Vous êtes sur la page 1sur 23

1

LAPORAN PENDAHULUAN ACUTE CORONARY SYNDROME


(ACS)/SINDROMA KORONER AKUT (SKA)

I. KONSEP TEORITIS
A. Definisi Acute Coronary Syndrome (ACS)
Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan suatu istilah yang
menggambarkan kumpulan gejala klinik yang ditandai dengan nyeri dada dan
gejala lain yang disebabkan oleh penurunan aliran darah ke jantung, biasanya
disebabkan oleh plak aterosklerotik (Nurulita dkk, 2014).
Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan spektrum manifestasi akut
dan berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah
(Kumar, 2015).
Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan kumpulan sindroma klinis
nyeri dada disebabkan oleh kerusakan miokard yang diistilahkan dengan infark
miokard. SKA terdiri dari unstable angina (UA) atau angina pektoris tidak stabil
(APTS), infark miokard dengan ST-elevasi dan tanpa ST-elevasi. Ketiga
keadaan tersebut merupakan keadaan kegawatan dalam kardiovaskuler yang
memerlukan tatalaksana yang baik untuk menghindari tejadinya suddent death
(Arief, 2014).
B. Anatomi dan Fisiologi
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup. Untuk itu, siapapun
orangnya sebelum belajar EKG harus menguasai anatomi & fisiologi dengan
baik dan benar.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
2

1. Ukuran,Posisi atau letak Jantung


Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Dari beberapa referensi yang
saya baca, ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau
dengan ukuran panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm). Jantung
terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara
kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak
dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari
midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian
apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.
(lihat gambar 1 & 2)

Gambar 1

Gambar 2

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
3

2. Lapisan Pembungkus Jantung


Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di
mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan (lihat gambar 3) yaitu :
a. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan
fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian
dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini
termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar
yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta, pulmonal
arteri dan vena pulmonal).
b. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
c. Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan luar
dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat
ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang disebut
dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk melindungi dari
gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut atau berkontraksi.
Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml, dan tidak boleh kurang
atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.

Gambar 3

3. Lapisan Otot Jantung


Seperti yang terlihat pada Gb.3, lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
4

b. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung.
c. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis
endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin
untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah
lainnya. (Lihat Gb.3 atau Gb.4)

Gambar 4
4. Katup Jantung
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan
antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan
katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal
dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri
dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar
yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan
asendence aorta yaitu katup aorta. (Lihat Gb: 5)
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya
sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap
bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat
kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang
bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut
muskulus papilaris. (Lihat Gb:6)

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
5

Gambar 5

Gambar 6

Seperti yang terlihat pada gb.5 diatas, katup trikuspid 3 daun katup
(tri =3), katup aortadan katup pulmonal juga mempunya 3 daun katup.
Sedangkan katup mitral atau biskupid hanya mempunyai 2 daun katup.
Ruang,Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung
Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :
1. Atrium (serambi)
2. Ventrikel (bilik)
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu
ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot
ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri.
Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
6

menjadi 2 bagian yaitu jantung bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan)
dan jantung bagian kiri (atrium kiri & ventrikel kiri).
Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle.
Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi
menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume.
Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal
atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian
septal atrium yang mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen
ovale saat kita lahir. Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar
yang perlu anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :
a. Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang
atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium kanan.
b. Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium
kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium kanan.
c. Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang terdapat
di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung dengan atrium
kanan.
d. Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kiri
yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang
mempunyai 4 muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik
ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian
lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang
kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel
yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua
otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga
membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain
adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan
dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.
Perlu anda ketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri
menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari
beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan
dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja,

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
7

sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih
tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.
5. Pembuluh Darah Besar Jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
a. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian
atas diafragma menuju atrium kanan.
b. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian
bawah diafragma ke atrium kanan.
c. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari
jantung sendiri.
d. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor
dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
e. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
f. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah
bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
g. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih
dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab
dengan organ tubuh bagian atas.
h. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah. (lihat Gb:7)

