Vous êtes sur la page 1sur 57

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu indikator tingkat kesehatan ibu dalam suatu wilayah dapat
dilihat dari besar kecilnya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB). Berdasarkan hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),
AKI di Indonesia mencapai 307 kematian /100.000 kelahiran hidup (KH).
(http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2007/042007/20/03.14.htm). AKI di Jatim
menurut SUKSENAS th 2000 168/100.000 kelahiran hidup (KH) adapun data
AKB di Jatim tahun 2004 sebesar 39/1000 KH, data menurun pada tahun 2005
menjadi 34/1000 KH (BPS 2005). (http.//www.jatim.go.id/new:php?id:11223).
AKI di kota Kediri yaitu 122 orang/100.000 kelahiran per tahun pada tahun
2006, jumlah ini tergolong rendah bila dibandingkan target popinsi Jatim yang
menargetkan kematian ibu melahirkan sebanyak 125 orang/100.000 pertahun
pada tahun 2006.
Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung (menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga 2001) sebesar 90 % adalah komplikasi terjadi pada
saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab tersebut dikenal dengan
Trias Klasik yaitu perdarahan (28%), Eklamsia (24%) dan infeksi (11%)
sedangkan penyebab tidak langsung antara lain ibu hamil menderita kurang
energi kronik ( KEK), anemia (11 gr %) 40%. (Depkes RI.2003 :1).
Salah satu penyebab kematian ibu yaitu terjadinya eklamsi dalam
persalinan, eklamsi diawali dengan pre-eklamsi pada kehamilan lanjut terutama
pada trimester III. Kehamilan dengan pre eklamsia adalah keadaan dimana
hipertensi dengan protein urine, edema atau keduanya yang terjadi akibat
kehamilan setelah 20 minggu atau kadang timbul lebih awal. Meskipun secara
tradisional diagnosis pre eklamsia memerlukan adanya hipertensi karena
kehamilan disertai protein urine atau edema, ada yang mengatakan bahwa
edema pada tangan dan muka sangat sering ditemukan pada wanita hamil
sehingga diagnosa preeklamsia tidak dapat disingkirkan dengan tidak adanya
edema. Insiden preeklamsia pada wanita dengan hipertensi kronik bervariasi
karena belum ada definisi yang pasti. Agust dan Lindheimer (1999) melaporkan
bahwa pre eklamsia terjadi pada 4 sampai 40% dari wanita tersebut (William :
2002 : 1355 ).
2

Karena dampak Pre-klamsia ringan sangat signifikan untuk itu ibu harus
mampu mengenali dan mengobati Pre-eklamsia ringan agar tidak berlanjut pada
Pre-eklamsi berat lalu ke eklamsi, pemeriksaan antenatal yang teratur dan
bermutu serta teliti, serta melakukan diet makanan tinggi protein, karbohidrat,
cukup vitamin dan rendah lemak. Untuk itu dalam mengurangi kejadian dan
menurunkan angka kejadian pre-eklamsiringan dapat menyebabkan kematian.
Mengingat kejadian komplikasi pada ibu dan BBL sebagian besar terjadi pada
masa sekitar persalinan, pemeriksaan kesehatan saat hamil dan kehadiran
tenaga kesehatan yang terampil pada masa kehamilan menjadi sangat penting.
Pengetahuan masyarakat tentang gejala komplikasi dan tindakan cepat untuk
segera meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat menjadi kunci
utama dalam menurunkan AKI dan AKB.
Secara umum tingginya kematian ibu dan bayi berkaitan erat dengan 3
terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat sampai ke fasilitas kesehatan serta terlambat mendpatkan pelayanan
yang optimal (Depkes : 2004 : 24). Untuk mengetahui permasalahan tersebut di
perlukan upaya bagi seluruh pihak yang mau bersama-sama menyelamatkan ibu
dan bayi. (http://www.mediaindo.go.id). Sedangkan menurut Sri Astuti upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB di antaranya adanya kebijakan Making
Pregnancy Safer (MPS).
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sismiarti bahwa jumlah
kunjungan ibu hamil secara keseluruhan yang datang ke pelayanan tersebut
selama bulan Januari sampai dengan November 2007 sejumlah 182 ibu hamil
dan terdiri dari ibu hamil yang RISTI berjumlah 30 ibu hamil (16,5%) dengan
PER sebanyak 15 ibu hamil (50%), ditemukan anemi sebanyak 10 ibu hamil
(33%), dan Hiperemesis sebanyak 5 ibu hamil (16,7%). Tingginya angka
kejadian PER pada BPS Sismiarti mendorong penulis menyusun karya tulis
ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. “S” G IV P30022 Umur
Kehamilan 40 Minggu T/H/I Dengan PER DI BPS Sismiarti Amd Keb Kec.
Banjarmlati Kabupaten Kediri” dengan menggunakan Manajemen Kebidanan
Helen Varney.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
3

Memberikan asuhan kebidanan kepada Ny. “S” pada ibu hamil dengan
PER menggunakan pendekatan Managemen Kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. “S”
Grandemulti dengan PER adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengkajian terhadp keadaan Ny “S”
2. Mengidentifikasi masalah Ny. “S” dengan melakukan diagnosa.
3. Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada Ny. “S”.
4. Menidentifikasi kebutuhan segera yang diperlukan Ny. “S”
5. Merumuskan rencana Asuhan Komprehensif pada Ny. “S”.
6. Melaksanakan Rencana Asuhan Kebidanan kepada Ny. “S”.
7. Melaksanakan evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah
dilaksanakan kepada Ny. “S”.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunajkan sebagai bahan acuan didalam melaksanakan Asuhan
Kebidanan.
1.3.2 Manfaat praktis
1.3.2.1 Bagi lahan praktik
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan ketrampilan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan khususnya Grandemulti dengan PER.
1.3.2.2 Bagi Institusi
Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan
di bidang kebidanan khususnya masalah-masalah yang terjadi
pada Grandemulti dengan PER.
1.3.2.3 Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman nyata serta dapat menerapkan apa
yang telah didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata
dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan.
1.3.2.4 Bagi Pasien
Memberikan petunjuk tentang perawatan pada grandemulti
dengan kehamilan PER secara jelas.
1.4 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1 Metode
4

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan


metode deskripsi dalam bentuk study kasus, yaitu metode yang
mempunyai tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif
tentang suatu keadaan secara obyektif tentang asuhan kebidanan pada
Grandemulti dengan kehamilan PER.
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada Ny. “S”
Grandamulti dengan kehamilan PER.
1.4.2.1 Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai
langsung responden yang diteliti, metode ini memberi hasil
secara langsung. (Hidayat, 2007 : 100)
1.4.2.2 Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian
untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
(Hidayat, 2007: 99).
1.4.2.3 Pemeriksaan fisik
Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik
pada klien secara langsung meliputi inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi atau mendapatkan data yang obyektif.
(Nursalam, 2001 : 30)
1.4.2.4 Study Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literature
dari buku-buku serta makalah-makalah yang ada
(Budiyanto, 2005 : 42)
1.4.2.5 Study Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil
data yang berasal dari dokumen asli.
(Hidayat, 2007 : 100)

1.5 Tempat Dan Waktu


1.5.1 Tempat
5

Tempat pelaksanaan pengambilan data untuk karya tulis ilmiah


dilaksanakan di BPS mukhliatin And keb Mrican-Kediri
1.5.2 Waktu
Waktu pelaksanaan pengambilan data untuk karya tulis ilmiah
dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2007.

1.6 Sistematika Penulisan


Bab 1 PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode
dan teknik pengumpulan data, lokasi dan waktu penulisan serta sistematika
penulisan.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi konsep dasar kehamilan normal, konsep dasar pre eklamsia dan
konsep manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan PER.
Bab 3 TINJAUAN KASUS
Dalam tinjauan kasus ini meliputi pengkajian, identifikasi masalah dan
diagnosa, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana
tindakan, pelaksanaan, evaluasi.
Bab 4 PEMBAHASAN
Bab 5 PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan Normal


2.1.1 Definisi
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dengan konsepsi sampai awal
partus dengan lama kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu)
(Sarwono, 2002:125)
2.1.2 Etiologi
Setiap bulan wanita melepaskan satu atau dua sel telur (ovum) dari indung
telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke
dalam saluran telur. Disekitar sel telur sehingga terjadi fertilisasi. Ovum
yang telah dibuahi membelah diri sambil bergerak menuju rahim kemudian
melekat pada mukosa rahim dan bersarang di ruang rahim (implantasi).
Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus)
dekat fundus uteri.
Dengan adanya kehamilan mukosa rahim terbagi atas desisua basalis, yang
terletak antara hasil konsepsi dan dinding rahim sebagai tempat plasenta
dibentuk. Desidua kapsularis, yang meliputi hasil konsepsi kea rah rongga
rahim, yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera karena obliterasi.
Desidua vera (parietalis), meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.
(Mochtar, 1998 : 17, 19 & 21).
2.1.3 Tanda dan gejala
2.1.3.1 Tanda-tanda presumtif
1). Amenorea
2). Mual dan muntah
3). Mengidam
4) Tidak tahan bau-bauan
5) Pingsan
Bila berada ditempat-tempat ramai yang sesak dan padat bias
pingsan.
6) Tidak ada selera makan (anoreksi)
Hanya berlangsung pad triwulan pertamakehamilan, kemudian
nafsu makan timbul kembali.
7

7) lelah (fatigue)
8) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruh ekstrogen dan progesteronyang merangsang duktus
dan alveoli payudara. Kelenjar Mentgomery terlihat lebih
membesar.
9) Miksi sering
10) konstipasi / obstipasi karena tonus otot-otot menuriun oleh
pengaruh hormone steroid.
11) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone
kortiskosteroidplasenta, dijumpai dimuka (cloasmagravidaru),
areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra = grisie)
12) Epulsi : hipertrofi dari papil gusi
13) pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pad kaki, betis,dan
vulva biasanya dijumpai pad triwulan terakhir.
( Rustam M, 1998 : 43 )

2.1.3.2 Tanda-Tanda Tidak Pasti Hamil


1) Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim
Uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknua.
Konsistensi rahim menjadi lunak, hingga kalau kita letakkan dua
jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada dinding
perut di atas sympisis, maka istmus ini tidak teraba seolah-olah
corpus uteri sama sekali terpisah dari serviks. Tanda ini disebut
tanda hegar.
2) Perubahan pada servik
Dalam kehamilan servik lunak pada perabaan selunak bibir atau
ujung bawah daun telinga.
3) Kontraksi Braxton Hicks
Waktu palpasi atau toucher rahim yang lunak sekonyong-
konyong menjadi keras karena berkontraksi.
4) Balotemen
Pada bulan ke-IV dan V janin kecil dibandingkan air ketuban.
Maka kalau rahim didorong dengan sekonyong-konyong atau
digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim.
5) Meraba bagian anak
8

