arterial ulcers
15. Agar mahasiswa mengetahuipenyebab arterial ulcers
16. Agar mahasiswa mengetahuipengkajian arterial ulcers
17. Agar mahasiswa mengetahuimanagement arterial ulcers
18. Agar mahasiswa mengetahuietiologi diabetes melitus
19. Agar mahasiswa mengetahuipatofisiologi diabetes melitus
20. Agar mahasiswa mengetahuimanifestasi diabetes melitus
21. Agar mahasiswa mengetahuitanda dan gejala diabetes melitus
22. Agar mahasiswa mengetahuiperawatan kaki diabetic
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar
yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia
danmerupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kirakira
15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m2. Kulitsangat
kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi padakeadaan iklim, umur,
seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuhserta memiliki variasi
mengenai lembut, tipis, dan tebalnya. Rata-ratatebal kulit 1-2m. Paling tebal (6
mm) terdapat di telapak tangan dankaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di
penis. Kulit merupakanorgan yang vital dan esensial serta merupakan cermin
kesehatan dankehidupan (Djuanda, 2007). Kulit terbagi atas dua lapisan utama,
yaitu epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar dan dermis
(korium,kulit,kulit jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak di
bawah dermis.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang
paling tebal beruukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak
tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak
mata,pipi,dahi dan perut. Karena ukurannya yang tipis, jika kita terluka bisanya
mengenai bagian setelah epidermis yaitu dermis. Dermis terutama terdiri dari
bahan dasar serabut kolagen dan elastis. Serabut kolagen dapat mencapai 72
persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.
Pada bagian dalam dermis terdapat adneksa-adneksakulit. Adneksa kulit
merupakan struktur yang berasal dari epidermis tetapi bderbah bentuk dan
fungsinya, terdiri dari folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran
keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rabut, ujung pembuluh darah dan
serabut saraf, juga sabagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak
bawah kulit (subkutis/hipodermis).
4

2.2 Definisi Luka


Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang
disebabkan kontak dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api,
radiasi, dan listrik), hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis.
Luka menyebabkan gangguan pada fungsi dan struktur anatomi tubuh.
Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dapat diklasifikasikan
menjadi luka akut dan kronik.
2.3 Pengertian Ulkus Kaki Diabetes (UKD) dan arterial Ulcer
UKD adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam
dermis, yang biasanya terjadi di telapak kaki, karena disfungsi makro vaskuler
dan mikro vaskuler serta kerusakan perfusi jaringan pada diabetes melitus.
UKD dapat dibagi menjadi: neuropathic ulcer, ischaemic ulcer dan
neuroischaemic ulcer (Paul et al., 2013). UKD merupakan luka terbuka pada
lapisan kulit sampai kelapisan dermis yang terjadi pada kaki, diakibatkan
disfungsi makro vaskuler dan mikro vaskuler serta kerusakan perfusi jaringan
pada diabetes melitus.
Arterial ulcers biasa juga disebut ischemic ulcer merupakan luka pada kaki
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya perfusi pada kaki. Hal ini disebabkan
oleh sumbatan partial atau total artery yang menyuplai darah ke extremitas
inferior. Penyakit paling umum yaitu arteriosclerosis, dimana dinding arteri
menjadi menebal, biasa juga disertai dengan atherosclerosis dimana terjadi
pembentukan plak pada lapisan terdalam dari pembuluh darah.

2.4 Definisi Vena Ulkus


Ulkus Vena adalah kondisi medis yang ditandai dengan luka yang
bertahan lama, tidak menyembuh, bentuk tidak beraturan pada tungkai atau
kaki yang memerlukan waktu lebih dari enam minggu untuk sembuh akibat
tekanan darah tinggi yang menetap pada vena-vena tungkai yang menyebabkan
kerusakan pada kulit.Sekitar 75% ulkus tungkai terjadi karna insufisiensi vena
yang kronis (Brunner & Suddarth,2002).
5

2.5 Definisi arteri ulcer


Arterial ulcers biasa juga disebut ischemic ulcer merupakan luka pada kaki
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya perfusi pada kaki. Hal ini disebabkan
oleh sumbatan partial atau total artery yang menyuplai darah ke extremitas
inferior. Penyakit paling umum yaitu arteriosclerosis, dimana dinding arteri
menjadi menebal, biasa juga disertai dengan atherosclerosis dimana terjadi
pembentukan plak pada lapisan terdalam dari pembuluh darah.