Gambar 7

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
8

C. Etiologi acute coronary syndrome (ACS)


Penyebab dari Sindroma Koroner Akut ini adalah
a. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
b. Obstruksi dinamik ( spasme koroner atau vasokonstriksi )
c. Obstruksi mekanik yang progresif
d. Inflamasi dan/atau infeksi
e. Faktor atau keadaan pencetus (Ismantri, 2015)
Wasid (2014) menambahkan mulai terjadinya Sindrom Koroner Akut
(SKA) dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yakni:
a. Aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan)
b. Stress emosi, terkejut
c. Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi
debar jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat.
D. Patofiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injury vaskular, dimana injury ini di cetuskan oleh faktor-faktor
seperti merokok,hipertensi dan akumulasi lipid. (Alwi dkk, 2016).
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis
mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak
koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan
inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri
dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI
memberikan respon terhadap terapi trombolitik (Alwi dkk, 2016).
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP,
efinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboxan A2 (vasokontriktor lokal yang poten).

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
9

Selain aktivasi trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein


IIb/IIIa (Alwi dkk, 2016).
Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi
terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti
faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul
multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan,
menghasilkan ikatan silang platelets dan agregasi (Alwi dkk, 2016).
Kaskade koagulasi di aktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel
yang rusak. Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi protrombin
menjadi trombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri
koroner yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang
terdiri agregat trombosit dan fibrin. Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga
disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan
berbagai penyakit inflamasi sistemik (Alwi dkk, 2016).

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
10

E. Pathway Keperawatan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
11

F. Pemeriksaan
1. EKG (Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan
menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran
listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan
iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.
Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk
repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis
terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik,
gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif
secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan
gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST
disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari
berikutnya, gelombang T membaik. Sesuai dengan umur infark miokard,
gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
2. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar X
pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk
menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
Kateter dimasukkan melalui arteri pada lengan atau paha menuju
jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian
dari angiografi koroner
Zat kontras yang terlihat melalui sinar X diinjeksikan melalui ujung
kateter pada aliran darah. Zat kontras itu pemeriksa dapat mempelajari aliran
darah yang melewati pembuluh darah dan jantung
Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan angioplasty,
dapat dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-
kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk
menjaga arteri tetap terbuk
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
Kebanyakan pasien harus beristirahat di tempat tidur selama 12-24 jam
pertama, selama waktu tersebut akan tampak apakah infark tersebut akan
mengalami komplikasi. Pada kasus yang tidak mengalami komplikasi, pasien

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
12

dapat duduk di tempat tidur pada akhir hari pertama, diizinkan menggunakan
suatu meja kecil, merawat diri sendiri dan makan sendiri. Mobilisasi dapat
dimulai hari berikutnya dan pasien tersebut dapat berjalan hingga 200 m pada
permukaan yang datar, dan naik tangga dalam beberapa hari. Mereka yang
pernah mengalami gagal jantung, syok, atau aritmia yang serius harus tetap
berada di tempat tidur lebih lama, dan aktivitas fisiknya meningkat secara
perlahan, tergantung pada gejala dan derajat kerusakan miokard (Sargowo,
2015).
b. Trombus Vena Dalam dan Emboli Paru
Komplikasi-komplikasi ini sekarang relatif jarang setelah infark,
kecuali pada pasien yang tetap di tempat tidur oleh karena gagal jantung.
Pada pasien semacam itu, komplikasi-komplikasi tersebut dapat dicegah oleh
heparin. Jika hal-hal tersebut terjadi, harus diterapi dengan heparin, diikuti
pemberian antikoagulan oral selama 3-6 bulan (Sargowo, 2015)
c. Trombus Intraventrikular dan Emboli Sistemik
Echokardiografi akan mampu menunjukkan trombi intraventrikular
pada banyak kasus, terutama infark anterior yang luas. Apabila trombi yang
bergerak dan menonjol, keadaan tersebut harus ditangani, mula-mula dengan
heparin dan selanjutnya dengan antikoagulan oral selama 3-6 bulan
(Sargowo, 2015)
d. Perikarditis
Perikarditis akut dapat sebagai penyulit infark miokard, meningkatkan
nyeri dada yang dapat disalahartikan sebagai infark rekuren atau angina.
Nyeri tersebut, dibedakan menurut sifatnya yang tajam, dan hubungannya
dengan postur dan respirasi. Diagnosisnya dapat ditegakkan dengan suatu
pericardial rub. Bila nyeri mengganggu, dapat ditangani dengan pemberian
aspirin oral dosis tinggi atau intravena, NSAID, atau steroid. Suatu efusi
haemorhagik dengan tamponade jarang terjadi, dan khususnya dihubungkan
dengan penanganan antikoagulan. Hal tersebut dapat diketahui melalui
ekhokardiografi. Penanganannya ialah dengan pericardiocentesis bila
gangguan hemodinamik terjadi (Sargowo, 2015)
e. Aritmia Ventrikel
Tarikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel terjadi pada hari pertama
menyebabkan hanya sedikit prognosis buruk, namun aritmia-aritmia yang