Dapat dilakukan jika anak sudah agak besar, hanya kadang


tumor padat seperti myoma, fibroma dapat menyerupai bentuk
anak.
6) Pemeriksaan biologis
Tidak dimasukkan tanda pasti karena keadaan lain dapat
menimbulkan reaksi yang positif.
7) Pembesaran perut
Setelah bulan ke III rahim dapat diraba dari luar.
8) keluarnya kolostrum.
9) Hyperpigmentasi kulit
Pada kehamilan 12 minggu keatas pada muka disebut cloasma
gravidarum, karena pengaruh hormone kortikosteroid plasenta
yang merangsang melanofor dan kulit. Hyperpigmentasi juga
pada aerola dan papilla mamma.
10) Tanda Chadwick
Warna selaput lender vulva dan vagina menjadi ungu.
11) Amenorea
12) Mual dan muntah
13) Ibu merasa gerakan anak
14) Sering kencing
15) Perasaan dada berisi dan agak nyeri
Pembesaran rahim karena kehamilan harus dibedakan dari tumor
lain dalam rongga perut seperti myoma, cystoma, haematometra
(darah terbendung dalam rahim).
16) Payudara membesar
Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaru ekstrogen dan progestewron yang merangsang duktus
dan alveoli payudara. Kelenjar montgomeri terlihat membesa.
(Mochtar, 1998 : 44)
17) Mengidam
Sering terjadi bulan-bulan pertama, menghilang dengan makin
tuanya kehamilan.
18) Pingsan
Sering pada tempat-tempat ramai, dianjurkan untuk tidak pergi
ke tempat-tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan.
9

19) Anoreksa
Terjadi pada bulan-bulan pertama, tapi setelah itu nafsu makan
timbul lagi.
20) Obstipasi
Karena tonus otot menurun yang disebabkan pengaruh hormone
steroid.
21) Epulis
Suatu hypertropi papilla ginggivae, sering terjadi pada triwulan
pertama
22) Varises
Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Kadang-kadang
timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.
(Sarwono, 2002 : 125 – 126)
23) Gambaran fisik janin
24) Hasil uji endokrin
(Williams, 1995 : 17)
2.1.3.3 Tanda-Tanda Pasti hamil
1). Gerakan janin dalam rahim dapat dilihat atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
2).. Denyut jantung janin :
a. Didengar dengan stetoskop monoral laennec.
b. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler.
c. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.
d. Dilihat pada USG
3). Terlihat tulang-tulang janin pada foto roentgen
(Mochtar, 1998 : 45).
2.1.4 Fisiologi Kehamilan
2.1.4.1 Perubahan-Perubahan Fisiologik (Mochtar, 1998 : 35 – 40)
1). Perubahan pada system reproduksi
a. Perubahan – perubahan Fisiologik
Uterus akan membesar karena pengaruh hormone estrogen
dan progesterone. Rahim yang semula besarnya sejempol
atau besarnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan
10

hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir


kehamilan.
b. Vagina dan vulva
vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen, adanya hypervaskularisasi
mengakibatkan vagina dan vulva tampak makin merah dan
kebiru-biruan (tanda chadwicks). Warna portiopun tampak
lividae.
c. Serviks uteri
Pada kehamilan mengalami perubahan karena hormone
estrogen yang mengakibatkan hypervaskularisasi maka
konsistensi serviks menjadi lunak. Kelenjar-kelenjar di
serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan skresi
lebih banyak.
d. Ovarium (indung telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus luteum graviditas yang akan
mengeluarkan hormone estrogen dan progesterone,
meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
sempurna pada umur 16 minggu. (Mochtar, 1998 : 35 – 40)
2). Perubahan pada organ dan sistem lainnya
a. Payudara
payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan memberikan ASI pada sat laktasi.
Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
hormon saat kehamilan yaitu estrogen menjadikan hypertropi
sistem saluran, progesterone menambah sel-sel asinus pada
mama dan somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan
sel-sel asinus.
b. Sirkulasi darah ibu
peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena
11

pada sirkulasi retro-plasenter. Pengaruh hormon estrogen dan


progesteron makin meningkat.

c. Sistem respirasi
Pada kehamilan 32 minggu tidak jarang wanita hamil
mengeluh rasa sesak dan pendek napas. Hal ini terjadi akibat
usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar kea rah
diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak untuk
memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat ± 20%. Maka
seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam.
d. Traktus digestivus
bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek
(nausea) karena hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-
otot tractus digestifus menurun, sehingga motilitas seluruh
tractus digestifus juga berkurang. Biasanya terjadi pada pagi
hari (morning sickness). Bila terlampau sering dan terlalu
banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum (patologi)
e. Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama ehamilan kandung kencing tertekan
oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering
kencing. Makin tuanya kehamilan keadaan ini hilang karena
uterus gravidarus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah PAP,
keluhan sering kencing akan timbul kembali karena kandung
kencing mulai tertekan kembali.
f. Kulit
Terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu,
oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang
meningkat. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah
retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-
biruan (striae livdae), setelah partus berubah menjadi putih
(striae albican).
3). Metobolisme
Basal metabolisme rate (BMR) meninggi, system endokrin
meninggi dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya (glandula
12

tiroidea). BMR meningkat hingga 15-20%, umumnya pada tri


bulan terakhir. Protein diperlukan sekali dalam kehamilan untuk
perkembangan fetus, alat kandungan, mama, dan badan ibu serta
untuk persiapan laktasi. (Rustam M, 1998: 35-40)
2.1.4.2 Perubahan Psikologik
Proses kejiwaan dalam kehamilan (Mochtar, 1998 : 178)
1) Triwulan I
Kecemasan, ketakutan, kepanikan, dan kegusaran terhadap
kehamilan. Manifestasi lain yaitu ibu hamil muda sering
meminta makanan yang aneh-aneh yang selama ini tidak
disukainya.
2) Triwulan II
Ibu menganggap kehamilan suatu identifikasi yang abstrak, kini
mulai menyadari bahwa kehamilan merupakan identifikasi
nyata. Mulai mempersiapkan kebutuhan seperti popok, baju,
tempat tidur bayi, kereta bayi dan sebagainya
3) Triwulan III
Timbul gejolak baru dalam persalinan dan perasaan tanggung
jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi. Ada dua golongan ibu
yang mungkin merasa takut.
a. Ibu yang mempunyai riwayat atau pengalaman buruk pada
persalinan yang lalu.
b. Multipara agak berumur, merasa takut terhadap janin dan
anak-anak apabila terjadi sesuatu pada dirinya, takut anaknya
diasuh ibu tiri.
c. Primigravida yang mendengar tentang pengalaman ngeri dan
menakutkan dari teman-teman lain.
d. Kerjasama ibu dengan penolong, pendekatan dan perhatian,
rasa simpati, bila perlu pendekatan psikologik akan
membantu semuanya itu dengan baik.
(Mochtar, 1998 : 178)
2.1.5 Diagnosa atau Iktisar Pemeriksaan
Pada pemeriksaan tidak cukup kita membuat diagnosa kehamilan saja, kita
juga harus bisa menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Hamil atau tidak
13

2. Primi atau multigravida


3. Tuanya kehamilan
4. Anak hidup atau mati
5. Anak tunggal atau kembar
6. Letak anak
7. Anak intra uterin atau ekstra uterin
8. Keadaan jalan lahir
9. Keadaan umum penderita
(Http://www.siaksoft.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=2458&itemid=102)
2.1.6 Diagnosa Banding
2.1.6.1. Hamil palsu
Gejala dapat sama dengan kehamilan, seperti, seperti amenorea,
perut membesar, mual, muntah, air susu keluar,, dan bahkan wanita
ini merasakan gerakan janin. Namun, pada pemeriksaan, uterus
tidak membesar, tanda-tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan
negatif.
2.1.6.2. Myoma uteri
Perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa
padat, kadangkala berbenjol-benjol. Tanda kehamilan negative dan
tidak dijumpai tanda-tanda kehamilan lainnya.
2.1.6.3. Kista ovarii
Perut membesar bahkan makin bertambah besar, namun pada
pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan
negative, tanda-tanda kehamilan lain negatif.
2.1.6.4. Retensio urine
Kandung kemih keruh dan terjadi retensi urine : pada pemasangan
kateter keluar banyak air kencing
2.1.6.5. Hematometra
Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan hymen
inperforata, stenosis vagina atau serviks.
(Mochtar, 1998 : 45 – 46)
2.1.6.6. Pseudosiesis
Terdapat amenorea, perut membesar, tetapi tanda-tanda kehamilan
lain dan reaksi kehamilan negatif. Uterus sebesar biasa. Wanita
14

tersebut mengaku dirinya hamil. Hal ini biasanya terjadi pada


wanita yang ingin sekali hamil.
2.16.7. Menopouse
Terdapat amenorea umur wanita kira-kira diatas 43 tahun, uterus
sendiri sebesar biasa, tanda-tanda kehamilan dan reaksi kehamilan
negatif.
(Sarwono, 2002 : 130)
2.1.7 Ketidaknyamanan Trimester III
2.1.7.1. Sesak nafas
Penyebab :
Progesterone meningkat yang bekerja atas pusat pernafasan,
metabolisme yang meningkat, uterus membesar menekan
diafragma.
Penanganan :
Berdiri dan merentangkan tangan di atas kepala serta tarik nafas
panjang / bernafas antar rusuk. (Mochtar, 1998 : 35)
2.1.7.2. Sering kencing
Penyebab :
Janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kandung
kencing.
Penanganan :
Tidak perlu pengobatan medis, minum sesuai kebutuhan hanya
menghindari minum menjelang tidur supaya tidak sering
terbangun. (Mochtar, 1998 : 44)
2.1.7.3. Obstipasi
Penyebab :
Tonus otot-otot menurun oleh pengaruh hormone steroid sehingga
motilitas dan makanan akan lebih lama dalam saluran pencernaan.
Penanganan :
Meningkatkan konsumsi sayuran, buah dan minum cukup, gerak
badan ringan seperti jalan-jalan pagi hari.
(Mochtar, 1998 : 38)
2.1.7.4. Varises
Penyebab :
15

