Vous êtes sur la page 1sur 7

3.

Mengidentifikasi Faktor Kesulitan Belajar

Seperti telah dijelaskan pada unit 1 bahwa pada dasarnya bila setiap kesulitan
belajar terjadi, latar belakang nya akan bersumber kepada komponen-komponen yang
berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar mengajar sendiri.

Seperti yang telah kita singgung pada model 3, berbagai variabel yang
mempengaruhi proses belajar mengajar itu menurut Loree (1970:121-133) terdiri atas : (1)
stimulus atau learning variables, (2) organismic variables (3) response variables

a. Stimulus variables, mencakup :


1) Learning experience variables, antara lain mengenai :
a) Metoa variables, yang antara lain menyangkut ;
- Kuat lemahnya motivasi untuk belajar;
- Intensif – tidaknya bimbingan guru;
- Ada tidaknya kesempatan berlatih atau berpraktik;
- Ada tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement
b) Task variables, yang mencakup :
- Menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan;
- Bermakna tidaknya (meaningfulness) apa yang dipelajari dan
dilakukan;
- Sesuai tidaknya (appropriatness); panjang (length); atau
luasnya (width); serta tingkat kesukaran apa yang harus
dipelajari dan di kerjakan.

2) Environmental variables,menyangkut iklim belajar yang bergantung pada


faktor-faktor:
- Tersedia tidaknya tempat atau ruangan (space) yang
memadai;
- Cukup tidaknya waktu, serta tepat tidaknya penggunaan
waktu tersebut untuk waktu belajar;
- Tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai;
- Harmonis tidaknya hubungan manusiawi baik di sekolah,
dirumah maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas.

b. Organismic variables yang mencakup :


1) Characteristic of the learners, antara lain tingkatan intelegensi, usia
dan taraf kematangan, jenis kelamin, kesiapan dan kematangan untuk
belajar. Dengan demikian, kelemahan sering disebabkan oleh:
(a) Kurangnya kemampuan dan keterampilan kognitif;
(b) Terbatasnya kemampuan, menghimpun, dan
mengintegrasikan informasi;
(c) Kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan/aspirasi.

2) Mediating processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta


antara lain intelegensi,persepsi, motivasi, dorongan, lapar, takut,
cemas, kesiapan konflik, tekanan batin, dan sebagainya turut
berperan pula dalam proses berperilaku termasuk perilaku belajar.

c. Response variables, sebagaimana kita kelompokkan berdasarkan tujuan-tujuan


pendidikan yaitu:
1) Tujuan-tujuan kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan
pemecahan masalah;
2) Tujuan-tujuan afektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dan aspresiasi;
3) Tujuan-tujuan pola-pola bertindak, antara lain :
- Keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik,
kegiatan pendidikan jasmani atau olahraga, melukis dan
sebagainya;
- Kompetensi – kompetensi untuk menyelenggarakan
pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dan
sebagainya;
- Kebiasaan-kebiasaan berupa kebiasaan hidup sehat,
keamanan, kebersihan, keberanian disertai kesopanan,
ketegasan,ketekunan,kejujuran, kerapian, keserasian, dan
sebagainya.

Kesemuanya menuntut pelayanan yang berbeda-beda. Pola-pola


respons yang diharapkan tersebut tidak akan terwujud kalau pengelolaan
proses belajar-mengajarnya kurang serasi.

Burton (1952:633-640), meskipun menyinggung banyak hal yang


bersamaan seperti dikemukaan Loree, ia mengelompokannya secara
sederhana ke dalam dua kategori, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam
diri siswa dan di luar diri siswa.

a) Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain :


(1) Kelemahan Secara Fisik. Seperti :
(a) Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna
karena luka atau cacat atau sakit sehingga sering membawa
gangguan emosional;
(b) Pancaindera (mata, telinga, alat bicara, dan sebagainya) mungkin
berkembang kurang sempurna atau sakit (rusak) sehingga
menyulitkan proses interaksi secara efektif;
(c) Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta
berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-
kelainan perilaku (kurang terkoordinasikan dan sebagainya);
(d) Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan
anggota-anggota badan (tangan,kaki,dan sebagainya) sering pula
membawa ketidakstabilan mental dan emosional;
(e) Penyakit menahun (asma dan sebagainya ) menghambat usaha-
usaha belajar secara optimal.
(2) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa
sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh
individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain:
(a) Kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang);
(b) Tampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya kurang
minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah,
kurang semangat (kurang gizi, kelelahan atau overwork, dan
sebagainya), kurang menguasai keterampilan, dan kebiasaan
fundamental dalam belajar.
(3) Kelemahan- kelemahan emosional, antara lain :
(a) Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity);
(b) Penyesuaian yang salah (maldjusment) terhadap orang-orang,
situasi, dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan;
(c) Tercekam rasa phobia (takut,benci, dan antisipasi), mekanisme
pertahanan diri;
(d) Ketidakmatangan (immaturity).
(4) Kelemahan-kelemahan yang di sebabkan oleh kebiasaan dan sikap-
sikap yang salah, antara lain :
(a) Tidak menentu dan kurang menaruh minat terhadap pekerjaan-
pekerjaan sekolah;
(b) Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak
menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar;
(c) Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian;
(d) Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab;
(e) Malas, tak bernafsu untuk belajar;
(f) Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran;
(g) Nervous.
(5) Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar
yang tidak diperlukan, seperti :pengetahuan dasar untuk suatu bidang
studi yang sedang diikutinya secara sekuensial (meningkat dan
berurutan), kurang menguasai bahasa (inggris,misalnya)
(a) Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
b. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan
masyarakat), antara lain:
(1) kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku-buku sumber) yang
tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan perbedaan-perbedaan
individu;
(2) ketidaksesuaian standar administratif (sistem pengajaran dan perbedaan),
penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar, dan
sebagainya;
(3) terlalu berat badan belajar (siswa) dan/atau mengajar (guru);
(4) terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu bnayka menuntut
kegiatan diluar, dan sebagainya;
(5) terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan sebagainya;
(6) kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan
(dasar/asal) sebelumnya;
(7) kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan,status
sosial ekonomis, keutuhan/keluarga, besarnya anggota keluarga, tradisi dan
kultur keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis dan
sebagainya);
(8) terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau telalu banyak
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler;
(9) kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya);

Bruner dan Bruner (1972) yang melakukan studi terhadap masalah


putus sekolah (drop outs) di Indonesia, dari segi tinjauan antrophologis
ternyata menemukan kelemahan-kelemahan kultural yang fundamental,
antara lain :
(1) Pandangan masyarakat (orangtua) yang salah terhadap pendidikan;
(2) Falsafah hidup yang cepat puas, tidak memiliki motif berprestasi (n-Ach);
(3) Tradisi hidup sosial dan ekonomi yang terbelakang;

Kalau kita hubungkan dengan contoh-contoh kasus kita pada butir


kedua diatas, dapat diartikan sebagai berikut ini :

(1) Kalau kasus yang mengalami kelemahan itu berupa kelas kelompok siswa
secara keseluruhan, besar kemungkinan kelemahan itu bukan bersumber
pada kelemahan siswa secara individual. Diantara sumber-sumber yang
paling mungkin dari kelemahan itu, antara lain :
(a) Kondisi sekolah yang diakibatkan oleh :
1) Kualifikasi guru yang kurang memadai syarat (pendidikan
atau pribadi);
2) Sistem belajar mengajar yang di gunakan;
3) Sistem penilaian yang di pakai;
4) Bahan dan sumber yang langka atau usang (out of date);
5) Dan sebagainya.
(b) Manajemen kelas dan sekolah yang kurang sesuai;
(c) Letak sekolah (schooll site) yang terlalu terasing/terisolasi atau
terganggu oleh kesibukan lain.
(2) Kalau kasus itu berupa individu-individu siswa mengalami kelemahan
dalam bidang studi tertentu atau secara keseluruhan atau sebagian besar
dari prestasinya, mungkin bersumber pada kelemahan dasar intelektual,
emosional, kebiasaan belajar, perlakuan guru terhadapnya,dan
sebagainya seperti di terangkan di atas.

