Vous êtes sur la page 1sur 7

BATUAN PIROKLASTIK

A. Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan volkanik klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusu
ntersebut terendapkan dan terbatukan / terkonsolidasikan sebelum mengalami
transportasi (reworked) oleh air atau es ( Williams, 1982). Pada kenyataanya batuan
hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikan dalam
batuan beku atau berupa produk ledakan (eksplosif) dari material yang bersifat padat,
cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.

B. Genesa Batuan Piroklastik


Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunungapi,
mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar yaitu
gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh gunung itu terhempas ke
udara, sehingga magma tersebut membeku dan membentuk gumpalan yang mengeras
(yang kemudian disebut batu). Gumpalan tersebut memiliki tekstur dan struktur yang
tertentu pula. Sedangkan batu-batu tadi yang telah mengalami proses pengangkutan
(transportasi) oleh angin dan air, maka batuan tersebut disebut dengan batuan epiklastik.
Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang telah mengalami pengangkutan yang
mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh media air dan angin yang
membawanya. Batuan epiklastik ini terdapat pada dataran yang rendah, disebabkan
oleh air dan angin yang membawanya ke tempat yang rendah disekitar gunung api.
Tempat-tempat yang rendah itu seperti di daerah sungai, danau, laut dan
lembah-lembah pegunungan.
(Pembagian fasies gunung api menjadi Fasies Sentral, Fasies Proximal, Fasies Medial dan
Fasies Distal beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie, 1998))

C. Klasifikasi Batuan Piroklastik


1. Klasifikasi berdasarkan endapan piroklastik
Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat
gunung api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan
yang sama pada endapannya. Piroklastik lainnya yaitu piroklastik aliran akan
membentuk penebalan apabila pada proses pengendapannya ada cekungan,
dan piroklastik surge penyatuan antara piroklastik endapan dan piroklastik
aliran.
(Jenis Pengendapan)
a. Piroklastik Jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung
api yang meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan,
memiliki ketebalan endapan yang relative berukuran sama.
b. Piroklastik Aliran (Flow)
Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari
pusat letusan gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat
adanya longsoran. Endapan aliran ini berisikan batu yang berukuran
bongkah dan abu.

(Siklus Endapan Piroklastik Aliran)


c. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunung api
yang kemudian mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan
aliran.

(Siklus Endapan Piroklastik Surge)

2. Klasifikasi berdasarkan menurut G. William, F.J. Tunner & C.M. Gilbert


(1954)
Menurut G. William, F.J. Tunner & C.M. Gilbert (1954) berdasarkan
ukuran butir, membagi piroklastika menjadi bom dan bongkahan apabila
ukurannya lebih besar dari 32 mm; lappilli (4 - 32 mm) dan abu (<4 mm). Bom
yang merupakan bahan lepas yang padat saat dikeluaarkan masih setengah
padat dn bahkan cair, apabila mengalami kompaksi dan perekatan aka
membentuk aglomerat. Sementara itu, bongkah yang pada saat dikeluarkan
sudah berupa bahan padat membentuk endapan breksi gunung api.

SIZE (mm) UNCONSOLIDATED CONSOLIDATED


>32 Bomb Angglomerates
Block Volcanic breccias
Block and ash Tuff breccias
4 - 32 Lapilli Lapilli Tuff
Cinder (vesiculer) Cindery lapilli tuffs
¼-4 Coarse ash Coarse tuffs
<¼ Ash or volcanic dust tuffs
(Klasifikasi piroklastika menurut H. William, F.J. Tunner & C.M. Gilbert (1954))

3. Klasifikasi menurut Fisher (1966)

(klasifikasi piroklastik menurut Fisher (1966))


Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf
gelas, tuf kristal dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing-masing
berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi
tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku.
Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria dapat juga
disebut tuf batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat
batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili
batuapung dan batulapili skoria.
4. Klasifikasi menurut Tjia (1980)
Ukuran (mm) Nama Bahan Lepas Nama Batuan
Bongkah kasar
>256 Bom kasar Breksi gunungapi,
32 - 256 Bongkah halus agglomerat
Bom halus
24 - 32 Lapilli
1/16 - 2 Debu Kasar Tuff
<1/16 Debu Halus
(klasifikasi piroklastik menurut Tjia (1980))

5. Kasifikasi menurut Scmid (1981)


Scmid mendefinisikan bahwa sedimen/batuan volkaniklastik adalah batuan
yang mengandung material-material piroklastik > 10% ; jika kurang maka
batuan itu dikatagorikan sebagai batuan sedimen klastik. Dasar penamaan
batuan piroklastik menurut Scmid ialah mengacu berdasarkan dari ukuran
butirannya dimana terdapat penamaan seperti tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi
piroklastik atau breksi volkanik. Untuk batuan berbutir halus (<4mm) dinamakan
tuf gelas, tuf kristal atau tuf litik.
(Klasifikasi piroklastik menurut Scmid (1981))

(Klasifikasi Scimid pada (Gillespic and Styles, 1999, h. 31). Klasifikasi ini digunakan bila
batuan volkaniklastik bersifat unimodal dan terpilah baik)

Vous aimerez peut-être aussi