Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NIM : 20160130148
KELAS : C
ABSTRAK
Di era yang semakin maju ini pengembangan teknologi dalam bidang indrustri dan
konstruksi yang kian pesat tidak akan bisa terlepas dari teknologi pengelasan karena
peranan pengelasan sangat penting untuk merekayasa dan memperbaiki logam.
Penelitian akan berguna untuk mengetahui pengaruh dari kecepatan putar dan kuat
arus las SMAW DC arus searah pada baja bertipe SS-400 dengan Panjang Plat 200
mm, lebar 40 mm dan tebal 5 mm dengan menggunakan elektroda bertipe E6012
berdiameter 3,25 mm dan memvariasikan kecepatan putar dengan waktu 8 detik,
10 detik, 12 detik dan menggunakan variasi kuat arus sebesar 60 ampere, 80 ampere
dan 100 ampere dengan menggunakan las bertipe SMAW DC arus searah dan
diakhiri dengan uji bending dan jenis sambungan yang digunakan adalah
sambungan butt joint.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk pada pembaca yang ingin
mengetahui hasil penelitian tentang pengaruh dari kecepatan putar dan kuat arus las
SMAW DC arus searah menggunakan elektrodan E6012 dan baja SS-400 pada hasil
uji bending.
Kata kunci : Variasi ampere, Baja SS-400, Uji bending, SMAW, Elektroda E6012
BAB I
PENDAHULUAN
Klarifikasi dari cara kerja pengalasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu pengelasan cair, pengelasan pematrian dan pengelasan tekan. Pengelasan cair
adalah salah satu jenis pengelasan dimana benda yang akan di sambung harus
dipanaskan terlebih dahulu dengan sumber energy panas sampai mencair. Cara
yang paling sering digunakan adalah pengelasan cair dengan gas dan busur (las
busur listrik). Las busur listrik mempunyai empat jenis yaitu las busur gas (MIG,
TIG, las busur CO2), las busur rendam, las busur tanpa gas, dan salah satu jenis dari
las busur elektroda terbungkus adalah las SMAW (Shielding Metal Arc Welding).
(Basuki Bonggo Pribadi, 2017)
Mesin las SMAW mempunyai tiga tipe arus listrik yaitu mesin las arus
bolak balik atau Alternating (AC), mesin las arus searah atau Direct Current (DC),
dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk
pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak balik AC).
(Basuki Bonggo Pribadi, 2017)
Mesin las arus DC bisa digunakan dengan dua arah yaitu polaritas terbalik
dan polaritas lurus. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) bisa digunakan jika titik cair
bahan induk tinggi dan kapasitas besar , untuk pemegang elektrodanya
dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub
positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik
cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya
dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub
negatif. (Basuki Bonggo Pribadi, 2017)
Tidak semua logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang mempunyai
sifat mampu las yang baik diantaranya adalah baja paduan rendah dengan
menggunakan tipe sambungan butt-joint kekuatan hasil pengelasan dipengaruhi
oleh kuat arus dan kecepatan putar dengan menggunakan las SMAW. Penentuan
besar arus listrik mengganakan 60 A, 80 A, dan 100, A dan kecepatan putar nya
adalah 8 detik, 10 detik, 12 detik. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali per kuat
arus nya.
Riset sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian tentang pengelasan oleh Jaenal
Arifin, Helmy Purwanto dan Imam Syafa’At dengan judul pengaruh jenis elektroda
terhadap sifat mekanik hasil pengelasan SMAW baja ASTM A36, hasil yang
didapat pada penelitian tersebut adalah pada perbedaan elektroda dengan nilai
kekerasan yang paling tinggi menggunakan elektroda E7018 dengan variasi arus
70A yaitu 105 HRB, dan nilai tertinggi pada pengujian tarik pengelasan
menggunakan elektroda E6013 dengan variasi arus 110A yaitu 34,697MPa
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keuletan baja SS-400 yang sudah
dilakukan proses pengelasan dengan menggunakan uji bending terhadap variasi dari
kecepatan putar serta kuat arus pada proses pengelasan bertipe SMAW dengan
menggunakan elektroda bertipe E6012.
Berdasarkan dari hasil latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah :
3. Bagaimana pengaruh dari variasi kecepatan putar dan kuat arus terhadap
uji bending ?
