Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Home
Diary
Makalah
Histori
▼ 2014 (145)
o ▼ Desember (142)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DENGAN I...
STRATEGI PELAKSANAAN HDR /HARGA DIRI RENDAH
SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAN KELUARGA DALAM
MENCE...
PEDOMAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN JIWA
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Laporan Pendahuluan RETARDASI MENTAL BERAT
LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI-MANIA
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI PENDENGARAN
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU BUNUH DIRI
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEPRIBADIAN
ASTHENIK
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SADISME
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR
LAPORAN PENDAHULUAN SKOZOFRENI SIMPLEKS
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KECEMASAN
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEPRIBADIAN
PARANOID
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEPRIBADIAN AFEKTIF
LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENTIA PARALITIKA
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA ALZHEIMER
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN WAHAM
LAPORAN PENDAHULUAN SKRIZOFRENIA PARANOID
LAPORAN PENDAHULUAN DELIRIUM
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA
LAPORAN PENDAHULUAN FETISHISME
LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL RINGAN
LAPORAN PENDAHULUAN NEUROSA KECEMASAN
LAPORAN PENDAHULUAN “NEUROSA DEPRESIF”
LAPORAN PENDAHULUAN NEUROSA HIPOKONDRIK
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN PARANOIA
LAPORAN PENDAHULUAN KEPRIBADIAN PASIF AGRESIF
LAPORAN PENDAHULUAN HOMOSEXUALITAS
LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA PRESENILIS
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA SENILIS
LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI
LAPORAN PENDAHULUAN PSIKOSA MANIK DEPRESIF SEMI
DE...
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA RESIDUAL
Laporan Pendahuluan Skizofrenia Katatonik
LAPORAN PENDAHULUAN PARANOID SKIZOFRENIA
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN JIWA PENYIMPANGAN
SEX...
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA HIBEFRENIK
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ALERGI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KANKER OVARIUM
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) CA MAMMAE
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOLA HIDATIDOSA
(HAM...
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PREEKLAMPSIA BERAT
(...
SAP PRETERM PREMATURE RUPTURE of MEMBRANE (PPROM)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) STRUMA
Modul Komponen SIMPUS
MAKALAH MANAJEMEN PENANGGULANGAN PASCA
BENCANA
Makalah perkembangan sistem informasi kesehatan di...
MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT “TRIAGE”
MAKALAH SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
RENCANA STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT
WISAT...
ASKEP KATARAK
DIALOG IN THE HOSPITAL ABOUT NURSING ACTIONS
PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH (MENGGOSOK GIGI DAN
M...
SATUAN ACARA PENYULUHAN “SEKS EDUCATION UNTUK
REMA...
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER
MAKALAH HIPERTIROID
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.I PADA Tn.I DENGAN...
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn .A PADA Ny. S DENG...
SENAM DIABETIK
IMOBILITAS DAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA LANSIA
Tehnik Latihan Kandung Kemih untuk Lansia
SOP Vital Sign
NURSING CARE PLANNING ABOUT DIARRHEA
PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH (MENGGOSOK GIGI DAN
M...
ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MYOCARD
SOP PENGUKURAN CVC
ASKEP HEMOROID
Asuhan Keperawatan Pada Klien Apendisitis
ASKEP HERNIA
ASKEP DIARE
ASKEP GASTRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS
ASKEP TRAUMA ABDOMEN
ASKEP HEMATOMA
ASKEP HEPATITIS
ASKEP DIARE
TOOL EVALUASI PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
SOP Mantoux Test
SCORE DOWN RDS
REAKSI TRANSFUSI
Perawatan Pre dan Post Kemoterapi
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANAK DAN REMAJA
THALASEMIA
LEUKIMIA
ANEMIA
MAKALAH MENINGITIS PADA ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
PEMB...
ASKEP ANAK KEJANG
o ► November (3)
Blogger templates
Time
Number Visitor
divine-music.info
MAKALAH
MENINGITIS PADA ANAK
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing :
ANGGOTA KELOMPOK :
1. ANISAH SYARIFATUL R. (1201200010)
2. RIZKA BERTI P. (1201200023)
TINGKAT II A
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN AJARAN 2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis dalam menyelesaikan “Makalah Meningitis pada Anak” ini, dengan lancar tanpa
halangan yang berarti. Makalah ini disusun dengan harapan mampu menambah dan
meningkatkan wawasan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................... ....... 2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................
...... 3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA.................................................................................... 4
2.1Definisi......................................................................................................................
