Vous êtes sur la page 1sur 18

ASUHAN KEPERAWATAN

ATRESIA ESHOPAGUS

Disusun Oleh :

Mega Agutin Cahyandari (1611020060)

Anggun Setiowati (1611020070)

Dewi Asmiati (1611020077)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………....………………………………………….1

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..3

A. LATAR BELAKANG……………………………...…………………………3
B. RUMUSAN MASALAH………………...……………………………………3
C. TUJUAN…………………...………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...5

A. Definisi..............................................................................................................5
B. Klasifikasi..........................................................................................................5
C. Etiologi..............................................................................................................6
D. Tanda dan Gejala...............................................................................................6
E. Patofisiologi.......................................................................................................7
F. Pathway..............................................................................................................8
G. Komplikasi.........................................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................9
I. Penatalaksanaan...............................................................................................10
J. Pengkajian........................................................................................................11
K. Diagnosa yang Mungkin Muncul....................................................................11
L. Intervensi Keperawatan...................................................................................11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………17

A. KESIMPULAN………...…………………………………………………….17
B. SARAN……………………………………………………...………....…….17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan kongenital dimana
esophagus tidak terbentuk secara sempurna. Atresia esophagus adalah
kelainan pada esophagus yang ditandai dengan tidak menyambungnya
esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal, esophagus
bagian proksimal mengalami dilatasi yang kemudian berakhir sebagai
kantungdengan dinding muskuler yang mengalami hipertrofi yang khas
memanjang sampai pada tingkat vertebra torakal segmen 2-4. Bagian distal
esophagus merupakan bagian yang mengalami atresia dengan dinding
muskuler yang tipis dan berdiameter kecil. Keadaan ini meluas sampai diatas
diafragma.
Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan hubungan antara
esophagus dengan trakea yang disebut fistula trakeoesophageal
(Tracheoesophageal Fistula/TEF). Prematuritas merupakan hal umum dan
lebih dari 50% penderita disertai dengan berbagai kelainan lain seperti
penyakit jantung kongenital, kelainan traktus urinarius dan kelainan traktus
gastrointestinal. Atresia esophagus ataupun fistula trakeoesofageal ditangani
dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus
yang mengeluarkan nbanyak mucus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda
gangguan pernapasan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Atresia Esophagus ?
2. Apa saja kasifikasi, Tanda dan gejala pada Atresia Esophagus ?
3. Apa saja penyebab dan Etiologi dari Atresia Esophagus ?

3
4. Bagaimana mendiagnosa dan komplikasi apa saja dari Atresia Esophagus
?
5. Bagaimana Patofiologi Atresia Esophagus?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan pada Atresia Esophagus ?
7. Bagaimana diagnose yang mungkin muncul dan intervensi keperawatan
pada Atresia Esophagus?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang penyakit Atresia Esophagus pada anak
2. Tujuan Khusus,
adapun tujuan khusus adalah:
a. Mengetahui definisi dan Klasifikasi Atresia Esophagus
b. Mengetahui Etiologi Atresia Esophagus
c. Mengetahui Patofisiologi dan Pathway Atresia Esophagus
d. Mengetahui Komplikasi Atresia Esophagus
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Atresia Esophagus
f. Mengetahui Penatalaksanaan Atresia Esophagus
g. Mengetahui Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Atresia Esophagus

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Atresia esophagus adalah sekelompok kelainan kongenital yang
mencakup gangguan kontinuitas esophagus disertai atau tanpa adanya
hubungan dengan trakea.
Atresia esoofagus adalah esophagus (kerongkongan) yang tidak
terbentuk secara sempurna. Pada atresia esophagus, kerongkongan
menyempit atau buntu ; tidak tersambung dengan lambung. Kebanyakan
Bayi yang menderita atresia esophagus juga memiliki fistula
trakeoesofageal (suatu hubungan abnormal antara kerongkongan dan
trakea/pipa udara).
Atresia esophagus adalah sekelompok kelainan congenital yang
mencangkup gangguan kontinuitas esophagus disertai atau tanpa adanya
hubungan trakea.
B. Klasifikasi
Atresia esophagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah
tipe yang paling sering terjadi. Variasi anatomi dari atresia esophagus
menggunakan system klasifikasi Gross of Boston yang sudah popular
digunakan. System ini berisi anatara lain :
 Tipe A – Atresia esophagus tanpa fistula; atresia esophagus murni
(10%)
 Tipe B - Atresia esophagus dengan TEF proximal (<1%)
 Tipe C – Atresia esophagus dengan TEF distal (85%)
 Tipe D – Atresia esophagus dengan TEF proximal dan distal
(<1%)
 Tipe E – TEF tanpa atresia esophagus; fistula tipe H (45%)
 Tipe F – Stenosis esophagus kongenital tanpa atresia (<1%) – tidak
dibicarakan