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pada baja ss-400 terhadap nilai uji bending
jika memvariasikan kecepatan putar saat proses pengelasan
2. Untuk mengetahui pengaruh pada baja ss-400 terhadap nilai uji bending
jika memvariasikan kuat arus saat proses pengelasan
3. Untuk mengetahui perubahan struktur mikro pada baja ss-400 yang sudah
dilakukan uji bending
Untuk memberikan ide atau ilmu baru bagi dunia pendidikan dan pada dunia
teknologi
2. Bagi Infrastruktur
BAB II
2.2.1. Pengelasan
Las busur listrik elektroda terlindung atau yang biasa dikenal dengan SMAW
adalah jenis pengelasan yang memakai busur nyala listrik panas untuk pencair
logam. Karena dari busur listrik mengandung panas maka logam pada induk dan
ujung pada elektroda bisa mencair dan bisa membeku bersamaan. Proses
pemindahan pada logam elektroda terjadi di saat ujung pada elektroda mencair lalu
membentuk butir-butir yang bisa terbawa arus pada busur listrik yang terjadi. Jika
menggunakan arus listrik yang besar maka akan mengakibatkan butiran logam cair
yang tadi terbawa akan menjadi halus dan sebaiknya jika arus nya kecil maka
butiran menjadi besar. (Sonawan, 2006.)
Pola pada pemindahan logam cair mempengaruhi sifat keuletan las dari logam.
Logam mempunyai sifat keuletan las yang bagus bila pemindahannya terjadi
dengan butir yang halus. Keuletan las ialah kemampuan dari suatu kombinasi logam
yang dilas bisa menjadi suatu konstruksi yang mempunyai karakterisitik dan sifat
yang unik dan memenuhi persyaratan yang sudah setujui. (Sonawan, 2006.)
Pola pada pemindahan cairan dipengaruhi berdasarkan besarnya atau kecilnya arus,
komposisi serta bahan fluks yang dipakai. Bahan fluks yang dipakai untuk
membungkus elektroda selama proses pengelasan mencair dan membentuk kerak
yang bisa menutupi logam cair yang sudah terkumpul pada tempat sambungan dan
bisa sebagai penghalang oksidasi. (Sonawan, 2006.)
2.2.2. Elektroda
Jenis-jenis elektroda yang dipakai akan sangat menentukan hasil pada pengelasan,
sehingga penting untuk bisa mengetahui jenis-jenis dan sifat pada masing-masing
elektroda untuk sebagai dasar pemilihan pada elektroda yang tepatdan pas. Selain
jenis-jenis elektroda yang harus tepatdalam memilih, diameter pada elektroda las
harus sangat diperhatikan. Ukuran pada elektroda dipilih dari ukuran las yang ingin
dibuat dan juga arus listrik yang dihasilkan dengan alat las yang pas. Karena pada
umumnya mesin las memiliki pengatur yang bisa digunakan untuk memperkecil
atau memperbesar suatu arus listrik. (Wiryosumarto, 2000.)
Elektroda yang berselaput terdiri dari berbagai bagian inti dan zat pelindung.
Selaput elektroda atau biasa dikenal dengan istilah fluks mempunyai fungsi-fungsi
untuk mencegah terbentuknya oksidasi pada saat proses pengelasan berlangsung,
dan membuat kerak pelindung sehingga bisa mengurangi kecepatan
pendinginannya, hal ini bertujuan untuk hasil lasan yang bagus dan tidak rapuh, dan
juga bisa menstabilkan busur api dan bisa mengarahkan nyala busur api sehingga
dapat dengan mudah dikontrol dan juga bisa mengendalikan ukuran dan frekuensi
tetesan pada logam cair. (Wiryosumarto, 2000.)
b. Jenis hidrogen rendah (low hydrogen) : Jenis ini bisa dibilang disebut sebagai
jenis kapur karena memiliki bahan utama yang digunakan ialah kapur dan fluorat.
Jenis ini bisa menghasilkan sambungan dengan kadar hydrogen yang sedikit, karena
dengan sifat itu kepekaan sambungan dengan retak sangat sedikit,sehingga
keuletannya sangat bagus. Karena jenis fluks ini sangat bagus dalam sifat keuletan
lasnya maka elektroda dengan jenis fluks ini biasanya dipakai untuk konstruksi
yang menggunakan tingkat pengamanan yang besar seperti konstruksi pada pelat
yang tebal dan pada bejana tekan. (Wiryosumarto, 2000.)
