Vous êtes sur la page 1sur 15

Nama : Arief Fathurrahman

NIM : 20160130148
KELAS : C

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTAR DAN KUAT ARUS


PADA PENGELASAN LAS SMAW TERHADAP UJI BENDING
PADA PENYAMBUNGAN BAJA SS-400

ABSTRAK
Di era yang semakin maju ini pengembangan teknologi dalam bidang indrustri dan
konstruksi yang kian pesat tidak akan bisa terlepas dari teknologi pengelasan karena
peranan pengelasan sangat penting untuk merekayasa dan memperbaiki logam.
Penelitian akan berguna untuk mengetahui pengaruh dari kecepatan putar dan kuat
arus las SMAW DC arus searah pada baja bertipe SS-400 dengan Panjang Plat 200
mm, lebar 40 mm dan tebal 5 mm dengan menggunakan elektroda bertipe E6012
berdiameter 3,25 mm dan memvariasikan kecepatan putar dengan waktu 8 detik,
10 detik, 12 detik dan menggunakan variasi kuat arus sebesar 60 ampere, 80 ampere
dan 100 ampere dengan menggunakan las bertipe SMAW DC arus searah dan
diakhiri dengan uji bending dan jenis sambungan yang digunakan adalah
sambungan butt joint.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk pada pembaca yang ingin
mengetahui hasil penelitian tentang pengaruh dari kecepatan putar dan kuat arus las
SMAW DC arus searah menggunakan elektrodan E6012 dan baja SS-400 pada hasil
uji bending.

Kata kunci : Variasi ampere, Baja SS-400, Uji bending, SMAW, Elektroda E6012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring perkembangan teknologi dibidang kontruksi yang kian pesat


peranan ilmu pengelasan sangat penting untuk merekayasa serta memperbaiki
logam. Pekerjaan dibidang konstruksi dengan logam pada saat ini banyak
menggunakan teknik pengelasan pada proses rancang bangun karena proses saat
penyambungan las membutuhkan keterampilan yang baik bagi pengelas agar
didapat hasil pengelasan yang baik. Ruang lingkup dari pengelasan bagi konstruksi
adalah pada proses pembuatan jembatan, rangka baja, perkapalan, bejana tekan, rel,
dan lain lain.

Sambungan las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam yang


dilakukan dalam keadaan cair ataupun semi cair (semi solid). Didalam aplikasinya,
pemilihan pada proses pengelasan bisa ditentukan berdasarkan dari pertimbangan
peningkatan kualitas, kecepatan produksi, dan peningkatan efesiensi, dan
penghematan biaya produksi. (Ardian Prabwo, 2017)

Klarifikasi dari cara kerja pengalasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu pengelasan cair, pengelasan pematrian dan pengelasan tekan. Pengelasan cair
adalah salah satu jenis pengelasan dimana benda yang akan di sambung harus
dipanaskan terlebih dahulu dengan sumber energy panas sampai mencair. Cara
yang paling sering digunakan adalah pengelasan cair dengan gas dan busur (las
busur listrik). Las busur listrik mempunyai empat jenis yaitu las busur gas (MIG,
TIG, las busur CO2), las busur rendam, las busur tanpa gas, dan salah satu jenis dari
las busur elektroda terbungkus adalah las SMAW (Shielding Metal Arc Welding).
(Basuki Bonggo Pribadi, 2017)

Mesin las SMAW mempunyai tiga tipe arus listrik yaitu mesin las arus
bolak balik atau Alternating (AC), mesin las arus searah atau Direct Current (DC),
dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk
pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak balik AC).
(Basuki Bonggo Pribadi, 2017)

Mesin las arus DC bisa digunakan dengan dua arah yaitu polaritas terbalik
dan polaritas lurus. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) bisa digunakan jika titik cair
bahan induk tinggi dan kapasitas besar , untuk pemegang elektrodanya
dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub
positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik
cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya
dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub
negatif. (Basuki Bonggo Pribadi, 2017)

