Vous êtes sur la page 1sur 4

Tujuan pelatihan harus dirumuskan secara spesifik, apakah perubahan perilaku atau

perubahan pengetahuan yang ingin dicapai setelah pelatihan dilakukan. Berdasarkan tujuan
tersebut maka ditentukan materi untuk pelatihan untuk mencapai tujuan.
Pada dasarnya tujuan pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok domain, yang
meliputi:
Cognitive Domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkan pengetahuan
peserta.

Kedalaman Tujuan Pelatihan, Semakin dalam tujuan pelatihan semakin rumit untuk
mencapainya, sehingga akan mempengaruhi materi maupun metoda pelatihan yang harus
diberikan.
Sumber Daya yang tersedia, dalam merumuskan tujuan pelatihan hendaknya juga
mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia.
Waktu, faktor waktu sangat menentukan dalam merumuskan tujuan pelatihan
Peserta Pelatihan; faktor peserta juga sangat berpengaruh di dalam merumuskan tujuan pelatihan
baik dilihat dari latar belakang, pengalaman, usia, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam
Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi), rancangan belajar tidak ditekankan pada isi, namun
lebih pada proses yang menyertainya.
Metoda dan Media; dalam menyusun materi pelatihan hendaknya juga mempertimbangkan
kesesuaian metoda dan media yang ada.
Ketersediaan Pelatih; adakah pelatih yang mempunyai kualifikasi sebagaimana yang dikehendaki
dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.
Evaluasi Pelatihan; faktor yang ikut mempengaruhi perumusan tujuan adalah kompleksitas

Kurikulum latihan diarahkan kepada:


1. peningkatan kepribadian dan semangat pengabdian serta pelayan masyarakat.
2. peningkatan mutu dan kemampuan baik dalam bidang substansi maupun kepemimpinan
dan koordinasi dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
3. peningkatan pelaksanaan tugas dengan semangat kerja sama dan tanggung jawab yang
tinggi.

Pemilihan Metode Pelatihan


On the job training, yaitu dilakukan pada waktu jam kerja berlangsung, baik secara formal
maupun informal.
Off the job training, yaitu pelatihan dan pengembangan yang dilakukan secara khusus di luar
pekerjaan.
Langkah-langkah penting di dalam menyusun Rancangan Kurikulum & Silabus adalah sebagai
berikut di bawah ini.
Menentukan & Memprioritaskan Isi/Muatan Materi Pelatihan
Pada dasarnya, bilamana penjajagan atau identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan dengan baik
dan benar serta perumusan tujuan pelatihan dan tingkat kedalamannya disusun dan dirumuskan
dengan baik, maka sebenarnya sudah dapat teridentifikasi apa isi materi pelatihan yang
diharapkan.