5
C. Etiologi
Etiologi atresia esophagus merupakan multifaktorial dan masih belum
diketahui dengan jelas. Atresia esophagus merupakan suatu kelainan
bawaan pada saluran pencernaan. Terdapat beberapa jenis atresia, tetapi
yang sering ditemukan adalah kerongkongan yang buntu dan tidak
tersambung dengan kerongkongan bagian bawah serta lambung. Atresia
esophagus dan fistula ditemukan pada 2-3 dari 10.000 bayi.
Hingga saat ini, teratogen penyebab kelainan ini masih belum
diketahui. Terdapat laporan yang menghubungkan atresia esophagus
dalam keluarga.juga dihubunterdapat 2% resiko apabila saudara telah
terkena kelainan ini. Kelainan ini juga dihubungkan dengan trisomi 21,
13, 18. Angka kejadian pada anak kembar dinyatakan 6x lebih banyak
dibanding bukan kembar.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul:
 Batuk ketika makan atau minum
 Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau
ketidakmampuan untuk menerima nutrisi yang cukup (pemberian
makan yang buruk
 Gelembung berbusa putih di mulut bayi
 Memiliki kesulitan bernapas
 Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa
karena kekurangan oksigen (sianosis)
 Meneteskan air liur
 Muntah-muntah
 Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya
dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu diertai
hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila
kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.

6
 Bila Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh
keluar, di curigai terdapat atresia esofagus.
 Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan
sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
 Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk
kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
E. Patofisiologi
Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esophagus.
Gangguan peristaltic esophagus biasanya paling sering dialami pada
bagian esophagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan efektif
menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esophagus dengan fistula
trakeoesofageal distal, cairan amnion masuk melaalui trakea kedalam
usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari sirkulasi amnion
pada janin.
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan
banyak sekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat
menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi
dengan gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga dapat
bebas masuk dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun
mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan
perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui bahwa bagian esophagus distal
tidak menghasilkan peristaltic dan ini bisa menyebabkan disfagia setelah
perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan reflux gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia
esophagus. Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan
trakea dan bertambahnya ukuran otot tranversal pada posterior trakea.
Dinding trakea lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk
batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa
berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana atupun

7
air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia
atau bahkan bisa menjadi apneo.
F. Pathway

G. Komplikasi
Komplikasi dini, mencakup :
1) Kebocoran anastomosis
Terjadi 15-20% dari kasus. Penanganan dengan cara dilakukan
thoracostomy sambil suction terus menerus dan menunggu
penyembuhan dan penutupan anastomisis secara spontan, atau dengan
melakukan tindakan bedah darurat untuk menutup kebocoran.
2) Striktur anastomosis

8
Terjadi pada 30-40% kasus. Penanganannya ialah dengan melebarkan
striktur yang ada secara endoskopi.
3) Fistula rekuren
Terjadi pada 5-14% kasus.

Komplikasi lanjut mencakup :


1) Reflux gastroesofageal
Terjadi 40% kasus. Penanganannya mencakup medikamentosa dan
fundoplication, yaitu tindakan bedah dimana bagian atas lambung
dibungkus ke sekitar bagian bawah esophagus.
2) Trakeomalasia
Terjadi pada 10% kasus. Penanganannya ialah dengan melakukan
manipulasi terhadap aorta untuk memberika ruangan bagi trakea agar
dapat mengembang.
3) Dismotility Esofagus
Terjadi akibat kontraksi esophagus yang terganggu. Pasien disarankan
untuk makan diselingi dengan minum.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah Rutin
Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran
pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan.
b) Elektrolit
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaaan lain yang menyertai.
c) Analisa Gas Darah Arteri
Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada
bayi.
d) BUM dan Serum Creatinin
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
e) Kadar Gula Darah

