Vous êtes sur la page 1sur 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Anoreksia nervosa adalah sindrom klinis dimana seseorang mengalami rasa
takut yang tidak wajar terhadap kegemukan. Anoreksia adalah kelainan psikis
yang diderita seseorang berupa kehilangan nafsu makan, meski sebenarnya lapar
dan berserela terhadap makanan. 95% penderita anoreksia adalah perempuan
yang memasuki masa puber seperti remaja dan perempuan dewasa (Dwi
Rachmawati:2013). Anoreksia nervosa gangguan yang dikarakteristikkan oleh
badan kurus yang terjadi sebagai akibat dari kelaparan yang ditimbulkan sendiri,
etiologi tampak terutama psikologis tetapi dapat meliputi faktor organik dasar
(Iin Inayah:2004).

B. Etiologi
Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang
jelas,dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku.
Namun demikian, manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada
kemungkinan faktor-faktor organik pada etiologi.
Menurut Mary C.(2009), faktor predisposisi pada anoreksia nervosa yaitu
1. Faktor fisiologis
a. Genetik : Predisposisi herediter gangguan makan dibuat hipotesis
dengan dasar riwayat keluarga dan hubungan yang jelas dengan
ganggguan lain yang memiliki kecenderungan pengaruh genetik.
Anoreksia nervosa lebih umum terjadi pada individu yang memiliki
saudara perempuan dan ibu yang memiliki gangguan tersebut
dibandingkan pada populasi umum.
b. Abnormalitas Neuroendokrin : Beberapa spekulasi terjadi sehubungan
dengan disfungsi hipotalamus primer pada anoreksia nervosa. Studi
yang konsisten dengan teori ini mengungkapkan terjadinya peningkatan
kadar kortisol pada cairan serebrospinal dan kemungkinan kerusakan
regulasi dopaminergik pada individu yang mengalami anoreksia.

3
2. Faktor Psikososial
a. Teori psikodinamika : Teori psikodinamika mengatakan bahwa perilaku
yang berhubungan dengan gangguan makan menandakan adanya
hambatan perkembangan pada tahun-tahun awal masa kanak-kanak
yang disebabkan oleh gangguan interaksi ibu-bayi. Tugas
mempercayai,otonomi dan separation-individuation tidak terpenuhi
sehingga indivudi tetap berada pada posisi dependen. Terjadi
keterbelakangan perkembangan ego.
b. Dinamika keluarga : Teori ini mengemukakan bahwa masalah
pengendalian menjadi faktor yang tumpang tindih dalam keluarga
individu yang mengalami gangguan makan. Keluarga ini sering kali
terdiri atas ayah yang pasif,ibu yang dominan dan anak yang sangat
tergantung. Standar yang tinggi ditetapkan pada perfeksionisme dalam
keluarga ini dan anak merasa bahwa ia harus memenuhi standar itu
secara memuaskan.
Kritik orang tua menyebabkan peningkatan perilaku obsesif dan
perfeksionis anak, yang haus kasih sayang,persetujuan dan pengakuan.
Pada akhirnya muncul perasaan tidak berdaya dan ambivalen terhadap
orang tua. Pada remaja, distorsi pola makan ini dapat merupakan
pemberontakan terhadap orang tua, yang dipandang oleh anak sebagai
cara untuk mencapai dan tetap berada pada pengendalian. Gejala sering
kali dipicu oleh stressor yang dipandang remaja sebagai bentuk
kehilangan kendali atas beberapa aspek kehidupannya.
3. Faktor biologis : Pendukung-pendukung teori ini telah mengusulkan
bahwa penyebab-penyebab dari kelainan ini dapat timbul dari
abnormalitas neoroendokrin di hipotalamus. Gejala-gejala dihubungkan
pada sebagai gangguan-gangguan kimia yang normalnya diatur oleh
hipotalamus .

Vous aimerez peut-être aussi