...... 4
2.2 Etiologi.....................................................................................................................
...... 5
2.3 Patofisiologi............................................................................................................. ....... 5
2.4 Klasifikasi................................................................................................................ ....... 7
2.5 Manifestasi Klinis.................................................................................................... ...... 9
2.6 Komplikasi....................................................................................................................... 11
2.7 Pathway........................................................................................................................... 12
2.8 Pemeriksaan..................................................................................................................... 13
2.9 Penatalaksanaan............................................................................................................... 13
2.10 Pencegahan.................................................................................................................... 15
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................. ...... 17
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 21
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 21
4.2 Saran....................................................................................................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita
meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi,
retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun,
lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae
(pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa
inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat
pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis
terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal
Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal
dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi
dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa
bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa
karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin
parah setelah beberapa bulan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi meningitis ?
2. Apakah etiologi meningitis ?
3. Bagaimanakah patofisiologi meningitis ?
4. Apa sajakah klasifikasi meningitis ?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis meningitis pada anak ?
6. Apa sajakah komplikasi meningitis ?
7. Bagaimanakah pathway meningitis ?
8. Apa sajakah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit meningitis ?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak ?
10. Bagaimanakah pencegahan penyakit meningitis pada anak ?
2.3 Patofisiologi
Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik melalui
penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang berdekatan, atau sebagai
akibat kerusakan sawar anatomik normal secara konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-
bahan toksik bakteri akan menimbulkan reaksi radang berupa
5
kemerahan berlebih (hiperemi) dari pembuluh darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel
radang dan pembentukan eksudat. Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri
streptococcus pneumoniae dan H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak,
hidrosefalus dan infark dari jaringan otak.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan TIK. Efek patologi
dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen. Edem dan eksudasi yang kesemuanya
menyebabkan peningkatan intrakranial. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005)
6
2.4 Klasifikasi
Jenis meningitis ada 3 yaitu :
1. Meningitis bacterial /purulenta /septik
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana
organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan subarahnoid.
Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian
sekitar 25 % (Ignatavicius & Wrokman, 2006).
Meningitis bacterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai dengan
peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. (Arif Mansjoer.Kapita Selekta.2000:437).
Meningitis purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa pus,
disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus. (Ngastiyah: 2005)
Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan
mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai meningitis
purulen atau meningitis septik.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus
pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis.(Ginsberg, 2008).
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering meningitis
akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Neisseria
meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah
Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian
atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah. Haemophilus influenza,
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan
meningitis. Jenis bakteri ini sebagai penyebab terjadinya infeksi pernafasan bagian atas, telinga
bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah membuktikan terjadinya angka
penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.Staphylococcus aureus,
Mycobakterium tuberculosis jenis hominis.
7
Prognosis pada meningitis bakteri : Prognosis buruk pada usia yang lebih muda, infeksi
berat yang disertai DIC. Mortalitas bergantung pada virulensi kuman penyebab, daya tahan tubuh
pasien, cepat atau lambatnya mendapat pengobatan yang tepat dan pada cara pengobatan dan
perawatan yang diberikan. Perawatan, akan dibicarakan bersama – sama dengan meningitis
tuberkolosa.
2. Meningitis virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan dari
bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes simplek, dan herpes
zoster. (Wilkinson, 1999).
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang akut dengan
gejala rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor serebrospinalis dengan deferensiasi
terutama limfosit,perjalanan penyakit tidak lama dan selflimited tanpa
komplikasi.(Ngastiyah:2005)
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA
(ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA adalah
enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis,
morbili). Sedangkan contoh virus DNA antara lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS)
(PERDOSSI, 2005)
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula
(penyembuhan secara komplit) (Ignatavicius & Wrokman,2006).
Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut, meningo-
ensepalitis akut atau ensepalitis akut.
Prognosis pada meningitis virus : Penyakit ini self limited dan penyembuhan sempurna
dijumpai setelah 3-4 hari pada kasus ringan dan setelah 7-14 hari pada keadaan yang berat.
3. Meningitis jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang
pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis
(paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
8
Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30% -40% dan insidensinya
meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh
(Martz, 1990 dalam Depkes RI, 1998).
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan oleh
infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS). (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Wilkinson, 1999).
