Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbale balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energy menuju kepada
struktur biotic tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Matahari sebagai sumber dari semua energy yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagi suatu sistem.

Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana


dan monokultur berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan vegetasinya. Selain itu
ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami, akan tetapi sudah berubah
sehingga akan sangat rentan terjadi ledakan suatu populasi di daerah tersebut. Hal inilah yang
menjadikan daerah pertanian dan perkebunan sering terjadi serangan hama. Oleh karena itu
ledakan hama merupakan ciri setiap pertanian monokultur (Untung dalam Amril, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan ekosistem dan ekosistem sawah.
2) Apa saja komponen yang terdapat dalam ekosistem sawah.
3) Apa saja manfaat sawah dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mengapa mikroorganisme dan ekosistem sangat bergantung satu sama lain.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari ekosistem dan ekosistem sawah.
2. Untuk mengidentifikasi apa saja komponen yang ada dalam ekosistem sawah.
3. Untuk mengetahui apa saja manfaat sawah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Untuk mengetahui bahwa suatu mikroorganisme dan ekosistem sangat bergantung
satu sama lain.

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Ekosistem

Menurut UU Lingkungan Hidup Tahun 1997, ekosistem merupakan tatanan kesatuan


secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Unsur-unsur lingkungan hidup, baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup
maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang
masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling
berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-
pisahkan.
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks didalamnya terdapat habitat,
tumbuhan dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga
semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi (Woodbury dalam
Indriyanto, 2008). Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara mahkluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, dalam Indriyanto
2008). Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat
berlangsungnya sistem pemprosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-
komponen ekosistem dalam waktu tertentu (Elfis, 2010).
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian
ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya mikroorganisme,
bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga
keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa
kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain
dalam tata surya.

2
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh
tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada
dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan
hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun
memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian,
panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut
terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain,
manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,
mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.

2.2 Ekosistem Sawah


Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan.
Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan
merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan
dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk (Rustiadi, 2007).
Sawah adalah suatu ekosistem buatan dan suatu jenis habitat khusus yang mengalami
kondisi kering dan basah tergantung pada ketersediaan air. Karakteristik ekosistem
sawah ditentukan oleh penggenangan, tanaman padi, dan budi dayanya. Sawah tergenang
biasanya merupakan lingkungan air sementara yang dipengaruhi oleh
keanekaragaman sinar matahari, suhu, pH, kon-sentrasi O2, dan status hara (Watanabe
dalam Litbang Deptan 2010).
Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana
dan monokultur berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan vegetasinya. Selain itu
ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami, akan tetapi sudah berubah
sehingga akan sangat rentan terjadi ledakan suatu populasi di daerah tersebut. Hal inilah
yang menjadikan daerah pertanian dan perkebunan sering terjadi serangan hama. Oleh
karena itu ledakan hama merupakan ciri setiap pertanian monokultur (Untung dalam Amril,
2012).

3
Sawah termasuk dalam ekosistem buatan karena sengaja dibuat manusia untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Manusia menanam berbagai jenis tanaman di ekosistem sawah. Diantara
tanaman yang sering ditanam adalah padi dan kacang- kacangan. Tanaman lain yang ikut
tumbuh di ekosistem sawah adalah rerumputan yang sebenarnya menjadi gulma bagi
tanaman. selain tanaman, terdapat pula hewan- hewan yang mendiami ekosistem sawah
seperti ulat, serangga dan burung.

2.3 Ciri-ciri Ekosistem Sawah


Ekosistem sawah sebagai salah satu ekosistem buatan manusia yang dibuat pada lahan
permukaan tanah. Ekosistem sawah dapat menjadi sumber utama terjadinya rantai makanan
dari biota makhluk hidup. Sawah menjadi tempat bercocok tanam yang sesuai dengan
kondisi iklim tropis karena menunjang dua musim. Musim hujan dan musim kemarau yang
cocok di masa yang tepat untuk menanam dan masa yang tepat untuk memanen. Struktur
tanah yang tepat juga diperlukan dalam keberlangsungan hidup tanaman.