2.6 Definisi Luka kaki Diabetic


Luka kaki diabetic, didefinisi kan sebagai luka yang mengalami kegagalan
proses perbaikan integritas jaringan sesuai dengan fungsi anatomi dan biasanya
berlangsung selama periode lebih dari 3 bulan. Luka kronik diabetic ditandai
dengan pemanjangan fase proliferasi, sehingga luas luka tidak berkembang,
walaupun teleh mendapatkan perawatan luka yang optimal dan seharusnya
mengecil menjadi kurang lebih 30% dari ukuran awal pada minggu ke – 4.
Luka kronik cenderung berlaku lama dan sering timbul kembali, karena terjadi
gangguan pada proses penyembuhan yang disebabkan oleh berbagai factor dari
penderita sehingga luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan (Suryadi,
2015).

2.7 Definisi Luka decubitus


Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan
yang disebabkan oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan,
pergeseran, gesekan atau kombinasi dari beberapa hal tersebut (NPUAP, 2014).
6

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Lapisan – Lapisan Kulit
Lapisan kulit dan bagian-bagian pelengkapnya kulit terbagi menjadi 3
lapisan yaitu :
1. Epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan
epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan
yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata,
pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis
melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh
zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui
dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis
dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
 Lapisan tanduk (stratum corneum) Merupakan lapisan epidermis yang
paling atas, dan menutupi semua lapisan epidermis lebih ke dalam.
Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki
inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air
 Lapisan bening (stratum lucidum) Disebut juga lapisan barrier,
terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai
penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening
terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan
bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya).
Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
 Lapisan berbutir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel
keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di
dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan
ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
 Lapisan bertaju (stratum spinosum) Disebut juga lapisan malphigi,
terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan
jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus.
 Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) Merupakan
lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak
(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.
2. Dermis( Korium)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit
(Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah
7

bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Di dalam


lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu :
a) Kelenjar keringat (Sudorifera) Kelenjar keringat terdiri dari fundus
(bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang
bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat.
b) Kelenjar palit (Sebacea) Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit
jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-
gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel).
3. Subcutan
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah
dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan
kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman
jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah
pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua,
kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang
sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur. Kulit
Tipis dann Kulit Tebal Kulit tipis menutupi seluruh bagian tubuh kecuali
vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal. Epidermisnya
tipis sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.

3.2 Fungsi Kulit


Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung (Proteksi)
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringan jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari
pengaruh pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman.
2. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan
amonia.
3. Pengatur panas (Termoregulasi)
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi
pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi
saraf otonom.
4. Absorbsi
8

Penyerapan terbatas Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu,


terutama zat-zat yang larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit.
5. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak
6. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan.

3.3 Jenis-jenis Luka


1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka.
a) Luka Bersih (Clean Wounds)
b) Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
c) Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)
d) Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)
2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka
1. Stadium I
Luka Supersial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini
adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II
Luka “Partial Thickness”. Luka jenis ini adalah hilangnya
lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atasdari dermis
merupakan luka superficial dan adanya tanda klinisseperti halnya
abrasi, blister atau lubangnya yang dangkal.
3. Stadium III
Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini adalah hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan sub kutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya.
4. Stadium IV
Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini adalah lukayang telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang denganadanya destruksi /
kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.
a) Luka Akut
Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan
sesuaidengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria
lukaakut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya
sesuaidengan waktu yang diperkirakan. Contoh luka operasi
b) Luka Kronis
Luka kronis adalah jenis luka yang mengalami kegagalan
dalam proses penyembihan contoh ulkus dekubitus.