Selain dari bahan – bahan pada penyusun fluks, elektroda juga mengandung
beberapa senyawa kimia yang menyusun dilogam las yang digunakan sebagai
bahan utama untuk proses penyambung pada proses pengelasan. (Wiryosumarto,
2000.)
3. Sulphur (S) : Untuk hasil pengelasan, keuletan las menurun seiring dari
peningkatan kandungan sulfur. Sulfur dapat merugikan kualitas dari permukaan
karbon rendah dan kualitas baja mangan rendah dan bisa meningkatkan hot
shortness pada las dengan peningkatan zat sulfur. (Azwinur Muhazir, 2019.)
4. Silicon (Si) : Silicon bisa meningkatkan siaft kekuatan dan kekerasan, namun
hanya pada tingkat yang lebih rendah. (Azwinur Muhazir, 2019.)
Daripada zat mangan. Dalam pengelasan, zat silikon bisa merugikan kualitas
permukaan, terutama di jenis karbon rendah. Hal ini bisa memperburuk
kecenderungan terjadinya retak ketika kandungan zat karbon cukup banyak. Untuk
kondisi pengelasan yang terbaik, isi dari silikon tidak boleh melebihi 0,10%.
(Azwinur Muhazir, 2019.)
Daerah pengelasan mempunyai 3 bagian yaitu logam lasan, Heat Affected Zone
(HAZ), lalu logam induk yang tidak terpengaruhi. Logam las ialah salah satu bagian
dari logam yang ada pada waktu pengelasannya mencair dan membeku. Daerah
yang memiliki pengaruh panas atau HAZ ialah logam dasar yang bersampingan
dengan logam las diproses pengelasan akan mengalami suatu siklus termal
pemanasan dan pendinginan cepat. Logam induk yang tidak terpengaruh ialah
bagian dari logam dasar yaiut dimana suatu suhu panas pengelasan tidak akan
menyebabkan perubahan struktur dan sifat.(Wiryosumarto, 2000.)
BAB III
METODOLOGI/CARA PENELITIAN
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Tidak
Hasil
Spesimen
Ya
Pengujian
Analisa Data
Pembahasan
Selesai
Metode penelitian adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penelitian,
sehingga pelaksanaan dan hasil dari penelitian bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Penelitian ini memanfaatkan metode analisa, yaitu suatu cara untuk melihat
dan mengamati secara detail sesuatu benda atau hal.
Identifikasi dari masalah di penelitian ini ada pada pengelasan Las Listrik
(SMAW) dengan memvariasikan arus yang berbeda untuk mencari perbandingkan
hasil yang konstan pada material dengan menggunakan pengujian bending dan
melakukan pengujian mikrostruktur agar bisa mengetahui hasil yang optimal.
(Basuki Bonggo Pribadi ; 2017)
Jumlah sampel yang digunakan pada percobaan material 10 buah, untuk uji
bending 9 buah spesimen untuk proses penyambungan menggunakan las listrik
(SMAW) dengan perbandingan arus 60, 80 dan 100 ampere dan 1 spesimen untuk
pengambilan sampel foto mikrostruktur.
3.1.4 Material Penelitian
Spesifikasi benda uji yang dipakai untuk eksperimen ini adalah sebagai berikut:
3. Elektroda yang digunakan adalah jenis E6012 dengan diameter 3,2 mm.
5. Amplas Gulung
6. Gergaji besi
9. Tang penjepit
11. Palu
Untuk bahan benda uji yang dipakai adalah jenis baja karbon rendah, berikut
langkah langkah pembuatan benda uji bending sebagai berikut :
2. Membentuk benda uji sesuai pada standart uji bending dari hasil pengelasan
sesuai dengan (standar JIS).