Pada umumnya karena predisposisi kongenetal, diperberat oleh


berdiri lama, kehamilan dan umur lanjut. Tekanan vena vemoralis
menjadi cukup meninggi pada saat usia kehamilan bertambah tua.
Penanganan :
Terapi varises diextremitas bawah umumnya terbatas pada
istirahat periodik dengan tungkai diangkat atau stoking elastis atau
keduanya.
(William : 95 : 312)
2.1.8 Penatalaksanaan Ante Natal care
2.1.8.1 Tujuan Asuhan Antenatal (Sarwono, 2002 : 90)
1). Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
dan tumbuh kembang bayi.
2). Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu dan bayi
3). Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4). Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5). Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif
6). Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Sarwono, 2002 : 90)
2.1.8.2 Kunjungan Antenatal (Sarwono, 2002 : 90)
1). Satu kali pada tri bulan pertama
2) . Satu kali pada tri bulan ke dua
3). Dua kali pada tri bulan ke tiga
2.1.8.3 Standart Asuhan Minimal Termasuk “14T”
1). Tegur dan sapa dengan ramah
2). Tanyakan (anamnesa) riwayat kehamilan atau persalinan
terdahulu, riwayat kesehatan ibu, adanya gejala atau tanda
IMS
16

3). Temukan kelainan-kelaianan fisik pada muka, leher, dan


tungkai (anemi, vena jugularis eksternal, oedem tunkai)
4). TB, BB, NADI, TENSI DARAH
5). TFU
6). Tentukan letak janin dan DJJ
7). Temukan kelainan pada payudara (palpasi) perubahan
payudara
8). Temukan kelainan (palpasi) liver dan linfe serta perfusi
ginjal
9). Tes HB
10). Tes glokosa protein VDRL
11). Terapi anemi dan penyakit lain yang ditemukan
12). Terapi profilaksis untuk gondok dan malaria
13). Tingkatkan kesegaran jasmani (senam hamil)
14). Temu wicara (penyuluhan makanan bergizi, tanda-tanda
bahaya kehamilan dan persalinan)
(Kumpulan materi Askeb IV, Bu Susanti SST)
2.1.8.4 Nasehat-nasehat untuk ibu Hamil
1). Makanan
Wanita hamil harus mendapat perhatian susunan dietnya
terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna
untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan
dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus,
inersia uteri, HPP. Bila berlebihan dapat mengakibatkan
komplikasi seperti gemuk, preeklamsia, janin besar, dan
sebagainya. Zat-zat yang diperlukan protein, karbodhidrat,
zat lemak, mineral. Sebagai pengawasan kecukupan gizi
ibu hamil dan pertumbuhan kandungan dapat diukur
dengan kenaikan berat badannya rata-rata antara 6,5 kg
sampai 16 kg (10-12 kg)
2). Merokok
Ibu-ibu perokok mempunyai berat badan lebih kecil,
karena itu wanita hamil dilarang merokok.
3). Obat-obatan
17

Hindari obat-obatan selama kehamilan utamanya trimester


satu. Perlu dipertanyakan mana yang lebih besar
manfaatnya dibandingkan bahanyanya terhadap janin.

4). Lingkungan
Bahaya polusi udara, air dan makanan terhadap ibu hamil
dan anak seperti halnya merokok
5). Gerak badan
Gunanya sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak
6). Kerja
Boleh bekerja seperti biasa, cukup istirahat dan makan
teratur, pemeriksaan hamil yang teratur.
7). Bepergian
Jangan terlalu lama dan melelahkan, duduk lama
menyebabkan tromboflebitis dan kaki bengkak. Bepergian
dengan pesawat udara boleh, tidak ada bahaya hipoksia,
dan tekanan oksigen yang cukup dalam pesawat.
8). Pakaian
Harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada
daerah perut. Kutang yang menyokong payudara, sepetu
dengan tumit tidak terlalu tinggi.
9). Istirahat dan rekreasi
Wanita pekerja harus sering istirahat. Tidur siang
mengutungkan dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan
yang terlalu ramai, sesak, dan panas lebih baik dihindari.
10). Mandi
Untuk kebersihan utamanya perawatan kulit, karena fungsi
ekskresi dan keringat bertambah. Tidak dianjurkan
berendam
11). Coitus
Tidak dihalangi kecuali ada sejarah : sering
abortus/premature, perdarahan pervaginam, minggu
18

terakhir kehamilan koitus harus hati-hati, bila ketuban


sudah pecah koitus dilarang.
12). Kesehatan jiwa
Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan,
dengan tujuan menghilangkan ketidaktahuan, latihan fisik
dan kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan bayi, dan
berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologik.
13). Perawatan buah dada
Buah dada merupakan sumber ASI untuk bayi, maka jauh
sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang harus sesuai
dengan pembesaran buah dada yang sifatnya adalah
menyokong dari bawah suspension, bukan menekan dari
depan. Dua bulan terakhir dilakukan massage, kolostrum
dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. (Mochtar,
1998 : 60)
2.1.9 Komplikasi kehamilan
1. Preeklamsi dan eklamsi
2. Kelainan dalam lamanya kehamilan (kehamilan lewat waktu)
3. Kelainan pada amnion (Hidramnion dan oligohydramnion)
4. Perdarahan ante partum (plasenta previa, Solusio plasenta, perdarahan
ante partum yang belum jelas sumbernya).
5. Kehamilan kembar
(Williams, 95 : 744 – 910)
2.1.10 Prognosa
2.1.10.1. Dengan pengawasan yang baik dan bermutu penyulit-
penyulitsewaktu hamil dapat diobati dan dicegah (Mochtar, 1998
: 47).
2.1.10.2. Umumnya kehamilan berkembang normal dengan kelahiran bayi
sehat, cukup bulan, melalui jalan lahir. Namun terkadang sulit
diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah.maka pelayanan / asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Sarwono,
2002 : 91)
19

2.1.10.3. Hendaknya menetapkan secara tepat umur kehamilan janin dan


mengantisipasi jenis dan besarnya morbiditas, baik ibu maupun
janin, yang mungkin timbul selanjutnya. Sering kalau morbiditas
dapat diantisipasi, intensitasnya dapat dikurangi dengan
perawatan yang sesuai (Williams, 1995 : 299)

2.2. Konsep Pre-Eklamsia


2.2.1 Definsi Pre-Eklamsia
Pre-eklamsi memperlihatkan gejala hipertensi, oedem dan proteinuria,
kadang-kadang hanya hipertensi dengan protein urin atau hipertensi
dengan oedem.
Eklamsia semua gejala-gejalanya dengan pre-eklamsia ditambah
dengan kejang atau coma (Obstetri patologi ; 90)
Pre-eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, odema atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah
minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal.
Obstetri Wiliam, 2002 : 773).
2.2.2 Etiologi
Penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan sebab sebab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban
yang memuaskan. Teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab
pre-eklamsia ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak
dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu.
Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal
berikut :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan
ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Mengapa terjadinya perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi
kematian janin dalam kandungan.
4. Mengapa frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan
berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, protein urine, kejang, dan
koma.
20

Dari hal - hal diatas, jelas bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklmsi dan eklamsia. ( Rustam M,
1998 : 199 )
2.2.3. Patologi
Pada Pre-eklamsi terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan
darah dengan sendirinya akan naik. Sebagai usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema disebabkan retensi air dan
garam ruang intersial. Proteinuria disebabkan oleh spasmus arteiola
sehingga terjadi perubahan di glomerus.
( Rustam M, 1998 : 199 )
Dengan teori di atas dapat disimpulkan dengan skema sebagai berikut:

Pre-eklamsi

Spasme arteriola Filtrasi natrium Perubahan pad


sehingga lumen glomerulus menurun glomerulus
menyempit sehingga terjadilah karena spasme
retensi garam dan air arteriola
dalam ruang interstisial

Peningkatan Edema Protein urine


Tekanan darah

2.2.4 Perubahan anatomi patologik


2.2.4.1 Perubahan pada otak
Pada pre-eklamsi aliran darah dan pemberian oksigen tetap
dalam batas normal. Pada eklamsi, resistensi pembuluh darah
meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Eklamsi
yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelinan serebral
dan gangguan visus, bahkan keadaan lanjut dapat terjadi
perdarahan.
2.2.4.2 Perubahan pada plasenta dan rahim
21

Aliran darah dari rahim menurun keplasenta dapat


menyebabkan gangguan pertum buhan janin, serta terjadi
kekurangan oksigen menyebabkan gawat janin. Pada Pre-
eklamsi dan eklamsi sering terjadi peninkatan tonus rahim dan
kepekaan terjadi partus prematurus.

2.2.4.3 Perubahan pada ginjal


Filtrasi glomerulus berkurang oleh klarena aliran ke ginjal
menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui
glumerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi
garam dan air. Filtrasi glemerulus dapat turun sampai 50%
dari normal sehingga pad keadaan lanjut dapat terjadi oligoria
dan anuria.
2.2.4.4 Perubahan pada paru- paru
Kematian ibu pada pre-eklamsi dan eklamsi biasanya
disebabkan oleh oedema paru yang menimbulkan dekompesasi
kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneomonia atau
abses paru.
2.2.4.5 Perubahan pada mata
Dapat dijumpai adanya oedema retina spasme pembuluh
darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai
terjadinya pre-eklamsia berat. Pada eklamsi dapat terjadi
ablasio retina yang disebabkan oedema intra-okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan.
Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda Pre-eklamsia berat
yang mengarah pada eklamsi adalah adanya skotoma,
diplopia, dan ambiopia. Hal ini dise babkan oleh adana
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks
serebri atau di dalam retina.
2.2.4.6 Perubahan pada keseimbangan elektrolit
Pada Pre-eklamsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan
yang nyata pada metabolisme air,elektrolit, kristaloid dan
protein serum. Jadi tidak terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat dan pH darah
22

berada pada batas normal. Pada Pre-eklamsi berat dan


eklamsia, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dalam
asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan
turun.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.Setelah
konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi dan dilepaskan
natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga
terbentuk natrium bikarbonat.
Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
Oleh beberapa penulis atau ahli kadar asam urat dalam darah
dipakai untuk menentukan arah Pre-eklamsi menjadi baik atau
tidak setelah diberikan penanganan.(Rustam M, 1998 : 200 )
2.2.5. Perubahan fisiologik patologik
Perubahan pokok yang didapatkan pada pre eklamsia adalah spasmus
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
2.2.5.1 Perubahan pada plasenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama
pertumbuhan janin terganggu, pada hipertensi yang lebih
pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena
oksigenasi.
2.2.5.2 Perubahan pada ginjal
Disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi giomerulus mengurang.
Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan
dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air.
2.2.5.3 Perubahan pada mata
Pada pre-eklamsia tampak edema retina, spasmus setempat
atau mengeruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terlihat
perdarahan atau eksudat.
2.2.5.4 Perubahan pada paru-paru
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita
pre-eklamsia dan eklamsia. Komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dikompensasio kordis kiri.
2.2.5.5 Perubahan pada otak
23