3.4 Macam-macam luka


a. Vulnus Punctum (Luka tusuk)
b. Vulnus Contussum (Luka memar)
9

c. Vulnus Insivum (Luka sayat)


d. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
e. Vulnus combustion (Luka bakar)
f. Luka gigitan
g. Laserasi atau Luka Parut
h. Terpotong atau Teriris

3.5 Tahap proses penyembuhan luka

Proses penyembuhan mencakup beberapa fase, yaitu :


1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yangterjadi
akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak.
2. Fase Proliferatif
Fase proliferatif adalah memperbaiki dan menyembuhkan lukadan
ditandai dengan proliferasi sel
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan
tebentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu.

3.6 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


1. Usia
2. Infeksi
3. Hematoma
4. Benda Asing
5. Iskemia
6. Diabetes
7. Pengobatan

3.7 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada Arterial Ulcers antara lain :
1. Tampilan menekan keluar
2. Tepi luka halus
3. Nyeri meskipun tanpa infeksi, nyeri dapat dikurangi dengan menurunkan kaki
dibawah permukaan jantung (menggantung kaki di tepi tempat tidur).
4. Klien lebih suka tidur di kursi yang berdampak negative pada penyembuhan
potensial
5. Terletak di kaki lateral, tetapi dapat terjadi dimana saja pada tungkai bawah
atau kaki
6. Ekstremitas bawah dingin
7. Kulit pucat, mengkilap, kencang, dan tipis
8. Kulit pucat
10

9. Dasar luka mengandung jaringan granulasi merah terang

.
3.8 Penyebab Arterial Ulcers
Penyebab yang sering terjadi pada Arterial Ulcers antara lain :
1. Pembatasan pembuluh darah karena penyakit pembuluh darah perifer
2. Insufisiensi vaskular kronis
3. Vasculitis (kerusakan radang pembuluh darah)
4. Diabetes mellitus
5. Gagal ginjal
6. Tekanan darah tinggi
7. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
8. Aterosklerosis (penebalan arteri, karena penumpukan bahan lemak)
9. Trauma
10. Mobilitas sendi terbatas

3.9 Pengkajian Arterial Ulcers


Pada pengkajian mungkin ditemukan nyeri saat berjalan dan hilang saat
istirahat, hal ini dikenal sebagai intermittent claudication. Nyeri juga bisa
terjadi di malam hari ketika pasien berbaring dan hilang bila kaki ditinggikan.
Riwayat kesehatan masa lalu perlu dikaji adanya peripheral vascular disease
atau arterial surgery. Riwayat merokok juga perlu untuk diperhatikan.
Kaki mungkin teraba dingin saat palpasi, dan nampak mengkilap serta
bulu-bulu kaki mungkin berkurang sampai menghilang. Kaki nampak pucat
bila ditinggikan dan kemerahan/kebiruan bila direndahkan. Nadi dorsal pedis
mungkin menurun bahkan menghilang.

3.10 Management Arterial Ulcers


1. Manajemen Pencegahan
a. Hindari paparan suhu panas atau dingin atau perubahan
b. Temperature secara tiba-tiba.
c. Hindari penggunaan celana yang ketat dan sepatu yang sempit.
d. Perawatan kaki secara teratur.
e. Duduk dengan kaki dalam posisi netral atau menggantung
(dependent).
f. Tinggikan sisi kepala tempat tidur.
g. Gunakan celana yang bisa menyerap keringat.
2. Manajemen Debridement
a. Surgical atau Conservative sharp wound debridement (dengan
mengunakan gunting dan scalpel).
b. Autolytic debridement; dengan menggunakan: Hydrogels,
c. Hydrocolloid paste/powder, atau Hydrocolloid dressing.
11

