Vous êtes sur la page 1sur 37

PROSEDUR

ALUR
PENJADWALAN OPERASI
RSIA KIRANA
Nomor Revisi Halaman
PROSEDUR Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG. MARS.

PENGERTIAN Suatu prosedur penjadwalan operasi beserta pemeriksaan penunjang yang dilakukan
secara elektif di RSIA KendangSari atau di rumah sakit lain.
TUJUAN Untuk mempermudah pengaturan jadwal operasi sehingga dapat memperlancar pelayanan
di kamar operasi.
Pendaftaran Operasi :
Pasien dengan surat persetujuan operasi bertanda tangan dari dokter yang
bertanggung jawab terhadap prosedur operasi (rawat inap,poli, dokter),

Ruang perawatan dan bedah , Di catat dibuku penjadwalan operasi : - nama


pasien, usia
- no reg, no telepon
- diagnosa, jenis operasi, jenis anestesi
(pemeriksaan tambahan : fna pre op/ durante op, IOC,VC)
- operasi di RSIA Kendangsari / RS Luar (MRS pre op/ post op)
- dokter operator
- keterangan (laborat,thorax,ecg,mammografi,USG marker dll)

Pasien dirawat di RSIA Pasien terjadwal dari RS. Luar


(menentukan jam operasi)
Mendaftarkan operasi ke kamar operasi
(menentukan jam operasi)

Konfirmasi jadwal :
- Dokter operator
- Dokter anestesi
- Ketersediaan Ruangan operasi
- Ketersediaan Rawat inap
EDUKASI PRE OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman

Ditetapkan Oleh
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.
MARS.
I. PENGERTIAN Membantu pasien untuk memahami dan meyiapkan mental untuk
: pembedahan dan penyembuhan post operasi
II. TUJUAN Mengurangi kecemasan pre operasi
:
Memberikan pemahaman tentang perawatan post operasi
III. KEBIJAKAN Dilakukan pada semua pasien yang akan dioperasi
:
IV. PROSEDUR 1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tanggal, waktu
: dan lokasi pembedahan
2. Berikan informasi kepada pasien dan orang terdekat berapa
lama operasi akan dijalani
3. Kaji pengalaman pembedahan terdahulu dan tingakat
pengetahuan klien terkait dengan pembedahan
4. Kaji kecemasan pasien/keluarga terkait dengan pembedahan
5. Berikan waktu kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian
6. Gambarkan rutinitas yang dilakukan sebelum operasi (anastesi,
diet, dll)
7. Jelaskan medikasi pra operatif, efek yang akan terjadi dan
rasionalisasi penggunaan
8. Berikaan informasi kepada orang terdekat tentang tempat
menunggu hasil pembedahan dengan tepat
9. Berikan informasi tentang apa yang akan didengar, dirasa,
dicium dan dilihat selama kejadian
10. Diskusikan manajemen nyeri yang mungkin dilakukan
11. Jelaskan tujuan pengkajian post operatif
12. Berikan penjelasan tentang rutinitas post operatif/peralatan yang
mungkin digunakan (penggantian balutan, pengobatan dll) dan
berikan penjelasan tentang tujuan masing-masing.
13. Berikan penjelasan kepada pasien teknik mengubah posisi
ditempat tidur dengan tepat
14. Evaluasi kemampuan pasien untuk memdemonstrasikan cara
mengubah posisi dengan tepat
15. Berikan penjelasan kepada pasien cara menggunkan insentif
spirometri
16. Evaluasi kemampuan pasien dalam mendemontrasikan
kemampuan menggunkan insentif spirometri dengan tepat
17. Berikan penjelasan kepada pasien cara menekan daerah
pembedahan, batuk efektif dan nafas dalam
18. Evaluasi kemampuan pasien dalam mendemontrasikan
kemampuan menekan daerah pembedahan, batuk efektif dan
nafas dalam dengan tepat
19. Berikan penjelasan kepada pasien tentang teknik melatih kaki
20. Evaluasi kemampuan pasien untuk mengulangi latihan kaki
21. Tekankan pemtingnya ambulasi dini dan perawatan pulmoner
22. Berikan informasi tentang bagaimana mereka dapat membantu
dalam masa penyembuhan
23. Dukung pemberian informasi oleh tanaga kesehatan lain dengan
tepat
24. Identifikasi harapan pasien setelah pembedahan
25. Perbaiki harapan pasien yang tidak realistik
26. Berikan waktu kepada pasien untuk menjelaskan kembali
peristiwa yang akan terjadi
27. Libatkan keluarga dan orang terdekat.
V. UNIT TERKAIT  Instalasi Rawat Inap
:  Instalasi Rawat Jalan
 ICU
 IGD
 IBS