Mc Call melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah dalam


otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi
pada eklamsia.
2.2.5.6 Metabolisme air dan elektrolit
Kejadian ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum, dan sering bertambahnya edema,
menyebabkan volume darah mengurang viskosifit darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Elektrolit,
kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan
perubahan yang nyata pada pre-eklamsia konsentrasi kalium,
natrium, kalsium, dan krorida dalam serum biasanya dalam
batas normal. Gula darah, bikarbonas, dan PH pun normal.
(Rustam M. 1998. 241)
2.2.6. Klasifikasi Pre-Eklamsia
Dibagi 2 golongan :
2.2.6.1 Pre eklamsia ringan
1). TD 140/90 mmHg atau lebih, kenaikan diastole ≥ 15
mmHg kenaikan systole ≥ 30 mmHg.
2). Edema umum, kaki, jari tangan, muka, kenaikan BB 1 kg
atau lebih/minggu.
3). Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
4). Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif
positif 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran
pertengahan (Rustam M. 1998. 201)
2.2.6.2 Pre eklamsia berat
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada
ibu hamil sudah dapat digolongkan pre-eklampsia berat :
1). Tekanan darah 160/110 mmHg
2). Oligouria, urin kurang dari 400 cc/24 jam.
3). Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4). Keluhan subjektif :
a.Nyeri epigastrum
b. Gangguan penglihatan
c.Nyeri kepala
d. Edema paru dan sianosis
24

e.Gangguan kesadaran
5). Pemeriksaan :
a. Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
b. Perdarahan pada retina
c. Trombosit kurang dari 100.000/mm
(Rustam M. 1998. 201)
2.2.7 Tahapan Kejang
2.2.7.1 Stadium invasi (awal atau aurora) / premoniatory
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan
tangan bergetar, kepala dipalingkan kanan dan kiri,
berlangsung ± 10-20 detik, mata membelalak, otot tangan dan
wajah berkedut, kesadaran menurun.
2.2.7.2 Stadium kejang tonik
Otot badan, wajah, kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam, nafas berhenti, muka sianosis, lidah
tergigit, gigi mengatup, diafragma mengatup, lamanya ± 10-20
detik.
2.2.7.3 Stadium kejang klonik
Otot terkontraksi dalam waktu cepat. Mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, lidah tergigit, mata melotot,
muka kongesti dan sianosis. Berlangsung selama 1-2 menit
kejang berhenti, tidak sadar, menarik nafas seperti
mendengkur (pernafasan dalam), gigitan kuat pada rahang.
2.2.7.4 Stadium Koma
Koma berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam.
Selama serangan TD meninggi, nadi cepat, suhu sampai 40 0C.
hilang kesadaran lamanya dalam hitungan menit bahkan jam,
dapat terjadi kejang ulang.
(Rustam M. 1998 204)
2.2.8 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini pre-eklamsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya pre-eklamsia
dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti telah diuraikan di atas.
Walaupun timbulnya pre-eklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
25

namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan


secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak,
karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini pre-eklamsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan
kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
(Sarwono, 2002 : 290)
2.2.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan adalah untuk mencegah terjadinya pre-
eklamsia dan eklamsi dan trauma pada janin seminima mungkin
Penanganan Preeklamsia
2.2.9.1 Penanganan Pre-eklamsia ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap
dengan skema periksa ulang misalnya 2 kali seminggu.
Penanganan pada penderita dengan istirahat di tempat tidur,
diet rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valum
tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobabital 30 mgg dengan
dosis 3 kali 1 sehari. Diuretic dan obat antihipertensi tidak
dianjurkan, karena bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklamsi
berat. Bila gejala masih menetap : monitor keadaan janin,
kadar estradiol urin, amnioskopi, USG. (Rustam M. 1998.
202)
2.2.9.2 Penanganan Pre-eklamsia berat
Penanganan pre-eklamsia berat dan eklamsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang pada eklamsia
Penanganan kejang
1) Beri obat antikonvulsan
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nifas,
sedotan, masker oksigen, oksigen).
26

3) Lindungi pasien dari kemungkina trauma


4) Aspirasi mulut dan tenggorokan
5) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Tredelenburg untuk
mengurangi resiko aspirasi.
6) Beri O2 4-6 liter/menit (Rustam M. 1998. 212)

2.2.9.3 Kehamilan kurang dari 37 minggu


Jika janin belum menunjukkan tanda maturitas paru :
1). Injeksi sulfas magnesikus 8 gr IM kemudian injeksi
tambahan 4 gr IM setiap 4 jam (selama tidak ada kontra
indikasi).
2). Jika ada perbaikan ; pemberian sulfas magnesius
diteruskan selama 24 jam
3). Ibu dirawat, diperiksa, keadaan janindi monitor, BB
ditimbang sambil mengawasi timbulnya gejala lagi.
4). Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan
induksi partus / tindakan lain tergantung keadaannya.
(Rustam M. 1998. 202)
2.2.9.4 Kehamilan diatas 37 minggu
1). Penderita dirawat inap
a. Istirahat mutlak dan dalam kamar isolasi.
b. Diet rendah garam dan tinggi protein.
c. Injeksi sulfas magnesius 8 gr IM, 4 gr bokong kanan 4
gr bokong kiri.
d. Injeksi ulang dosis 4 gr setiap 4 jam
e. Syarat pemberian MgS04
Reflek patella +/+, Diuresis 100 cc dalam 4 jam
terakhir. Respirasi 16 x/menit, harus tersedia anti
dotumnya yaitu kalsium glukosa 10% dalam ampul 10
cc.
f. Infus dekstrose 5% dan RL.
2) Obat anti hipertensi
Injeksi katapres 1 ampul IM selanjutnya tablet katapres 3
kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari.
27

3) Diuretika tidak diberikan, kecuali bila odema umum,


odema paru, dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu
injeksi 1 ampul IV lasix.
4) Setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, lakukan
induksi partus dengan atau tanpa amniotomi
Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam infuse
tetes
5) Kala II dipersingkat dengan ekstrasi vakum / forceps, ibu
dilarang mengedan.
6) Jangan beri methergin post partum, kecuali bila terjadi
perdarahan karena atonia uteri.
7) Pemberian sulfas magnesikus jika tidak ada kontraindikasi,
teruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam.
8) Bila ada indikasi obstetrik dilakukan SC.
(Rustam M. 1998. 203)
2.2.9.5 Penanganan Umum
1) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan antihipertensi,
sampai tekanan diastolic di antara 90-100 mmHg.
2) Pasang infuse Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge
atau >).
3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi
overload.
4) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan
proteinuria.
5) Jika jumlah urin < 30 ml per jam :
a. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam;
b. Pantau kemungkinan edema paru.
6) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung
janin setiap jam.
8) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
9) Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema
paru, stop pemberian cairan, dan berikan diuretic misalnya
furosemide 40 mg IV
28

10) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside.


Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit,
kemungkinan terdapat koagulopati. (Sarwono. 2002. 212).

2.3 Konsep Kehamilan Resiko Tinggi


2.3.1 Definisi
Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih
besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya
penyakit atau kematian sebelum atau sesudah persalinan.
(www.medicastore.com)
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang memiliki resiko tinggi atau
bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila
dibandingkan ibu hamil yang normal.(http://.balita-anda.indoglobal.com)
2.3.2 Ibu hamil termasuk resiko tinggi
1. Riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik.
(contoh: riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati)
2. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm.
3. Ibuhamil yang kurus/berat badan kurang.
4. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
5. Sudah memiliki 4 anak atau lebih.
6. Jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun.
7. Ibu menderita anemia atau kurang darah.
8. Perdarahan pada kehamilan ini.
9. Tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya
bengkak pada tungkai.
10. Kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal.
11. Riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi,asma dll.
(http://www.id.medicastore.com)
2.3.3 Bahaya ibu hamil resiko tinggi
1. Bayi lahir belum cukup bulan
2. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Keguguran (abortus)
29

4. Persalinan tidak lancer atau macet


5. Perdarhan sebelum dan sesudah persalinan
6. janin mati dalam kandungan
7. Ibu hamil atau berasalin meninggal dunia
(http://www.balita-anda.indoglobal.com)

2.3.4 Penilaian kehamilan resiko tinggi


Tabel 2.2 penilaian kehamilan resiko tinggi
Nilai 10 atau lebih menunjukkan resiko tinggi
Faktor Resiko Skor
Sebelum kehamilan
Karakteristik ibu
Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang 5
Berat badan kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg 5
Peristiwa pada kehamilan yang lalu
Kematian dalam kandungan 10
Kematian bayi baru lahir 10
Bayi premature 10
Kecil untuk masa kehamilan 10
Transfusi darah janin atau penyakit hemolitik 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) 10
Keguguran berulang 5
Bayi besar (lebih dari 5 kg) 5
Hamil sebanyak 6 kali atau lebih 5
Riwayat eklamsi 5
Operasi Caesar 5
Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu 5
Riwayat pre eklamsi 1
Cacat bawaan pada bayi sebelumnya 1
Kelainan struktur
Rahim ganda 10
Kelemahan pada leher rahim 10
Panggul sempit 5
Keadaan medis
Tekanan darah tinggi menahun 10
Penyakit ginjal sedang sampai berat 10
Penyakit jantung berat 10
Diabetes yang tergantung kepada insulin 10
Penyakit sel sabit 10
Hasil pap smear yang abnormal 10
30

Faktor Resiko Skor


Penyakit jantung sedang 5
Penyakit tiroid 5
Penyakit tuberculosis 5
Penyakit paru-paru (asma) 5
Hasil pemeriksaan darah yang positif untuk sifilis atau HIV 5
Riwayat infeksi kandung kemih 1
Riwayat keluarga yang menderita diabetes 1
Selama kehamilan
Obat-obatan dan infeksi
Pemakaian obat atau alkohol 5
Penyakit virus (misalnya campak jerman) 5
Influensa berat 5
Merokok 1
Komplikasi medis
Pre eklamsi sedang sampai berat 10
Pre eklamsi ringan 5
Infeksi ginjal 5
Diabetes gestsional 5
Anemi berat 10
Infeksi kandung kemih 1
Anemi ringan 1
Sumber : www.medicastore.com

2.3.5 Pencegahan kehamilan resiko tinggi


1. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
posyandu, puskesmas, rumah sakit, paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
2. Dengan mendapatkan imunisasi TT 2 kali.
3. Bila ditemukan kelainan resiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif.
4. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
(http://www.balita-anda.indoglobal.com)

2.4 Konsep Menejemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Preeklamsi


Ringan
Dalam memberikan asuhan kebidanan, digunakan tujuh langkah proses
manajemen yang merupakan proses pemecahan masalah yang
berkesinambungan, logis, dan menguntungkan bagi klien dan tenaga kesehatan.
31

Proses manajemen tersebut adalah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney.


Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
2.4.1 Pengkajian
Tanggal :
Waktu :
2.4.1.1 Data Subyektif
1. Biodata
Pada dasarnya biodata penting untuk mengetahui latar belakang,
identitas, tingkat intelektual, serta status sosial ekonominya,
berkaitan untuk menentukan anjuran atau pengobatan yang akan
diberikan, untuk merencanakan pemberian konseling dan KIE.
Insiden pada ibu hamil dengan pre-eklamsi ringan banyak terjadi
pada umur yang lebih dari 35 tahun.
2. Keluhan utama
Pertambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan
proteinuria. Sakit kepala di bawah frontal, nyeri epigastrium,
gangguan fisus, penglihatan kabur, skotoma, mual dan muntah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah ibu sekarang menderita penyakit kronis seperti hipertensi
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengalami hipertensi, sakit kepala, gangguan penglihatan,
pusing atau nyeri epigastrum.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi.
Adakah riwayat keturunan kembar
6. Riwayat Kehamilan Yang Lalu
Ditanyakan hamil yang lalu berapa bulan, persalinannya
bagaimana ada masalah atau tidak(bedah sesar) persalinan
dengan ekstrasi vakum atau forceps, hipertensi yang diinduksi
oleh kehamilan, pre eklamsia atau eklamsia, perdarahan pasca
persalinan. Ditolong oleh siapa, jenis kelaminnya apa, berat
badan berapa, panjang badan berapa, sekarang usia berapa dan
bagaimana nifasnya.
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
32

Tanyakan adakah keluhan yang dirasakan selama hamil ini,


berapa kali memeriksakan kehamilan, kapan pertama kali
merasakan gerakan anak.
Kehamilan sudah tua adakah bengkak kaki atau muka, sakit
kepala, perdarahan, sakit pinggang dan sebagainya.
8. Riwayat Haid
Menarche : 13 - 16 tahun
Siklus : 28 - 30 hari
Lama : 3 – 5 hari
Banyak darah : 50 cc
Sifat darah : cair atau berbau, warnanya, baunya.
Haid : nyeri atau tidak
HPHT : …
TP : …
9. Riwayat Perkawinan
Perkawinan yang keberapa, pertama kali menikah umur berapa,
perkawinan sudah berapa tahun.
10. Riwayat KB
Pemakaian alat kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan
hipertensi. Rencanakan pemakaian KB selanjutnya
menggunakan kontrasepsi non hormonal (IUD).
11. Data Sosial Budaya
Ada tidaknya budaya-budaya yang bertentangan dengan
kehamilannya.
12. Data Spiritual
Bagaimana ibu beribadah taat, teratur.
13. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Nutrisi
Ibu suka makan-makanan yang mengandung tinggi garam.
Sebelum hamil : berapa kali makan, porsinya
Selama hamil : berapa kali makan, porsinya
Penambahan berat badan wanita hamil sekitar 10 sampai 12
kg selama kehamilan (Williams, 2002 : 301)
b. Eliminasi
33

sebelum hamil : BAB berapa kali sehari, konsistensinya,


warnanya, ada keluhan atau tidak, BAK
berapa kali sehari, warna, ada
keluhan/tidak.
Selama hamil : BAB berapa kali sehari, konsistensinya,
warnanya, ada keluhan atau tidak. BAK
berapa kali sehari, warna, ada keluhan atau
tidak.
BAB cenderung menjadi tidak teratur karena relaksasi
umum otot polos dan kompresi otot usus bawah oleh usus
bawah oleh usus yang membesar (Williams, 2002 : 309)
c. Istirahat
sebelum hamil : tidur malam dan siang hari berapa jam
sehari, ada keluhan atau tidak
selama hamil : berapa jam tidur siang dan malam dalam
sehari. Ada keluhan atau tidak.
Kebutuhan istirahat pada ibu hamil trimester III 8-9 jam tidur
malam. 2 jam tidur siang (Mayes Midwierf : atex book for
midwives, 1998 : 149)
d. Sexual
Sebelum hamil : berapa kali dalam seminggu, ada keluhan
atau tidak
Selama hamil : berapa kali dalam seminggu, ada keluhan
atau tidak.
Begitu aborsi atau persalinan kurang bulan mengancam,
koitus hendaknya dihindari. Sebaliknya,wanita hamil sehat
tidak berbahaya seblum sekitar empat minggu terakhir
kehamilan. (Williams, 2002:309)
e. Aktivitas
Sebelum hamil : pekerjaan apa saja yang setiap hari, ada
keluhan atau tidak.
Selama hamil : pekerjaan apa saja yang dilakukan setiap hari
ada keluhan atau tidak
Boleh bekerja seperti biasa, cukup istirahat dan makan
teratur, pemeriksaan kehamilan yang teratur.
34

f. Personal Hygiene
Sebelum hamil : berapa kali mandi dalam sehari, berapa
kali mencuci rambut dalam seminggu,
berapa kali ganti baju dalam sehari.
Selama hamil : berapa kali mandi dalam sehari, berapa
kali mencuci rambut dalam seminggu,
berapa kali ganti baju dalam sehari.
2.4.1.2 Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik atau cukup atau lemah
Kesadaran : composmentis atau apatis
atausamnolen
Tekanan darah : ≥ 140/90 mmHg
Nadi : normal (78-88 x/menit)
Temperature : normal (36,5 – 375 0C)
Pernafasan : normal (18-24 x/menit)
Peningkatan BB : 1 kg atau lebih/minggu
TB : ≥ 145 cm
LILA : ≥ 23,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : kering atau lembab, kotor atau tidak, rapuh
atau tidak
Mata : pandangan masih normal, sclera tidak kuning,
konjungtiva tidak pucat
Muka : edema positif, cloasmagravidarum atau tidak
Telinga : ada secret atau tidak, simetris atau tidak
Hidung : ada pernapasan cuping hidung atau tidak
Mulut : kering atau tidak, luka atau tidak, caries,
Leher : pembesaran kelenjar tyroid, bandungan vena
jugularis
Dada : ada refraksi otot dada simetris atau tidak,
payudara membesar, putting menonjol
hiperpigmentasi areola, mamae tegang
35

Abdomen : pembesaran perut sesuai usia kehamilan,luka


bekas operasi ada atau tidak, adanya striae
albican, linie alba ada atau tidak
Ekstremitas : oedema kanan dan kiri positif , varises negatif
b. Palpasi
Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak,
pembesaran vena jugularis ada /tidak
Dada : benjolan abnormal atau tidak, colostrums
kanan dan kiri positifmamae tegang
Abdomen : ada nyeri epigastrik bila ditekan, colostrums keluar
bila dipencet.
LI : TFU … cm, bagian atas janin
LII : letak janin, puka/puki
LIII : bagian terendah janin
LIV : bagian terendah masuk PAP
TBJ : (2500-4000 gram)
c. Auskultasi
Dada : ada pernafasan ada ronchi atau tidak dan ada
wheezing atau tidak.
Perut : Djj positif atau negative, N : 120-140x/menit,
teratur, jelas atau tidak, punctum maximum
bawah pusat sebelah kanan atau kiri.
d. Perkusi : reflek patella kiri dan kanan positif
3. Pemeriksaan panggul luar
Dilakukan terutama pada primigravida untuk mengetahui adakah
kelainan yang dapat menimbulkan penyulit dalam persalinan.
Alat yang sering dipakai adalah jangka panggul Martin
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap (Hb : 12-15 gr%)
Urine lengkap : albumen +1/+2

2.4.2 Identifikasi Masalah Aktual


36

Diagnosa : ibu G..P UK 40 minggu janin tunggal, hidup, intra uterin,


letak kepala, jalan lahir normal, keadaan umum ibu baik
dengan Pre-eklamsi ringan
DS : klien mengatakan muka, tangan dan kaki oedem, klien
mengatakan berat badan meningkat, klien mengatakan
pusing, klien mengatakan terjadi mual dan muntah, klien
mengatakan nyeri ulu hati.
usia kehamilannya sembilan bulan
pergerakan janin yang dirasakan baik.
DO : penambahan sistolik ≥ mmHg dan penambahan diastolik
≥ 15 mmHg dari sebelum hamil.
TFU sesuai usia kehamilan
DJJ ( 120 – 160 x/menit )
Edema pada muka dan ekstremitas
Protein uri +1/+2
Oligouri < 400 ml/24 jam
Masalah :
Sering kencing
DS : ibu mengatakan akhir-akhir ini sering kencing
DO : ibu kencing 7 – 8 x/hari
2.4.3 Antisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak
segera diatasi dapat mengganggu keselamatan hidup klien, sehingga harus
diantisipasi, dicegah, diawasi dan dipersiapkan untuk mengatasi komplikasi
yang terjadi.
Dari data subyektif dan data obyektif antisipasi masalah meliputi : Pre-
eklamsi berat : rawat inap dengan posisi tidur miring kekiri, TD,BB,
proteinurine, input dan output dipantau dengan ketat,
pemberian MgSO4 jika tiba-tiba tekanan darah > 170 –
180 mmHg sistolik atau 110 – 120 diastolik. Beri hidrakzin.
Eklamsi : pasien harus dirawat di Rumah Sakit, sebelum dirujuk
pasien diberi pothedin 100 mg atau morfin 10 mg untuk
mencegah kejang selama perjalanan.
IUGR : bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan
atau 1 minggu setelah diagnosis partus belum dimulai,
37

maka wanita dirawat agar dapat dilakukan induksi


partus. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian
estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau
langsung dengan oksitosin drip, dengan atau tanpa
amniotomi.
2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan langkah yang berkesinambungan dari proses
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada saat bidan bersama klien, yaitu
terdapat indikasi situasi dimana bidan bertindak sesuai dengan
kewenangannya.
Identifikasi kebutuhan segera berupa kolaborasi dengan dokter.
2.4.5 Intervensi
Diagnosa G…P… UK 40 mgg T/H/intrauterine, letak kepala, jalan lahir
normal, keadaan umum ibu baik, dengan PER.
Tujuan : - kehamilan berjalan normal sampai menjelang persalinan
Tidak ada komplikasi
- gejala preeklamsi ringan dapat diatasi.
Kriteria Hasil :
TD kembali normal ( 110/70 – 130/80 mmHg), penambahan diastole <
15 mmHg dan sitole < 30 mmHg
TFU sesuai usia kehamilannya
DJJ ( 120 – 140 x/menit )
Edema pada muka, tangan dan kaki negatif
Protein urine (-)
Intervensi :
1. Jelaskan pada klien tentang kehamilannya dan hal-hal yang harus
diperhatikan.
R/ dengan penjelasan yang diberikan diharapkan klien mengerti dan
memahami kelainan pada kehamilannya, dan termotivasi untuk
mengatasi masalah yang ada.
2. Anjurkan pada klien agar melakukan diet kurangi karbohidrat,
penambahan protein, mineral, rendah garam.
R/ dengan melakukan diet penambahan protein sehingga memenuhi
kebutuhan metabolisme klien dan pertumbuhan janin di dalam rahim.
38