d. Mechanical Debridement, dengan menggunakan kompressi normal


saline.
e. Enzymatic Debridement, dengan menggunakan varidase atau elase.
f. Manajemen Infeksi.
g. Perawatan kaki secara umum.
h. Cuci kaki dengan air hangat atau bersihkan dengan normal saline.
i. Penggunaan antibiotic sistemik apabila ata tanda-tanda klinis infeksi.
j. Tulle gras (bila dengan antiseptic gunakan dalam waktu yang tidak
lama).
k. Calcium alginate.
l. Kompressi dengan normal saline (untuk intensive cleaning).
m. Foam dressing.
n. Manajemen Dermatitis/Eczema
o. Perawatan kaki secara umum.
p. Cuci dengan air hangat atau bilas dengan normal saline
q. Test alergi.
r. Hindari penggunaan allergen.
s. Kortikosteroid topical.
t. Pemilihan balutan yang tepat sesuai dengan jenis luka (hindarkan
balutan sintetik).
u. Balutan yang dianjurkan; Cotton tulle gras, hydrogel, hydrocolloid,
calcium alginate, atau foam dressing.

3.11 Manifestasi Klinis ulkus vena

a. Nyeri ringan hingga berat yang berkurang dengan elevasi kaki


b. Biasanya berlokasi pada proksimal dari maleolus medial
c. Dasar luka terdiri dari jaringan granulasi, bayangan kekuningan atau
material fibrinyang berwarna keputihan.
d. Kulit sekitar luka mengalami pigmentasi, maserasi karena eksudat yang
banyak,dan dermatitis.
e. Varises vena
f. Edema
g. Pulsasi arteri teraba (membedakan dengan ulkus arteri)

3.12 Factor resiko utama terjadinya luka vena (COLLINS and SERAJ,
2010):
 Usia yang lebih tua
 Obesitas
 Posisi statis (berdiri lama, duduk lama)
12

 Riwayat cedera kaki


 Trombosis vena dalam
 Flebitis
 Varises vena
 Insufisiensi vena kronis
 Fungsi pompa otot yang buruk
 Fistula arteri-vena
 Riwayat fraktur kaki

3.13 Manajemen Vena Ulcers


A. Pembersihan luka
Pembersihan luka dapat dilakukan dengan cara yang sederhana
yakni irigasi dengan normal salin.
B. Pemakaian dressing
Pemakaian dressing dapat diterima pada ulkus vena dan dapat
mencegah infeksi silang.Dressing dipilih yang tidak menimbulkan
alergi dan tidak merusak dasar luka. Pada kasus ulkus yang memiliki
eksudat lebih sesuai bila memakai dressing yang bersifat absorpsi. Pada
luka yang terinfeksi apabila gejala dan tanda infeksi sistemik
muncul dapat digunakan antibiotik sistemik dan bila hanya lokal, dapat
digunakan antimikroba lokal. Antimikroba lokal lebih tepat digunakan
untuk mengurangi jumlah bakteri pada luka kronis dengan infeksiaktif
dan terlokalisasi.
C. Terapi kompresi
Terapi kompresi merupakan terapi konservatif pada ulkus vena
yang tidak terkomplikasi (ABPI>0.8). Terapi ini dapat mengurangi
hipertensi vena superfisial, mengurangi edema serta memperbaiki aliran
balik vena dengan meningkatkan kecepatan aliran vena dalam.Pada
kebanyakan kasus ulkus vena dapat sembuh dengan cara
tersebut. Namun pada beberapa kasus terapi kompresi tidak adekuat
dalam penyembuhan ulkus vena, sehingga diperlukan terapi operasi.
D. Terapi bedah
Terapi bedah yang dianggap sesuai bagi penderita ulkus vena yakni
revaskularisasi, ligasivena yang mengalami perforasi, amputasi dan
13

rehabilitasi. Ligasi vena superficial terbuktidapat mengurangi angka


rekurensi ulkus vena, dimana angka rekurensi sebesar 56% terjadi pada
ulkus vena yang diterapi dengan kompresi saja yang menurun hingga
31% bila diterapidengan kompresi dan bedah.
3.14 Tanda dan Gejala Arterial Ulcer
Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada Arterial Ulcers antara lain :
1. Tampilan menekan keluar
2. Tepi luka halus
3. Nyeri meskipun tanpa infeksi, nyeri dapat dikurangi dengan menurunkan
kaki dibawah permukaan jantung (menggantung kaki di tepi tempat
tidur).
4. Klien lebih suka tidur di kursi yang berdampak negative pada
penyembuhan potensial
5. Terletak di kaki lateral, tetapi dapat terjadi dimana saja pada tungkai
bawah atau kaki
6. Ekstremitas bawah dingin
7. Kulit pucat, mengkilap, kencang, dan tipis
8. Kulit pucat
9. Dasar luka mengandung jaringan granulasi merah terang .