1. PENDAHULUAN
RS. Sehat Sejahtera menyediakan kebijakan untuk mengatur tentang
pengelolaan pasien pasca anestesi sebagai bagian dari perawatan pasien yang
menerapkan asas keselamatan pasien.
2. TUJUAN
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menetapkan pedoman dan standar
minimal pada pengelolaan pasien pasca-anestesia yang dilakukan di RS Sehat
Sejahtera.
3. RUANG LINGKUP
3.1. Pelayanan anestesi yang dimaksud dalam kebijakan ini meliputi anestesi
umum termasuk sedasi sedang dan dalam, anestesi regional yang
mencakup anestesi spinal, epidural dan blok saraf perifer
3.2. Pasca-anestesia yang dimaksud dalam kebijakan ini dimulai saat tindakan
anestesi dihentikan dan pasien pindahkan dari kamar operasi ke ruang pulih
atau ruang rawat intensif sampai perawatan 24 jam pasca-anestesi.
3.3. Tim pengelola anestesi yang dimaksud dalam kebijakan ini adalah dokter
spesialis anestesi dan perawat anestesi
3.4. Ruang intensif yang dimaksud dalam kebijakan ini adalah ICU, HDU, NICU
dan PICU.
4. TANGGUNG JAWAB ORGANISASI
4.1. Direktur Utama (CEO) dari RS Sehat Sejahtera bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa mekanisme implementasi , pemantauan dan perbaikan
secara keseluruhan dari kebijakan ini telah berjalan dan dijalankan dengan
menghormati hak pasien, serta dapat diakses dan dimengerti oleh seluruh
staf terkait
4.2. Direktur Operasional (COO) dari RS Sehat Sejahtera bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa Manajer Pelayanan Medis, Perawatan dan
Penunjang Klinis
4.2.1. Menyebarkan kebijakan ini di bagian yang menjadi tanggung
jawab mereka
4.2.2. Melakukan implementasi dari kebijakan ini di dalam bagian yang
menjadi tanggung jawab mereka
4.2.3. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang sesuai
agar terpenuhinya kebijakan ini
4.2.4. Memastikan kebijakan ini diinformasikan kepada semua staf
4.3. Kepala Unit yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini bertanggung
jawab untuk implementasi dari kebijakan ini dalam ruang lingkup
pengelolaan mereka dan harus memastikan bahwa
4.3.1. Semua staf baru dan lama mempunyai akses dan diinformasikan
mengenai kebijakan ini dan kebijakan lainnya yang terkait, SOP-SOP
dan formulir-formulir yang berhubungan dengan kebijakan ini
4.3.2. Adanya SOP-SOP tertulis yang mendukung dan memenuhi
kebijakan ini serta dimonitor untuk kepatuhan
4.3.3. Tersedianya semua formulir yang berkaitan dengan kebijakan ini
di bagian yang mereka kelola
4.4. Semua staf yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini bertanggung
jawab untuk mengimplementasikan kebijakan ini dan harus memastikan
4.4.1. Mereka memahami dan mematuhi kebijakan ini
4.4.2. Tidak mematuhi kebijakan ini dapat mengakibatkan tindakan
indisipliner
4.4.3. Setiap anggota staf dapat mengisi laporan kejadian bila
ditemukan adanya ketidak patuhan.

5. DEFINISI
5.1. Pengelolaan pasien pasca-anestesia bertujuan untuk menjaga kondisi optimal
pasien setelah tindakan anestesi, melakukan deteksi dini terhadap
kemungkinan perburukan dan memberikan tatalaksana yang dibutuhkan
terhadap temuan tersebut.
5.2. Ruang pulih tahap 1 adalah ruang yang berada di dekat kamar operasi yang
diperuntukan untuk pemulihan pasien dari proses anestesi sebelum pasien di
pindahkan ke ruang perawatan atau di pulangkan (pada one day care
surgery). Ruang pulih tahap 1 diperlengkapi dengan peralatan tatalaksana
emergency, dan perawat yang memiliki kemampuan untuk mengatasi
kegawat daruratan,
5.3. Ruang pulih tahap 2 adalah ruang yang diperuntukan bagi pasien yang telah
memenuhi kriteria untuk pindah ke ruang perawatan/pulang dan menunggu
proses penjemputan/pemulangan.
6. PERNYATAAN KEBIJAKAN
6.1. Semua pasien pasca- anestesi mendapatkan pemantauan dan
penatalaksanaan pasca-anestesi yang tepat
6.2. Semua pasien pasca-anestesi dipindahkan ke ruang pulih kecuali atas
instruksi dari dokter spesialis anestesi yang mengelola pasien. Kondisi pasien
di ruang pulih dipantau secara kontinyu dan hasil pemantauan
didokumentasikan sesuai dengan prosedur pengelolaan pasien pasca-
anestesia
6.3. Dokter spesialis anestesi bertanggung jawab terhadap pengeluaran pasien
dari ruang pulih. Bila dokter spesialis anestesi yang mengelola pasien tidak
ada di ruang pulih maka perawat ruang pulih dapat mengeluarkan pasien
sesuai dengan kriteria pengeluaran pasien pada prosedur pengelolaan pasien
pasca-anestesi
6.4. Apabila tindakan anestesi (sedasi sedang dan dalam) dilakukan di luar
kamar operasi, maka ruang yang di pergunakan sebagai ruang pulih memiliki
standard pengelolaan medis dan peralatan yang sesuai dengan kebijakan ini.
6.5. Apabila dipandang perlu maka hal-hal yang melebihi pedoman ini dapat
dilakukan berdasarkan penilaian dokter spesialis anestesi yang yang
mengelola pasien, guna meningkatkan mutu pelayanan pasien, walaupun
tidak menjamin hasil akhir pasien
6.6. Dokter spesialis anestesi berkoordinasi dengan dokter spesialis selaku
operator dan atau dokter penanggung jawab pasien dalam perawatan pasca-
anestesi sampai dengan 24 jam pasca anestesia di ruang perawatan atau
ruang intensif, sesuai dengan prosedur pengelolaan pasien pasca-anestesi.
7. LOKASI PELAYANAN PASCA-ANESTESI
7.1. Ruang pulih tahap 1 dan ruang pulih tahap 2 kamar operasi RS Sehat
Sejahtera
7.2. Unit di luar kamar operasi dimana anestesi dilakukan.
8. DOKUMENTASI
8.1. Hasil pengawasan pasien, perubahan-perubahan yang terjadi selama
observasi, pemberian obat dan tindakan yang dilakukan selama proses
perawatan pasca-anestesi didokumentasikan dalam rekam medik pasien.
8.2. Dokumentasi sesuai prosedur pengelolaan pasien pasca-anestesia.
9. MONITORING DAN KEPATUHAN
Monitoring dan kepatuhan kebijakan ini dilakukan melalui medical record review.

10. DOKUMEN TERKAIT


10.1. Kebijakan Pelayanan Anestesi
10.2. SPO Pengelolaan pasien pasca anestesi
10.3. SPO anestesi umum
10.4. SPO sedasi sedang dan dalam
10.5. SPO penilaian pre-anestesi dan penilaian pre sedasi

11. REFERENSI
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
519/MENKES/PER/III/2011
b. IDSAI (2008) Standard dan Pedomen Pelayanan Anestesiologi Indonesia
c. The Joint Commission (2010) Accreditaion Program: Anesthesia and Surgical
Care (ASC). URL: http://www.jointcommission.org

PROSEDUR TETAP
ALUR PENANGANAN EMERGENCY
POST OPERASI DENGAN BLEEDING

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
TETAP
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG. MARS.

