Vous êtes sur la page 1sur 8

KEDUDUKAN DAN APLIKASI PENDIDIKAN SAINS

DI SEKOLAH DASAR

Anatri Desstya
PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: ana.destya@gmail.com

ABSTRACT

Natural Science is basic science, which in its development wider and its application of
science was born, namely technology. Science and technology are achieved by a nation
is a benchmark for the progress of a nation. Through the process of education in el-
ementary school, science has begun to be given. However, in the implementation, it
raises some problems occurred and the nature of science is not in line if applicable,
including: not or do not give the maximum opportunity for students to develop creativ-
ity, teaching material still feels off with the main problems that arise in the community,
the process has not appeared skills in learning at school, and still conventional science
lessons. Efforts to science education in elementary schools is indispensable to the era of
technology in the future with respect to some aspects, namely: understanding the nature
of science, know and understand the child’s developmental level, especially elementary
school age children, relying on the theory of constructivism and developmental theory
of Jean Piaget, and apply scientific study combined with the various models of learning
science, among other constructivists, the inquiry, science process skills, STM (science
technology society), integrated, interactive, learning cycle and CLIS (Children Learn-
ing in Science).

Keywords: Science, technology, science learning models

PENDAHULUAN Sains berupaya untuk membangkitkan


minat dan rasa ingin tahu manusia agar kecerdasan
Sains atau IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan pemahaman tentang alam seisinya terus
merupakan disiplin ilmu dari physical science dan berkembang. Diiringi dengan mengalirnya
life science. Kelompok ilmu physical science informasi, jangkaun sains semakin luas dan lahirlah
meliputi: ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, sains terapan, yakni teknologi. Sains dan
meteorologi, dan fisika. Kelompok ilmu life sci- teknologi yang dicapai oleh suatu bangsa biasanya
ence yakni biologi (anatomi, fisiologi, zoologi). digunakan sebagai tolok ukur untuk kemajuan
James Conant (dalam Samatowa, 2011) suatu bangsa. Kemajuan bangsa ini sangat
mendefinisikan sains dari aspek ontologi dan ditentukan oleh kemampuan sumber daya
epistemologi yakni suatu deretan konsep serta manusia Indonesia dalam penguasaan ilmu
skema eksperimentasi dan observasi, serta berguna pengetahuan dan teknologi.
untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.

Kedudukan dan Aplikasi Pendidikan Sains ... (Anatri Desstya) 193


Sains yang diajarkan sesuai dengan PEMBAHASAN
hakikatnya, yaitu sebagai proses, produk, sikap,
dan teknologi akan menjadi sarana untuk Hakikat Sains
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan ke- Sains (IPA) adalah pengetahuan yang
terampilan proses sains melalui rentetan rasional dan objektif tentang alam semesta dengan
pembelajaran di bangku sekolah. Hal ini sejalan segala isinya (Hendro Darmojo dalam Samatowa,
dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang 2011). Sains merupakan suatu pengetahuan yang
bertujuan untuk membentuk insan Indonesia yang bisa diterima di khalayak umum sebagai suatu
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui produk ilmu (produk ilmiah) yang penemuannya
penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui serangkaian penyelidikan panjang yang
yang terintegrasi. Namun, sejauh ini masih ter- terstruktur (proses ilmiah), yang keberhasilannya
dapat banyak hambatan dalam penerapan dalam melakukan penyelidikan ini ditentukan oleh
pembelajarannya di sekolah, terutama di tingkat sikap ilmiah yang dimiliki.
sekolah dasar.
Sains sebagai produk ilmiah berupa
Sri Wuryastuti dalam penelitiannya mene- kumpulan pengetahuan yang terdiri dari: fakta,
mukan beberapa permasalahan pembelajaran konsep, dalil, prinsip, hukum, teori, dan model.
IPA yang terjadi di lapangan saat ini, antara lain: Sains sebagai proses merupakan kumpulan dari
1) dalam proses belajar mengajar di sekolah saat hands-on activities, eksperimen, dan proyek
ini tidak atau belum memberi kesempatan yang bertujuan untuk menyelidiki keajaiban dunia.
maksimal kepada siswa untuk mengembangkan Keterampilan proses tersebut dapat meliputi:
kreativitasnya, 2) bahan ajar yang diberikan di kemampuan untuk mengamati, mengumpulkan
sekolah masih lepas dengan permasalahan pokok data, mengolah data, menginterpretasikan data,
yang timbul di masyarakat, terutama yang menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sains
berkaitan dengan perkembangan teknologi dan sebagai sikap merupakan aktivitas manusia yang
kehadiran produk-produk teknologi di tengah- ditandai dengan proses berpikir yang berlangsung
tengah masyarakat, serta akibat-akibat yang di dalam pikiran orang-orang yang berkecimpung
ditimbulkannya, 3) keterampilan proses belum dalam bidang itu. Selama melakukan proses
tampak dalam pembelajaran di sekolah dengan penyelidikan (proses ilmiah) untuk menghasilkan
alasan untuk mengejar target kurikulum, 4) pela- produk ilmiah, diharapkan pula tumbuh sikap
jaran IPA yang konvensional hanya menyiapkan terbuka, objektif, berorientasi pada kenyataan,
peserta didik untuk melanjutkan studi yang lebih bertanggung jawab, bekerja keras, jujur, teliti, dan
tinggi, bukan menyiapkan SDM yang kritis, peka lain sebagainya.
terhadap lingkungan, kreatif, dan memahami
teknologi sederhana yang hadir di tengah-tengah Tujuan Pendidikan Sains di Sekolah Dasar
masyarakat.
Berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat
Berdasarkan studi kepustakaan dari Satuan pelajaran) tujuan pembelajaran IPA di
beberapa hasil penelitian, artikel ini akan mengkaji SD/MI adalah agar siswa:
urgensi pendidikan sains di Sekolah Dasar dengan a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
memperhatikan beberapa aspek yang mem- Tuhan YME berdasarkan keberadaan,
pengaruhinya untuk menghadapi era teknologi di keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
masa depan. b) mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang

194 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 2, Desember 2014: 193-200


bermanfaat dan dapat diterapkan dalam berkepribadian luhur. Nilai-nilai pendidikan
kehidupan sehari-hari. tercermin pada sikap ilmiah yang mulai
c) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, muncul saat melakukan penelitian yang
dan kesadaran tentang adanya hubungan ditandai dengan munculnya rasa
yang saling mempengaruhi antara IPA, keingintahuan. Selanjutnya, mereka akan
lingkungan, teknologi, dan masyarakat. melalui serangkaian tahap penelitian dari
d) mengesampangkan keterampilan proses proses mencari sumber literatur yang
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan mendukung, menyusun hipotesis, praktikum,
masalah dan membuat keputusan. mencatat dan menganalisis data,
e) meningkatkan kesadaran untuk berperan menyimpulkan, sampai tahap pembuatan
serta dalam memelihara, menjaga, dan laporan penelitian. Serangkaian tahap inilah
melestarikan lingkungan alam. yang sering disebut dengan metode ilmiah.
f) meningkatkan kesadaran untuk menghargai Peneliti harus tekun dan tidak mudah putus
alam dan segala keteraturannya sebagai salah asa apabila hasil penelitian mereka gagal.
satu ciptaan Tuhan Ketelitian dalam mengamati hasil penelitian
g) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, sangat menentukan dalam menarik
keterampilan IPA sebagai dasar untuk kesimpulan. Sesuatu yang dilihat, harus
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. dikatakan dengan jujur, dan sesuai
kenyatannya, di sinilah sikap objektif muncul.
Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, Dengan demikian, kepribadian yang luhur
ada beberapa alasan yang menyebabkan sains tercermin dari sikap ilmiah yang telah ter-
masuk ke kurikulum sekolah. bentuk dengan sendirinya melalui serang-
a) Sains sangat mendukung kemajuan suatu kaian proses penelitian.
bangsa. Sains merupakan dasar teknologi
yang merupakan tulang punggung pem- Berdasarkan paparan di atas, tujuan
bangunan. Suatu teknologi tidak akan ber- diberikannya materi IPA untuk tingkat sekolah
kembang pesat jika tidak didasari penge- dasar yakni siswa dapat memahami konsep IPA
tahuan dasar yang memadai. Pengetahuan yang kemudian dapat dihubungkan secara
dasar yang diperlukan adalah pengetahuan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Selain
dasar sains. itu, siswa dapat mengembangkan rasa syukur
b) Sains mampu mengembangkan kemampuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas semua
berpikir kritis. Sebelum menemukan suatu kebesaran-Nya.
konsep, siswa dihadapkan oleh suatu perma-
salahan yang harus dipecahkan melalui Konstruktivisme dan Teori perkembangan
serangkaian proses penelitian. Sikap kritis Jean Piaget
dan rasa ingin tahu yang tinggi akan mendo- Menurut teori perkembangan Jean Piaget,
rong siswa untuk lebih aktif bertanya dan perubahan-perubahan dan perkembangan yang
mencoba membuktikan kebenarannya. terjadi pada peserta didik harus mendapatkan
Setelah proses penemuan yang panjang ini, perhatian khusus dari guru. Secara umum, semua
siswa akan menyimpannya dalam struktur anak berkembang melalui urutan yang sama,
kognitif siswa dalam waktu yang lebih lama. meskipun jenis dan tingkat pengalaman mereka
c) Sains mampu mengembangkan sikap berbeda satu sama lain. Teori perkembangan
ilmiah yang membentuk insan Indonesia Jean Piaget menekankan pada suasana belajar

