Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal
pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1
neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah
berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan
mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan
antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan
pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan
angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini
harus digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan
resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga
professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Apakah Definisi Asfiksia Neonatorum?
2.2 Apakah Penyebab Asfiksia?
2.3 Bagaimana Tanda Gejala Serta Diagosa Pada Asfiksia Pada Bayi Baru
Lahir?
2.4 Bagaimana Cara Menilai Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir?
2.5 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Asfiksia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum.
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum.
3. Untuk mengetahui tanda gejala serta diagosa pada asfiksia pada bayi
baru lahir.
4. Untuk mengetahui cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir.
5. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Asfiksia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul. (Prawirohardjo: 2008).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera stelah lahir. Keadaan tersebut
dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis.
Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi
organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia
neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat
terjadi segera setelah lahir. Banyak faktor yang menyebabkannya,
diantaranya adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi,
paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu, resiko tinggi kehamilan, dapat
terjadi pada faktor plasenta seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga
faktor janin itu sendiri. ( Hidayat, 2005).
2.2 Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya


asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan
bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum,ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:
a. Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap
sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa
b. Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c. Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan
fisik sama asfiksia berat

2.3 Manifestasi Klinis.


Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai
suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan
penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya
terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
 Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
 Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung.
 Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan
tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
(Rustam, 1998).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
2. Warna kulit kebiruan
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. DJJ lebih dari 160x/mnt/kurang dari 100x/menit tidak teratur
6. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
2.4 Penatalaksanaan
1. Resultasi dengan langkah mengikuti ABC yang meliputi :
a. pertahankan jalan napas bebas, jika perlu dengan intubasi
endotrakeal.
b. bangkitkan napas spontan dengan stimulasi taksil dan tekanan
positif menggunakan bag and mask atau lewat pipa endotrakeal.
c. pertahankan sirkulasi jika perlu dengan kompresi dada dan obat-
obatan.
2. Berdasarkan skor apgar menit pertama, asfiksia pada neonates dibagi
menjadi :

TAMPILAN 0 1 2 NILAI
A Appearance
Warna kulit pucat Badan Seluruh
merah tubuh
ekstremitas kemerahan
kebiruan
P Pulse
Denyut Tidak <100 >100
jantung ada
G Grimace
Reaksi Tidak menyeringai Bersin/batuk
terhadap ada
rangsangan
A Activity
Kontraksi Tidak Ekstremitas Gerakan
otot ada sedikit fleksi aktif
R Respiration
Pernafasan Tidak Lemah/tidak Menangis
ada teratur kuat
jumlah Nilai
APGAR
Keterangan :
0-3 : asfiksia berat
4-6 : asfiksia sedang
7-10 asfiksia ringan/normal
2.5 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambahm timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ menjadi lambat, jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat iriguler dan menhilang . janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersebut dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir alveoli ttidak berkembang. Apabila asfiksia
berlanjut , gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam ,
denyut jantung dan tekanan darah bayi mulai menurun dan bayi akan terlihat
lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu skunder . selama apneu sekunder denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bbayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan
upaya pernafasan secara spontan . kematian akan terjadi jika resustiasi
dengan pernafaan buaan dan pemberian tidak dimulai segera.
A. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan faktor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat
Bersihan jalan
Ketidakefe nafas tidak
ktipan pola efektif
Apneu nafas suplai O2 suplai O2
Ke paru dalam darah

Kerusakan otak
Resiko G3(metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa
ketidakseimbang
pada tubuh bayi) dan perubahan asam basa
an suhu tubuh

DJJ & TD Kematian bayi Asidosis respiratorik

Janin tdk bereaksi


Terhadap rangsangan G3 (metabolisme anaerobik yang berupa
Resiko cedera glikolisis glikogen tubuh) serta mengalami perfusi
Proses keluarga ventilasi
terhenti
Kerusakan
pertukaran gas
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Asfiksia
A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg
(diastolik).
2) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
3) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
4) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
1) Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/cairan
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
5. Pernafasan
1) Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-
10.
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala
mungkin ada (penempatan elektroda internal)
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,
tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
2. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-
61%.
3. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah,
menunjukkan kondisi hemolitik.
C. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.
2. Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.
3. Mencegah cidera atau komplikasi.
4. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam
darah.
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota
keluarga.