3. Spesimen uji dipersiapkan lalu dibersihkan dari kotoran dan korosi agar tidak
menggangu pengujian uji bending dan pangambilan foto mikro.
a. Bahan yang akan digunakan adalah plat baja atau yang sering disebut dengan plat
strip
b. plat baja dipotong dengan ukuran panjang 200 mm, lebar 40 mm dan tebal 5 mm
untuk dilakukan proses pengelasan, pengujian tarik, dan pengujian mikro.
c. Membuat skema gambar yang mengacu pada standart JIS Z 2201 test piece no.6.
e. Bahan yang sudah dibentuk lalu diratakan menggunakan gerinda dan di bevel
agar sisi-sisi dari benda uji tidak runcing lalu selanjutnya diamplas.
1) Material Plat Baja
Bahan yang dipakai di penelitian ini adalah plat baja dengan ukuran panjang 200
mm, lebar 40 mm dan tebal 5 mm.
2) Kawat Elektroda
Bahan yang dipakai untuk mengisi sambungan las adalah kawat elektroda berjenis
E6012 dengan diameter 3,2 mm
Alat bantu las dipakai untuk mempermudah proses pembuatan spesimen pengujian
dan proses pembuatan plat yang akan dipakai untuk sambungan las. Alat ini
bervariasi jenisnya dan juga sering dipakai tukang las listrik dibengkel atau
dipabrik-pabrik. Untuk alat-alat bantu bisa dilihat dibawah ini.
1. Jangka sorong
2. Amplas
3. Tang jepit
4. Palu
4) Mesin Las
Untuk proses dari penyambungan plat logam baja bertipe SS-400 dengan
menggunakan variasi kekuatan arus listrik 60, 80 dan 100 Ampere. Proses
penyambungan dari logam bahan plat baja bertipe SS-400 akan dilakukan di
laboratorium Universitas Teknik Mesin S1 Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta .
5) Uji Bending
Untuk uji bending logam bahan plat baja tipe SS-400 hasil dari pengelasan akan
dilakukan di laboratorium Universitas Teknik Mesin S1 Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta .
6) Mikroskop
Untuk mengetahui strukturmikro pada logam induk bisa dilihat memakai alat
Mikroskop Olympus BX 41M. Proses ini akan dilakukan di laboratorium
Universitas Teknik Mesin S1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .
7) Gergaji Tangan
Gergaji yang dipakai untuk memotong plat baja dan proses pembentukan spesimen
pengujian akan dilakukan di laboratorium Universitas Teknik Mesin S1
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Variabel Bebas
Variabel bebas yang dipakai di penelitian ini adalah parameter pengelasan yang
didasarkan dari arus listrik las yang digunakan. (Basuki Bonggo Pribadi ; 2017)
Adapun variabel bebas yang digunakan adalah 60, 80 dan 100 Ampere.
Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Basuki Bonggo Pribadi ; 2017). Dengan kata lain ada atau
tidaknya variabel terikat bergantung dari ada atau tidaknya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah :
1. Proses pengelasan
2. Uji bending
Setelah data telah didapat selanjutnya adalah menganalisa hasil data dengan cara
mengolah hasil data yang sudah terkumpul. Data hasil pengujian lalu dimasukkan
kedalam persamaan-persamaan yang sudah ada sehingga didapat data yang
berbentuk angka-angka. Teknik menganalisa data pengaruh variasi kecepatan putar
dan variasi kuat arus pengelasan terhadap kekuatan uji bending sambungan las
SMAW dengan elektroda E6012 berupa perbandingan-perbandingan prosentase
dan rata-rata dari data-data yang mengalami variasi arus pengelasan. Untuk
mengetahui tahap-tahap analisa data dilakukan sebagai berikut :
b. Tahap II: Pengujian hasil sambungan las dengan cara uji strukturmikro, dan uji
bending pada hasil sambungan las.
c. Tahap III : Pengolahan data hasil uji dibuat dalam bentuk tabel dan grafik, agar
lebih mudah dalam menganalisa dan menyimpulkan. Langkah-langkah dari tahap I
sampai III akan mempermudah proses penelitian sehingga lebih sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Djamiko, Riswan Dwi., 2008. Modul Teori Pengelasan Logam. Jurusan Pendidikan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Sonawan H., Suratman R., 2006. Pengantar Untuk Memahami Proses Pengelasan
Logam. Bandung: CV Alfabeta.
Santoso, Joko., 2006 Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Ketangguhan Las Smaw Dengan Elektroda E7018, Jurnal teknik mesin
Universitas Negeri Semarang, Volume 3 (11), pp. 206 – 220.