Kedudukan dan Aplikasi Pendidikan Sains ... (Anatri Desstya) 195


konstruktivisme. Menurut pandangan konstruk- konkret, mereka telah dapat memahami tentang
tivisme, belajar merupakan suatu proses yang perkalian, menulis dan berkorespondensi, dan
aktif dan melalui proses pengalaman. Penge- mulai dapat berpikir abstrak yang sederhana,
tahuan dibangun dalam pikiran siswa. misalnya memahami konsep berat, gaya, dan
Teori belajar tersebut berkenaan dengan ruang. Anak mulai memecahkan masalah khusus,
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam mempelajari keterampilan, dan kecakapan ber-
tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga pikir logis yang membantu mereka memaknai
dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual pengalaman. Tahap ini merupakan perkembangan
ini dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam dari tahap praoperasional yang dimulai dengan
mengonstruksi ilmu pengetahuan. Pada tahap proses internalisasi melalui pancaindra sampai ke
sensor motorik, anak berpikir melalui gerakan otak.
atau perbuatan (Ruseffendi dalam Hamzah,
2004). Menurut Piaget, pengkonstruksian Aplikasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa melalui Teori perkembangan Piaget yang di-
proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. kemukakan sebelumnya memberikan inspirasi
Asimilasi merupakan proses penyatuan atau tentang pentingnya pemahaman guru terhadap
pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur perkembangan dan eksistensi siswa, pemilihan
kognitif yang telah dimiliki.Akomodasi merupakan bahan pembelajaran, penentuan strategi
proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam pembelajaran dalam upaya mewujudkan proses
situasi yang baru. Ekuilibrasi merupakan proses pembelajaran yang optimal.
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi Pembelajaran IPA yang dihubungkan
dan akomodasi. Apabila dengan asimilasi dengan teori Piaget, dilihat dari beberapa aspek,
seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi yaitu :
dengan lingkungannya, terjadilah ketidakseim-
a) Belajar melalui perbuatan (pengalaman
bangan (diliquibrasi). Jadi, seseorang yang meng-
langsung)
alami equilibrasi akan mengalami perubahan
Belajar merupakan proses transfer penge-
intelektual yang lebih tinggi.
tahuan dari guru kepada siswanya. Piaget
Jean Piaget mengemukakan empat periode mengatakan bahwa pengalaman langsung
perkembangan kognitif anak, yaitu: periode memegang peranan penting sebagai pen-
sensorimotorik (0-2 tahun), periode praopera- dorong lajunya perkembangan kognitif
sional (2-7 tahun), periode operasional konkret siswa. Pengetahuan yang diperoleh akan
(7-11/12 tahun), dan periode operasional formal tersimpan kuat dalam struktur ingatan
(12 tahun ke atas). Anak SD tidak berada pada mereka melalui pengalaman langsung.
tahap sensorimotorik, namun penting untuk Pengalaman ini terjadi secara spontan dari
diketahui karena perkembangan pola pikirnya kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun.
melalui pengalaman fisik berlanjut sampai tahap Efisiensi pengalaman langsung pada anak
operasional. tergantung pada konsistensi antara hubungan
Anak usia sekolah dasar berada pada metode dan objek yang sesuai dengan tingkat
tahap operasional konkret. Pada tahap ini, anak perkembangan kognitif anak. Anak akan
masih sangat membutuhkan benda-benda kon- siap mengembangkan konsep tertentu jika
kret untuk membantu pengembangan kemam- ia telah memiliki struktur kognitif yang bersifat
puan intelektualnya. Pada akhir tahap operasional hierarkis dan integratif.