9
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
I. Penatalaksanaan
Pada anak yang telah dicurigai menderita atresia esophagus, bayi
tersebut harus segera segera dipindahkan ke bagian neonatal atau pediatrik
yang memiliki fasilitas medis. Tindakan bedah harus segera dijadwalkan
sesegera mungkin.
Sebagai penatalaksanaan preoperasi, perlu diberi tindakan pada bayi
dengan AE. Posisi tidur anak tergantung kepada ada tidaknya fistula,
karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak dengan
fistula trakeo-esofagus ditidurkan setengah duduk. Anak tanpa fistel
diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi Trendelenberg). Suction
10F double lumen di gunakan untuk mengeluarkan sekret dan mencegah
aspirasi selama pemindahan. Bayi diletakan pada incubator dan tanda vital
terus di pantau. Akses vena harus tersedia untuk memberi nutrisi, cairan
dan elektrolit, dan sebagai persiapan. Antibiotik spektrum luas dapat
diberikan sebagai profilaksis.
Bayi dengan distress pernafasan memerlukan perhatian khusus, seperti
intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Tekanan intra abdomen yang
meningkat akibat udara juga perlu di pantau. Seluruh bayi dengan AE
haus dilakukan echocardiogram untuk mencari kelainan jantung.
Tidak dilakukan tindakan merupakan pilihan pada bayi dengan sindroma
Potter (agenesis renal bilateral) dan trisomi 18 karena angka kematian
tahun pertama pada bayi ini lebih dari 90%. Bayi dengan kelainan jantung
yang tidak bisa dikoreksi atau perdarahan intra ventrikel grade 4 juga
sebaiknya tidak di operasi.
Anak dipersiapkan untuk operasi sesegera mungkin. Pembedahan
dapat dilakukan dalam satu tahap atau dua tahap tergantung pada tipe
atresia dan penyulit yang ada. Biasanya dilakukan dengan membuat stoma
pada esophagus proksimal dari gastrostomi. Penutupan fistel, anastomosis

10
esophagus, atau interposisi kolon dilakukan kemudian hari setelah janin
berusia satu tahun.
J. Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah
berdasarkan tahapan-tahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian
merupakan tahap awal, disini perawat mengumpulkan semua imformasi
baik dari klien dengan cara observasi dan dari keluarganya. Lakukan
pengkajian bayi baru lahir observasi manipestasi atresia esophagus dan
fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.
a. Sekresi berlebihan , mengalirkan liur konstan,sekresi hidung banyak.
b. Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.
c. Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang
terakumulasi dalam kantong buntu.
d. Distensi abdominal.
e. Respon kekerasan setelah menelan makanan yang pertama atau kedua
: bayi batuk dan tersedat saat cairan kembali melalui hidung dan mulut
trejadi sianosis.
f. Bayi sering premetur dan kehamilan munkun terkomplikasi oleh hydra
amniaon (cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).
K. Diagnosa yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang munkin timbul pada klien dengan atersia
esophagus
a. Bersihan jalan napas tidak epektif
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Kesulitan menelan
L. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi terapeutik
 Pengobatan segera terdiri dari penyokongan bayi pada sudut 30 derajat
untuk mencegah refluks isi lambung : pengisapan kantong esophagus
atas dengan selang replogleatau drai penampung; gastrostomi untuk

11
mendekompresi lambung dan mencegah aspirasi ( selanjutnya
digunakan untuk pemberian makan ) puasa, cairan diberikan IV.
 Pengobatan secaa tepat terhadap proses patoogis pennerta,seperti
pneumonitis atau gagal jantung kongestif.
 Terapi pendukung meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan
IV,antibiotic, dukungan pernapasa, dan mempertahankan lingkungan
netral secara termal.
b. Intervensi pembedahan
 Perbaikan primer segera: pembagian fistula diikuti oleh anatomisis
esophagus segmen proksimal dan disal bila berat bayi lebih dari
2000g dan tanpa pneumonia.
 Perlambatan jangka pendek (perbaiakan primer lanjut): untuk
menstabilkan bayi dan mencegah penyimpangan bila bayi tidak dapat
mentoleransi pembedahan dengan segera.
 Pentahapan:pada awalnya, pembagian fistula dan gastrotomi
dilakukan dengan anastomisis esophagus sekunder lanjut. Pendkatan
dapat digunakan pad bayi yang masih sanhat kecil, prematr atau
neonatus, yang sakit, atu bila anomal congenital berat.
 Esofagomiotomi servikal (lubang buatan pada leher yang
memungkinkan drainase esophagus bagian atas) dapat dialakukan bila
ujung esofagus terpisah terlalu jauh: pengggantian esophagus
dengansegmen usus pada usia 18 sampai 24 bulan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
Intervensi
 Pada praoperasi waspada terhadap indikasi gawat napas: retrasi,
sianosissirkomoral, gelisa, pernapasan cuping hidung, peningkatan
frekuensi pernapasan dan jantung
 Pantau tanda –tanda vital dengan sering terhadap perubahan
pedatekanan darhdan nadi, yang dapat mengidikasikan dehidrasi atau
kelebihan beban volume cairan.