3.15 Penyebab Arterial Ulcers


Penyebab yang sering terjadi pada Arterial Ulcers antara lain :
1. Pembatasan pembuluh darah karena penyakit pembuluh darah perifer
2. Insufisiensi vaskular kronis
3. Vasculitis (kerusakan radang pembuluh darah)
4. Diabetes mellitus
5. Gagal ginjal
6. Tekanan darah tinggi
7. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
8. Aterosklerosis (penebalan arteri, karena penumpukan bahan lemak)
9. Trauma
10. Mobilitas sendi terbatas

3.16 Pengkajian Arterial Ulcers


Saat pasien datang pertama kalinya dengan ulkus, maka pengkajian pasien
secara umum diperlukan untuk menentukan penyebab utama terjadinya ulkus,
masalah lokal pada daerah luka yang dapat memperlambat penyembuhan
luka, kondisi medis umum lainnya, keadaan sosial pasien dan lingkungan
yang optimum untuk perawatan. Pada pengkajian mungkin ditemukan nyeri
saat berjalan dan hilang saat istirahat, hal ini dikenal sebagai intermittent
14

claudication. Nyeri juga bisa terjadi di malam hari ketika pasien berbaring
dan hilang bila kaki ditinggikan. Riwayat kesehatan masa lalu perlu dikaji
adanya peripheral vascular disease atau arterial surgery. Riwayat merokok
juga perlu untuk diperhatikan.
Kaki mungkin teraba dingin saat palpasi, dan nampak mengkilap serta
bulu-bulu kaki mungkin berkurang sampai menghilang. Kaki nampak pucat
bila ditinggikan dan kemerahan/kebiruan bila direndahkan. Nadi dorsal pedis
mungkin menurun bahkan menghilang.

3.17 Management Arterial Ulcers


Manajemen ulkus arteri salah satunya dilakukan dengan meningkatkan
suplai darah kedaerah yang terpengaruh. Memposisikan ekstremitas dalam
posisi tergantung dapat memfasilitasi aliran darah oleh gravitasi melalui
pembuluh kolateral. Debridement jaringan yang rusak tidak harus dilakukan
dengan adanya iskemia karena aliran darah tidak cukup untuk
menyembuhkan luka yang baru. Luka tanpa aliran arteri yang memadai harus
tetap kering-kontras dengan prinsip penyembuhan luka lembab untuk ulkus
dengan suplai darah yang cukup. Kelembaban menyediakan tempat
pertumbuhan bakteri jika terdapat eschar, slough, atau gangren pada luka.
Luka dengan suplai darah yang memadai dan yang memungkinkan untuk
sembuh harus menggunakan dressing dengan produk yang mendukung
prinsip-prinsip penyembuhan luka lembab. Dressing ini termasuk
hydrokoloid, film tipis, foam dan, jika tidak tersedia, kasa saline lembab
dapat digunakan. Jaringan sekitarnya yang utuh harus dilindungi dari
akumulasi cairan, yang dapat membasahi kulit yang sehat di tepiluka.
 Manajemen Pencegahan
a. Hindari paparan suhu panas atau dingin atau perubahan
b. Temperature secara tiba-tiba.
c. Hindari penggunaan celana yang ketat dan sepatu yang sempit.
d. Perawatan kaki secara teratur.
e. Duduk dengan kaki dalam posisi netral atau menggantung
(dependent).
f. Tinggikan sisi kepala tempat tidur.
g. Gunakan celana yang bisa menyerap keringat.
 Manajemen Debridement
1. Surgical atau Conservative sharp wound debridement (dengan
mengunakan gunting dan scalpel).
2. Autolytic debridement; dengan menggunakan: Hydrogels,
3. Hydrocolloid paste/powder, atau Hydrocolloid dressing.
4. Mechanical Debridement, dengan menggunakan kompressi normal
saline.
5. Enzymatic Debridement, dengan menggunakan varidase atau elase.
6. Manajemen Infeksi.
15