Cara yang dapat kita tempuh untuk menghimpun berbagai informasi


guna menemukan sumber kelemahan belajar itu secara definitif, tentu dapat
bermacam jalan kita gunakan antara lain :

(1) Untuk membuktikan bahwa kelemahan itu bersumber pada kelemahan


kemampuan dasar belajar ( Intelegensi atau bakat) maka cara yang paling
tepat ialah :
(a) Mengadakan tes intelegensi sehingga di peroleh indeks atau ukuran
tingkat kecerdasannya (Q);
(b) Mengadministrasikan tes bakat (optitude test ) sehingga di temukan
pula indeks atau ukuran kecenderungan bakatnya (bilangan, bahasa,
sosial, motoris, dan sebagainya);
(c) Analisis atau catatan prestasi belajarnya secara historis-kompratif
(teknik case study atau case history) dengan jalan membandingkan.
(1) Prestasi studi siswa secara keseluruhan atau dalam bidang-bidang
studi tertentu dari tahun ke tahun atau dari tingkat atau ke
tingkat (SD-SLTP-SLA, dan seterusnya; kelas I-II-III dan seterusnya)
sehingga diperoleh grafik yang memberikan gambaran
kecendrungan prestasinya dari saat ke saat, kalau memang garis
kecendrungan prestasi itu :
(a) Hampir mendatar maka dapat kita interprestasikan bahwa
besar kemungkinan secara potensial lemah;tetapi kalau
(b) Bersifat naik turun (fuctuation) maka kelemahan itu bersifat
tradisional, yang berarti sumber lainnya (guru,bahan
metode,dan sebagainya) masih harus terus kita cari lebih
lanjut.
(2) Prestasi siswa dari kelompok bidang studi tertentu atau dengan
bidang studi atau kelompok bidang studi lainnya maka kalau
ternyata kita temukan :
(a) Bahwa siswa mengalami kelemahan dalam bidang-bidang
studi yang termasuk dalam group factors tertentu (IPA, IPS,
Bahasa, dan sebagainya) dapatlah kita tafsirkan siswa yang
bersangkutan mengalami kelemahan dalam aspek bakat
khusus; tetapi kalau kelemahan itu ternyata.
(b) Menyebar (tidak berpola) atau hanya dalam suatu bidang studi
tertentu maka hal itu dapat kira tafsirkan bukanlah karena
faktor bakat,kemungkinan sumber lain (emosional hubungan
siswa-guru, dan sebagainya) masih harus kira cari.

(2) Untuk membuktikan kelemahan yang ternyata bukan bersifat


potensial, dapat di pergunakan pula berbagai teknik
pendekatan,antara lain :

(a) inventory, (daftar cek, checklist) untuk mendeteksi kebiasaan-


kebiasaan belajar yang salah;

(b) skala sikap (attitude rating scale) untuk mendeteksi sikap-sikap


belajar yang salah;

(c) observasi yang terarah untuk mendeteksi pola-pola performance,


siswa dan guru di dalam sitasi yang aktua;

(d) analisis respons siswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas


atau wawancara khusus dengan siswa;

(e) analisis hasil pekerjaan tertulis (written product analysis) seperti


lembaran pekerjaan berhitung,bahasa, karangan, laporan, dikte, dan
sebagainya sehingga dapat kita temukan apakah kelemahan itu
karena kurang memahami konsep (prinsip) prosedur/cara kerja,
kelalaian saja dan sebagainya.

(3) Untuk mendapatkan data dan informasi lainnya yang bertalian


dengan segi-segi kesehatan fisik atau psikisnya, latar belakang
keluarga, penyesuaian sosial, dan sebagainya, guru tentu dapat
mengadakan kerja sama dengan wali kelas, guru pembimbing
(konselor,dokter,dan sebagainya) sehingga kesimpulan dan tafsiran
yang dapat kita tarik lebih lengkap dan meyakinkan, baik bagi siswa
maupun bagi orangtuanya atau pihak berkepentingan lainnya.
4. Mengambil Kesimpulan dan Membuat Rekomendasi Pemecahannya

Seperti dijelaskan dalam paragraf pertama bahwa berdasarkan hasil analisis


diagnotik seperti kita pelajari dalam paragraf kedua dan ketiga; kita hendaknya (1) menarik
suatu kesimpulan umum/meskipun hanya secara tentatif, (2) membuat perkiraan apakah
masalah itu mungkin untuk diatasi,selanjutnya (3) memberikan saran tentang kemungkinan
cara mengatasinya.

a. Kasus Kelompok
1) Kesimpulan (tentatif)
a) Kasus dan permasalahanya
Seperti

Vous aimerez peut-être aussi