PENGERTIAN Alur penanganan untuk kasus bleeding pada pasien post operasi
TUJUAN Menghentikan perdarahan agar pasien tidak jatuh dalam kondisi shock
hipovolemik
KEBIJAKAN Advice re-open ditentukan oleh dr. bedah
PROSEDUR Ditemukan tanda-tanda bleeding post op
status lokalis : bengkak, hematom, flek di kasa (darah),
jumlah dan kualitas (darah) drain

Lapor dokter : bedah dan anestesi


- kondisi pasien (TTV)
- status lokalis
(jika advis akan dilakukan eksplorasi perdarahan)

Konfirmasi (per-telepon)
- petugas OK
- keluarga pasien (jika tidak ada penunggu)

Bawa pasien ke RR
- tetap observasi kondisi pasien
- buka tabung O2 sentral di ruang Dirty area.
- pasien tidak boleh dibezuk keluarga selama observasi
- penjelasan keluarga dilakukan oleh dokter operator/ bedah

Ruang OK disiapkan

UNIT TERKAIT Kamar Operasi & RR


PROSEDUR TETAP
ALUR PRO OPERATIF & POST OPERATIF
LOCAL ANESTESI

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG. MARS.

PENGERTIAN Prosedur pasien pro operasi dan post operasi dengan lokal anestesi
TUJUAN Memperlancar kegiatan pelayanan di kamar operasi dan recovery
room
KEBIJAKAN
PROSEDUR RUANG TRANSIT
- pasien ganti baju khusus dalam
- timbang berat badan (terutama anak-anak)
- pasien dimasukkan ke kamar operasi
OK
- pasien dipersilahkan tidur
- persiapan : mengatur posisi pasien, pasang plat
elektrotom, marker daerah operasi oleh operator,
desinfeksi daerah operasi
- dilakukan tindakan operasi
RR
- bservasi post operasi
- persiapan KRS
KASIR
- penyelesaian administrasi oleh keluarga
- memberikan tanda bukti penyelesaian administrasi ke
RR

PX KRS
UNIT TERKAIT
PROSEDUR TETAP
ALUR PRO OPERATIF & POST OPERATIF
GENERAL ANESTESI

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Rumah Sakit Onkologi Surabaya

PENGERTIAN Alur pasien pro operasi dan post operasi dengan general anestesi
TUJUAN Memperlancar kegiatan pelayanan operasi di kamar operasi.
KEBIJAKAN
PROSEDUR RR
- persiapan pre operasi minimal 1 jam sebelum operasi.
- dengan Premedikasi : pasien diantar ke OK menggunakan
kursi roda / brankart
- tanpa Premedikasi : pasien diantar ke OK menggunakan
kursi roda / tidak
OK
- pasien dipersilahkan tidur
- persiapan : dipasang elektrode, manset TD, saturasi O2
- dokter operator visite pasien sebelum obat bius
dimasukkan
- obat bius dimasukkan sesuai advise
- jika pasien sudah tidur : mengatur posisi pasien sesuai
daerah operasi dan jenis operasi, menutup mata dengan
leukofix atau diberi salep mata, pasang plat elektrotom,
marker daerah operasi oleh operator, desinfeksi daerah
operasi
- kemudian dilakukan tindakan operasi
- selesai operasi : menutup daerah operasi, memasukkan
obat sesuai advise dokter anestesi, brankart untuk
perpindahan pasien, konfirmasi petugas RR bahwa operasi
selesai
RR
- selama perpindahan jaga jalan nafas
- pasien dipindah ke RR (observasi post operasi)
UNIT TERKAIT
PROSEDUR TETAP
ALUR
LOGISTIK KAMAR OPERASI

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Rumah Sakit Onkologi Surabaya

PENGERTIAN prosedur permintaan obat dan alat di kamar operasi


TUJUAN Untuk memenuhi kebutuhan logistik ruangan yang diperlukan dalam
satu minggu.
KEBIJAKAN
PROSEDUR Order logistik
1. order dilakukan sesuai jadwal dan form order di serahkan
sebelum jam 13.00. jadwal order :
- linen : setiap hari
- ATK : setiap hari rabu
- Obat/ alkes : setiap hari selasa dan jum’at
- Cetakan : setiap hari rabu
- Kebutuhan rumah tangga : setiap hari senin
2. order dilakukan dengan menggunakan form
order yang telah disediakan.
3. form order harus di tandatangani oleh
supervisor ruangan.
4. serah terima orderan dilakukan oleh petugas
logistik dengan petugas ruangan dengan menggunakan form
order.
5. bila ada barang yang belum terpenuhi dalam 2
hari petugas ruangan akan konfirmasi dengan petugas logistik.
UNIT TERKAIT OK,logistik
PROSEDUR TETAP
PEMBAGIAN KAMAR OPERASI

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PENGERTIAN Pembagian dan pembatasan ruangan OK yang harus diketahui
oleh semua petugas OK, untuk menjaga agar ruangan aseptik
terhindar dari kontaminasi.

TUJUAN 1. Petugas mampu membedakan perlakuan


terhadap masing - masing bagian dalam ruangan kamar operasi.
2.Mencegah terjadinya kontaminasi di kamar operasi
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Daerah Publik :
Daerah yang dapat dimasuki oleh semua orang tanpa
ada syarat khusus, daerah ini misalnya; kamar tunggu,
counter, gang di depan ruang pathologi klinik.
2. Daerah Semi Publik :
Daerah ini hanya dapat di masuki oleh orang-orang
tertentu saja, dengan beberapa persyaratan khusus,
antara lain harus memakai scort dan sandal khusus.
Daerah ini misalnya, RR, ruang transit RR, dirty area,
ruang ganti.
3. Daerah Aseptik :
Kamar bedah, ruangan ini hanya boleh di masuki oleh
perawat, dokter serta pasien yang akan di operasi,
dengan terlebih dahulu memakai baju khusus, topi,
masker serta sandal khusus yang telah disediakan.