Pilihan ketika menggunakan DC polaritas negatif atau positif adalah


terutama ditentukan elektroda yang digunakan. Beberapa elektroda SMAW
didisain untuk digunakan hanya DC- atau DC+. Elektroda lain dapat menggunakan
keduanya DC- dan DC+. Elektroda E6012 dapat digunakan pada DC polaritas
terbalik (DC+). Pengelasan ini menggunakan elektroda E6012, maka arus yang
digunakan berkisar antara 60-100 Ampere. Dengan interval arus tersebut,
pengelasan yang dihasilkan akan berbeda-beda. (Basuki Bonggo Pribadi, 2017)

Tidak semua logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang mempunyai
sifat mampu las yang baik diantaranya adalah baja paduan rendah dengan
menggunakan tipe sambungan butt-joint kekuatan hasil pengelasan dipengaruhi
oleh kuat arus dan kecepatan putar dengan menggunakan las SMAW. Penentuan
besar arus listrik mengganakan 60 A, 80 A, dan 100, A dan kecepatan putar nya
adalah 8 detik, 10 detik, 12 detik. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali per kuat
arus nya.

Riset sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian tentang pengelasan oleh Jaenal
Arifin, Helmy Purwanto dan Imam Syafa’At dengan judul pengaruh jenis elektroda
terhadap sifat mekanik hasil pengelasan SMAW baja ASTM A36, hasil yang
didapat pada penelitian tersebut adalah pada perbedaan elektroda dengan nilai
kekerasan yang paling tinggi menggunakan elektroda E7018 dengan variasi arus
70A yaitu 105 HRB, dan nilai tertinggi pada pengujian tarik pengelasan
menggunakan elektroda E6013 dengan variasi arus 110A yaitu 34,697MPa

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keuletan baja SS-400 yang sudah
dilakukan proses pengelasan dengan menggunakan uji bending terhadap variasi dari
kecepatan putar serta kuat arus pada proses pengelasan bertipe SMAW dengan
menggunakan elektroda bertipe E6012.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari hasil latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan putar terhadap penyambungan


las pada baja ss-400 ?

2. Bagaimana pengaruh variasi kuat arus terhadap penyambungan las pada


baja ss-400 ?

3. Bagaimana pengaruh dari variasi kecepatan putar dan kuat arus terhadap
uji bending ?
1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Alat uji bending yang digunakan ada di Fakultas Teknik, Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta

2. Mesin las yang dipakai berasal ada di Fakultas Teknik, Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta

3. Baja ss-400 yang dipakai berasal dari Bogor

4. Elektroda tipe E6012 yang dipakai berasal dari Jakarta

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pada baja ss-400 terhadap nilai uji bending
jika memvariasikan kecepatan putar saat proses pengelasan

2. Untuk mengetahui pengaruh pada baja ss-400 terhadap nilai uji bending
jika memvariasikan kuat arus saat proses pengelasan

3. Untuk mengetahui perubahan struktur mikro pada baja ss-400 yang sudah
dilakukan uji bending

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Ilmu Teknologi

Untuk memberikan ide atau ilmu baru bagi dunia pendidikan dan pada dunia
teknologi

2. Bagi Infrastruktur

Yaitu sebagai salah satu acuan dalam perancangan bangunnan yang


melibatkan ilmu pengelasan
3. Bagi Masyarakat
Memberikan ilmu baru kepada anak anak sekolah yang baru mempelajari
tentang pengelasan mengenai struktur mikro dan pengaruh variasi dari
kecepatan putar dan kuat arus pada baja ss-400

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Pengelasan adalah menyambungkan antar dua bahan atau lebih yang


didasarkan dari prinsip-prinsip pada proses difusi, dan terjadilah penyatuan bagian
bahan yang bisa disambung. Kelebihan dari proses sambungan las adalah
konstruksi ringan, lalu bisa menahan kekuatan yang besar, mudah di laksanakan,
lalu cukup ekonomis.Tetapi kelemahan yang sangat penting ialah berubahnya
struktur mikro dibahan yang sudah dilas, yang mengakibatkan terjadinya perubahan
sifat fisik dan juga sifat mekanis pada bahan yang sudah dilas. (Riswan Dwi
Djamiko, 2008).

