Vous êtes sur la page 1sur 14

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

CEREBRAL PALSY
Dosen Pembimbing : Lucia Endang Hartati, YK, SKp,

Disusun Oleh:
Aska Fauzan Abrianto
P1337420617028

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan yang telah disusun dengan judul Gangguan Cerebral Palsy Pada
Anak yang telah diperiksa dan disetujui oleh :

Semarang, Maret 2019


Mahasiswa Dosen Pembimbing

Aska Fauzan Lucia Endang Hartati, YK, SKp, MN.


NIM P1337420617028 NIP. 196203161986032001

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Cerebral Palsy Pada Anak”.

Makalah ini telah penulis selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang lain yang
membacanya.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 15 Maret 2019


Penyusun

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ i
Lembar Pengesahan .................................................................................................. ii
Kata Pengantar........................................................................................................... iii
Daftar Isi..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
2.1 Definisi Cerebral Palsy ................................................................................ 3
2.2 Etiologi Cerebral Palsy................................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Cerebral Palsy ............................................................................ 3
2.4 Manifestasi Klinis Cerebral Palsy ................................................................ 4
2.5 Komplikasi Cerebral Palsy ........................................................................... 5
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Cerebral Palsy....................................................... 5
2.7 Penatalaksanaan Cerebral Palsy ................................................................... 6
2.8 Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy ........................................................... 7
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan masyarakat merupakan persoalan bersama yang harus menjadi
perhatian pemerintah dan masyarakat. Salah satu bagian dari program kesehatan
masyarakat adalah kesehatan anak. Kesehatan anak termasuk didalamnya mengenai
tumbuh kembang anak dan ketrampilan dalam mendeteksi secara dini disfungsi
tumbuh kembang anak. Masalah tumbuh kembang anak yang sering dijumpai salah
satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan sekelompok gangguan
permanen perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan
aktivitas yang dikaitkan dengan gangguan non-progresif yang terjadi di otak janin
atau bayi yang sedang berkembang (Campbell et al., 2012).
Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam kandungan
(prenatal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah proses kelahiran (postnatal).
Cerebral palsy dapat menyebabkan gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan
kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologik berupa kelumpuhan,
spastik, gangguan basal ganglia, serebellum, dan kelainan mental (mental retardation).
Klasifikasi topografi CP adalah monoplegia, hemiplegia, diplegia, dan
quadriplegia, monoplegia dan triplegia relatif jarang. Ada tumpang tindih yang besar
pada daerah yang terkena. Dalam 2 kebanyakan studi, diplegia adalah bentuk paling
umum (30% - 40%), hemiplegia adalah 20% - 30%, dan untuk quadriplegia terhitung
10% - 15%. Dalam sebuah analisis dari 1.000 kasus CP dari India, ditemukan bahwa
quadriplegia dengan kejang merupakan 61% kasus diikuti oleh diplegia 22% (Sankar
et al., 2005). Cerebral Palsy (CP) menggambarkan sekelompok gangguan permanen
gerakan dan postur yang dikaitkan dengan gangguan nonprogresif di perkembangan
otak mempengaruhi 3,3 per 1.000 anak. Ini adalah kondisi heterogen dalam hal
etiologi dan tingkat keparahan, dan sering disertai dengan gangguan sensasi, kognisi,
komunikasi, persepsi, perilaku, atau keduanya. Diperkirakan bahwa antara 765.000
dan 1.000.000 anak-anak dan orang dewasa dengan CP hidup di United States (Bailes
et al., 2012).
Di Indonesia, angka kejadian cerebral palsy belum dapat dikaji secara pasti.
Namun dilaporkan beberapa instansi kesehatan di Indonesia sudah bisa mendata
diantaranya YPAC cabang Surakarta jumlah anak dengan kondisi cerebral palsy pada
tahun 2001 berjumlah 313 anak, tahun 2002 berjumlah 242 anak, tahun 2003