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
13

terjadi lebih lanjut, dalam perjalanannya aritmia-aritmia tersebut cenderung


berulang dan dihubungkan dengan resiko kematian yang tinggi. Hal ini terjadi
karena hubungan dengan kerusakan miokard yang berat; penilaian terhadap
anatomi koroner dan fungsi ventrikel harus dilakukan. Apabila aritmia
diinduksi oleh iskemia, revaskularisasi dengan jalan angioplasti atau
pembedahan harus dipertimbangkan. Apabila ini tidak mungkin, beragam
cara pendekatan terapetik tersedia, namun sementara ini, belum diteliti secara
adekuat. Hal-hal tersebut meliputi penggunaan -blocker, amiodaron, dan
terapi anti-aritmia yang dipandu secara elektrofisiologik. Pada beberapa
kasus, penggunaan suatu conventer defibrilator diindikasikan.
f. Angina dan Iskemia Pasca Infark
Angina ringan yang terjadi pada mereka berespons memuaskan
terhadap penanganan medis biasa, namun angina baru khususnya saat
istirahat, pada awal fase pascainfark membutuhkan perhatian lebih dalam
(Sargowo, 2015).
Penggunaan rutin PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary
Angioplasty) secara efektif menguji peran terapi trombolitik dibandingkan
dengan percobaan konservatif pada beberapa uji random. Dapat disimpulkan
bahwa PTCA rutin tanpa keberadaan iskemia spontan atau yang dapat
diprovokasi tidak memperbaiki fungsi ventrikel kiri atau survival. Dalam
menangani angina atau iskemia rekuren, apakah disebabkan oleh oklusi atau
stenosis residual, PTCA memiliki suatu peran yang pasti. PTCA juga
memiliki nilai dalam penatalaksanaan aritmia yang dihubungkan dengan
iskemia persisten. Sekalipun analisa dari beberapa uji telah mengidentifikasi
patensi pembuluh-pembuluh darah sebagai suatu petanda bagi hasil jangka
panjang yang baik, belum jelas peran PTCA lanjut untuk sasaran utama
mengembalikan kepatenan oleh kejadian yang lain.(Sargowo, 2015)
Pembedahan pintas arteri koroner dapat diindikasikan bila gejala tidak
terkontrol dengan cara-cara yang ada atau angiografi koroner menunjukkan
lesi, stenosis pembuluh koroner utama kiri atau penyakit tiga pembuluh darah
dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun, dimana pembedahan dapat
memperbaiki prognosis (Sargowo, 2015).

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
14

H. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain :


1. Aritmia
2. Kematian mendadak
3. Syok kardiogenik
4. Gagal Jantung ( Heart Failure)
5. Emboli Paru
6. Ruptur septum ventikuler
7. Ruptur muskulus papilaris’
8. Aneurisma Ventrikel