UNIT TERKAIT
PROSEDUR TETAP
PELAPORAN KEPERAWATAN

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
PROSEDUR TETAP Direktur
PERSIAPAN RUANGAN
PRO OPERASI
Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.
MARS.
PENGERTIAN Setiap kegiatan yang berlangsung di pelayanan medik
keperawatan harus dibuat laporannya secara berjenjang pada
kepala Nomor
bagian masing-masing.Revisi Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
TUJUAN 1. Semua kegiatan didokumentasi Direktur
2. Mengetahui perkembangan pelayanan medik yang diberikan
3. mengetahui permasalah secara dini dan mencari solusi
pemecahan masalah Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.
KEBIJAKAN MARS.
PROSEDUR
PENGERTIAN Prosedur persiapan kamar operasi yang diperlukan untuk
I. Laporan meliputi :
memperlancar kegiatan operasi.
IV. Laporan harian : Dibuat dan dilaporkan setiap akhir
TUJUAN 1. Menjaga kelancaran operasional kamar operasi
shief.
2. Menjaga sterilitas kamar operasi
KEBIJAKAN  Laporan kegiatan rutin petugas (cheeklist job
PROSEDUR deskripsi)
1. Petugas kamar operasi datang 2 – 1 jam sebelum operasi.
 Laporan kegiatan pelayanan.
2. Petugas menyiapkan ruangan untuk tindakan operasi :
-  Laporan pasien.ruangan dinyalakan
lampu seluruh
-  Laporan data kunjungan.
re-cek jadwal operasi
-  Laporan permasalahan
re-cek kebersihan & pemecahannya.
seluruh ruangan kamar operasi.
-  Laporan
mematikanlogistic
lampuharian.
UV (lampu UV dimatikan
V. Laporan
minimalmingguan : Dibuatoperasi
2 jam sebelum dan dilaporkan
) setiap hari
sabtu.
- menyiapkan mesin anestesi unit dan peralatan
anestesi
Laporan
yangdata
lain.kunjungan
-  Laporan
Membuka tabung O2 dan
permasalahan N2O yang ada di dirty
& pemecahannya
area.
 Laporan logistik mingguan.
- Menyiapkan mesin diatermi
VI. Laporan bulanan : Di buat dan dilaporkan setiap akhir
- bulan.
Menyiapkan suction
-  Laporan data kunjungan
Cek persiapan tempat sampah dan tempat linen
kotor
 Laporan permasalahan & pemecahannya
3. Menyiapkan instrument steril untuk tindakan operasi
 Laporan logistic bulanan.
4. Menyiapkan obat anestesi
 Laporan planing kegiatan bulanan.
5. Re-cek status, hasil pemeriksaan dan disiapkan dimeja
II. Yang berhak membuat laporan :
ruang administrasi.
1. Laporan harian dilakukan oleh pelaksana harian
UNIT TERKAIT OK
dan dilaporkan pada supervisor atau kepala divisi
masing-masing.
2. Laporan mingguan direkap oleh kepala divisi dari
laporan harian dan dilaporkan pada kepala
PROSEDUR TETAP
RAPAT KOORDINASI HARIAN
KEPERAWATAN
Nomor Revisi Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit
Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.

PENGERTIAN Suatu pertemuan yang dilakukan setiap hari yang diikuti oleh
seluruh perawat di semua divisi.

TUJUAN - timbang terima pasien dan kegiatan ke divisi yang


bersangkutan
- koordinasi untuk memperlancar kegiatan
pelayanan keperawatan.
KEBIJAKAN
PROSEDUR  Rapat koordinasi terdiri :
 rapat koordinasi harian (briefing petugas)
 Rapat mingguan
 Rapat 3 bulanan.

 Jadwal briefing harian ;


 Pagi : jam 07.00-07.30
 Sore : jam 14.00-14.30
 Malam : jam 21.00-21.30
 Yang disiapkan dalam briefing harian :
 Laporan pasien.
 Laporan kegiatan pelayanan.
 Laporan logistic
 Laporan permasalahan dan pemecahannya.
 Peserta rapat harian (briefing) :
 Petugas pelaksana harian
 Supervisor harian
 Kepala atau penanggung jawab divisi.
 Kegiatan selama rapat harian :
1. Briefing di buka oleh pemimpin rapat.
Pemimpin rapat bisa dari penanggung jawab divisi
atau petugas pelaksana harian.
2. Pelaporan meliputi :
- Laporan pasien.
- Laporan kegiatan pelayanan.
- Laporan logistic
- Laporan permasalahan dan pemecahannya.
3. Semua laporan yang masuk harus di catat di
buku briefing harian.
4. Hasil dari briefing harian akan dilaporkan
pada laporan mingguan.
UNIT TERKAIT
PROSEDUR TETAP
RAPAT MINGGUAN KEPERAWATAN

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PENGERTIAN Rapat yang dilakukan seminggu sekali untuk mengevaluasi
semua kegiatan yang berlangsung seminggu dalam satu divisi
saja.

PROSEDUR I. Jadwal rapat mingguan :


 Sesuai kesepakatan masing-masing divisi.
II. Yang harus disiapkan untuk rapat mingguan adalah :
 Laporan mingguan yang merupakan rekap dari
laporan briefing harian.
 Buku notulen rapat mingguan
III. Peserta yang harus ikut rapat mingguan :
 Kepala ruangan
 Wakil kepala ruangan
 Penanggung jawab divisi.
IV. Kegiatan rapat mingguan :
 Rapat di buka oleh kepala ruangan.
 Pembacaan hasil result rapat evaluasi mingguan,
diantaranya :
- Result pasien
- Pelayanan
- Logistik
- Data false [masalah &pemecahanya]
 Tanggapan dari masing-masing peserta masing-
masing rapat.
 Solusi terhadap permasalahan yang ada.
 Hasil rapat dicatat di buku rapat mingguan.
 Hasil dari laporan mingguan harus dilaporkan
dalam laporan bulanan.
 Peserta rapat harus menandatangani dartar hadir.