12
 Catat masukan dan haluaran, termasuk drainase lambung (bila selang
gastrotomiuntuk dekomensasi terpasang)
 Pantau terhadap distensi abdomen.
 Pantau terhadap tanda gejala yang dapat menunjukkan anomaly
congenital tambahan atau komplikasi.
 Pada pasca operasi,kaji adanya kebocoran pada anastomisis yang
menyebapkan mediastinitis dan pneumotoraks perhatikan saliva dalam
selang dada, hipotermia dan hipertermia, gawat napas berat, sianosis,
gelisah, nadi lemah.
1) Lanjutkan untuk memantau komplikasi selama proses pemulihan:
a) Stritur pada anastomisis : kesulitan menelan, muntah atau
memuntahkan kembali cairan yang diminum,menolak
makan,demam(terjadi setelah aspirasi dan pneumonia)
b) Fistula berulang : batuk,tersedak, dan sianosis yang dikaitkan
dengan distensi abnormal: episode berulang pneumonia : kondisi
umum buruk (tidak ada penambahan berat badan)
c) Atelektasis atau pneumonitis :aspirasi dan gawat napas.

d. Bersihan jalan napas tidak efektif


Intervensi
 Posisi bayi dengan kepala ditinggikan 20 sampai 30 derajat untuk
mencegah atau mengurangi refluks asam lambung kedalam
percabangan trakeobronkial. Balik bayi dengan sering untuk mencegah
atelektasis dan pneumonia.
 Lakukan pengisapan nasofaring intermitten atau pertahankan selang
lumen ganda atau selang penampung dengan pengisapan konstan
untuk mengeluarkan sekresi dari kantung buntu esophagus :
a) Jamin bahwa selang indwelling tetap paten, diganti sesuai
kebutuhan, sedikitnya sekaliu setiap 12 sampai 24 jam lubang

13
hidung yang digunakan harus bergantian. Cegah nekrosis lubang
hidung dari tekanan oleh kateter
b) Isap mulut untuk mempertahankan bebas sekresi dan mencegah
aspirasi.
 Bila gastrotomi ditempatkan sebelum pembedahan definitive,
pertahankan selang yang mengalir sesuai gravitasi, dan jangan
mengirigasi sebelum pembedahan.
 Tempatkan bayi dalam isolette atau dibawah penghangat radian
dengan humiditas tinggi.
 Bantu dalam mengencerkan sekresi dan mucus yang kental.
 Pertahkan suhu bayi dalam zona termoneutral dan jamin isolasi
lingkungan untuk mengcegah infeksi.
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan
 Pertahankan puasa dan berikan cairan parenteral dan elektrolit sesuai
ketentuan,untuk mencegah dehidrasi
 Sediakan dan kenali kebutuhan untuk prawatan kedaruratan atau
resusitasi.
 Jelaskan prosedur dan kejadian penting pada orang tua segera
mungkin orientasikan merka pada lingkungan RS dan ruang
perwwatan tertentu.
 Biarkan keluarga menggendong dan membantu merawat bayi.
 Berikan ketenangan dan dorongan keluarga dengan sering, berikan
dukungan tambahan melalui pekerja sosial,rohaniawan, konselor,
sesuaikebutuhan.

d. Kesulitan menelan
 Perhatikan kepatenan jalan nafas, isap dengan sering sedikitnya setiap
1 sampai 2 jam, mungkin diperlukan setiap 5 sampai 10 menit.