2.5 Manifestasi Klinis
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun pada
anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak
ditemui. Perubahan tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien. (Jay
Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 )
Pada bukunya, Wong menjabarkan manifestasi dari meningitis berdasarkan golongan usia
sebagai berikut:
Anak dan Remaja
a. Awitan biasanya tiba-tiba
b. Demam
c. Mengigil
d. Sakit kepala
e. Muntah
f. Perubahan pada sensorium
g. Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )
h. Peka rangsang
i. Agitasi
j. Dapat terjadi: Fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, mengantuk, stupor,
koma.
k. Kekakuan nukal, dapat berlanjut menjadi opistotonus
l. Tanda Kernig dan Brudzinski positif
m. Hiperaktif tetapi respons refleks bervariasi
n. Tanda dan gejala bersifat khas untuk setiap organisme:
9
- Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama bila
berhubungan dengan status seperti syok.
- Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae)
- Drain telinga kronis (meningitis pneumokokal)
Bayi dan Anak Kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak antara usia 3 bulan hingga 2 tahun :
a. Muntah
b. Peka rangsangan yang nyata
c. Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)
d. Fontanel menonjol
e. Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak
f. Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam diagnosa
g. Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia
h. Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)
Neonatus
Tanda-tanda Spesifik :
a. Secara khusus sulit untuk didiagnosa
b. Manifestasi tidak jelas dan tidak spesifik
c. Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa
hari
d. Menolak untuk makan
e. Kemampuan menghisap buruk
f. Muntah atau diare
g. Tonus buruk
h. Kurang gerakan
i. Menangis buruk
j. Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakit
k. Leher biasanya lemas
10
2.6 Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. Meningococcal septicemia (mengingocemia)
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
11
2.7 Pathway
12
2.8 Pemeriksaan
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya
dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
6. Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
13
7. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau ringer
laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau tingkat
dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan
kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi
akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
8. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan diazepam
0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan
fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya
diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari.
Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/
dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga
diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu
tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
9. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan
rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena
peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
10. Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suction dan memposisikan anak
pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan nafas dipadu dengan
pemberian oksigen untuk mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu
mungkin juga terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan tekanan intrakranial sehingga
perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernafasan.
Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi
melalui masker oksigen.
11. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang sering
dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara
intrevena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis pemberian.
Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pembelian cairan serebrospinal
melalui lumbal fungtio.
14
Penatalaksanaan di Rumah:
1. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak
terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan
yang cukup karena anak yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang
praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga
berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun
lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat
terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
2. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga
mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
3. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini
berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya
dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak
mudah berpindah ke lingkungan.
4. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk patokan umum
dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5
tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
5. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 30-40
cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang hilang karena
peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang
sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat membantu
mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
2.10 Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor
presdisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
15
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi
sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius. (Riyadi
Sujono.2010).
Vaksin konjugat pneumokokus.
Vaksin tersebut dianjurkan untuk diberikan kepada bayi dan anak yang berusia 2 bulan
hingga 9 tahun. Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12
bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus juga hanya menimbulkan efek samping yang
ringan seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak dan nyeri pada daerah sekitar suntikan. Gejala
umum setelah pemberian vaksin seperti demam, mengantuk, rewel, nafsu makan berkurang,
jarang ditemukan pada bayi.
Beberapa upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebagai
berikut :
a. Melaksanakan imunisasi tepat waktu.
b. Pada usia bayi 0-1 tahun usahakan membatasi diri untuk keluar rumah atau jalan-jalan
ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar, dan rumah sakit.
c. Menjauhkan anak dari orang yang sakit.
d. Usahakan anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur yang nyaman.
16
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus Meningitis pada Anak
Sumber : dailymail.co.uk dimuat dalam kompas.com
Penulis : Natalia Ririh, Jumat, 24 Agustus 2012 pukul 11:46 WIB
Diakses pada Hari Sabtu, 30 November 2013 pukul 17.20 WIB
Dalam Empat Jam, Anak Sehat Diserang Meningitis
KOMPAS.com – Pada pukul 07.30 malam, di Bulan Januari, Michelle Scoffings mendapati putri
kecilnya, Erica (3) tidur dalam keadaan suhu badannya normal dan tampak baik – baik saja.
Sebelumnya, Erica mengeluh badannya tidak enak. Tepat sebelum tengah malam, Erica bangun
dan meminta minum. Saat itu, Michelle melihat sekujur tubuh anaknya penuh bercak berwarna
ungu dan suhu tubuhnya tinggi.