PROSEDUR TETAP
RAPAT BULANAN KEPERAWATAN

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PENGERTIAN Rapat yang dilakukan setiap bulan sekali untuk mengevaluasi
semua kegiatan pelayanan di semua bagian keperawatan.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR  Jadwal rapat bulanan :
 Setiap senin pada minggu pertama bulan
berikutnya.
 Yang harus disiapkan :
 Laporan bulanan yang merupakan rekapan dari
hasil laporan mingguan.
 Buku notulen rapat bulanan.
 Snack dan minuman
 Peserta yang harus ikut :
 Kepala perawat
 Wakil kepala perawat
 Kepala ruangan semua divisi keperawatan.
 Wakil kepala ruangan semua divisi keperawatan.
 Kegiatan selama laporan :
 Rapat dibuka oleh kepala perawat.
 Pembacaan dari hasil result laporan bulanan dari
masing-masing divisi sekaligus pembahasannya.
 Solusi dari masing-masing kepala ruangan.
 Hasil rapat dicatat di buku notulen laporan
bulanan.
 Hasil rapat akan di laporkan kepada direktur Yan
Med.
 Semua peserta rapat harus menandatangani daftar
hadir.
UNIT TERKAIT

PROSEDUR TETAP
JOB DESKRIPSI
HELPER KAMAR OPERASI
Nomor Revisi Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PENGERTIAN Uraian tugas yang menjadi pedoman petugas dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan
TUJUAN 1. kegiatan pelayanan berjalan
sesuai prosedur
2. pembagian tugas tiap karyawan jelas
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Membaca buku laporan &
jadwal operasi
2. Operan
3. Cek kebersihan &
kelengkapan peralatan seluruh ruangan OK
4. Membersihkan OK setelah
operasi selesai
5. Mencuci instrument OK
6. Mengisi air autoclave
7. Order linen
8. Order ATK & rumah tangga
UNIT TERKAIT

PROSEDUR TETAP
JADWAL DINAS PETUGAS
KAMAR OPERASI

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit
Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG. MARS.

PENGERTIAN Jadwal dinas yang harus diikuti oleh semua petugas yang
bertugas di unit kerja OK, RR dan CSSD
PROSEDUR 1. Jadwal jaga perawat
 Hari senin – jum’at :
 Pagi : jam 08.00 - 18.00 BBWI
 Sore : jam 18.00 - 8.00 BBWI
 Hari sabtu :
 pagi : jam 08.00 – 13.00 BBWI
 sabtu sore : jam 13.00 – 18.00 BBWI
 Jika ada operasi emergency on call (di luar jam kerja)
 Jika ada perubahan jadwal operasi, jadwal jaga bisa
berubah
 Libur petugas setiap hari minggu atau hari libur nasional.
2. Jadwal jaga Helper
 Sore : jam 13.00 - 21.00 BBWI (setiap hari senin – jumat)
 Hari sabtu masuk pagi atau sore
 Libur petugas setiap hari minggu atau hari libur nasional.

UNIT TERKAIT
PROSEDUR TETAP
INFORM CONCERN

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG. MARS.


PENGERTIAN Surat pernyataan persetujuan yang diberikan oleh pasien dan
keluarga atas dilakukannya suatu tindakan yang diberikan
kepada penderita.
Tanda tangan persetujuan ini harus dilakukan sebelum tindakan
di berikan.

TUJUAN 1. tindakan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan


secara hukum
KEBIJAKAN 1. tanda tangan persetujuan dilakukan oleh penderita dan
salah satu keluarga sebagai saksi
2. penderita dengan usia di atas 21 tahun dapat mewakili
dirinya sendiri, kecuali untuk operasi dengan resiko yang
besar.
PROSEDUR I. Isi inform concern :
1. Identitas dari keluarga pasien yang memberikan
persetujuan.
2. Pernyataan persetujuan dari pihak keluarga.
3. Identitas pasien yang akan dilakukan tindakan.
4. Penjelasan tentang tindakan & kemungkinan
resiko yang akan di hadapi.
5. Tanda tangan dan nama terang pasien dan
keluarga yang menyetujui dilakukannya tindakan.
6. Pernyataan bahwa dokter yang merawat telah
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan
kemungkinan resiko yang akan di hadapi.
7. Tanda tangan dan nama terang dari dokter yang
merawat & yang akan melakukan tindakan.
II. Inform concern dilakukan pada :
1. Pasien pro operasi
2. Pasien pro chemotherapy
3. Pasien yang dilakukan tindakan invasive dengan
kemungkinan resiko.
III. Yang berhak tanda tangan di inform concern :
1. Pasien sendiri bila usia 16 tahun ke atas, terutama untuk
tindakan operasi dengan lokal anesthesi.
2. Bila pasien kurang dari 16 tahun harus ada pihak keluarga
yang mewakili.
3. Bila pasien dengan keterbatasan fisik sehingga tidak bisa
tanda tangan, bisa menggunakan cap jempol ibu jari
kanan.
4. Keluarga pasien yang bisa memberikan persetujuan
operasi adalah :
 Bila pasien belum menikah : Ayah, ibu yang di beri
kuasa.
 Bila pasien sudah menikah : Suami
 Bila pasien sudah tidak punya orang tua dan belum
minikah maka yang berhak tanda tangan adalah
saudara terdekat atau wali yang di beri kuasa.
5. Dokter yang memberi penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan.
UNIT TERKAIT Dokter,perawat,pasien dan keluarga
PROSEDUR TETAP
TATA TERTIB
PETUGAS KAMAR OPERASI
PROSEDUR TETAP
PENGGUNAAN MEJA OPERASI