Menentukan Metoda & Media Pelatihan


Sesuai dengan prinsip pendidikan orang dewasa yang menghendaki adanya keterlibatan aktif
peserta pelatihan, maka di dalam menentukan metoda pelatihan, hal yang paling mendasar untuk
diperhatikan adalah “adanya keterlibatan maksimal” peserta pelatihan
Menentukan Kebutuhan Waktu
Biasanya, dalam menentukan perkiraan kebutuhan waktu didasarkan pada “skala prioritas”.
Artinya bahwa “topik utama” yang menjadi prioritas akan mendapatkan alokasi waktu yang
cukup panjang, sedangkan “topik yang lain” memperoleh alokasi waktu yang relatif pendek.
Penyusunan Jadwal
Jadwal pelatihan disusun oleh bagian penyelenggara pelatihan di setiap lembaga pelatihan
dan dikoordinasikan dengan tenaga pelatih. Jadwal dipergunakan sebagai pegangan bagi tenaga
pelatih, penyelenggara, dan peserta pelatihan untuk mengetahui tahapan selama latihan
berlangsung sesuai dengan program latihan.
Iklim Pelatihan
Program pelatihan yang baik perlu dilaksanakan dalam suasana yang memberikan dukungan
atau positif dan menciptakan iklim yang baik. Dengan demikian, perbedaan diantara masing-
masing pihak yang terlibat, baik yang menyangkut cara berpikir, gaya dalam mengambil
keputusan, konflik dan perilaku emosional dapat dikenali, diterima, dan digunakan secara positif.
Ciri-ciri program pelatihan yang baik Program pelatihan yang baik:
Menciptakan iklim dan agenda pembelajaran pribadi di mana setiap sesi pelatihan dibangun dari
wawasan, pengalaman, dan pembelajaran masa lalu.
Memberikan keterampilan dan pemahaman yang memungkinkan bawahan untu tumbuh dan
mengembangkan kecakapan khusus, serta merentangkan keterampilan mental dengan sejumlah
pembelajaran praktis dan aktif, di samping pengalaman kerja bawahan.
Membantu bawahan memahami prinsip-prinsip dan permasalahan manajemen secara detail, di
samping mengembangkan kemampuan berpikir inovatif.
Menuntun bawahan kea rah pemahaman yang lebih baik mengenai skala dan kompleksitas
peristiwa yang mempengaruhi situasi bisnis, begiti pula elemen-elemen di luar pemgalaman
pribadinya, serta peran dalam mengambil keputusan dan institusinya.
Melibatkan seperangkat metode pembelajaran, seperti diskusi, studi perorangan dan penelitian,
penjelasan masalah secara kreatif dan analitis, serta semua keterampilan.
Meningkatkan kemampuan bawahan dalam mengembangkan kesepakatan untuk melaksanakan
strategi organisasi secara berhasil dan ketahanannya dalam berbagai situasi yang sulit.
Gaya Belajar Peserta Latihan
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola
dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga)
kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang
ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya
yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik
cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki
salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang
sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain
jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar
dirinya maka akan cepat ia menjadi “pintar”.
Para instruktur atau widyaiswara bisa mulai mengenali gaya belajar dari siswa/ peserta
didik yang mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian widyaiswara atau widyaiswara
mudah untuk menjadi dirigen dalam kelas bagaikan memimpin suatu orkestra pada konser musik
klasik yang berisi berbagai macam alat musik akan tetapi
bisa menghasilkan suatu suara yang indah.
Diharapkan dalam proses pembelajaran juga seperti itu dimana berbagai macam gaya
belajar bisa disatukan dalam satu kelas yang dipimpin oleh seorang widyaiswara, dan pada
akhirnya prestasi serta tujuan pelatihan tercapai.
Strategi Pelatihan
Suatu strategi pelatihan selalu didasari oleh sejumlah asumsi. Jelaskan, bagaimana kita bisa
mencapai tujuan pelatihan, dengan menggunakan kegiatan atau metode yang sesuai dengan
kelompok yang kita latih, dengan mempertimbangkan konteks dan sumberdaya yang tersedia.
Dengan kata lain, suatu strategi pelatihan menentukan bagaimana kita menyusun program
pelatihan untuk menjawab kebutuhan kebutuhan pelatihan yang sudah diidentifikasi.
Seringkali kita tidak merencanakan dengan baik bagaimana cara untuk mencapai tujuan