Adapun ciri-ciri ekosistem sawah antara lain:

1. Terdapat di darat dan biasanya terletak di dataran tinggi.


2. Terdapat biota hidup yang beradaptasi dengan kondisi pegunungan.
3. Berada di tanah dan biasanya didiami oleh ulat.
4. Terjadi proses rantai makanan
5. Proses memanen tergantung pada musim.
6. Dapat terjadi kerusakan oleh senyawa kimia maupun biota makhluk hidup.

2.4 Komponen Ekosistem Sawah

Pada ekosistem sawah terdapat komponen biotik dan abiotik sebagai penyusun kehidupan
dalam ekosistem tersebut. Komponen biotik dan abiotik membentuk suatu interaksi yang
terkait dengan keberlangsungan hidup ekosistem tersebut.

1) KOMPONEN BIOTIK :
1. Tumbuhan Primer
Tumbuhan primer merupakan tumbuhan yang sengaja ditanam dan dirawat oleh
petani agar dapat dipanen di kemudian hari. Tumbuhan primer tersebut dapat
berbeda- beda sesuai dengan jenis sawah dan juga musim tanam. Contoh
tumbuhan primaer yaitu padi, kacang hijau, kacang kedelai dan lain- lain.

4
2. Tumbuhan Sekunder
Tumbuhan sekunder merupakan tumbuhan liar yang ikut tumbuh di sekitar
tumbuhan primer. Pada dasarnya tumbuhan liar ini adalah gulma atau hama
tanaman yang harus dihilangkan karena dapat mengganggu pertumbuhan
tumbuhan primer. Jika tumbuhan ini dibiarkan maka dapat merebut unsur hara di
tanah yang sebenarnya dipersiapkan untuk tumbuhan primer. Contoh tumbuhan
sekunder yaitu rumput dan tumbuhan semak.
3. Hewan
Pada ekosistem sawah terdapat beberapa jenis hewan, baik hewan yang tidak
mengganggu perkembangan tumbuhan primer, maupun hewan yang merugikan.
Hewan yang tidak mengganggu misalnya cacing, ular, ikan, burung hantu dan
elang. Sedangkan beberapa hewan yang merugikan misalnya tikus, burung
pemakan biji- bijian, ulat, serangga dan keong mas.

2) KOMPONEN ABIOTIK :

Komponen abiotik merupakan komponen yang berkebalikan dengan komponen


biotik. Komponen ini terdiri dari sesuatu yang tak hidup dan merupakan bagian dari alam
yang turut mempengaruhi berjalannya siklus energi yang ada di sawah. Komponen
abiotik yang berada di sawah yakni cahaya matahari, air, tanah, dan udara. Masing-
masing komponen tersebut sangat penting bagi keberlangsungan siklus hidup yang ada di
sawah (Heddy, 2004)

A. Tanah
Tanah merupakan komponen abiotik yang paling penting karena sebagai media
tumbuhnya tanaman. Sebelum tanah dimanfaatkan untuk bercocok tanam harus
diolah terlebih dahulu. Misalnya dengan cara dibajak menggunakan mesin traktor
atau dengan tenaga hewan. Yang bertujuan agar jumlah oksigen yang terkandung
di dalam tanah menjadi lebih banyak. Kadar oksigen yang cukup sangat baik
untuk organisme yang membantu menyuburkan tanah.
B. Air
Air sangat dibutuhkan oleh tanaman agar bisa tumbuh dan berkembang dengan
baik. Apabila ketersedian air tidak mencukupi maka sawah akan mengalami
kekeringan dan gagal panen. Akan tetapi, jika jumlah air yang mengairi sawah
terlalu berlebihan maka dapat menyebabkan banjir dan juga gagal panen, sehingga
sistem irigasi atau pengairan harus dibuat sebaik mungkin agar sawah menjadi
produktif.
C. Cahaya Matahari
Cahaya matahari dibutuhkan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis.
Fotosintesis akan menghasilkan glukosa yang digunakan untuk tumbuh dan
sebagian besarnya disimpan dalam salah satu bagian tubuhnya. Bagian tumbuhan
yang mengandung glukosa itulah yang nantinya dapat dipanen oleh manusia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang saya dapatkan bahwa paparan cahaya
matahari dalam ekosistem sawah di peroleh sekitar 90,4 Lux.