Michelle dan suaminya segera mengambil kaca bening lalu menempelkannya di kulit Erica. Cara
ini adalah salah satu tes untuk mengetahui penyakit meningitis pada anak. Di bawah kaca bening
yang ditekan, ruam di kulit putrinya tidak memudar.
Tak mau menunggu lama, pasangan asal Chesterfield, Inggris ini membawa Erica ke rumah
sakit. Dokter mendiagnosis putri mereka terinfeksi bakteri Meningokokus dan Septikemia, suatu
bentuk keracunan darah. Dokter mengatakan anak ini hanya punya waktu sekitar tiga jam
bertahan hidup.
“Saat itu tidak menelepon dan menunggu ambulans adalah hal yang terbaik. Anda harus cepat
pergi ke rumah sakit, karena terlambat 10 menit saja, hasilnya akan berbeda,” cerita Michelle.
Kedua kaki Erica menghitam, ia pun ditempatkan di ruang ICU dengan seluruh badan diperban.
Malam itu, Erica dipindahkan ke Rumah Sakit Chesterfield Royal ke bagian perawatan intensif
khusus anak – anak. Akibat septikemia, kaki Erica menghitam sampai tulangnya terlihat.
“Semuanya terjadi begitu cepat, saat seperti itu kita tidak punya waktu untuk berpikir lama.
17
Saya sangat takut karena tak ada yang bisa saya lakukan. Setiap kali seseorang menyentuhnya,
Erica pun menjerit,” ujarnya.
“Erica menjerit sepanjang waktu. Saya syok saat dokter bedah mengatakan kedua kaki Erica
kemungkinan diamputasi,” imbuhnya.
Putrinya ini kemudian dipindahkan juga ke unit spesialis luka bakar. Tubuh Erica seperti terkena
luka bakar dan ia menjalani cangkok kulit. Gadis mungil ini tidak jadi diamputasi, sebuah terapi
mendorong jaringan sehingga menutupi tulang.
Erica dirawat selama dua minggu di rumah sakit dan sejak saat itu telah kembali selama tiga kali
untuk operasi cangkok kulit. Namun, tak kurang dari delapan bulan setelah serangan Meningitis,
Erica akan kembali berjalan bulan depan meskipun masih menggunakan penyangga.
Melihat kenyataan Meningitis menyerang anak – anak secara mendadak, Michelle membukukan
pengalamannya tentang penyakit Erica dalam sebuah buku harian. Dia berharap lewat buku
hariannya ini, publik lebih sadar dan peduli tentang bagaimana cepatnya penyakit meningitis
menyerang anak – anak di atas dua tahun.
18
Penyelesaian :
1. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak
terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan
yang cukup karena anak yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang
praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga
berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun
lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat
terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
2. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga
mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
3. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini
berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya
dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak
mudah berpindah ke lingkungan.
4. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk patokan umum
dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5
tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
5. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 30-40
cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang hilang karena
peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang
sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat membantu
mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
19
Penanganan / Perawatan pada saat anak kejang :
1. Baringkan anak pada tempat yang rata, kepala di miringkan dan pasangkan gagang
sendok yang dibungkus kain atau sapu tangan bersih dalam mulutnya. Dengan tujuan
untuk mencegah lidah tergigit.
2. Buka baju anak, longarkan pakaian yang mengganggu pernapasan.
3. Singkirkan benda-benda di sekitar anak.
4. Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak saat kejang.
5. Bila badan panas berikan kompres hangat.
6. Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisinya semakin parah, segera
bawa anak ke dokter atau rumah sakit.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater).
Etiologi : Bakteri, virus, faktor prediposisi, faktor maternal, faktor imunologi, anak dengan
kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan.
Klasifikasi Meningitis : Meningitis bacterial /purulenta /septik, Meningitis virus, Meningitis
jamur
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun pada anak
di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui.
Komplikasi : Hidrosefalus obstruktif, Meningococcal septicemia (mengingocemia), Sindrome
water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral), SIADH ( Syndrome
Inappropriate Antidiuretic hormone ), Efusi subdural, Kejang, Edema dan herniasi serebral,
Cerebral palsy, Gangguan mental, Gangguan belajar, Attention deficit disorder
Melihat kenyataan Meningitis menyerang anak – anak secara mendadak, penulis berharap
pembaca lebih sadar dan hati-hati serta peduli tentang bagaimana cepatnya penyakit meningitis
menyerang anak – anak di atas dua tahun.
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
21
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.
22
0 komentar:
Posting Komentar