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
15

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas pasien
b. Keluhan
 Nyeri dada. Klien mengeluhnyeri dada saat istirahat, terasa panas
didada retro sternal menyebar kelengan kiri dan punggung kiri, skala
nyeri 8 (skala1-10) nyeri berlangsung ± 10 menit
 Kualitas / sifat nyeri, sakit dada dirasakan didaerah mid sternal, rasa
sakit tidak jelas akan tetapi banyak menggambarkan sakitnya seperti
ditusu, dibakar, atau seperti tertimpa benda berat.
 Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit yaitu mual,muntah,keringat
dingin,dan berdebar-debar,sesak napas.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
c. Pemeriksaan fisik
1. System pernapasan
Dispnoe saat melakuka kegiatan atau istirahat, RR meningkat,
berkeringat dingin
2. System kardiovaskuler
Nyeri dada disebelah kiri seperti tertusuk benda tajam, terasa berat,
hilang timbul dan menjalar kebahu sampai tangan. Tekanan darah
mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capillary refill time, distrimia. Suara jantung suara
tambahan S3 atau S4 mungkin terjadinya kegagalan jantung/ventrikel I
kehilangan kontraktilitasnya. Mur mur jika ada merupakan akibat dari
insufisiensi katup atau muskuluis papilaris yang tidak berfungsi. Heart
rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tahkti atau bradi
cardia). Irama jantung mungkin regular atau iraguler. Edema vena
jugularis distensi, oedema anasarka,crackles mungkin juga timbul gagal
jantung.
3. Sistem Neurologi
Nyeri kepala hebat

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
16

4. Sistem perkemihan
Oligouria
5. Sistem pencernaan
perut kembung perisyaltik usus menurun
6. Sistem integument
warna kulit mungkin pucat baik di bibir atau kuku
7. Sistem musculoskeletal
kelelahan saat beraktifitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d iskemia jaringan
2. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontralitias miokard
3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak seimbangan perfusi ventilasi
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,
kelemahan.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungna dengan kurang informasi
6. Ansietas b/d stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut b/d iskemia jaringan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan Pasien tidak  Observasi reaksi nonverbal dari
DS: mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
DO:  Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukan
- Posisi untuk menahan nyeri (tahu penyebab nyeri, dukungan
- Tingkah laku berhati-hati mampu menggunakan  Kontrol lingkungan yang dapat
- Gangguan tidur (mata sayu, tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu
tampak capek, sulit atau untuk mengurangi nyeri, ruangan, pencahayaan dan
gerakan kacau, menyeringai) mencari bantuan) kebisingan
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Fokus menyempit berkurang dengan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
(penurunan persepsi waktu, menggunakan manajemen menentukan intervensi
kerusakan proses berpikir, nyeri  Ajarkan tentang teknik non
penurunan interaksi dengan  Mampu mengenali nyeri farmakologi: napas dala,
orang dan lingkungan) (skala, intensitas, frekuensi relaksasi, distraksi, kompres
- Tingkah laku distraksi, hangat/ dingin

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
17

contoh : jalan-jalan, dan tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk


menemui orang lain  Menyatakan rasa nyaman mengurangi nyeri: ……...
dan/atau aktivitas, aktivitas setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
berulang-ulang)  Tanda vital dalam rentang  Berikan informasi tentang nyeri
- Respon autonom (seperti normal seperti penyebab nyeri, berapa
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami lama nyeri akan berkurang dan
tekanan darah, perubahan gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari
nafas, nadi dan dilatasi prosedur
pupil)  Monitor vital sign sebelum dan
- Perubahan autonomic dalam sesudah pemberian analgesik
tonus otot (mungkin dalam pertama kali
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

2. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontralitias miokard


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung,  Cardiac Pump  Evaluasi adanya nyeri dada
stroke volume, pre load dan effectiveness  Catat adanya disritmia jantung
afterload, kontraktilitas  Circulation Status  Catat adanya tanda dan gejala
jantung.  Vital Sign Status penurunan cardiac putput
 Tissue perfusion: perifer  Monitor status pernafasan yang
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan menandakan gagal jantung
- Aritmia, takikardia, penurunan kardiak output  Monitor balance cairan
bradikardia klien teratasi dengan kriteria  Monitor respon pasien terhadap
- Palpitasi, oedem hasil: efek pengobatan antiaritmia
- Kelelahan  Tanda Vital dalam  Atur periode latihan dan
- Peningkatan/penurunan JVP rentang normal istirahat untuk menghindari
- Distensi vena jugularis (Tekanan darah, Nadi, kelelahan
- Kulit dingin dan lembab respirasi)  Monitor toleransi aktivitas
- Penurunan denyut nadi  Dapat mentoleransi pasien
perifer aktivitas, tidak ada  Monitor adanya dyspneu,
- Oliguria, kaplari refill kelelahan fatigue, tekipneu dan ortopneu
lambat  Tidak ada edema paru,  Anjurkan untuk menurunkan
- Nafas pendek/ sesak nafas perifer, dan tidak ada stress
- Perubahan warna kulit asites  Monitor TD, nadi, suhu, dan
- Batuk, bunyi jantung S3/S4  Tidak ada penurunan RR
- Kecemasan kesadaran  Monitor VS saat pasien
 AGD dalam batas berbaring, duduk, atau berdiri
normal  Auskultasi TD pada kedua
 Tidak ada distensi vena lengan dan bandingkan
leher  Monitor TD, nadi, RR,
 Warna kulit normal sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor jumlah, bunyi dan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
18