5
D. Suhu dan pH
Suhu berpengaruh pada kelarutan oksigen, rata-rata suhu air dan suhu lingkungan
maksimal hasilnya sama yaitu minimal 20oC. Hasil pemeriksaan yang saya
dapatkan yaitu sekitar 32oC. dan pH merupakan suatu tingkat derajat keasaman.
Kadar pH yang normal untuk oksigen bagi suatu biota adalah 7. Dan hasil
pemeriksaan yang saya dapatkan adalah 7 berarti keadaan tanah sawah masih bisa
di katakana netral (berdasarkan pH stick untuk pemeriksaan tanah).

2.5 Manfaat Ekosistem Sawah

1. Dapat Memproduksi Beras


Sawah memproduksi beras yang dapat dikonsumsi oleh semua masyarakat.
Meskipun di Indonesia, masih banyak beras-beras import, namun tak dapat
dipungkiri bahwa beras importpun berasal dari sawah. Jadi, dengan adanya sawah
maka produksi beras akan semakin menjamin kebutuhan masyarakat sekitar.
2. Menciptakan Lapangan Kerja.
3. Sebagai Sumber Penghasilan Petani.
Sawah di kelolah sebagai lahan pertanian dan petani juga mendapatkan pekerjaan
serta penghasilan setiap melakukan penanaman padi. Contoh : jika padi yang
ditanam petani berhasil panen, maka para petani menjual hasil panennya dan
mendapatkan uang lalu uang tersebut akan digunakan dalam kebutuhan keseharian
mereka.
4. Untuk Mempertahankan Sirkulasi Air
Dengan adanya sawah maka kebutuhan air akan berpengaruh pada produksi
sawah. Parit-parit akan hidup dan pasokan air akan terus ada.
5. Menciptakan Lingkungan Yang Nyaman Dan Sejuk
Jika kita berkunjung ke pedesaan yang masih banyak terdapat sawah, kita akan
melihat kesejukan dari sawah tersebut dan sejenak menghilangkan rasa penat
hidup di perkotaan.

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi

1. Substrat

Substrat permukaan dimana sebuah organisme hidup. Substrat dapat meliputi


material biotik dan abiotik dan hewan. Hasil sampel air sawah kami dapatkan
substrat endapan lumpur dan plankton.

6
Berikut merupakan Substrat yang terdapat pada ekosistem air sawah

bertempat di sawah Desa Siwalanpanji , Buduran , Sidoarjo .

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Prosedur Praktikum

Tanggal/Hari : Rabu/ 13 Maret 2019

Waktu : 12.30 WIB

Lokasi : Desa Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo

a. ALAT
 Botol bekas 2
 Pemberat Batu
 Tali Rafia
 Anemometer
 Lux Meter
 Thermometer

b. BAHAN
 pH stick
 Kertas untuk mencatat
 Alat Tulis

c. PROSEDUR PRAKTIK :

1. Mengukur Kecepatan Angin:


 Siapkan alat anemometer yang akan digunakan.
 Tentukan arah angin terlebih dahulu dengan melihat gerakan daun/rumput yang
bergerak karena angin.
 Paparkan anemometer dengan berlawanan arah angin.
 Paparkan selama 15 menit dan catat hasil kecepatan angin setiap baling-baling
pada anemometer mau berhenti.

8
 Perhitungan :

Kecepatan angin tertinggi − kecepatan angin terendah 1,21


= = 0,8 m/s
2 0,41

2. Mengukur Pencahayaan :
 Siapkan Alat Lux Meter yang akan digunakan
 Tentukan titik lokasi sawah yang berhadapan dengan sumber cahaya.
 Hidupkan Lux meter dan atur saklar pada skala angka yang lebih kecil yaitu 10 X.
 Letakkan Lux Meter pada titik lokasi sawah yang berhadapan dengan sumber
cahaya.
 Hadapkan Cell Lux Meter kearah sumber cahaya.
 Baca dan catat hasil intensitas cahaya tersebut selama 5 menit. Dibaca setiap 1
menit.