14
 Minta ahli bedah untuk menandai keteter pengisap untuk menunjukan
seberapa jauh keteter dapat dimasukkan dengan aman tanpa
mengganggu anastomosis.
-Observasi terhadap tanda sumbatan jalan nafas.
 Berikan fisioterapi dada sesuai ketentuan
-Ubah posisi bayi dengan membalik, rangsang supaya menangis untuk
meningkatkan pengembangan penuh paru.
-Tinggikan kepala dan bahu 20 sampai 30 derajat
-Gunakan vibrator mekanis 2 sampai 3 hari pada pascaoperasi (untuk
meminimalkan trauma pada anastomosis), diikuti dengan lebih banyak
terapi fisik dada keras setelah hari ketiga.
 Lanjutkan penggunaan Isolette atau penghangat radian dengan
kelembaban.
 Lanjutkan dengan penyediaan alat kedaruratan , termasuk mesin
pengisap, keteter, oksigen, laringoskop, selang endotrakeal dalam
berbagai ukuran.
 Berikan lanjitan IV sampai pemberian gastrostomi dapat dimulai.
 Mulai pemberian makan gastrostomi segera setelah diprogramkan
karena nutrisi adekuat adalah factor penting dalam penyembuhan.
-Gastrostomi secara umum diletakkan pada drainase gravitasi selama 3
hari pascaoperasi, kemudian tinggikan dan biarkan terbuka untuk
memungkinkan udara keluar dan penyaluran sekresi lambung ke
dalam dupdenum sewaktu sebelum pemberian makan dimulai.
-Berikan bayi dot untuk mengisap selama pemberian makan, kecuali
dikontraindikasikan.
-Cegah udara memasuki lambung dan menyebabkan distensi lambung
dan kemungkinan refluks.
-Lanjutkan pemberian makan gastrostomi sampai bayi mentoleransi
makan secara oral penuh.
 Pertahankan kepatenan drainase dada.

15
 Bila bayi telah mengalami esofagostomi servikal:
-Pertahankan area bersih dari saliva dan tempatkan bantalan penyerap
diatas area.
-Sesegera mungkin, biarkan anak mengisap beberapa milliliter susu
bersamaan dengan pemberian makan secara gastrostomi.
-Tingkatkan anak untuk makan padat bila tepat jika esofagostomi
dipertahankan selama beberapa bulan.
 Mulai pemberian makan oral 10 sampai 14 hari setelah anastomosis.
 Coba untuk membuat saat makan adalah saat yang menyenangkan
pada bayi. Gunakan pendekatan dan kesabaran konsisten.
 Anjurkan orang tua untuk menimang dan berbicara pada bayi.
 Berikan stimulasi visual, audiotorius dan taktil yang tepat untuk
kondisi fisik dan usia bayi.
 Bantu untuk mengembangkan hubungan yang sehat antara orang tua
anak melalui kunjungan fleksibel.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia esophagus adalah sekelompok kelainan congenital yang mencangkup
gangguan kontinuitas esophagus disertai atau tanpa adanya hubungan trakea.
Atresia esoofagus adalah esophagus (kerongkongan) yang tidak terbentuk secara
sempurna. Pada atresia esophagus, kerongkongan menyempit atau buntu ; tidak
tersambung dengan lambung. Kebanyakan Bayi yang menderita atresia esophagus
juga memiliki fistula trakeoesofageal (suatu hubungan abnormal antara
kerongkongan dan trakea/pipa udara).
Klasifikasi atresia esophagus : Atresia Esofagus dengan fistula
trakheooesophageal distal ( 86% Vogt 111.grossC) , Atresia erofagus dengan
fistula trakeoesofagus proksimal (2%Vogt III & Gross B), Fistula trakheo esofagus
tanpa atresia ( 4 %, Groos E), Atresia Esofagus terisolasi tanpa fistula ( 7%, Vogg
II, Gross A), dan Atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus distal dan
proksimal (< 1% Vogt IIIa, Gross D).
B. Saran
Dalam memberikan perawatan kepada bayi atau anak dengan gangguan
atresia esofagus perawat harus mengerti konsep dasar dan konsep keperawatan
untuk kesembuhan pasien yang optimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku kedokteran. EGC,1997. Jakarta


Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas Aerlangga,
Edisi 4, EGC,
1995, Jakarta
Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2003. Jakarta
Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Fistel dan Atresia. Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi ke-2. Jakarta, EGC. Penerbit Buku Kedokteran, 2004; 502-3.
Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran,
EGC, 1997, Jakarta
http://www.academia.edu/8319081/IDK_Atresia_Esophagus di akses pada
hari sabtu 22 September 2018 pukul 21.09 WIB

https://www.scribd.com/document/86174178/WOC-Atresia-Esophagus di
akses pada hari minggu 23 September pukul 21.25 WIB

18

Vous aimerez peut-être aussi