irama jantung
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus
perifer
 Minimalkan stress lingkungan

3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak seimbangan perfusi ventilasi


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk
 ketidakseimbangan perfusi exchange memaksimalkan ventilasi
ventilasi  Keseimbangan asam Basa,  Pasang mayo bila perlu
 perubahan membran Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika
kapiler-alveolar  Respiratory Status : perlu
DS: ventilation  Keluarkan sekret dengan batuk
 sakit kepala ketika bangun  Vital Sign Status atau suction
 Dyspnoe Setelah dilakukan tindakan  Auskultasi suara nafas, catat
 Gangguan penglihatan keperawatan Gangguan adanya suara tambahan
DO: pertukaran pasien teratasi  Berikan bronkodilator ;
 Penurunan CO2 dengan kriteria hasi: -………………….
 Takikardi  Mendemonstrasikan -………………….
 Hiperkapnia peningkatan ventilasi dan
 Barikan pelembab udara
 Keletihan oksigenasi yang adekuat
 Atur intake untuk cairan
 Iritabilitas  Memelihara kebersihan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Hypoxia paru paru dan bebas dari
 Monitor respirasi dan status O2
 kebingungan tanda tanda distress
 sianosis pernafasan  Catat pergerakan dada,amati
 warna kulit abnormal  Mendemonstrasikan kesimetrisan, penggunaan otot
(pucat, kehitaman) batuk efektif dan suara tambahan, retraksi otot
 Hipoksemia nafas yang bersih, tidak supraclavicular dan intercostal

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
19

 hiperkarbia ada sianosis dan dyspneu  Monitor suara nafas, seperti


 AGD abnormal (mampu mengeluarkan dengkur
 pH arteri abnormal sputum, mampu bernafas  Monitor pola nafas : bradipena,
frekuensi dan kedalaman dengan mudah, tidak ada takipenia, kussmaul,
nafas abnormal pursed lips) hiperventilasi, cheyne stokes,
 Tanda tanda vital dalam biot
rentang normal  Auskultasi suara nafas, catat area
 AGD dalam batas normal penurunan / tidak adanya
 Status neurologis dalam ventilasi dan suara tambahan
batas normal  Monitor TTV, AGD, elektrolit
dan ststus mental
 Observasi sianosis khususnya
membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan penggunaan
alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,
kelemahan.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs
 Observasi adanya
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas
pembatasan klien dalam
imobilisasi  Konservasi eneergi
melakukan aktivitas
 Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan
 Kaji adanya faktor yang
 Ketidakseimbangan keperawatan selama pasien
menyebabkan kelelahan
antara suplei oksigen bertoleransi terhadap aktivitas
 Monitor nutrisi dan sumber
dengan kebutuhan dengan Kriteria Hasil :
energi yang adekuat
Gaya hidup yang  Berpartisipasi dalam
 Monitor pasien akan adanya
aktivitas fisik tanpa
dipertahankan. kelelahan fisik dan emosi
disertai peningkatan
secara berlebihan
DS: tekanan darah, nadi dan
 Monitor respon
 Melaporkan secara verbal RR
kardivaskuler terhadap
adanya kelelahan atau  Mampu melakukan
aktivitas (takikardi,
kelemahan. aktivitas sehari hari
disritmia, sesak nafas,
 Adanya dyspneu atau (ADLs) secara mandiri
diaporesis, pucat, perubahan
ketidaknyamanan saat  Keseimbangan aktivitas
hemodinamik)
dan istirahat
beraktivitas.  Monitor pola tidur dan
DO : lamanya tidur/istirahat
pasien
 Respon abnormal dari  Kolaborasikan dengan
tekanan darah atau nadi Tenaga Rehabilitasi Medik
terhadap aktifitas dalam merencanakan
 Perubahan ECG : aritmia, progran terapi yang tepat.
iskemia  Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
20