pelatihan. Begitu keputusan diambil untuk melakukan pelatihan, biasanya waktu sudah
mendesak sehingga penentuan topik, nara sumber, dan metode pelatihan menjadi tergesa-gesa.
Akhinya, seringkali metode pilihan jatuh pada ceramah karena dianggap metode ini satu-satunya
yang bisa mencakup semua topik yang perlu dibahas Dalam hal ini biasanya ada asumsi dasar
bahwa memperkenalkan topik atau pokok masalah kepada peserta sudah cukup untuk mengubah
perilaku mereka.
Suatu strategi pelatihan penting karena:
Menjelaskan kita memilih beberapa metode dan cara untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Menjelaskan mengapa kita menekankan pada jenis-jenis kegatan pelatihan tertentu dan kegatan
pendukungnya.
Menjelaskan bagaimana tujuan-tujuan tertentu dapat dicapai, dengan mempertimbangkan
kelompok sasaran, tersedianya sumberdaya, kondisi kerja, serta konteks sosial politik
Membuat asumsi-asumsi menjadi eksplisit, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran dan
perubahan.
Topik Pelatihan
Dalam membuat program training, ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni target dan
strategi. Suatu target harus ditulis dengan jelas dan memiliki ukuran yang objektif serta
disampaikan dengan strategi yang tepat sehingga para pegawai mudah mengingat dan
menerapkannya. Langkah awal dalam menggapai target adalah menentukan topik pelatihan yang
tepat. Oleh karena itu, sebelum merumuskan berbagai hal, pengajar perlu mendapatkan masukan/
ide dari berbagai pihak dan melakukan pengamatan tentang hal-hal yang terasa kurang perbaikan
di tempat kerja. Setelah itu, lakukan analisa terhadap sejumlah pengamatan dan masukan yang
Anda terima sehingga muncul topik yang tepat.
Setelah menentukan topik, buatlah desain pelatihan yang aplikatif dan mudah ditiru para
peserta training. Desain ini meliputi bahasa yang sederhana, sikap, contoh, metode, jumlah
peserta dan target. Kemudian, kembangkan rencana pelatihan yang akan Anda laksanakan agar
hasilnya optimal dan sampaikan ide tersebut kepada pihak-pihak terkait melalui undangan.
Perencanaan pengajaran yang matang termasuk mempersiapkan pelajaran merupakan bagian
terpenting dalam setiap penyelenggaraan training karena itu persiapkan diri Anda sebaik
mungkin dari sisi mental dan wawasan. Pelajaran dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah
hingga yang sulit, Lakukan pengulangan agar peserta dapat mudah mengingat pelatihan,
misalnya melalui verbal, demonstrasi (peserta diminta mengikuti praktek yang sudah
ditunjukkan) dan meniru (peserta menirukan pelatih dalam memperagakan pelajaran. Selain itu,
cara lain agar peserta mudah memahami dan mengingat adalah belajar sambil praktek (learn by
doing). Cara ini dilakukan dengan cara memberi cukup waktu bagi peserta untuk praktek dan
selama hal itu berlangsung harus dilakukan koreksi pada peserta yang melakukan kesalahan
sehingga mereka dapat memperbaikinya dan merasa lebih percaya diri dalam memahami sesuatu
yang baru.
Perlu diketahui, kegiatan melatih karyawan lebih banyak menggunakan visualisasi di
samping komunikasi gerak. Selama training berlangsung, komunikasi dua arah dan partisipasi
aktif kerap terjadi antara pelatih dan para peserta seminar. Proses belajar harus bisa menstimulasi
para peserta dengan cara mendapatkan kerja sama yang baik dengan mereka dan berbagai
pengalaman. Sudah merupakan tanggung jawab trainer untuk menggunakan segala cara demi
memotivasi peserta. Semangat melalui dorongan positif dan peluang kemajuan karir dalam
memunculkan ketertarikan peserta, penting untuk diperhatikan karena dapat memunculkan
ketertarikan dan konsentrasi dalam proses berlatih dan memahami pelajaran.
Ada tujuh prinsip menjadi seorang pembicara seminar atau trainer yakni selalu menciptakan
topik berkualitas, menyiapkan diri dari segi materi dan mental, mengenali watak peserta seminar
terlebih dahulu, menyampaikan pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti, menghasilkan
presentasi yang maksimum dan berkesan serta menghasilkan berbagai solusi untuk mengatasi
masalah. Perlu diingat, sikap dan perilaku selama melatih akan menjadi ukuran penilaian bagi
para karyawan terhadap diri Anda sendiri.

Vous aimerez peut-être aussi