Vous êtes sur la page 1sur 4

Ajaran Sosial Gereja

Sebutan yang kurang lebih konvesional “ajaran sosial Gereja” bukanlah suatu istilah (nama)
dengan makna tunggal. Leo XII misalnya menyebutnya dengan: “doktrin” yang digali dari Injil
dan dari “filsafat Kristiani”. Pius XI menggunakan nama “filsafat sosial” dan “doktrin dalam
bidang ekonomi dan sosial”. Baru Pius XII yang pertama kali menyebut Ajaran Sosial Gereja
yang kemudian selalu digunakan sampai sekarang.

Yang menarik adalah bahwa istilah ‘ajaran sosial Gereja’ ditolak dalam Vatikan II. Istilah atau
sebutan tersebut dikritik karena memberi kesan menyindir “corpus” ajaran dogmatis, dan
memberi kesan bahwa Gereja mempunyai dua jenis ajaran: dogma dan ajaran sosial. Karena itu
penggunaan sebutan “ajaran sosial Gereja” dihindari.

Istilah “ajaran sosial Gereja”, mendapat macam-macam interpretasi. Ada dua makna yang dimaksudkan
dengan apa yang disebut ”ajaran sosial Gereja”:

#Ajaran sosial Gereja” adalah keseluruhan ajaran Gereja pada masa modern (XIX-XX) yang berkaitan
mkkdengan masalah-masalah pengaturan kehidupan sosial (ekonomi, politik, budaya, dll).

#Di lain pihak “ajaran sosial Gereja” dimaksudkan sebagai suatu dinamika atau kekuatan yang
muncul dari iman kristiani yang dapat menerangi dan mengubah realitas sosial setiap masa dan
di setiap situasi. Jadi “ajaran sosial Gereja” lebih merupakan suatu dinamika iman dari pada
ajaran formal; lebih sebagai suatu tuntutan ortodoxia dan ortopraksis daripada suatu ajaran
magisterium; lebih sebagai satu logika kehidupan dari pada suatu argumen doktrinal.

Dokumen Ajaran Sosial Gereja

Kendati dalam pengertian kedua di atas – ASG sebagai refleksi iman umat beriman di hadapan
situasi nyata – umumnya dipahami bahwa ASG adalah ajaran formal magisterium dalam bentuk
ensiklik, surat apostolik, siaran Radio dan hasil sinode. Sehingga kalau menyebut ASG maka
dokumen-dokujmen itulah yang dimaksudkan.

Dokumen-dokumen sosial utama dari para Paus dan Vatikan II yang amat terkenal adalah:

1. Rerum Novarum dari Leo XIII : “dikeluarkan 15 Mei 1891, merupakan salah satu
karya/dokumen terkenal dalam Gereja. Lima Paus sesudahnya terus menerus
memperingati dokumen tersebut: Pius XI tahun 1931 dengan ensiklik QA; Pius XII
dengan pidato Penetekosta tahun 1941; Yohanes XXIII 1961 dengan MM; Paulus VI
tahun 1971 dengan OA; Yohanes Paulus II dengan CA 1991. “Pengumuman RN 15 Mei
1891, menandai momentum penting tidak saja dalam dunia perburuhan, tetapi juga dalam
Gereja serta dalam sejarah kemanusiaan. Tanpa berlebihan, boleh dikatakan bahwa
sesudah Trente hanya sedikit momentum yang penting dalam Gereja sampai munculnya
Rerum Novarum.
2. Quadragesimo Anno dari Pius XI tahun 1931: Pius XI adalah penerus setia dari Leo
XIII yang mempunyai inisiatif meneruskan dan mengaktualkan RN pada masanya dengan
menerbitkan ensiklik sebagai kenangan 40 tahun RN.
3. Pius XII, juga mengajarkan banyak hal berkaitan dengan “ajaran sosial Gereja”, dalam
kotbah Pentekosta tahun 1941 sebagai kenangan 50 tahun RN.
4. Mater et Magistra dari Yohanes XXIII tahun 1961: untuk memperingati 70 tahun RN
5. Pacem in Terris dari Yohanes XXIII, 1963.
6. Populorum Progressio tahun Paulus VI 196
7. Surat Apostolik Octogesima Adveniens Paulus VI 1971.
8. Konstitusi Pastoral GS, Konsili Vatikan II, 1965.
9. Laborem Exercens 1981 Yohanes Paulus II tentang kerja manusia
10. Sollicitudo Rei Socialis 1987 Yohanes Paulus II untuk memperingati 20 tahun
Populorum Progressio;
11. Centesimus Annus 1991 Yohanes Paulus II berbicara tentang problem sosial
kontemporer dan mengenang 100 tahun RN

Makna teologis-eklesial Ajaran Sosial Gereja

Ajaran sosial Gereja mengandung di dalamnya makna “teologis” dan “gerejani”. Secara sintesis
makna tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ajaran sosial Gereja adalah peristiwa gerejani

Ajaran sosial Gereja tidak cuma berisi rumusan moral. Ajaran sosial Gereja adalah peristiwa
Gerejani dan merupakan peristiwa-peristiwa dalam Gereja dan yang ditanggapi oleh Gereja
dalam dua abad terakhir. Dalam kejadian-kejadian itu Gereja menyatakan dan membangun
model serta ajarannya. Dalam ajaran sosialnya klita menemukan: (1). Gereja cenderung
mengidentifikasikan diri dengan hirarki atau mereepresentasi diri melalui hirarki, lebih khusus
lagi Paus, yang menyampaikan pandangan dan ajaran sosialnya. (2) Gereja yang dengan
kekuatannya mempunyai pengaruh moral memproklamasikan nilai-nilai martabat manusia. (3).
Gereja yang membela hak orang lemah dan pada saat yang sama juga menampilkan diri sebagai
penentu tatanan sosial.

Unsur-unsur Positif

Ajaran sosial Gereja tampil sebagai oase atau wilayah hijau di tengah padang gurun teologi
moral kasuistik dan neoscolastik. Ajaran sosial Gereja adalah penerus dari ajaran klasik tentang :
keadilan dan hukum.

Ada begitu banyak hal yang ditampilkan dalam ajaran sosial Gereja sejak abad XIX sampai
Vatikan II. Ajaran Sosial Gereja memperlihatkan :
(1) orang-orang Katolik mulai terlibat dalam pelayanan terhadap kemanusiaan;

(2) upaya serius dari suatu refleksi teologis secara interdisipliner;

(3) teologi di tempatkan ke dalam realitas dan dalam refleksinya menerima rasionalitas yang ada
dalam pengetahuan manusia baik dalam ilmu maupun teknik;

(4) ajaran sosial Gereja bukanlah hal abstrak dan a-temporal, sebaliknya menyentuh problem
nyata dalam realitas historis dan konkrit;

(5) ajaran sosial Gereja memulai suatu tradisi teologi-moral yang memberikan sumbangan besar
terhadap setudi demi melengkapi warisan pemikiran teologis moral kristiani;

(6) ajaran sosial Gereja memberikan kontribusi bagi pembangunan struktur demokratis;
pembangunan kembali dimensi spiritual-demokratis pada republik federasi Jerman setelah PD
II; khususnya dalam teologi Jerman nampak jelas pengaruh dari ajaran sosial Gereja. Demikina
juga teologi-teologi pembebasan dan kontekstual merupakan aplikasi ajaran sosial Gereja dalam
konteks dan situasi komunitas masyarakat tertentu.
TUGAS AGAMA
AJARAN SOSIAL GEREJA

O
L
E
H

Nama: Fransisko P.D Kua


Kelas: XI IPA 1

Vous aimerez peut-être aussi