196 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 2, Desember 2014: 193-200


b) Perlu berbagai variasi kegiatan dalam proses d) Perlu latihan yang berulang untuk pengem-
belajar bangan berpikir operasional
Berbagai macam kegiatan yang dilakukan Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih
bertujuan untuk merangsang aspek daya-daya yang ada pada manusia yang
psikomotorik anak, serta menghindari meliputi: daya berpikir, mengingat, meng-
kondisi yang menjenuhkan. Siswa SD pada amati, menghapal, menanggapi, dan seba-
kelas rendah (1, 2, dan 3) masih senang gainya. Daya tersebut akan berkembang
bermain, di sinilah guru harus berperan melalui banyak latihan, dan sebaliknya akan
sebagai pengatur agar transfer pengetahuan berkurang jika tidak pernah dilatih.
tetap dapat dilakukan. Metode joyfull
learning bisa menjadikan pembelajaran Selain teori psikologi daya, prinsip
menyenangkan. Guru harus menciptakan pengulangan ini juga didasari oleh teori psikologi
kondisi yang menyenangkan dengan mem- asosiasi atau connecsionisme yang dipelopori
fasilitasi siswa dengan berbagai macam oleh Thorndike dengan salah satu hukum
kegiatan serta memperlihatkan benda-benda belajarnya “Low of Exercise” yang menge-
konkret yang dapat diamati, dialami, atau mukakan bahwa belajar adalah pembentukan
dicoba oleh siswa selama proses pembela- hubungan stimulus dan respon. Pengulangan akan
jaran. Hal ini akan memberikan kesan bagi memperkuat hubungan stimulus dan respon.
siswa bahwa belajar sains sangat menye-
nangkan. Benda-benda konkret yang Tugas dan Peran Guru dalam Membelajar-
dimaksud tidak hanya KIT IPA yang sudah kan Sains di SD
tersedia di laboratorium, namun guru bisa
Berdasarkan teori perkembangan Piaget,
membuat alat peraga sederhana, misalnya
anak usia SD berada pada tahap operasional
kincir air pembangkit energi listrik dari barang
konkret (usia 7–12 tahun). Sains jika diterapkan
bekas.
di sekolah dasar mengacu pada hakikatnya yaitu
c) Guru perlu mengenal tingkat perkembangan
sains sebagai produk ilmiah, sikap ilmiah, dan
siswanya
proses ilmiah. Siswa SD lebih diarahkan untuk
Perkembangan ini meliputi dua aspek, yakni
menemukan produk dan memahaminya. Siswa
perkembangan intelektual dan fisik. Perkem-
diberi kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu
bangan fisik yang normal ternyata mempe-
yang akan mengembangkan kemampuan bertanya
ngaruhi tingkah laku anak. Berkembangnya
dan mencari jawaban berdasarkan bukti, serta
sistem syaraf akan berdampak pada pening-
cara berpikir ilmiah. Siswa cenderung aktif selama
katan intelegensi siswa, sehingga timbul pola-
pembelajaran untuk membangun pengetahuannya
pola tingkah laku yang baru. Pertumbuhan
melalui serangkaian kegiatan yang bermakna.
otot akan membawa perubahan dalam
Siswa sebagai pusat pembelajaran, guru sebagai
kemampuan motorik yang tercermin dalam
fasilitator.
perubahan sosialisasi siswa.
Secara psikomotorik, permainan anak pada Tuntutan kurikulum 2013 adalah memben-
semua tahapan usia sangat bergantung pada tuk insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan
perkembangan otot-ototnya, terutama dalam inovatif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan
permainan dan olahraga. Anak usia SD keterampilan yang terintegrasi dengan pende-
mayoritas berada pada tahap operasional katan saintifik melalui kegiatan pembelajaran yang
konkret. Mereka mampu berpikir atas dasar menekankan pada 5 M, yaitu mengamati,
pengalaman nyata/ konkret. menanya, menalar, membuat jejaring, dan