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Nomor Revisi
Direktur Halaman
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
a.n Direktur Rumah Sakit Onkologi
PROSEDUR
Dr. Jeanny JeniferSurabaya TETAP
Setiono, SpOG. MARS.
PENGERTIAN PENGGUNAAN
Direktur Pelayanan
Tatacara dan perlakuan yang diterapkan LAMPU yangHALOGEN
Medis
bagi petugas
masuk kamar operasi bersih
TUJUAN 1. Menjaga kelancaran operasional kamar
operasi Dr. Wiwien Ristanto
PENGERTIAN Tatacara
2. penggunaan meja operasi dankamar
Menjaga sterilitas fungsi-fungsi
operasi bagian dari
KEBIJAKAN meja operasi.
TUJUAN
PROSEDUR 1. Memberikan petunjukNomor penggunaan danRevisiperawatan yang Halaman
1. Wajib memakai baju, topi dan sandal khusus yang telah
PROSEDURbenar.
TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
disediakan
2. Menghindari kesalahan perlakuan yang mungkin terjadi
Direktur
2. Wajib memakai baju, topi dan sandal khusus yang telah
KEBIJAKAN disediakan
PROSEDUR 1. 3. Wajib
Tinggi menjaga
meja operasipersonal hygiene
diatur sejajar masing-masing
denganDr. Jeanny
siku (badan,Setiono, SpOG.
Jenifer
operator.
rambut & kuku harus pendek) MARS.
2. Meja operasi harus di kunci untuk menghindari pergerakan
PENGERTIAN
4. Tata cara pemakaian lampu halogen untuk tindakan
mejaCuci
yangtangan
tidak dan kaki pada saat akan masuk ruang kamar
perlu.
pembedahan.
operasi (saat akan mulai dan sesudah kerja)
3. Meja operasi di alasi
TUJUAN dengan perlak
1. Memberikan besar penggunaan
petunjuk dilapisi dengan dengan benar.
5.
kainTidak boleh
penutup, memakai
menutupi perhiasan
semua selama
permukaan sedang
meja bertugas
operasi.
2. Membantu kelancaran tindakan yang sedang
di kamar operasi. berlangsung.
4. Bantal kecil di pasang di bagian kepala dialasi dengan perlak
KEBIJAKAN6.
dan Dilarang membawa makanan atau minuman di kamar
kain penutup.
PROSEDUR operasi 1. Arahkan
5. Selimut pasien dilipat di taruh dilampu
bawahhalogen
bagian kaki disisi lateral lokasi operasi
pasien
dengan membentuk
7. Dilarang memasukkan benda yang berasal dari luarsudut ke belakang pada siku lengan
6. Panjatan kaki di pasang sebelah kanan untuk memudahkan
(tas,laptop dll) lampu halogen.
pasien naik ke meja operasi.
2. Arahdan
8. Cuci tangan sebelum sinar sejajar
sesudah dengan
kontak sudutpasien
dengan pandang mata operator,
7. Tali tangan disiapkan fokus
di bawah tempat
dan pasti lengan
( tidak pasien dan
bergoyang ) tali
9.
kakiSebelum
disiapkandan
di sesudah kegiatan
sebelah kiri meja operasi,
operasi. semua petugas
harus mengikuti 3. briefing
Untuk keperluan
yang dipimpin stiril,oleh
pasang
chieftutup stiril lampu pada
8. Standart infuse di taruh bagian tengah lampu, dan bila yang
di bagian lengan pasien ingin dimelepas kap lampu
ruangan OK.
pasang infuse. yang telah terpakai tekan panel pembuka kemudian kap
10. Untuk petugas lain yang akan memasuki daerah kamar
NB : di tarik keluar.
operasi :
* Setiap ada keluhan4.atau Untuk menyalakan
kerusakan alat, segera tekan tombol
lapor bagian ON dan untuk
a. Memakai scort atau baju khusus yang telah
IPS. mematikan tekan tombol OFF.
disediakan.
UNIT TERKAIT OK 5. Kekuatan sinar lampu dapat di atur dengan meningkatkan
b. Cuci tangan dan kaki saat akan masuk ruang
derajat sinar lampu yang tertera pada panel pengatur
kamar operasi
yang bergambar arah panah.
UNIT TERKAIT Kamar Operasi

NB :
1. * Setiap ada keluhan atau kerusakan alat ,segera lapor
bagian IPS.
UNIT TERKAIT OK
PROSEDUR TETAP
Penggunaan Suction Unit

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


PROSEDUR TETAP MARS.
PENGERTIAN PENATALAKSANAAN ANAFILAKSIS
Tatacara menggunakan alat suction. SHOCK
TUJUAN 1. Memberikan tuntunan pemakaian alat suction dengan
benar.
2. Menghindari kesalahan pemakaian yang dapat
Nomor Revisi
mengakibatkan kerusakan. Halaman
Tanggal terbit
3. Memperlancar tindakan Ditetapkan Oleh
PROSEDUR
KEBIJAKANTETAP Direktur
PROSEDUR 1. Sambungkan selang panjang dengan kanule suction,
kemudian sambungkan dengan konektor pada tutup tabung.
Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.
2. Sambungkan konektor satunya MARS. dengan selang yang
PENGERTIAN menghubungkan
Suatu dengan box suction.
keadaan kegawatdaruratan berat bersifat akut akibat
masuknya
3. Sambungkan kabel power ke switch.dan menimbulkan reaksi
zat-zat asing ke dalam tubuh
imun yang berlebihan dari dalam tubuh itu sendiri. Anafilaksis
4. Untuk menyalakan
merupakan tekan panel
kumpulan gejala yang diON dan untuk
timbulkan mematikan
karena reaksi
tekan panel OFF
akut terhadap zat asing pada penderita yang sebelumnya telah
mengalami
5. sensitisasi (segera
Untuk Mem-vacum atau reaksi
botol redon, imunitas
sambungkan hipersensitif
konektor botol
tak dengan
langsung). Reaksi anafilaktoid
selang konektor suction. secara klinis tidak dapat di
bedakan dari keadaan diatas kecuali kontak sensitisasi
6. Untuk tekanan diatur dengan memutar kearah kanan sesuai
sebelumnya tidak terjadi. Keadaan tersebut di gabungkan dalam
dengan ukuran yang tercantum dalam box suction.
reaksi histamine tidak langsung yang berat.

Manifestasi
NB : klinis yang muncul:
1. Gambaran pada kulit.
* Setiap Eritema,
ada keluhan atau oedema
urtikaria, kerusakan alat , segeradan
angioneurotik, lapor bagian
cyanotic
IPS.
2. Manifestasi kardiovasculer.
UNIT TERKAIT Takhikardi,
Kamar Operasi hipotensi,
& Seluruh Unitdan shock
3. Manifestasi respiratorik.
Rhinitis, obstruksi larynx, spasme bronkus (sesak nafas)
4. Manifestasi gastrointestinal.
Nausea, kejang abdomen, muntah, dan diare
5. Manifestasi lain.
Rasa tercekik, tinnitus, kesemutan, konfulsi, nyeri
sendi, dan hilangnya kesadaran.