3. Anjurkan pada klien istirahat cukup 7-8 jam sehari dan berbaring
miring ke kiri
R/ dengan istirahat cukup dan berbaring miring ke kiri sehingga aliran
darah ke plasenta meningkat dan tekanan vena pada ekstremitas
menurun.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi
R/ dengan melakukan kolaborasi bidan melakukan fungsi dependen
untuk membantu mempertahankan kondisi klien.
5. Anjurkan pada klien untuk control satu minggu sekali atau bila ada
keluhan (mual, muntah, pusing yang hebat, penglihatan kabur).
R/ dengan melakukan control secara rutin untuk mengantisipasi
adanya kegawardaruratan
6. Beri penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya terhadap kehamilan dan
persiapan persalinan
R/ dengan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan klien dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi.
7. Jelaskan pada klien penyebab nyeri epigastrik
R/ dengan penyuluhan tentang nyeri epigastrik pada ibu tahu bahwa
terjadi komplikasi pada kehamilannya
Masalah : Sering kencing (BAK)
Tujuan : Setelah diberi penjelasan ibu bisa mengerti tentang
penyebab nyeri saat kencing (BAK)
Kriteria Hasil : Ibu bisa mengerti dengan keadaannya
Intervensi :
1. Jelaskan kepada ibu penyebab dari sering kencing yang dialami
R/ Ibu tidak lagi khawatir tentang keadaannya
2. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerh genetalia
R/ Dengan menjaga kebersihan daerah genetalia daoat mencegah
timbulnya bakteri
3. Anjurankan ibu untuk memaka pakaian dalam dari bahan katun
R/ Menjaga genetalia ibu tetap kering sehingga bakteri tidak mudah
masuk dalam genetalia
4. Anjurankan inu untuk menghindari minuman yang mengandung
caffein
39

R/ Minuman yang mengandung caffeine merangsang untuk sering


kencing
2.4.5 Implementasi
Merupakan perwujudan dari rencana yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
2.4.6 Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil dengan menggunakan formasi SOAP, yaitu :
1. Diagnosa G…P… UK 40 mgg T/H/intrauterine, letak kepala, jalan
lahir normal, keadaan umum ibu baik, dengan PER.
S : ibu mengerti dengan penjelasan petugas
Ibu mengatakan akan minum obat secara teratur, diet
rendah garam.
O : ibu mengerti dan kooperatif dengan menganggukanggukan
kepala
A : G…P… UK 40 mgg T/H/intrauterine, letak kepala, jalan
lahir normal, keadaan umum ibu baik, dengan PER.
P : Rencana dilanjutkan dengan anjuran istirahat cukup, diet
rendah karbohidrat, lemak dan garam serta tinggi protein,
obat diteruskan. Kontrol satu minggu atau bila ada keluhan
pusing yang hebat, mata kabur, mual, muntah, nyeri
epigastrum.

BAB 3
TINJAUAN KASUS
40

Setelah melakukan pembahasan melalui tinjauan pustaka, kemudian penulis


melanjutkan dengan tinjauan kasus nyata yaitu asuhan kebidanan pada Ny.” S “ GVI
P30022 usia kehamilan 40 minggu dengan PER di BPS Ny. Sismiarti Amd Keb
Bandarmlati kediri.Asuhan kebidanan
3.1 Pengkajian
Tanggal : 26 Oktober 2007 Jam : 07.30 WIB
No. Reg : 81 / 07
3.1.1. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. “S” Nama : Tn. “M”
Umur : 36 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMA
Alamat : Bandar Lor Pekerjaan : Swasta
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tiap hamil tensinya selalu tinggi, ibu mengatakan
mulai 2 hari yang lalu kakinya bengkak sampai sekarang.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


- Ibu selama hamil ini tensinya selalu tinggi 140/80-150/80
mmHg.
- Sebelum hamil ibu juga pernah hipertensi
- Ibu mempunyai riwayat keturunan hipertensi,tidak menderita
penyakit menahun atau penyakit menular
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat tensi darah selama hamil sekitar 130/80-150/90 mmHg
- Tekanan darah sebelum hamil 130/80 mmHg
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ibu mempunyai riwayat keturunan hipertensi dari
keluarga istri. Tidak ada yang menderita penyakit menular seperti :
TBC, AIDS, liver, menurun yang lain kencing manis, asma, kelainan
41

darah, jantung kronis seperti tumor, bronchitis, infeksi liver. Tidak


ada keturunan kembar.
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/ tidak : teratur
Lamanya : 6-7 hari
Jumlah : darah haid pada hari1 1 – 3 ganti pembalut
2 – 3 kali sehari, hari 4 – 7 ganti pembalut 1 –
2 kali sehari
Warna : merah
Bau : anyir
Disminorhoe : tidak pernah
Flour Albus : kadang-kadang dan sedikit biasanya
sebelum menstruasi, putih jernih, bau
khas
HPHT : 25 Januari 2007
TP : 1 Oktober 2007
7. Riwayat Perkawinan
Usia I menikah : 20 tahun Status : sah
Lama : 16 tahun Istri ke :1
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
HAMIL PERSALINAN ANAK NIFAS
Hamil
Usia Jenis Penolong Tempat Sex BB T/G H/M Usia KB Laktasi
ke
1 8 mgg Abortus Bidan BPS M
2 12 mgg Abortus Bidan BPS M
3 40 mgg Normal Bidan BPS ♂ 3800 T H 13 th STK Baik
4 39 mgg Normal Bidan BPS ♀ 3500 T H 8 th STK Baik
5 39 mgg Normal Bidan BPS ♀ 3200 T M 4 th
6 hamil ini meninggal
(sakit)
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
Frekuensi ANC : 7 kali, di bidan dan dokter SPOG
Pemeriksaan kehamilan / ANC :
Trimester I :
Dua kali di puskesmas sukorame, hasil pemeriksaan :
42

Kunjungan pertama 20 – 2 – 2007


Keluhan : mual, pusing
T : 140/90 mmHg, TB/BB : 150 cm/56,5kg, PPT
positif, TFU belum teraba, Tx : Vitamin B6, kalk
KIE : pola nutrsi
Kunjungan kedua 22 – 3 – 2007
Keluhan : pusing, kram
T : 140/90 mmHg, BB : 58 kg, TFU : belum teraba.
Tx :Vitamin Bc,Kalk
KIE : istirahat yang cukup
Trimester II :
Tiga kali di BPS Sismiarti Amd Keb, hasil pemeriksaan :
Kunjungan pertama 18 – 5 – 2007
Keluhan : tidak ada keluhan apa-apa
T : 130/80 mmHg, BB : 59.5 kg, TFU : 2 jari atas
syimpisis, DJJ positif Tx : momilen, siobion
Kunjungan kedua 20 – 6 – 2007
Keluhan : punggung sakit
T : 140/90 mmHg, BB: 60 kg, TFU : pertengahan
pusat syimpisis, DJJ positif , Tx: Vit B12,Kalk
KIE : pentingnya senam hamil, kurangi makanan yang
mengandung banyak garam
Kunjungan ketiga 19 – 7 – 2007
Keluhan : greges (panas,batuk)
T : 130/80 mmHg, BB: 61 kg, TFU : 2 jari bawah
pusat, Tx: Vit B12, Kalk
KIE : mengajurkan untuk mengurangi aktifitas
Trimester III :
Dua kali kunjungan
Satu kali di Puskesmas Campurejo 15 – 8 – 2007
Keluhan : punggung sakit
T : 140/90 mmHg, BB: 63 kg, TFU: setinggi pusat,
Tx: momilen,kalk
KIE : kurangi aktifitas
Kunjungan berikutnya di BPS Sismiarti Amd Keb 20 – 10 – 2007
43

Keluhan : sudah 2 hari kaki bengkak sampai sekarang


T : 140/90 mmHg, BB : 65 kg, TFU: tiga jari atas
pusat, Tx: Vit B1, momilen
KIE : mengenali tanda bahaya persalinan
Riwayat Imunisasi TT lengkap 2 kali, pada usia kehamilan 4
bulan dan 5 bulan
Ibu tidak pernah minum obat-obatan tanpa resep atau berobat ketika
periksa hamil, ibu hanya minum obat yang telah diberikan bidan
ketika periksa.
10. Riwayat KB
Pernah ikut KB suntik selama 3 tahun lalu punya anak yang ke-3
lalu setelah lahir ikut KB suntik 1 tahun. Disarankan rencana
kotrasepsi berikutnya KB non hormonal (IUD).
11. Perilaku kesehatan
Ibu tidak pernah minum-minuman seperti kopi, miras atau yang
mengandung alkohol, merokok.
12. Data sosial budaya
Ibu dan suami adalah suku jawa, keduanya memiliki tradisi acara
slamatan pada kehamilan umur tiga bulan mengadakan selamatan
tiga bulan atau neloni dan pada umur kehamilan tujuh bulan
mengadakan selamatan tujuh bulanan atau mitoni. Dalam keluarga
tidak ada pantangan jenis makanan tertentu. Suami dan keluarga
selalu menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara
teratur. Ibu ingin melahirkan dibidan.
13. Data spiritual
Ibu seorang muslim yang taat,setiap hari selalu melakukan
sembahyang lima waktu kadang – kadang sholat sunah tahajut.
Setiap puasa romadhon selalu penuh kecuali waktu datang haid
kadang – kadang jug menjalani puasa sunah.
14. Pola kebiasan sehari – hari
a. Nutrisi
Sebelum hamil : makan 3 kali sehari, 1 porsi cukup, Nasi
1 piring sedang, lauk tempe atau tahu 1
potong, sayur 1 mangkuk kecil atau 2
sendok sayur, buah 1 potong kadang –
44