7. Perawatan kaki secara umum.


8. Cuci kaki dengan air hangat atau bersihkan dengan normal saline.
9. Penggunaan antibiotic sistemik apabila ata tanda-tanda klinis infeksi.
10. Tulle gras (bila dengan antiseptic gunakan dalam waktu yang tidak
lama).
11. Calcium alginate.
12. Kompressi dengan normal saline (untuk intensive cleaning).
13. Foam dressing.
14. Manajemen Dermatitis/Eczema
15. Perawatan kaki secara umum.
16. Cuci dengan air hangat atau bilas dengan normal saline
17. Test alergi.
18. Hindari penggunaan allergen.
19. Kortikosteroid topical.
20. Pemilihan balutan yang tepat sesuai dengan jenis luka (hindarkan
balutan sintetik).
21. Balutan yang dianjurkan; Cotton tulle gras, hydrogel, hydrocolloid,
calcium alginate, atau foam dressing.

3.18 Etiologi Diabetes Melitus


Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus
Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel
dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi
terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah
terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang
menyebabkan terjadinya infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi
yang luas. Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan pada
diabetic foot-ulcer. (Sarwono Waspadji,2006).
16

Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami


masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat
(neuropati) membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan
luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Kedua, sirkulasi darah dan
tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah. Manifestasi
angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).
Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Ketiga, berkurangnya
daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih
rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih
memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg/dl.

3.19 Patofisiologi Diabetes Melitus


Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada tipe satu terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
(Arisman,2011)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Brunner &
Suddarth,2002)
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
17

Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal


insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino
dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cara cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi
gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
(Newsroom,2009)
Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra
sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. (Santosa,budi.2007)
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan di pertahankan
pada tingkatan yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel
– sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan dan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
18

terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II. Namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian
diabetes tipe II yang tidak terkontrol menimbulkan masalah misalnya diabetic
foot.(suprajitno,2004)
3.20 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus apabila menderita
dua dari tiga gejala yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang
berlebihan ( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan
Penurunan berat badan..
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah:
Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan menurun, Lemah, Kesemutan,
Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996). Penyakit
pada penderita diabetes bagian kaki dengan gejala dan tanda sebagai berikut
:
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
2. Adanya kalus ditelapak kaki
3. Nyeri saat istirahat
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

3.21 Tanda dan Gejala Diabates Melitus


 Tanda dan Gejala
 Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
 jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
 Nyeri saat istirahat.
 Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
 Adanya kalus di telapak kaki
 Kulit kaki kering dan pecah-pecah
19

3.22 Perawatan Kaki Diabetic


1. Area Pemeriksaan Kaki
a. Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown
nail), robekan atau retakan pada kuku.
b. Kulit: periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari),
apakah ada kulit retak, melepuh, luka, atau perdarahan.
c. Telapak kaki: Periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki,
apakah terdapat kalus (kapalan), palantar warts, atau kulit telapak
kaki yang retak (fisura).
d. Kelembaban kulit: periksa kelembaban kulit dan cek kemungkinan
adanya kulit berkerak dan kekeringan kulit akibat luka.
e. Bau: periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada
daerah kaki
2. Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki
a. Menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah
cedera.
b. Cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair)
untuk menghindari cedera ketika menyabun.
c. Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela
jari kaki, terutama sela jari kaki ke-3-4 dan ke-4-5.
d. Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk menghindari
kulit kering dan pecah pecah.
e. Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan meningkatkan
kelembapan dan akan menjadi media yang baik untuk berkembangnya
mikroorganisme (fungi).
3. Perawatan kuku kaki
a. Potong dan rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari
pada waktu mandi dan berikan cream pelembab kuku.
b. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak
terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar
kuku tidak tajam. Jika ragu, Anda bisa meminta bantuan keluarga
atau dokter untuk memotong kuku Anda.
20

c. Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku


keras, sulit dipotong, rendam kaki dengan air hangat selama ± 5
menit.