Menurut defisi pengelasan dari berbagai sumber/referensi lainnya adalah:

Definsi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las merupakan ikatan


metalurgi yang ada pada sambungan logam dan logam paduan yang
pelaksanaannya dalam keadaan lumer atau cair. Dari definesi itu bisa disimpulkan
bahwa las merupakan sambungan setempat dengan menggunakan beberapa batang
logam dengan memanfaatkan energi panas. (Deutche Industrie Normen). (Fachrul
Januar, 2012)

Pengelasan bisa diartikan dengan suatu proses penyambungan dua buah


logam sampai dititik rekristalisasi logam, yang dengan atau tidak memakai bahan
tambahan dan juga memakai energi panas untuk mencairkan bahan yang akan dilas.
Pengelasan juga bisa diartikan sebagai suatu ikatan tetap dari benda atau logam
yang dipanaskan. Mengelas bukan hanya dengan memanaskan dua bagian dari
benda itu sampai mencair dan juga membiarkan membeku kembali, namun
membuat suatu lasan yang utuh dan baik dengan cara memberikan suatu bahan
tambah berupa elektroda pada saat waktu dipanaskan sehingga mendapatkan
kekuatan yang sudah dikehendaki. Kekuatan dari sambungan las dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: prosedur pada pengelasan, bahan-bahan, elektroda dan juga
jenis kampuh yang dipakai.(Joko santoso, 2006)

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Pengelasan

Pengelasan (welding) ialah salah satu dari teknik penyambungan pada


logam dengan mencairkan sebagian dari logam induk dan sebagian dari logam
pengisi dengan atau tidak tekanan dan dengan atau tidak menggunakan logam
tambahan lalu membuat sambungan yang kontinu. (Sonawan, 2006.)

Las busur listrik elektroda terlindung atau yang biasa dikenal dengan SMAW
adalah jenis pengelasan yang memakai busur nyala listrik panas untuk pencair
logam. Karena dari busur listrik mengandung panas maka logam pada induk dan
ujung pada elektroda bisa mencair dan bisa membeku bersamaan. Proses
pemindahan pada logam elektroda terjadi di saat ujung pada elektroda mencair lalu
membentuk butir-butir yang bisa terbawa arus pada busur listrik yang terjadi. Jika
menggunakan arus listrik yang besar maka akan mengakibatkan butiran logam cair
yang tadi terbawa akan menjadi halus dan sebaiknya jika arus nya kecil maka
butiran menjadi besar. (Sonawan, 2006.)

Pola pada pemindahan logam cair mempengaruhi sifat keuletan las dari logam.
Logam mempunyai sifat keuletan las yang bagus bila pemindahannya terjadi
dengan butir yang halus. Keuletan las ialah kemampuan dari suatu kombinasi logam
yang dilas bisa menjadi suatu konstruksi yang mempunyai karakterisitik dan sifat
yang unik dan memenuhi persyaratan yang sudah setujui. (Sonawan, 2006.)

Pola pada pemindahan cairan dipengaruhi berdasarkan besarnya atau kecilnya arus,
komposisi serta bahan fluks yang dipakai. Bahan fluks yang dipakai untuk
membungkus elektroda selama proses pengelasan mencair dan membentuk kerak
yang bisa menutupi logam cair yang sudah terkumpul pada tempat sambungan dan
bisa sebagai penghalang oksidasi. (Sonawan, 2006.)

2.2.2. Elektroda

Jenis-jenis elektroda yang dipakai akan sangat menentukan hasil pada pengelasan,
sehingga penting untuk bisa mengetahui jenis-jenis dan sifat pada masing-masing
elektroda untuk sebagai dasar pemilihan pada elektroda yang tepatdan pas. Selain
jenis-jenis elektroda yang harus tepatdalam memilih, diameter pada elektroda las
harus sangat diperhatikan. Ukuran pada elektroda dipilih dari ukuran las yang ingin
dibuat dan juga arus listrik yang dihasilkan dengan alat las yang pas. Karena pada
umumnya mesin las memiliki pengatur yang bisa digunakan untuk memperkecil
atau memperbesar suatu arus listrik. (Wiryosumarto, 2000.)