kadang minum 5 -6 gelas sehari air


putih dan teh.Tidak ada keluhan.
Selama hamil : 3 -4 kali sehari, satu porsi cukup nasi,
lauk tempe atau tahu 1 potong atau telur,
sayur 1mangkuk kecil atau 2 sendok
sayur, buah 1 potong. Tidak ada keluhan
apa – apa,minum air putih dan teh 7 – 8
gelas sehari
b. Eliminasi
Sebelum hamil : BAK 4 – 5 kali sehari Warna kuning
jernih, lancar, tidak ada keluhan BAB 1
kali sehari Warna kuning, jernih,lancar,
tidak ada keluhan
Selama hamil : BAK 5 -6 kali sehari Warna kuning
jernih, lancer, tidak ada keluhan BAB 1
kali sehari
Warna kuning, konsistensi biasa, tidak
ada keluhan
c. Istirahat
Sebelum hamil : Malam ± 8 jam, pukul 21.00 – 05.00
WIB
Siang ± 1-2 jam, pukul 13.00 – 15.00
WIB Tidak ada keluhan
Selama hamil : Malam ± 8 jam, pukul 21.30 – 04.30 WIB
Siang ± 1 jam, pukul 13.00 – 14.30 WIB
d. Sexual
Sebelum hamil : 2–3 kali seminggu, tidak ada keluhan
Selama hamil : 1–2 kali seminggu, tidak ada keluhan
e. Aktifitas
Sebelum hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah
tangga dan membantu suami berdagang,
ibu tidak pernah olah raga
Selama hamil : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, kadang – kadang membantu
suami berdagang tetapi kehamilan tua
45

agak dikurangi. Jalan – jalan pagi setiap


seleasi sholat subuh
f. Personal hygiene
Sebelum hamil : Mandi 2 kali sehari,cuci rambut 2 kali
seminggu. Gosok gigi 2 kali sehari,
ganti baju 1 – 2 kali sehari
Selama hamil : Mandi 2–3 kali sehari, cuci rambut 2 kali
sehari, ganti baju 1– 2 kali sehari
3.1.2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 367 oC
BB sebelum hamil : 55 kg
BB saat ini : 65 kg
Kenaikan Berat Badan : 10 kg
TB : 152
LILA : 23 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala : kepala bersih, kepala tidak oedema, tidak
ada ketombe, rambut bersih
Muka : tidak pucat, oedema positif,
chloasmagravidarum negatif
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak oedema, penglihatan tidak kabur
Hidung : bersih, skret ada atau tidak, tidak ada
polip
Mulut dan gigi : bibir tidak kering,tidak ada stomatis, gigi
bersih, tidak caries, lidah bersih, tidak
memakai gigi palsu
46

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak


ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
Dada : payudara menggantung, bersih,
hyperpigmentasi areola positif, papilla
mamae menonjol kanan dan kiri positif
Ketiak : pembesarankelenjar limfe tidak ada
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan,terdapat
strie gravidarum dan linea alba, tidak ada
luka bekas operasi
Genetalia : vulva bersih, tidak ada varises, tidak
oedema, flour albous tidak ada, bekas
jahitan tidak ada.
Ekstermitas : bentuk tangan dan kaki normal, berjalan
tidak pincang, tidak ada keluhan dalam
pergerakan, tidak varises, odema kanan
dan kiri positif.
b) Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembendungan vena jugularis
Dada : terjadi pembesaran, simetris, keluar
kolostrum pada kedua mamae bila
dipencet
Abdomen :
LI : TFU 3 jari di bawah Px (35cm), FU teraba
bokong
L II : PUKI teraba tahan memanjang
L III : Teraba bagian bulat keras melentang
L IV : Kepala belum masuk PAP U
TBJ : 3750 gram
c) Auskultasi : DJJ (+) 136 kali/menit, punctum max kiri
bawah pusat
d) Perkusi : reflek pattela +/+
3. Pemeriksaan penunjang
Protein urine : + 1
47

3.2 Identifikasi Diagnosa Masalah


Dx : Ibu GVI P30022 Uk : 40 minggu janin tunggal, hidup, intra uterin,letak kepala,
jalan lahir normal,keadaan umum ibu baik dengan PER
Ds : - Ibu mengatakan ini kehamilan ke enam, usia kehamilan sembilan bulan,
ibu mengatakan sakit kepala, ibu mengatakan sakit pada ulu hati, ibu
mengatakan sering mual dan muntah, ibu mengatakan berat badannya
meningkat, ibu mengatakan penglihatannya agak kabur, Ibu mengatakan
mulai 2 hari yang lalu kakinya bengkak sampai sekarang
- HPHT : 25 – januari – 2007
Do : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmetis
Tanda – tanda vital
TD : 140/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 365oC
RR : 20 x / mnt
BB sebelum hamil : 55 kg
BB selama hamil : 65 kg
Kenaikan berat badan : 10 kg
TB : 152 cm
LILA : 23 cm
Inspeksi :
Muka : tidak pucat, oedema negatif, chloasmagravidarum
negatif
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak
oedema, penglihatan tidak kabur
Dada : payudara menggantung, bersih, hyperpigmentasi
areola positif, papilla mamae menonjol kanan dan
kiri positif
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan,terdapat strie
gravidarum dan linea alba, tidak ada luka bekas
operasi
48

Ekstermitas : bentuk tangan dan kaki normal, berjalan tidak


pincang, tidak ada keluhan dalam pergerakan, tidak
varises, odema kanan dan kiri positif
Palpasi :
Leopold I : TFU 3 jari di bawah Px (35 Cm FU teraba bokong
Leopold II : disebelah kiri teraba tahanan yang lebih keras dan
tahanan terus dari atas kebawah
Leopold III : teraba bagian yang besar, bulat, keras, melenting
Leopold IV : bagian terdepan janin sudah masuk PAP
TBJ : 3750 gram
Auskultasi : Terdengar detak jantung janin (DJJ) frekuensi 136
x/menit, irama teratur
Perkusi : Oedema kaki kanan dan kiri positif
Pemeriksaan penunjang
Albumin : protein urine : +1

3.3 Antisipasi Masalah Potensial


PEB : dilakukan rawat inap, pantau TD, BB, proteinurien, input dan
output, pemberian MgSO4 jika tiba-tiba tekanan darah lebih 170-
180 mmHg sistolik atau 110-120 gestolik.
Eklamsi : pasien harus dirawat di Rumah Sakit, sebelum dirujuk pasien
diberi pothedin 100 mg atau morfin 10 mg untuk mencegah
kejang selama perjalanan.
IUGR : bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1
minggu setelah diagnosis partus belum dimulai, maka wanita
dirawat agar dapat dilakukan induksi partus. Induksi partus dapat
dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek
progesterone atau langsung dengan oksitosin drip, dengan atau
tanpa amniotomi.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan dokter
3.5 Intervensi
Tanggal : 2 Oktober 2007 Jam : 07.35 WIB
Diagnosa : GVIP30022 UK 40 mgg T/H/I letak kepala, jalan lahir normal,
keadaan umum ibu baik, dengan Pre-eklamsi Ringan.
49

Tujuan : kehamilan berjalan normal sampai menjelang persalinan


Tidak ada komplikasi
Kriteria Hasil :
- TD kembali normal ( 110/70 – 130/80 mmHg), penambahan
diastole < 15 mmHg dan sitole < 30 mmHg
- Edema pada muka,tangan dan kaki negatif
- Tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
- DJJ ( 120 – 140 x/menit), kepala sudah masuk PAP
- Reflek patella kanan kiri (+)
- Pemeriksaan penunjang :
Urine : Albumin (-)
Reduksi (-)
Intervensi :
1. Jelaskan pada klien tentang kehamilannya dan hal-hal yang harus diperhatikan.
R/ dengan penjelasan yang diberikan diharapkan klien mengerti dan
memahami kelainan pada kehamilannya, dan termotivasi untuk mengatasi
masalah yang ada.
2. Anjurkan pada klien agar melakukan diet kurangi karbohidrat, penambahan
protein, mineral, rendah garam.
R/ dengan melakukan diet penambahan protein sehingga memenuhi
kebutuhan metabolisme klien dan pertumbuhan janin di dalam rahim.
3. Anjurkan pada klien istirahat cukup 7-8 jam sehari dan berbaring miring ke
kiri
R/ dengan istirahat cukup dan berbaring miring ke kiri sehingga aliran darah
ke plasenta meningkat dan tekanan vena pada ekstremitas menurun.
4. Anjurkan pada klien untuk control satu minggu sekali atau bila ada keluhan
(mual, muntah, pusing yang hebat, penglihatan kabur).
R/ dengan melakukan control secara rutin untuk mengantisipasi adanya
kegawardaruratan
5. Beri penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya terhadap kehamilan dan persiapan
persalinan
R/ dengan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan klien dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
50

R/ dengan melakukan kolaborasi bidan melakukan fungsi dependent untuk


mempertahankan kondisi klien.
3.6 Implementasi
Tanggal : 2 Oktober 2007 Jam : 07.40 WIB
Diagnosa : GIVP30022 UK 40 mgg T/H/intrauterine, letak kepala, jalan lahir
normal, keadaan umum ibu baik, dengan PER.
1. Menjelaskan pada klien tentang kehamilannya dan hal-hal yang
harus diperhatikan yaitu : usia kehamilannya 9 bulan keadaan janin
baik, letak normal, ibu saat ini mengalami gangguan dalam
kehamilannya ada gangguan adalah tekanan darah tinggi, adanya
peningkatan BB, pemeriksaan albumin +1 ada indikasi terjadi pre-
eklamsi ringan. Menyarankan untuk segera datang periksa bila ada
komplikasi seperti : tidak ada pergerakan janin, perdarahan
pervaginam,nyeri abdominal, nyeri kepala yang hebat dan menetap,
mata berkunang-kunang atau kabur
2. Menganjurkan pada klien agar melakukan diet kurangi karbohidrat,
penambahan protein, mineral, rendah garam, pemasukan cairan
lebih kurang 2500 ml/ hari ( 8-12 gelas).
3. Anjurkan pada klien istirahat cukup 7-8 jam sehari dan berbaring
miring ke kiri, 2 x @ 2 jam pada pagi dan sore hari.
4. Menganjurkan pada klien untuk kontrol satu minggu sekali atau
bila ada keluhan pusing yang hebat untuk segera datang
memeriksakan kehamilannya.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
6. Memberi penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya terhadap kehamilan
: - muka dan tangan oedema
- perdarahan pervaginam
- tidak ada pergerakan janin atau penurunan gerakan
janin
- nyeri abdominal
- nyeri kepala yang hebat dan menetap
- mata berkunang-kunang atau kabur
3.7 Evaluasi
Tanggal : 2 Oktober 2007 pukul : 08.00 WIB
Diagnosa : GVIP30022 UK 40 mgg T/H/intrauterine, letak kepala,
51

jalan lahir normal, keadaan umum ibu baik, dengan Pre-


eklamsi Ringan.
S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan petugas
O : - Ibu dapat menjawab pertanyaan petugas
- Ibu dapat mengulangi penjelasan petugas
A : GVIP30022 UK 40 mgg T/H/I letak kepala, jalan lahir
normal, keadaan umum ibu baik, dengan Pre-eklamsi
Ringan.
P : Rencana dilanjutkan dengan
- anjuran istirahat cukup,
- diet rendah karbohidrat, lemak dan garam serta tinggi
protein,
- obat diteruskan.
- Kontrol satu minggu atau bila ada keluhan pusing yang
hebat, mata kabur, mual, muntah, nyeri epigastrum.