Kedudukan dan Aplikasi Pendidikan Sains ... (Anatri Desstya) 197


mengomunikasikan. Pada tingkat SD, IPA didik, dan jurnal. Instrumen yang digunakan
diajarkan secara tematik bersama mata pelajaran untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
lain. Bahkan untuk kelas rendah, mata pelajaran antarpeserta didik adalah daftar cek atau
IPA tidak muncul secara eksplisit, namun muncul skala penilaian (rating scale) yang disertai
dalam KD Bahasa Indonesia. Dengan demikian, rubrik, sedangkan pada jurnal berupa
proses pembelajaran sains yang sebaiknya catatan pendidik. Penilaian kognitif melalui:
diterapkan oleh para pendidik lebih diperkuat tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Penilaian
dengan pembelajaran 5M pada kurikulum 2013. psikomot dilakukan melalui penilaian kinerja,
Sesuai dengan teori perkembangan Piaget yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
di atas yang dihubungkan dengan karakteristik mendemonstrasikan suatu kompetensi
siswa SD dan hakikat sains, guru memiliki tugas tertentu dengan menggunakan tes praktik,
penting dalam pencapaian dan keefektifan projek, dan penilaian portofolio. Instrumen
pembelajaran. Tugas tersebut antara lain: yang digunakan berupa daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang dilengkapi
a) Memahami materi sains sebelum melakukan
rubrik.
transfer ilmu kepada siswa
Kompetensi paedagogik harus dimiliki oleh
Model-model Pembelajaran Sains (IPA)
seorang guru karena pengetahuan inilah yang
akan ditanamkan pada kognitif siswa. Hakikat sains sebagai proses, menekankan
b) Memahami tingkat perkembangan siswa SD bahwa untuk mendapatkan suatu pengetahuan
Guru harus memahami bahwa siswa SD dilakukan melalui proses penelitian, mulai dari
berada pada tahap perkembangan ope- kegiatan mengamati, membuat hipotesis,
rasional konkret. Hal ini bisa menginspirasi merancang dan melakukan percobaan, sampai
dalam pemilihan bahan pembelajaran/media menyimpulkan. Selain itu, melalui metode ilmiah,
yang akan dibawa, penentuan strategi, siswa menemukan dan mengkonstruksi penge-
pendekatan, dan metode pembelajaran yang tahuannya dengan berinteraksi sosial, baik
digunakan dalam upaya mewujudkan proses dengan sesama teman, guru, maupun lingkungan
pembelajaran yang optimal. sekitarnya.
c) Melakukan penilaian secara autentik dari Beberapa model pembelajaran IPA yang
serangkaian proses pembelajaran yang telah dapat diterapkan sesuai dengan konsep sains,
dilakukan. antara lain: model pembelajaran konstruktivis,
Penilaian dalam Kurikulum 2013 berbentuk inquiri, keterampilan proses, STM (Sains
penilaian otentik yaitu penilaian yang Teknologi Masyarakat), IPA Terpadu, interaktif,
dilakukan secara komprehensif dari masukan siklus belajar (Learning Cycle), dan CLIS (Chil-
(input), proses, dan keluaran (output) dren Learning in Science).
pembelajaran yang melibatkan peserta didik. a) Model Belajar Konstruktivis
Menurut Sumarna (2004), penilaian otentik Model belajar konstruktivis menekankan
merupakan pendekatan penilaian secara pada pengetahuan awal siswa sebagai tolok
realistis terhadap prestasi siswa. Tiga ranah ukur dalam belajar. Prinsip yang paling
yang dinilai yakni ranah afektif, kognitif, dan esensial dari model ini adalah siswa memper-
psikomotor. oleh banyak pengetahuan di luar sekolah,
Penilaian afektif (sikap) dilakukan melalui bukan di bangku sekolah. Menurut Piaget,
observasi, penilaian diri, penilaian “teman masuknya pengetahuan ke struktur kognitif
sejawat”(peer evaluation) oleh peserta siswa melalui dua cara yaitu asimilasi dan

198 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 2, Desember 2014: 193-200