Elektroda yang berselaput terdiri dari berbagai bagian inti dan zat pelindung.
Selaput elektroda atau biasa dikenal dengan istilah fluks mempunyai fungsi-fungsi
untuk mencegah terbentuknya oksidasi pada saat proses pengelasan berlangsung,
dan membuat kerak pelindung sehingga bisa mengurangi kecepatan
pendinginannya, hal ini bertujuan untuk hasil lasan yang bagus dan tidak rapuh, dan
juga bisa menstabilkan busur api dan bisa mengarahkan nyala busur api sehingga
dapat dengan mudah dikontrol dan juga bisa mengendalikan ukuran dan frekuensi
tetesan pada logam cair. (Wiryosumarto, 2000.)

Beberapa jenis selaput fluks pada elektroda ialah:


a. Jenis titania kapur : Jenis ini berisikan rutil serta mengandung kapur. Disamping
sifat yang dipunyai oleh jenis oksida titan, jenis ini juga mempunyai kelebihan
lainnya yaitu kemampuannya bisa menghasilkan sifat mekanik yang lumayan baik.
Walaupun pada penetrasinya dangkal dan juga masih dapat membuat manic las
yang halus. Jenis ini sesuai hampir di semua posisi pengelasan, terutama pada posisi
tegak (overhead). (Wiryosumarto, 2000.)

b. Jenis hidrogen rendah (low hydrogen) : Jenis ini bisa dibilang disebut sebagai
jenis kapur karena memiliki bahan utama yang digunakan ialah kapur dan fluorat.
Jenis ini bisa menghasilkan sambungan dengan kadar hydrogen yang sedikit, karena
dengan sifat itu kepekaan sambungan dengan retak sangat sedikit,sehingga
keuletannya sangat bagus. Karena jenis fluks ini sangat bagus dalam sifat keuletan
lasnya maka elektroda dengan jenis fluks ini biasanya dipakai untuk konstruksi
yang menggunakan tingkat pengamanan yang besar seperti konstruksi pada pelat
yang tebal dan pada bejana tekan. (Wiryosumarto, 2000.)

Selain dari bahan – bahan pada penyusun fluks, elektroda juga mengandung
beberapa senyawa kimia yang menyusun dilogam las yang digunakan sebagai
bahan utama untuk proses penyambung pada proses pengelasan. (Wiryosumarto,
2000.)

Bahan tersebut antara lain :

1. Manganese (Mn) : Mangan bisa meningkatkan kekerasan serta kekuatan tarik


baja, namun pada tingkat lebih kecil dari karbon. Untuk tujuan bahan pengelasan,
rasio dari mangan untuk sulphur harus mempunyai minimal 10 berbanding 1.
Fungsi utama dari unsur Mn ialah untuk dapat mengikat zat karbon (C) untuk
membentuk karbida mangan (Mn3C) yang bisa menaikkan kekuatan, keuletan baja
dan kekerasannya. (Azwinur Muhazir, 2019.)

2. Phosphorus (P) : Fosfor bisa meningkatkan kekuatan serta kekerasan, tapi


dengan cara mengurangi elstisitas memiliki dampak terhadap keuletan, terutama
pada baja bersifat karbon tinggi yang di dinginkan dan dicampur. (Azwinur
Muhazir, 2019.)

3. Sulphur (S) : Untuk hasil pengelasan, keuletan las menurun seiring dari
peningkatan kandungan sulfur. Sulfur dapat merugikan kualitas dari permukaan
karbon rendah dan kualitas baja mangan rendah dan bisa meningkatkan hot
shortness pada las dengan peningkatan zat sulfur. (Azwinur Muhazir, 2019.)