 Bantu untuk memilih


aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

5. Defisiensi pengetahuan berhubungna dengan kurang informasi


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :
keterbatasan pengetahuan  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan yang process 1. Berikan penilaian tentang
dilakukan, obat obatan yang  Kowledge : health tingkat pengetahuan
diberikan, komplikasi yang Behavior pasien tentang proses
mungkin muncul dan Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
perubahan gaya hidup - Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
menyatakan pemahaman dari penyakit dan
Definisi : tentang penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
Tidak adanya atau kurangnya prognosis dan program berhubungan dengan
informasi kognitif sehubungan pengobatan anatomi dan fisiologi,
dengan topic spesifik. - Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan
Batasan karakteristik : prosedur yang dijelaskan gejala yang biasa muncul
memverbalisasikan adanya secara benar pada penyakit, dengan
masalah, ketidakakuratan - Pasien dan keluarga cara yang tepat
mengikuti instruksi, perilaku mampu menjelaskan 4. Gambarkan proses
tidak sesuai. kembali apa yang penyakit, dengan cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
21

kesehatan lainnya. 5. Identifikasi kemungkinan


Faktor yang berhubungan : penyebab, dengna cara
keterbatasan kognitif, yang tepat
interpretasi terhadap informasi 6. Sediakan informasi pada
yang salah, kurangnya pasien tentang kondisi,
keinginan untuk mencari dengan cara yang tepat
informasi, tidak mengetahui 7. Hindari harapan yang
sumber-sumber informasi. kosong
8. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
6. Ansietas b/d stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ancietas berhubungan dengan NOC : NIC :
- Kontrol kecemasan
Faktor keturunan, Krisis Anxiety Reduction (penurunan
- Koping
situasional, Stress, perubahan kecemasan)
Setelah dilakukan tindakan
status kesehatan, ancaman keperawatan kecemasan  Gunakan pendekatan yang
kematian, perubahan konsep teratasi dgn kriteria hasil: menenangkan
diri, kurang pengetahuan dan  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
22

hospitalisasi mengungkapkan gejala pasien


cemas  Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
DO/DS: mengungkapkan dan selama prosedur
menunjukkan tehnik  Temani pasien untuk
- Insomnia untuk mengontol cemas memberikan keamanan dan
- Kontak mata kurang  Vital sign dalam batas mengurangi takut
- Kurang istirahat normal  Berikan informasi faktual
- Berfokus pada diri sendiri  Postur tubuh, ekspresi mengenai diagnosis,
- Iritabilitas wajah, bahasa tubuh dan tindakan prognosis
- Takut tingkat aktivitas  Libatkan keluarga untuk
- Nyeri perut menunjukkan mendampingi klien
- Penurunan TD dan denyut berkurangnya  Instruksikan pada pasien
nadi kecemasan untuk menggunakan tehnik
- Diare, mual, kelelahan
relaksasi
- Gangguan tidur
 Dengarkan dengan penuh
- Gemetar
perhatian
- Anoreksia, mulut kering
 Identifikasi tingkat
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR kecemasan
- Kesulitan bernafas  Bantu pasien mengenal
- Bingung situasi yang menimbulkan
- Bloking dalam pembicaraan kecemasan
- Sulit berkonsentrasi  Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas:........

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep
23

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane, 2015, Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk


Brunerner dan Suddart, EGC, Jakarta

Corwin, Alizabeth, 2014, Buku Saku Patifiologi, EGC, Jakarta

Heather, Herdman, 2015, Nanda Internasional Inc, Diagnosis Keperawatan:


definisi & Klasifikasi2015-2017, EGC, Jakarta

Gray dkk, 2015, Lecture Notes Kardiologi, Erlangga, Jakarta

Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, C.J., Iet all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Price, Silvia dan Wilson, Lorraine, 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, EGC, Jakarta

Ruhyanudin, 2014, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan gangguan Sistem


kardiovaskuler, UPT. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

Udjianti, Wajan J. 2014. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2018


Nana Lumale, S.Kep

Vous aimerez peut-être aussi