1
berjumlah 265 anak, tahun 2004 berjumlah 239 anak, sedangkan tahun 2005
berjumlah 118 anak, tahun 2006 sampai dengan bulan Desember adalah berjumlah
112 anak, sedangkan tahun 2007 sampai dengan bulan Desember yaitu berjumlah 198
anak, tahun 2008 sebanyak 307 penderita, tahun 2009 sebanyak 313 penderita, tahun
2010 sebanyak 330 penderita, dan tahun 2011 sebanyak 343 penderita (YPAC cabang
Surakarta, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Cerebral Palsy?
2. Apa epidemiologi Cerebral Palsy?
3. Bagaimana etiologi Cerebral Palsy?
4. Bagaimana manifestasi Klinis Cerebral Palsy?
5. Apa saja komplikasi dari Cerebral Palsy?
6. Bagaimana pemerikaaan diagnostik Cerebral Palsy?
7. Bagaimana penatalaksanaan terapeutik Cerebral Palsy?
8. Bagaimana asuhan keperawatan untuk Cerebral Palsy?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Cerebral Palsy.
2. Untuk mengerti epidemiologi Cerebral Palsy.
3. Agar memahami etiologi Cerebral Palsy.
4. Untuk mengerti dan mamahami manifestasi klinis Cerebral Palsy.
5. Agar mengetahui komplikasi dari Cerebral Palsy.
6. Agar memahami pemerikasaan diagnostik Cerebral Palsy.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapeutik Cerebral Palsy.
8. Agar mengerti asuhan keperawatan untuk Cerebral Palsy.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definsi

Cerebral palsy adalah masalah umum yang terjadi di seluruh dunia, insidennya 2 - 2,5
dari tiap 1000 kehidupan neonatus. Ketika William Little pertama kali mendeskripsikan
cerebral palsy, dia sudah mengaitkan faktor resiko terjadinya cerebral palsy adalah akibat
terjadinya trauma lahir , dan pandangan ini sudah di pertahankan selama beberapa
dekade. Kemajuan manajemen neonatus dan perawatan obstetric belum menunjukkan
penurunan kejadian cerebral palsy. Sebaliknya, dengan penurunan angka kematian bayi
sebenarnya telah terjadi peningkatan insiden dan keparahan dari cerebral palsy. Insiden
pada bayi premature lebih tinggi di banding bayi cukup bulan.
2.2 Etiologi
1. Prenatal; tetratogens; rubella; toxoplasmosis, CMP (cytomegalovirus), syn-drome
genetik, abnormal kromosom, malformasi otak, infeksi intrauter-ine, masalah
fetal/fungsi plasenta, pre-eklamasia, komplikasi persalinan.
2. Perinatal; sepsis; infeksi CNS (Center Neuron System), prematur, asfiksia, toximea,
trauma lahir, anoxia, diabetes, perinatal, pendarahan intrakranial.
3. Postnatal; infeksi, trauma dan stroke.
4. Chilhood; meningitis injury otak, toxin

2.3 Klasifikasi Cerebral Palsy


Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah sebagai berikut:
1. Tipe spastis atau piramidal.
a. Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :
b. Hipertoni (fenomena pisau lipat).
c. Hiperrefleksi yang djsertai klonus.
d. Kecenderungan timbul kontraktur.
e. Refleks patologis.

Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut :


a. Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.
b. Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih
berat.
c. Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih
berat.\
d. Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.
e. Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak bawah,
biasanya merupakan varian dan kuadriplegi.
2. Tipe ekstrapiramida

3
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia,
ataksia.Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping
itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.
Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan, apabila mengenai saraf otak bisa terlihat
wajah yang asimetnis dan disantni.
3. Tipe campuran

Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi


dan hipertoni disertai gerakan khorea.
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional :
a. Ringan:
Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari- hari sehingga sama
sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
b. Sedang:
Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan
khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat
bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan penderita
dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak,
bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
c. Berat:
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin
dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus
yang diberikan sangat Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung
dalam rumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini hanya untuk
penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan gangguan
sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya

2.4 Manifestasi Klinis


a. Terlambatnya perkembangan pergerakan kasar
b. Abnormal refleks dan penampilan gerakan
c. Abnormal pada refleks moro, plantar, palmar
d. Gangguan pada intelektual
e. Tanda-tanda yang perlu diwaspadai; pada fisik; kurang kontrol pada daerah kepala
setelah usia 3 bulan, kejang dan kaku pada lengan dan kaki, selalu terdorong ke
bawah/postur tidak rata, tidak dapat duduk tanpa support, hanya menggunakan
beberapa anggota badan.