TUJUAN 1. Petugas medis mengerti dan memahami prosedur


penatalaksanaan anafilaksis shock di unit masing-masing.
2. Petugas medis mampu melaksanakan prosedur
penatalaksanaan anafilaksis shock di unit masing-masing.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Bila disebabkan oleh obat, segera hentikan
pemberian obat, jika karena sebab selain obat seperti
infus ganti dengan infus set berikut cairannya yang baru.
2. Posisikan penderita pada posisi yang lurus dan
elevasikan ekstrimitas bawah ( posisi Trendelenberg 30o),
amankan jalan nafas ( manufer Jaw Trust atau Head Tilt
Chin Lift)
3. Berikan oksigen 100%, jika menggunakan selang
nasal bicanule berikan oksigen 2-3 liter per menit, bila
menggunakan selang oksigen dengan simple mask
berikan oksigen sebanyak 6-7 liter per menit, dan bila
menggunakan non rebreathing mask berikan oksigen
sebanyak 10 liter per menit.
4. Berikan Adrenalin 0,1% sebanyak 0,5 ml IM,
ulangi bila perlu tiap 5 menit. Bila sirkulasi adekuat,
berikan 5 ml adrenalin 0,01% (Adrenalin 0,1% dalam 10
ml aquadest)IV.
- Jika belum ada IV line, berikan 0,3 - 1 mg. Tetapi
dosis yang sering dipakai 0,5 mg (Adrenalin 1:1000
berikan 0,5 ml IM), kemudian segera pasang IV
line.
- Jika sudah ada IV line, berikan 0,2 mg IV (1 Ampul
adrenalin 1:10000 larutkan sampai dengan 10 ml
berikan 2 ml), atau tanpa melewati pengenceran,
tetapi pemberiannya dengan hati-hati dan pelan
( proses pengenceran memerlukan waktu yang
cukup lama sedangkan intervensi adrenalin harus
segera dilaksanakan, yang artinya lebih cepat lebih
baik)
- Pemberian IV berkelanjutan tergantung respon
penderita atau dapat di berikan adrenalin antara 5-
15 menit 2-5 ml IV pelan
- Pemberian adrenalin dengan cara IV lebih
diutamakan dari pada IM. Karena efektifitas waktu
pemberian.
- Catatan: periksa dan amati respirasi setelah suntikan
pertama kalau perlu suction sekresi dari dalam
mulut , siapkan ambu bag set atau ambu+mask
(Jackson Rees) beserta intubasi set.
5. Pasang IV line menggunakan kanule yang besar
untuk terapi hipovolemik dan hipotensi dengan cairan
plasma expander (Plasmafuscin, HAES Steril, atau
Gelafundin) di berikan secepatnya untuk koreksi
hipovolemik oleh karena vasodilatasi akut dan kebocoran
cairan intra vaskuler.
6. Berikan obat-obatan steroid seperti Hidrokortison
200 mg (sediaan: solucortef) IV, atau bila tidak ada
berikan Oradexon 5 mg. Walaupun tidak bermanfaat pada
stadium akut, tetapi sangat bermanfaat untuk stadium
lebih lanjut, diharapkan menghambat proses yang
berlangsung.
7. Bila terjadi bronkospasme berikan Aminofilin 5
mg/kg BB IV (bila penggunaan adrenalin atau
epinephrine tidak responsif terhadap bronkospasme).
8. Anti histamin seperti Delladryl diberikan 1 cc IM.
9. Reassesment tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi,
respiratory rate, dan kesadaran) tiap 15 menit.
Pemberian ephineprine ( ikuti Protokol Dokter )
 Reaksi Lokal ( urtikaria, angioedema )
Berikan 0,5 mg ( 1: 1000 cairan = 0,5 ml ) tiap 15 mnt
 Bronchospasme ringan
Berikan O2 10 Lpm via masker ( jika dg COPD berkian 2
Lpm Canula nasal )
 Bronchospasme berat
Berikan ephineprine 1 mg selama 5 mnt ( 1 : 10.000 dalam
10 mnt )
Ulangi tiap 5 mnt jika diperlukan, max 3 dosis. Lakukan
resusitasi O2 dengan bag mask, berikan pernafasan buatan
jika diperlukan

UNIT TERKAIT
PROSEDUR TETAP
DAFTAR ALAT DAN OBAT
ANESTESI

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.

PENGERTIAN Alat dan obat anestesi yang harus tersedia untuk tindakan
operasi
PROSEDUR I. Alat anestesi
1. mesin anestesi (dengan vaporizer enflurane dan
halothan)
2. laringoskop (blade neonatus, pediatric, adult)
3. monitor elektrik (NIBP + ECG + pulse
oximetri/saturasi oksigen)
4. tensimeter + stetoskop
5. endotraceal tube no : 2,5 – 7,5
6. oropharingeal
7. jarum spinal : spinocan no 26G
8. suction dan kanula suction
9. jackson-reese : pediatric dan adult
II. Obat anestesi
1. xylocain spray
2. premedikasi
- sulfas atropin
- midazolam (miloz/ dormicum)
- pethidin dan morphin
- clonidin (catapress)
3. induksi
- propofol (recovol/ diprivan)
- pentothal (thiopental)
- ketamin (ketalar)
4. inhalasi
- oksigen
- N2O
- Enflurane (ethrane)
- halothane
5. analgesik
- ketorolac (toradol)
- tramadol (tramal)
- antalgin (novalgin /antrain)
- ketoprofen (profenid supp/ pronalges inj.
dan supp)
6. anti muntah
- metoclopramide (primperan)
- ondansetron (frazon/ ondavell)
7. H2-blocker
- cimetidine (ulsikur)
- ranitidine (rantin)
8. obat emergency
- ephedrin 50 mg/ml
- epinefrin/adrenalin
- dexamethasone 4 mg/ml
- aminophilin 24 mg/ml
9. anestesi lokal
- lidokain 2%
- narophin 7,5% (10 cc)
- marcain heavy, marcain 0,5% (20 cc)
III. Cairan
1. kristaloid
- Rl
- Asering
- PZ/ NaCL 0,9%
- D5 1/4S
- D5 1/2S
2. koloid
- haess 6%
- gelofusin
- expafusin
3. manitol, mantos 10%
UNIT TERKAIT
PROSEDUR TETAP
ANESTESI LOKAL