4. Silicon (Si) : Silicon bisa meningkatkan siaft kekuatan dan kekerasan, namun
hanya pada tingkat yang lebih rendah. (Azwinur Muhazir, 2019.)

Daripada zat mangan. Dalam pengelasan, zat silikon bisa merugikan kualitas
permukaan, terutama di jenis karbon rendah. Hal ini bisa memperburuk
kecenderungan terjadinya retak ketika kandungan zat karbon cukup banyak. Untuk
kondisi pengelasan yang terbaik, isi dari silikon tidak boleh melebihi 0,10%.
(Azwinur Muhazir, 2019.)

Daerah pengelasan mempunyai 3 bagian yaitu logam lasan, Heat Affected Zone
(HAZ), lalu logam induk yang tidak terpengaruhi. Logam las ialah salah satu bagian
dari logam yang ada pada waktu pengelasannya mencair dan membeku. Daerah
yang memiliki pengaruh panas atau HAZ ialah logam dasar yang bersampingan
dengan logam las diproses pengelasan akan mengalami suatu siklus termal
pemanasan dan pendinginan cepat. Logam induk yang tidak terpengaruh ialah
bagian dari logam dasar yaiut dimana suatu suhu panas pengelasan tidak akan
menyebabkan perubahan struktur dan sifat.(Wiryosumarto, 2000.)
BAB III

METODOLOGI/CARA PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1. Diagram Alir Penelitian


Mulai

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Persiapan Pengelasan SMAW


- Pemilihan Pada Matrial Spesiman (Baja SS-400)
- Pemotongan Dan Pembuatan Ukuran Spesimen

Proses Pengelasan SMAW


- Pengelasan Dengan Memakai Elektroda Tipe E6012 Diameter 3,2 mm.
- Kecepatan Pengelasan (8,10,12 mm/s) Dengan Kuat Arus (60,80,100
Ampere)

Pembuatan Spesimen Uji


- Dimensi Spesiman Uji Bending Sesuai Standar
- Pembuatan Spesimen Uji Struktur Mikro

Tidak
Hasil
Spesimen

Ya
Pengujian

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Metode penelitian adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penelitian,
sehingga pelaksanaan dan hasil dari penelitian bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Penelitian ini memanfaatkan metode analisa, yaitu suatu cara untuk melihat
dan mengamati secara detail sesuatu benda atau hal.

3.1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi dari masalah di penelitian ini ada pada pengelasan Las Listrik
(SMAW) dengan memvariasikan arus yang berbeda untuk mencari perbandingkan
hasil yang konstan pada material dengan menggunakan pengujian bending dan
melakukan pengujian mikrostruktur agar bisa mengetahui hasil yang optimal.
(Basuki Bonggo Pribadi ; 2017)

3.1.3 Perencanaan Percobaan

Jumlah sampel yang digunakan pada percobaan material 10 buah, untuk uji
bending 9 buah spesimen untuk proses penyambungan menggunakan las listrik
(SMAW) dengan perbandingan arus 60, 80 dan 100 ampere dan 1 spesimen untuk
pengambilan sampel foto mikrostruktur.
3.1.4 Material Penelitian

Spesifikasi benda uji yang dipakai untuk eksperimen ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan adalah plat baja SS-400.

2. Panjang Plat 200 mm, lebar 40 mm dan tebal 5 mm.

3. Elektroda yang digunakan adalah jenis E6012 dengan diameter 3,2 mm.

4. Posisi pengelasan dengan posisi bawah tangan.

5. Arus pengelasan yang digunakan adalah 60A, 80 A, dan 100 A.

6. Kampuh yang digunakan adalah jenis butt joint.

3.1.5 Waktu dan Tempat Pembuatan

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2019. Adapun


pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Proses pengelasan akan dilakukan di laboratorium Teknik Mesin S1 Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta

2. Pembuatan bentuk spesimen benda uji akan dilakukan di laboratorium


laboratorium Teknik Mesin S1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

3. Pengujian bending akan dilakukan di laboratorium Teknik Mesin S1 Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta .

4. Foto struktur mikro akan dilakukan di Universitas Teknik Mesin S1 Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta .

3.1.6 Pengadaan Bahan Dan Alat

Beberapa bahan dan alat yang akan diperlukan dalam pengujian :

1. Mesin gerinda besar dengan diameter 14’’

2. Mesin las DC atau searah

3. Besi baja tipe SS400

4. Elektroda E6012 Berdiameter 3,2 mm

5. Amplas Gulung
6. Gergaji besi

7. Sikat kawat baja

8. Mesin gerinda kecil dengan diameter 4’’

9. Tang penjepit

10. Perlengkapan keselamatan kerja

11. Palu

12. Mesin uji bending

13. Uji foto mikro

3.1.7 Pembuatan Benda Uji

Untuk bahan benda uji yang dipakai adalah jenis baja karbon rendah, berikut
langkah langkah pembuatan benda uji bending sebagai berikut :

1. Membuat skema/pola material yang sesuai sesuai (standart JIS).

2. Membentuk benda uji sesuai pada standart uji bending dari hasil pengelasan
sesuai dengan (standar JIS).

3. Spesimen uji dipersiapkan lalu dibersihkan dari kotoran dan korosi agar tidak
menggangu pengujian uji bending dan pangambilan foto mikro.

4. Pengujian spesimen siap untuk dilakukan.

3.1.8 Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah pembuatan spesimen adalah :

a. Bahan yang akan digunakan adalah plat baja atau yang sering disebut dengan plat
strip

b. plat baja dipotong dengan ukuran panjang 200 mm, lebar 40 mm dan tebal 5 mm
untuk dilakukan proses pengelasan, pengujian tarik, dan pengujian mikro.

c. Membuat skema gambar yang mengacu pada standart JIS Z 2201 test piece no.6.

e. Bahan yang sudah dibentuk lalu diratakan menggunakan gerinda dan di bevel
agar sisi-sisi dari benda uji tidak runcing lalu selanjutnya diamplas.
1) Material Plat Baja

Bahan yang dipakai di penelitian ini adalah plat baja dengan ukuran panjang 200
mm, lebar 40 mm dan tebal 5 mm.

2) Kawat Elektroda

Bahan yang dipakai untuk mengisi sambungan las adalah kawat elektroda berjenis
E6012 dengan diameter 3,2 mm

3) Alat bantu las

Alat bantu las dipakai untuk mempermudah proses pembuatan spesimen pengujian
dan proses pembuatan plat yang akan dipakai untuk sambungan las. Alat ini
bervariasi jenisnya dan juga sering dipakai tukang las listrik dibengkel atau
dipabrik-pabrik. Untuk alat-alat bantu bisa dilihat dibawah ini.

Beberapa jenis alat-alat bantu, yaitu :

1. Jangka sorong

2. Amplas

3. Tang jepit

4. Palu

4) Mesin Las

Untuk proses dari penyambungan plat logam baja bertipe SS-400 dengan
menggunakan variasi kekuatan arus listrik 60, 80 dan 100 Ampere. Proses
penyambungan dari logam bahan plat baja bertipe SS-400 akan dilakukan di
laboratorium Universitas Teknik Mesin S1 Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta .

5) Uji Bending

Untuk uji bending logam bahan plat baja tipe SS-400 hasil dari pengelasan akan
dilakukan di laboratorium Universitas Teknik Mesin S1 Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta .

6) Mikroskop

Untuk mengetahui strukturmikro pada logam induk bisa dilihat memakai alat
Mikroskop Olympus BX 41M. Proses ini akan dilakukan di laboratorium
Universitas Teknik Mesin S1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .
7) Gergaji Tangan

Gergaji yang dipakai untuk memotong plat baja dan proses pembentukan spesimen
pengujian akan dilakukan di laboratorium Universitas Teknik Mesin S1
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.1.9 Variabel Penelitian

Variabel Bebas

Variabel bebas yang dipakai di penelitian ini adalah parameter pengelasan yang
didasarkan dari arus listrik las yang digunakan. (Basuki Bonggo Pribadi ; 2017)
Adapun variabel bebas yang digunakan adalah 60, 80 dan 100 Ampere.

Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Basuki Bonggo Pribadi ; 2017). Dengan kata lain ada atau
tidaknya variabel terikat bergantung dari ada atau tidaknya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah :

1. Proses pengelasan

2. Uji bending

3. Uji struktur mikro

3.1.10 Analisa Data

Setelah data telah didapat selanjutnya adalah menganalisa hasil data dengan cara
mengolah hasil data yang sudah terkumpul. Data hasil pengujian lalu dimasukkan
kedalam persamaan-persamaan yang sudah ada sehingga didapat data yang
berbentuk angka-angka. Teknik menganalisa data pengaruh variasi kecepatan putar
dan variasi kuat arus pengelasan terhadap kekuatan uji bending sambungan las
SMAW dengan elektroda E6012 berupa perbandingan-perbandingan prosentase
dan rata-rata dari data-data yang mengalami variasi arus pengelasan. Untuk
mengetahui tahap-tahap analisa data dilakukan sebagai berikut :

a. Tahap I: Pembuatan spesimen untuk digunakan sebagai sambungan las, lalu ke


proses pengelasan dengan variasi kuat arus 60, 80 dan 100 Ampere serta
memvariasikan kecepatan putar dengan waktu 8 detik, 10 detik, 12 detik.

b. Tahap II: Pengujian hasil sambungan las dengan cara uji strukturmikro, dan uji
bending pada hasil sambungan las.

c. Tahap III : Pengolahan data hasil uji dibuat dalam bentuk tabel dan grafik, agar
lebih mudah dalam menganalisa dan menyimpulkan. Langkah-langkah dari tahap I
sampai III akan mempermudah proses penelitian sehingga lebih sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

Djamiko, Riswan Dwi., 2008. Modul Teori Pengelasan Logam. Jurusan Pendidikan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Januar, Fachrul., 2012. Teknologi Pengelasan Logam Pembuatan Las Vertical


Dengan Sambungan V. Jurusan Teknik Mesin Program Studi Perawatan
Dan Perbaikan Mesin Spesialisasi Fabrikasi Dan Pengelasan Logam

Pribadi, Basuki Bonggo., 2017. Pengaruh Variasi Kecepatan Pengelasan Las


SMAW Terhadap Sifat Mekanik Bahan Baja SS-400. Program Studi Teknik
Mesin Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Shomad, M Abdus., Mushfi, M Shahar., 2016. Analisis Pengaruh Variasi Elektroda


Las E6013 Dan E7018 Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Pada
Bahan Baja SS 400. Jurnal Dinamika Teknik Mesin Volume 7 (2), pp. 73-
79.

Prabowo, Ardian., 2017. Pengaruh Waktu Pengelasan Terhadap Kualitas


Sambungan Las Magnesium AZ31 Dan Alumunium AL 13 Dengan Metode
Pengelasan Gesek. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lampung

Muzahir, Azwinur 2019. Pengaruh Jenis Elektroda Pengelasan SMAW Terhadap


Sifat Mekanik Material SS400. Jurnal Polimesin, Volume 17 (1), pp. 19-25.

J. Arifin, H. Purwanto, I. Syafa’at., 2017. Pengaruh Jenis Elektroda Terhadap Sifat


Mekanik Hasil Pengelasan Smaw Baja Astm A36. Jurnal Momentum
UNWAHAS, Volume 13 (1), pp. 27-31.

Sonawan H., Suratman R., 2006. Pengantar Untuk Memahami Proses Pengelasan
Logam. Bandung: CV Alfabeta.

Santoso, Joko., 2006 Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Ketangguhan Las Smaw Dengan Elektroda E7018, Jurnal teknik mesin
Universitas Negeri Semarang, Volume 3 (11), pp. 206 – 220.

Wiryosumarto, H., Okumura, T., 2000 Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta,


PT. Pradya Paramita.

Vous aimerez peut-être aussi