4
f. Tingkah laku: irritabel, mudah menangis, tifak dapat senyum/respon pada usia 3
bulan, kesukaran dalam makan, sering cekukan atau muntah bila makan. Setelah usia
6 bulan lidah mendorong makanan ke luar dai mulut.

Klasifikasi Spastic
a. Spastic; hypertonicity dengan kurangnya kontrol pada postur tubuh, keseimbangan
dan pergerakan koordinasi. Kerusakan keterampilan gerakan halus dan kasar.
Pergerakan aktif yang meningkatkan pada postur dan berlebihan pada salah satu
anggota tubuh.
b. Dyskinetic/ atheoid; pergerakan abnormal yang tidak disadari, athetosis, ditandai
dengan pergerakan lambat, biasanya pada ekstremitas, bahu, otot wajah dan lidah,
adanya dysartria.
c. Ataxic: seperti jalan menyeret, cepat, pergerakan mengulang, disintegrasi pergerakan
pada ekstremitas atas ketika anak akan menggapai benda.
d. Mixed/dystonic: kombinasi spasticity dan athetosis

2.5 Komplikasi
a. Kontraktur
b. Sering mengalami infeksi pernafasan karena kurangnya aktivitas
c. Retardasi mental
d. Konstipasi
e. Gangguan pendengaran

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Cerebral Palsy


a. Riwayat dan gabaran klinik
b. Pemeriksaan refleks
c. EEG
d. CT Scan
e. Pemeriksaan Elektronik

2.7 Penatalaksanaan
a. Terapi fisik
 Brances (alat penyokong)
 Splint (pembalutan)
 Casting (pemasangan gibs)
b. Alat-alat; kursi roda atau yang lainnya
c. Terapi kerja; menulis, makan, minum, dll
d. Terpai bicara
e. Pendidikan khusus
f. Terpai medik; spastic, nyeri sekunder kondisi bladde

Pathway Cerebral Palsy

5
Cerebral
Palsy

Secsio
Malformasi Ceasare
Konginetal Asfiksia
Diplegia, Konginetal
Nyeri Akut Pusat
Hambatan himeplegia, Pernafasan Cedera Otak
Komunikasi
Muntah, kelumpuhan, Terganggu
Verbal
Nyeri kepala sapsfietas, Subarachnoid,
tetraplegia Anoksia Subdural
Nutrisi kurang Hematom
dari kebutuhan
tubuh Gangguan mata,
pendengaran
Ketidak teraturan Pola nafas
perilaku bayi tidak efektif Gangguan
persepsi
sensori

2.8 Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy


a. Pengkajian
1. Identifikasi anak yang mempunyai risiko
2. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi
yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
3. Monitor respon untuk bermain
4. Kaji fungsi intelektual anak
b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan
kejang
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuscular dan
kesukaran dalam artikulasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran
menelan dan meningkatnya aktivitas
4. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot-otot
c. Intervensi
1. Resiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol
dan kejang
Tujuan : Meningkatkan kebutuhan keamanan dan kebutuhan injury

Intervensi :

- Hindari anak dari benda benda yang membahayakan; misalnya dapat


terjatuh
- Perhatikan anak anak saat beraktivitas

6
- Beri istirahat bila anak lelah
- Gunakan alat pengaman bila diperlukan
- Bila ada kejang; pasang alat pengaman dimulut agar lidah tidak tergigit
- Lakukan suction
- Beriankan anti kejang bila terjadi kejang

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuscular dan


kesukaran dalam artikulasi
Tujuan : Meningkatkan komunikasi
Intervensi :
- Kaji respon dalam berkomunikasi
- Gunakan kartu/gambar-gambar/papan tulis untuk mefasilitasi
komunikasi
- Libtakan keluarga dalam melatih anak berkomunikasi
- Rujuk ke ahli terapi bicara
- Ajarkan dan kaji makna non verbal
- Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran


menelan dan meningkatnya aktivitas

Tujuan : Meningkatkan kebutuhan status nutrisi

Intervensi :

- Kaji pola makan anak


- Timbang berat badan setiap hari
- Berikan nutrisi yang adekuat dan makanan yang disukai, banyak
mengandung protein, mineral dan vitamin
- Berikan makanan ekstra yang mngandung banyak kalori kemampuanya
- Bantu selama anak memenuhi kebutuhan; makan dan minum

4. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular


Tujuan : Mencegah terjadinya aspirasi
Intervensi :
- Lakukan suction segera bila ada secret
- Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan minum
- Kaji pola pernafasan

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot-otot

7
Tujuan : Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik
Intervensi :
- Kaji pergerakan sendi sendi dan tonus otot
- Lakukan terapi fisik
- Lakukan reposisi setiap 2 jam
- Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis, membaca
dan aktivitas
- Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan
- Ajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan, dll
- Ajarkan bagaimana cara menggapai benda
- Ajarkan untuk menggerakkan anggota tubuh
- Ajarkan ROM (Range Of Motion) yang sesuai
- Berikan periode istirahat

d. Implementasi
1. Resiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol
dan kejang
- Menghindarkan anak dari benda benda yang membahayakan; misalnya
dapat terjatuh
- Memerhatikan anak anak saat beraktivitas
- Memberi istirahat bila anak lelah
- Menggunakan alat pengaman bila diperlukan
- Bila ada kejang; memasang alat pengaman dimulut agar lidah tidak
tergigit
- Melakukan suction
- Meemberikan anti kejang bila terjadi kejang
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuscular dan
kesukaran dalam artikulasi

- Mengkaji respon dalam berkomunikasi


- Mengunakan kartu/gambar-gambar/papan tulis untuk mefasilitasi
komunikasi
- Mebtakan keluarga dalam melatih anak berkomunikasi
- Merujukan anak ke ahli terapi bicara
- Mengajarkan dan kaji makna non verbal
- Melatih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran


menelan dan meningkatnya aktivitas

- Mengkaji pola makan anak


- Menimbang berat badan anak setiap hari
- Memberikan nutrisi yang adekuat dan makanan yang disukai, banyak
mengandung protein, mineral dan vitamin

8
- Membrikan makanan ekstra yang mngandung banyak kalori
kemampuanya
- Membantu selama anak memenuhi kebutuhan; makan dan minum

4. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular


- Melakukan suction segera bila ada secret
- Memberikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan
minum
- Mengkaji pola pernafasan

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot-otot


- Mengkaji pergerakan sendi sendi dan tonus otot
- Melakukan terapi fisik
- Melakukan reposisi setiap 2 jam
- Melakukan evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis,
membaca dan aktivitas
- Mengajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan
- Mengajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan, dll
- Mengajarkan bagaimana cara menggapai benda
- Mengajarkan untuk menggerakkan anggota tubuh
- Mengajarkan ROM (Range Of Motion) yang sesuai
- Memberikan periode istirahat
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Cerebral palsy adalah suatu gangguan perkembangan permanen
gerakan ditubuh yang menyebabkan keterbatasan aktifitas, yang terjadi di otak janin
atau bayi yangberkembang. Kerusakan pada sistim motor dapat terjadi sebelum lahir,
dalam kandungan, dan setelah lahir. Tanda dan gejalanya yang timbul adalah
gangguan perkembangan baik motor kasar maupun halus,berbicara,mental,kejang,
gangguan menelan,tidak normalnya bentuk otot.Tindakan keperawatan yang dapat di
lakukan adalah mengobservasi dengan cermat bayi-bayi baru lahir yang beresiko.
Baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya. Jika
dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera
memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak
walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepad
orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa
konsultasi ke dokter.

3.2 Saran

9
Dari kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu:
1. Untuk klien yang menderita penyakitcerebral palsy, agar membatasi diri
dalam beraktifitas sehingga tidak memperbesar beban kerja jantung.

DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus dan Roberts, Ian. 1992. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: Kedokteran EGC.

Kurniawati, AA. 2014. Kasus Cerebral Palsy. http://eprints.ums.ac.id/30943/2/BAB_I.pdf

Suriadi dan Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Sagung
Seto.

Wibowo, AR. 2016. Bahan Ajar Cerebral Palsy. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-


content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-_-Cerebral-Palsy.pdf

Whaley, Luccille dan Wong, Donna L. 1979. Nusing Care of Infants an ;Children.
London: The

10

Vous aimerez peut-être aussi