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PENGERTIAN Prosedur anesthesi dengan hanya melokalisasi daerah yang akan
di operasi saja.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR A. Persiapan alat dan obat
1. lidokain 2% atau lidokain comp.2%
(2ml/amp)
2. aquadest steril (25 ml)
3. spuit (sesuai keperluan)
4. jarum (sesuai keperluan)
5. kapas alkohol
6. kasa
7. bengkok
B. Langkah kerja
1. spuit dan jarum dibuka, diletakkan dimeja instrument
(spuit dan jarum dalam keadaan steril)
2. lidokain bagian leher diusap dengan kapas alkohol
kemudian dibuka dan aquadest steril bagian atas diusap
kapas alkohol juga.
3. lidokain diambil lalu diencerkan dengan aquadest steril
(perbandingan 1:1)
UNIT TERKAIT

PROSEDUR TETAP
GENERAL ANESTESI
( MASKER )

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PENGERTIAN Prosedur anesthesi dengan menidurkan pasien dengan obat-obat
tertentu dengan bantuan pemberian oksigen dengan
menggunakan masker.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR A. persiapan alat
1. alat anestesi
a. mesin anestesi
b. monitor elektrik
c. tensimeter + stetoskop
d. oropharingeal
e. suction dan kanula suction
2. alat lain
a. spuit (sesuai kebutuhan)
b. jarum (sesuai kebutuhan)
c. aquadest steril (25 ml)
d. kapas alkohol
e. kasa
f. bengkok

B. persiapan obat
1. inhalasi
1. O2 & N2O
2. enflurane (ethrane)
2. premedikasi
1. petidine (100 mg/ 2 ml)
diencerkan jadi 10 ml ( 10 mg/ml)
2. dormicum (15 mg/ 3 ml)
3. sulfas atropin (0,25 mg/
ml)
3. induksi
1. propofol (200 mg/ 20 ml, sediaan cair)
diencerkan dengan lidokain 2% : 1 amp (10 mg/
ml)
2. pentotal (pentotal 500 mg/vial, sediaan serbuk)
diencerkan jadi 20 ml (25mg/ ml)
3. ketalar (1000mg/ 10 ml, sediaan cair)
4. analgesik : toradol (30 mg/ ml)
5. anti muntah
1. frazon (4mg/ 2ml)
2. primperan (10 mg/2 ml)
6. H2-blocker : rantin (50 mg/ 2ml)
C. langkah kerja
1. semua obat disiapkan, kemudian obat
dimasukkan sesuai advis (obat premedikasi, obat
induksi)
2. setelah pasien tidur, masker dipasang
oleh dr. Anestesi
3. sebelum operasi selesai diberikan obat
analgesik
UNIT TERKAIT

PROSEDUR TETAP
GENERAL ANESTESI
( INTUBASI )

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PENGERTIAN Prosedur pemberian anesthesi dengan menidurkan pasien dengan
obat-obatan tertentu dengan memberikan bantuan oksigen
dengan menggunakan teknik intubasi
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Persiapan alat
A. alat anestesi
1. mesin anestesi
2. laringoskop
3. monitor elektrik
4. endotrakeal tube (ukuran sesuai kebutuhan) +
stilet
5. tensimeter + stetoskop
6. oropharingeal
7. suction + kanula suction
8. spuit 20 ml (untuk fixasi)
9. suction dan kanula suction
B. alat lain
1. spuit (sesuai kebutuhan)
2. jarum (sesuai kebutuhan)
3. aquadest steril (25 ml)
4. kapas alkohol
5. kasa
6. bengkok
C. persiapan alat dan obat
1. inhalasi
- O2 & N2O
- enflurane (ethrane)
2. premedikasi
- petidine (100 mg/ 2 ml)
- diencerkan jadi 10 ml ( 10 mg/ml)
- dormicum (15 mg/ 3 ml)
- sulfas atropin (0,25 mg/ ml)
3. induksi
- propofol (200 mg/ 20 ml, sediaan cair)
- diencerkan dengan lidokain 2% : 1 amp (10
mg/ ml)
- pentotal (pentotal 500 mg/vial, sediaan
serbuk)
- diencerkan jadi 20 ml (25mg/ ml)
- ketalar (1000mg/ 10 ml, sediaan cair)
4. analgesik : toradol (30 mg/ ml)
5. anti muntah
- frazon (4mg/ 2ml)
- primperan (10 mg/2 ml)
6. H2-blocker : rantin (50 mg/ 2ml)
D. langkah kerja
1. semua obat disiapkan, kemudian obat
dimasukkan sesuai advis (obat premedikasi, obat
induksi)
2. kemudian dilakukan intubasi
3. selesai intubasi, pasien disiapkan posisi operasi
4. sebelum operasi selesai diberikan obat analgesik
1.
UNIT TERKAIT

PROSEDUR TETAP
SAB

Nomor Revisi Halaman


PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
Direktur

Dr. Jeanny Jenifer Setiono, SpOG.


MARS.
PROSEDUR Persiapan alat
A. alat anestesi
1. mesin anestesi
2. monitor elektrik
3. tensimeter + stetoskop
4. set alat (steril) untuk
anestesi :
- jarum spinocan 1
- cucing 2
- depres 3
- desinfeksi klem 1
- spuit 3 ml 1
- handschoen 1
- hansaplast kecil 1
- betadine 20 ml
- alkohol 20 ml
- doek lubang 1

B. alat lain
1. spuit (sesuai kebutuhan)
2. jarum (sesuai kebutuhan)
3. aquadest steril (25 ml)
4. kapas alkohol
5. kasa
6. bengkok

C. persiapan obat
1. inhalasi : O2
2. SAB
- lidodex 5%
- valium
- marcain
- ..........................
3. analgesik : toradol (30 mg/ ml)
4. anti muntah
- frazon (4mg/ 2ml)
- primperan (10 mg/2 ml)
5. H2-blocker : rantin (50 mg/ 2ml)
D. langkah kerja
1. pasien disiapkan
posisi miring (kepala ditekuk kearah dada, kaki
ditekuk keatas dan kedua tangan menarik kaki)
2. daerah lumbal dan
sekitarnya didesinfeksi dengan betadine, alkohol
3. obat lidodex dibuka
kemudian dimasukkan pada spuit. Jarum spuit diambil
lalu diganti dengan jarum spinocath
4. obat dimasukkan,
setelah selesai bekas tusukan diberi hansaplast.
5. pasien disiapkan
posisi sesuai jenis operasi
6. sebelum operasi
selesai diberikan obat analgesik
UNIT TERKAIT

Vous aimerez peut-être aussi