Cara lain dalam melakukan perawatan kaki, antara lain sebagai berikut :
1) Jangan berjalan tanpa alas kaki, baik di dalam maupun di luar rumah.
2) Usahakan kaki selalu dalam keadaan hangat dan kering. Untuk itu
gunakan kaos kaki atau stocking dari bahan katun dan sepatu dengan
bahan kulit. Jangan lupa untuk mengganti kaos kaki atau stocking setiap
hari.
3) Jangan memakai sepatu atau kaos kaki yang kekecilan (terlalu sempit)
dan periksa sepatu setiap hari sebelum dipakai, pastikan tidak ada
kerikil atau benda kecil lain di dalam sepatu yang dapat melukai kaki.
4) Saat kaki terasa dingin, gunakan kaos kaki. Jangan merendam atau
mengompres kaki dengan panas, dan jangan gunakan botol panas atau
peralatan listrik karena respon kaki terhadap rasa panas sudah berkurang
sehingga tidak terasa bila kaki sampai melepuh.
5) Jangan menggunakan pisau atau silet untuk mengurangi kapalan.
6) Jangan menggunakan obat-obat tanpa anjuran dokter untuk
menghilangkan mata ikan.
7) Jangan membiarkan luka sekecil apapun pada kaki, segera obati dan
periksakan kedokter.
21

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatun/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ada faktor tertentu yang mempengaruhi
proses penyembuhan luka. Dn dibutuhkan keahlian khusus dalam melakukan perawatan luka,
agar luka dapat segera disembuhkan.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan
standart prosedur operasional. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggung
jawabkan. Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah
daerah sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat awam tentang pentingnya
merawat luka agar meminimalisir terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh luka
yang tidak dirawat dengan baik.
22

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetic Association. (2007). How to Keep Your Feet.diakses 25 September 2015,
dari www.diabetesforecast.org/2008/feb/how-to-keep-your-feet.html#sthash.YqGPnXlw.dpuf.

Adib. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering Menyerang
Kita. Jogjakarta: Buku Biru.

Arisanty, Irma P. (2014). Manajemen Perawatan Luka: Konsep Dasar. Jakarta: EGC.

A, Sharp, & J, Clark. (2011). Diabetes and Its Effects on Wound Healing. Nursing Standard. 25,
45, 41-47.

Basit, Abdul & Nawaz, Asmat. (2013). Preventing Diabetes-Related Amputations in a


Developing Country-teps in The Right Direction. Diakses tanggal 11 Februari 2016 dari
www.diabetesvoice.com.

Bolton, Laura. (2010). Moist Wound Healing with Limited Resources.


www.woundsresearch.com. diakses tanggal 16 Oktober 2015.

Braun, Liza R., Fisk, Whitney A., Lev-Tov, Hadar., Kirsner, Robert s., & Isseroff, Roslyn. 2014.
Diabetic Foot Ulcer: An Evidence-Based Treatment Update. Vol 15. Page: 267-281.

Bryant, Ruth, & Nix, Denise. (2006). Acute & Chronic Wounds Current Management Concepts
Third Edition. Minnesota: Elsevier.

Dunning, Trisha. 2009. Care of People with Diabetes: A Manual of Nursing Pratice 3rd Edition.
Willey Blacwell.

Ekaputra, Erfandi. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: TIM. Fahrurrozi, & Purba, Teddy.
(2014). Perawatan Luka Home Care di Deli Serdang. alphawoundcare88.com.

Gayatri, Dewi., Kristianto, Heri., & Nurachmah, Elly. (2011). Aspek Kenyamanan Pasien Luka
Kronik Ditinjau dari Transforming Growth Factor β1 dan Kadar Kortisol. Makara, Kesehatan.
Vol. 15, No: 2, Desember 2011: 73- 80

Gitarja. 2008. Perawatan Luka Dibates. Bogor: WOCARE Publishing

Hardiman, H., Sutedjo, I, dan Salim. 2013. Tumbuh: Diabetes dan Komplikasi. Surakarta:
Pustaka Pelajar.

Vous aimerez peut-être aussi