E. INTERVENSI
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.
2. Tidak menunjukkan cemas.
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas tambahan.

NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas


Kriteria Hasil :
1. Mudah dalam bernafas.
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.
3. Tidak adanya sianosis.
4. PaCO2 dalam batas normal.
5. PaO2 dalam batas normal.
6. Keseimbangan perfusi ventilasi

Keterangan skala :
1. : Selalu Menunjukkan
2. : Sering Menunjukkan
3. : Kadang Menunjukkan
4. : Jarang Menunjukkan
5. : Tidak Menunjukkan

NIC I : Suction jalan nafas Intevensi :


1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .
3. Beritahu keluarga tentang suction.
4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai
dilakukan.
5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera
sebelum, selama dan sesudah suction

NIC II : Resusitasi : Neonatus


1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.
2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan
dapat berfungsi dengan baik.
3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.
4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk
menghisap mekonium.
5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium
dari jalan nafas bawah.
6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.
7. Monitor respirasi.
8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat.

DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.
NOC : Status respirasi : Ventilasi
1. Kriteria hasil :
2. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
3. Ekspansi dada simetris.
4. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
5. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal

Keterangan skala :
1. : Selalu Menunjukkan
2. : Sering Menunjukkan
3. : Kadang Menunjukkan
4. :JarangMenunjukkan

5. :TidakMenunjukkan

NIC : Manajemen jalan nafas Intervensi :


1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
pengisapan lender.
2. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan
kebutuhan.
3. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan
ventilasi.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan
pemakaian alan bantu nafas
5. Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
6. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi


ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pertukaran gas teratasi.
NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru dalam batas normal

Keterangan skala :
1. : Selalu Menunjukkan
2. : Sering Menunjukkan
3. : Kadang Menunjukkan
4. : Jarang Menunjukkan
5. : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen asam basa Intervensi :


1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi
sputum.
2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
3. Pantau hasil Analisa Gas Darah

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera
dapat dicegah.
NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak
Kriteria hasil :
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan
anak.
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.

Keterangan Skala :
1. : Tidak sama sekali
2. : Sedikit
3. : Agak
4. : Kadang
5. : Selalu

NIC : Kontrol Infeksi Intervensi :


1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.
2. Pakai sarung tangan steril.
3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir,
perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali.
4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan
melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan.
5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis
B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen
permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs
Ag) atau antigen E (Hbe Ag).

DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2


dalam darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suhu tubuh normal.
NOC I : Termoregulasi : Neonatus
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.
2. Tidak terjadi distress pernafasan.
3. Tidak gelisah.
4. Perubahan warna kulit.
5. Bilirubin dalam batas normal.

Keterangan skala :
1. : Selalu Menunjukkan
2. : Sering Menunjukkan
3. : Kadang Menunjukkan
4. : Jarang Menunjukkan
5. : Tidak Menunjukkan

NIC I : Perawatan Hipotermi Intervensi :


1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada
lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal
fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.
3. Monitor temperatur dan warna kulit.
4. Monitor TTV.
5. Monitor adanya bradikardi.
6. Monitor status pernafasan

NIC II : Temperatur Regulasi Intervensi :


1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.
2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.

DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan


anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.
NOC I : Koping keluarga
Kriteria Hasil :
1. Percaya dapat mengatasi masalah.
2. Kestabilan prioritas.
3. Mempunyai rencana darurat.
4. Mengatur ulang cara perawatan.

Keterangan skala :
1. : Tidak pernah dilakukan
2. : Jarang dilakukan
3. : Kadang dilakukan
4. : Sering dilakukan
5. : Selalu dilakukan

NOC II : Status Kesehatan Keluarga


Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga.
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.
3. Akses perawatan kesehatan.
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.

Keterangan Skala :
1. : Selalu Menunjukkan
2. : Sering Menunjukkan
3. : Kadang Menunjukkan
4. : Jarang Menunjukkan
5. : Tidak Menunjukkan

NIC I : Pemeliharaan proses keluarga Intervensi :


1. Tentukan tipe proses keluarga.
2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga.
3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme
support yang ada.
4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal
dalam segala situasi.