BAB 4
PEMBAHASAN
52

Pembahasan merupakan bagian yang berisi tentang kesenjangan antara


tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, sehingga dari kesenjangan itu dapat dicari
pemecahan masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan asuhan kebidanan.
Setelah penulis melakukan asuhan keidanan pada Ibu G VI P30022 usia
kehamilan 40 minggu janin tunggal, hidup,intra uterin, letak kepala, jalan lahir
normal, keadaan umum ibu baik denga PER di BPS Ny. Sismiarti Amd Keb.Dengan
penjelasan sebagai berikut :
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data subyektif
Pada tinjauan pustaka keluhan yang sering timbul pada kehamilan
dengan preeklamsia ringan adalah : kenaikan berat badan dan edema ,
yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan,
interstisial belum diketahui sebabnya, mungkinkarena retensi air dan
garam. Keluhan selanjutnya protein uria ini dapat disebabkan oleh
spasme arteriola sehingga tejadi perubahan pada glomerulus.
Pada tinjauan kasus gangguan tersebut timbul, sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjaun kasus. Hal ini
disebabkan faktor keturunan keluarga yang juga jadi indikator
terjadinya preeklamsia ringan.
4.2.2 Data obyektif
Data obyektif diperoleh dari pmeriksaan umum pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dalam tinjauan kasus pada pe meriksaan
inspeksi ditemukan pada pemeriksaan umum adalah adanya peningkatan
BB dari sebelum hamil 55 kg dan selama hamil sekitar 65 kg ini dan
odema pada muka, tangan dan kaki artinya didapatkan tanda – tanda
preeklamsia, pada grandamulti umur kehamilan 40 minggu palpasi,
fundus uteri teraba tiga jari bawah proc xyphoideus sedangkan dalam
teori pada usia 40 minggu tinggi fundus uteri pada pertengahan pusat
proc xipoedeus ini disebabkan sebelum periksa klien belum BAK
sehingga terjadi pembesaran abdomen walaupu kepala sudah masuk PAP.

4.2 Identifikasi diagnosa masalah


Pada langkah kedua identifikasi diagnosa/masalah kebutuhan pada tinjauan
pustaka terdapat diagnosa dan dua masalah, sedangkan pada tujuan kasus
53

berdasarkan dari data subyektif yaitu klien ingin memeriksa kehamilannya


karena sudah 2 hari ini kakinya bengkak. Dan dari data obyektif dengan
melakukn pemeriksaan ditemukan diagnosa Ibu GVI P30022 usia kehamilan 40
minggu janin tunggal, hidup,intra uterin, letak kepala, jalan lahir normal,
keadaan umum ibu baik denga PER tidak ditemukan masalah, karena klien
secara rutin memeriksakan kehamilannya sehingga selalu memperoleh
komunikasi, informasi dan edukasi tentang masalah yang dihadapi setiap kali
periksa hamil.
4.3 Antisipasi masalah potensial
Pada tinjauan pustaka penulis menemukan adanya masalah potensial seperti
potensial seperti potensial seperti potensial preeklamsia berat dan eklmsi
sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan juga masalah potensial tersebut jadi
dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan
tinjauan kasus.
4.4 Identifikasi kebutuhan segera
Pada tinjauan pustaka identifikasi kebutuhan segera adalah kolaborasi dengan
dokter sedangkan pada tijauan kasus identifikasi kebutuhn segeranya juga sama
karena untuk menghindari terjadinya kegawat daruratanyang tiba-tiba terjadi
dan bisa langsung diatasi, maka dari itu tidak ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus.
4.5 Intervensi
Perencanaan asuhan kebidanan disusun sesuai dengan diagnosa yang ditemukan
oleh penulis pada Ibu GVI P30022 usia kehamilan 40 minggu janin tunggal,
hidup,intra uterin, letak kepala, jalan lahir normal, keadaan umum ibu baik
dengan PER dimana perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh bebeda dengan
tujuan pustaka, yaitu menjelaskan pada klien tentang kehamilannya dan hal-hal
yang harus diperhatikan, menganjurkan pada klien agar melakukan diet kurangi
karbohidrat, penambahan protein, mineral dan rendah garam, mengajurkan
pada klien untuk istiraha cukup 7 -8 jam sehari dan berbaring miring kekiri,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberrian therapy, menganjurkan pada klien
untuk control satu minggu sekali atau bila ada keluhan ( mual, muntah, pusing
yang hebat, penglihatan kabur), dan memberi penyuluhan tentang tanda-tanda
bahaya terhadap kehamilan dan persiapan persalinan. Tujuan intervensi adalah
membuat suatu perencanaan yang nengacu pada kasus terswbut yang sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil.
54

4.6 Implementasi
Pada tahap ini implementasi penulis dapat melaksanakan sesuai dengan
tinjauan yang telah ditentukan dan intervensi yang telah disusun, didukung oleh
hubungan kooperatf antara penulis sebagai petugas, klien, sarana dan prasarana
yang tesedia. Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan
kasus.
4.7 Evaluasi
Dari hasil evaluasi didapatkan diagnosa Ibu GVI P30022 usia kehamilan 40
minggu janin tunggal, hidup,intra uterin, letak kepala, jalan lahir normal,
keadaan umum ibu baik dengan PER. Serta planning yang dilakukan yaitu
rencana dilanjutkan dengan menganjuran istirahat cukup, diet rendah
karbohidrat, lemak dan garam serta tinggi protein, obat diteruskan. Kontrol
satu minggu atau bila ada keluhan pusing yang hebat, mata kabur, mual,
muntah, nyeri epigastrum. Untuk itu intervensi dilanjutkan dirumah diharapkan
keadaan ibu dengan pre-eklamsi ringan dapat segera diatasi dan tidak menjadi
pre-eklamsi berat atau sampai eklamsi.

BAB 5
PENUTUP
55

impulan
Setelah penulis melakukan pembahasan, maka dari hasil pembahasan
antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus pada Ny, “ S” GVI P30022 usia
kehamilan 40 minggu janin tunggal, hidup,intra uterin, letak kepala, jalan lahir
normal, keadaan umum ibu baik denga PER di BPS Ny. Sismiarti Amd Keb
diperoleh kesimpulan sebagai berikut
5.1.1 Pada tahap pengkajian didapatkan diagnosa pada Ny. “ S “ GVIP30022 usia
kehamilan 40 minggu dengan Pre-eklamsi Ringan di BPS Sismiarti Amd
Keb. Pengkajian data subyektif maupun obyektif dapat dilaksanakan
secara cermat dengan adanya komunikasi yang baik antara klien,
petugas dan tim kesehatan lainnya serta didukung sarana dan prasarana
yang ada. Dalam kajian data obyektif didapatkan adanya keadaan umum
ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu
36,5 0C, TFU : 3 jari bawah px (35 cm), oedem ekstremitas kanan dan
kiri positif.
5.1.2 Diagnosa yang muncul adalah Nyonya “S” GVIP30022, usia kehamilan 40
minggu T/H/I letak kepala, jalan lahir normal, keadaan umum ibu baik
dengan Pre-eklamsi Ringan.
5.1.3 Berdasarkan data subyektif dan obyektif ditemukan masalah potensial
seperti Pre-Eklamsi berat, eklamsi,IUGR.
5.1.4 Pada kasus identifikasi kebutuhan segeranya adalah kolaborasi dengan
dokter karena untuk menghindari adanya kegawatdaruratan yang tiba-
tiba dan langsung bisa segera diatasi.
5.1.5 Pada intervensi dilakukan sesuai dengan keadaan klien berdasarkan
diagnosa yang ditegakkan dan masalah yang ditemukan. Disusun
dengan tujuan kriteria hasil dan waktu yang telah ditentukan.
5.1.6 Dalam memberikan asuhan kebidanan pada langkah Implementasi pada
ibu Grandemulti trimester III mengacu pada kriteri hasil dari intervensi,
sehingga masalah kebidanan yang dihadapi dapat diatasi sesuai standart
pelayanan kebidanan.
5.1.7 Pada tahap evaluasi dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan tujuan
dan parameter kriteria yang ditetapkan dalam perencanaan untuk
menilai hasil yang optimal.Pada kasus ini semua tujuan dan kriteria
dapat dicapai sesuai dengan apa yang ditetapkan.
56

5.2 Saran
5.2.1 Bagi klien dan keluarga
Dengan asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan pre-eklamsi
ringan maka klien dan keluarga bisa mengerti keadaan yang terjadi.
5.2.2 Bagi institusi pendidikan
Dari kasus yang diambil pada ibu grandamulti dengan pre ekamsi ringan
institusi bisa lebih melengkapi buku-buku yang berhubungan dengan
kasus yang diambil dari karya tulis ilmiah
5.2.3 Bagi lahan praktek
Diharapkan agar lahan praktek lebih meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan.
5.2.4 Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dalam membuat asuhan kebidanan terutama
pada ibu dengan komplikasi seperti pada pre-eklamsi ringan.

DAFTAR PUSTAKA
57

Akademi Kebidanan, 2007, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, STIKES Husada
Jombang, Jombang
Cunningham Bary, Mac Donald Paul, Gant Norman, 1995, Obstetri Williams, edisi
18, EGC, Jakarta
Cunningham Gary, Garet Norman, Leveno Kenneth, 2002, Obstetri Williams, edisi
21, EGC, Jakarta
Hidayat Alimul Aziz,2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika, Jakarta.
Manuaba IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
Mansjoer Arif, Trjayanti Kuspuji, 2002. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Media Aesculapsus, Jakarta
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, jilid I Edisi 2, EGC, Jakarta.
Saifudin Abdul Bari DKK, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustakan Sarwono Prawirohardjo
Sarwono Prawirohardjo, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Sastrawinata, Sulaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, Bandung.
Varney, Hellen, 2002, Buku Saku Bidan, EGC, Jakarta.
Depkes RI, 2002, Pedoman Teknis Audit Maternal Perinatal di tingkat
Kabupaten/Kota, Jakarta.
Dep Kes RI, 2006, Materi Ajar Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir,
Jakarta.
http://www.mediaindo.co.id.berita
http://www.pikiran-rakyat.com./cetak/007
http://www.surkesnas.litbang.depkes.go.id
http://www.info.depkominfo.go.id
http://www.jatim.go.id/news.php?id=11223
http://www.kompas.com9/11/200709.35
http://www.medicastore.com
http://www.balita-anda.indoglobal.com/balita_360ibu_hamil_resiko_tinggi_htm

Vous aimerez peut-être aussi