akomodasi. Tahap-tahap pembelajaran cara hidup dan erpikir sebagian besar
konstruktivisme yakni: 1) tahap pengetahuan masyarakat Indonesia.
awal, 2) tahap eksplorasi, 3) tahap diskusi Empat tahapan pembelajaran STM, yakni
dan penjelasan konsep, dan 4) tahap 1) invitasi, 2) eksplorasi, 3) penjelasan dan
pengembangan dan aplikasi konsep. solusi, dan 4) tahap pengambilan tindakan.
b) Model Inquiri e) Terpadu
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian Berdasarkan sifat keterpaduannya,
kegiatan pembelajaran yang menekankan pembelajaran terpadu dibedakan menjadi
pada proses berpikir secara kritis dan analitis tiga, yakni model dalam satu disiplin ilmu,
untuk mencari dan menemukan sendiri suatu antarbidang, dan lintas siswa. Salah satu
masalah yang dipertanyakan (Wina Sanjaya, bagiannya adalah pendekatan pembelajaran
2006:1994). Model ini menjadikan siswa yang melibatkan beberapa mata pelajaran
sebagai subjek belajar. Tahap pembe- untuk memberikan pengalaman belajar yang
lajarannya, antara lain: perumusan masalah, bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar
pengumpulan data, penyusunan hipotesis, yang menunjukkan kaitan unsur-unsur
melakukan eksperimen, mencatat hasil konseptual, baik di dalam maupun antarmata
percobaan, penarikan kesimpulan, dan pelajaran akan memberi peluang bagi terjadi-
mengkomunikasikan. nya pembelajaran efektif dan bermakna.
c) Pendekatan Keterampilan Proses Sains f) Interaktif
Pendekatan keterampilan proses sains Model interaktif menitikberatkan pada
merupakan keterampilan intelektual yang pertanyaan siswa. Siswa diberi kesempatan
digunakan untuk meneliti fenomena alam. untuk mencari tahu objek yang akan
Aspek keterampilan proses sains yang dipelajari, kemudian melakukan penyelidikan
disyaratkan untuk siswa SD adalah kete- tentang pertanyaan mereka sendiri sehingga
rampilan mengamati, melakukan percobaan, dapat menemukan jawaban atas perta-
mengelompokkan, menafsirkan hasil per- nyaannya. Tahap pembelajarannya: 1) per-
cobaan, meramalkan, menerapkan, mengo- siapan, 2) pengetahuan awal, 3) eksplorasi,
munikasikan, dan mengajukan pertanyaan. 4) pertanyaan siswa, 5) penyelidikan, 6)
d) STM (Sains Teknologi Masyarakat) pengetahuan akhir, dan 7) tahap refleksi.
STM merupakan model pembelajaran IPA/ g) Siklus Belajar (Learning Cycle)
teknologi dalam konteks pengalaman Model siklus belajar berorientasi pada
manusia. Salah satu tujuan model STM peristiwa alami, saling berhubungan, atau
adalah mengantisipasi kemajuan sains dan prinsip-prinsip yang melibatkan beberapa
teknologi beserta dampaknya serta konsep. Model ini juga memberikan
memasyarakatkan sains dan teknologi. Segi pengalaman nyata pada siswa dengan tujuan
positif dari pendekatan STS ini dapat untuk mengembangkan pemahaman konsep-
digunakan untuk mengantisipasi hasil tual. Tiga tahap pembelajarannya adalah: 1)
pendidikan IPA di sekolah dari berbagai eksplorasi, 2) pengenalan konsep, dan 3)
kejadian atau gejala dalam kehidupan penerapan konsep.
masyarakat sehari-hari. Banyak tingkah laku h) CLIS (Children Learning in Science)
anggota masyarakat Indonesia yang Model belajar CLIS menekankan pada
menunjukkan seakan-akan mereka belum pengalaman belajar, mulai dari proses
menerima pendidikan IPA, atau pendidikan mengamati sampai melakukan sendiri. Tahap
IPA di sekolah tidak ada dampaknya dalam pembelajarannya, yaitu 1) orientasi, 2)

Kedudukan dan Aplikasi Pendidikan Sains ... (Anatri Desstya) 199


pemunculan gagasan, 3) penyusunan ulang antara lain: memahami hakikat sains, tingkat
gagasan, 4) penerapan gagasan, dan 5) perkembangan anak dengan bertumpu pada teori
pemantapan gagasan. konstruktivisme dan teori perkembangan Jean
Piaget, dan menerapkan pembelajaran saintifik
SIMPULAN DAN SARAN yang dipadukan dengan berbagai variasi model
pembelajaran IPA, antara lain: konstruktivis,
Pendidikan sains di sekolah dasar perlu inquiri, keterampilan proses sains, STM, terpadu,
diajarkan untuk menghadapi era teknologi di masa interaktif, learning cycle, dan CLIS.
depan dengan memperhatikan beberapa aspek,

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R.D & C.P. 1994. Research on Science Teachers Education. New York NY: Macmilan.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Wuryastuti, Sri. 2008. “Inovasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, no 9
(www.indonesian.journalcourse.com/doc/6018-inovasi-pembelajaran-ipa-di-sekolah-dasar-file-upi-
journal-inovasi pendidikan. Diakses 21 oktober 2014).
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang
Standar Penilaian Pendidikan.

200 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 2, Desember 2014: 193-200

Vous aimerez peut-être aussi