NIC II : Dukungan Keluarga Intervensi :


1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat
yang terbaik.
2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.
3. Beri harapan realistik.
4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga.

F. EVALUASI
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3)
2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3)
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3)
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3)
5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3)

NOC II
Kriteria Hasil :
1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3)
3. Tidak adanya sianosis.(skala 3)
4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3)
5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3)

DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.


Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3)
2. Ekspansi dada simetris.(skala 3)
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3)
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3)

DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.


Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas.(skala 3)
2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3)
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4)
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan
anak.(skala 4)
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4)

DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam


darah.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3)
2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3)
3. Tidak gelisah. (skala 3)
4. Perubahan warna kulit. (skala 3)
5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3)

NOC II
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3)
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)
4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3)

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3)
2. Kestabilan prioritas. (skala 3)
3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3)
4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)

NOC II
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3)
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Bab I
    Bab I
    Document1 page
    Bab I
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • LP Preeklamsi
    LP Preeklamsi
    Document19 pages
    LP Preeklamsi
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • PATHWAY
    PATHWAY
    Document2 pages
    PATHWAY
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Bhs Inggris Transelet
    Bhs Inggris Transelet
    Document1 page
    Bhs Inggris Transelet
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Pidato Fraktur Bhs Indo
    Pidato Fraktur Bhs Indo
    Document3 pages
    Pidato Fraktur Bhs Indo
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Kata Penganta1
    Kata Penganta1
    Document2 pages
    Kata Penganta1
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • PATHWAY
    PATHWAY
    Document2 pages
    PATHWAY
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • PDA
    PDA
    Document29 pages
    PDA
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Komplementer Temu 2
    Tugas Komplementer Temu 2
    Document12 pages
    Tugas Komplementer Temu 2
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Pathway Osteoporosis
    Pathway Osteoporosis
    Document1 page
    Pathway Osteoporosis
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Document2 pages
    Analisis Jurnal
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Pathway
    Pathway
    Document1 page
    Pathway
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Pola Makan Alternatif KD 1
    Pola Makan Alternatif KD 1
    Document2 pages
    Pola Makan Alternatif KD 1
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 1
    Bab 1
    Document27 pages
    Bab 1
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • LP Hipertensi - Keluarga
    LP Hipertensi - Keluarga
    Document22 pages
    LP Hipertensi - Keluarga
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document3 pages
    Kata Pengantar
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Luka Bakar
    Askep Luka Bakar
    Document15 pages
    Askep Luka Bakar
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Membangun Moral Manusia
    Membangun Moral Manusia
    Document9 pages
    Membangun Moral Manusia
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Hemato
    Makalah Hemato
    Document15 pages
    Makalah Hemato
    seto_kaiba69
    Pas encore d'évaluation
  • COMPARISON
    COMPARISON
    Document1 page
    COMPARISON
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Hemato
    Makalah Hemato
    Document15 pages
    Makalah Hemato
    seto_kaiba69
    Pas encore d'évaluation
  • JNN
    JNN
    Document12 pages
    JNN
    iin anggreni
    Pas encore d'évaluation
  • LP SH
    LP SH
    Document22 pages
    LP SH
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Agung Riyanto Nim. A31600936 PDF
    Agung Riyanto Nim. A31600936 PDF
    Document43 pages
    Agung Riyanto Nim. A31600936 PDF
    Agatha Ninda
    Pas encore d'évaluation
  • LP Syok Sepsis
    LP Syok Sepsis
    Document15 pages
    LP Syok Sepsis
    evenunholic
    100% (2)
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Document22 pages
    ASFIKSIA
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Hemato
    Makalah Hemato
    Document15 pages
    Makalah Hemato
    seto_kaiba69
    Pas encore d'évaluation
  • C. Tugas KMB Rabu
    C. Tugas KMB Rabu
    Document12 pages
    C. Tugas KMB Rabu
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation
  • TEKANAN DARAH
    TEKANAN DARAH
    Document4 pages
    TEKANAN DARAH
    Maheval Candra Kirana
    Pas encore d'évaluation
  • Bhs Inggris Transelet
    Bhs Inggris Transelet
    Document1 page
    Bhs Inggris Transelet
    Pika Rahayu
    Pas encore d'évaluation