 Perhitungan :

Data 1 + data 2 + data 3 + data 4 + data 5 74 + 86 + 91 + 96 + 105 452


= =
5 5 5
= 90,4 Lux Meter

3. Mengukur pH Tanah Sawah :


 Siapkan botol bekas yang dipotong menjadi 2.
 Ambil bagian belakang botol bekas yang sudah dipotong menjadi 2 bagian dan
beri pemberat berupa batu di dalam botol tersebut.
 Setelah itu lubangi sisi kanan dan kiri pada botol tersebut dengan gunting dan ikat
dengan menggunakan tali rafia.
 Ayunkan botol tersebut dan jatuhkan tepat pada lahan sawah dan ambil air sawah
serta substrat/tanah pada sawah tersebut.
 Siapkan pH stick dan ukur pH tanah sawah tersebut
 Kipas-kipaskan pH stick selama 1 menit dan cocokkan warna pada pH stick
dengan gambar tertera pada wadah pH stick.

 Pada pemeriksaan yang saya lakukan di peroleh pH tanah masih dalam keadaan netral
yaitu 7,5

9
4. Mengukur Suhu Sekitar Sawah :
 Siapkan Thermometer kering yang akan digunakan
 Gantungkan Thermometer disekitar lahan persawahan
 Baca hasil suhu pada Thermometer tersebut

 Pada Praktik di lapangan yang saya lakukan di peroleh data bahwa suhu pada sekitar
sawah berkisar 32oC.

3.2 Hasil Praktikum

Berdasarkan hasil praktikum yang saya lakukan bahwa sawah yang berada di Desa
Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo pH pada tanah sawah berkisar 7,5 , pencahayaan berkisar
90,4 Lux, kecepatan angin berkisar 0,08 m/s, serta suhu disekitar sawah adalah 32oC.

Ekosistem pada sawah juga masih sangat lengkap yaitu meliputi : capung-capung yang
beterbangan di sekitar sawah, adanya tanaman padi, adanya rerumputan liar disekitar sawah,
dan ikan-ikan kecil yang hidup di air sawah. Hal ini ditunjukkan adanya interaksi antara
makhluk hidup dan lingkungannya yang berada pada satu ekosistem sawah.

10
BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Ekosistem sawah sebagai salah satu ekosistem buatan manusia yang dibuat pada lahan
permukaan tanah. Ekosistem sawah dapat menjadi sumber utama terjadinya rantai makanan
dari biota makhluk hidup. Ekosistem sawah juga mempunyai 2 komponen yaitu komponen
biotic dan abiotik. Komponen biotic meliputi : tumbuhan sekunder (padi), tumbuhan
sekunder (rumpu ilalang), dan hewan (ikan, capung, belalang). Sedangkan komponen abiotik
meliputi: tanah, air, cahaya matahari, suhu dan pH. Selain itu ada juga faktor yang
memepengaruhi yaitu adanya substrat pada ekosistem sawah.

Dan hasil praktikum yang saya dapatkan bahwa pH tanah masih dikatakan dalam keadaan
netral yaitu berkisar 6,5-8,0, pencahayaan berkisar 90,4 Lux, suhu berkisar 32oC dan
kecepatan angin 0.08 m/s. selain itu ekosistem pada persawahan masih dikatakan lengkap
baik dari segi komponen biotic dan abiotiknya. Tetapi saat saya melakukan praktikum
lapangan masih ditemukan adanya beberapa sampah yang mengapung di sekitaran sisi kanan
dan kiri lahan sawah.

4.2 Saran
Sebaiknya masyarakat sekitar menjaga kebersihan pada lahan persawahan dengan baik
sehingga biota pada ekosistem sawah semakin terjalin secara baik dari segi komponen biotic
dan abiotik. Dan rantai makanan pada ekosistem masih terjaga dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Elfis. 2010. Ekologi Komunitas. Jurnal. (online):


Https://www.similarsites.com/Goto/Elfisiur.wordpress.html. (diakses pada 09 Maret 2010).

Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.Lembaran Negara RI Tahun 1997, No. 3699. Presiden Negara. Jakarta.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.(online):


https://biologirendy /2016/04/makalah-ekosistem-sawah-dan-tegalan.html (diakses pada tanggal
10 Februari 2019).

Rustiadi, dkk, 2007. Perencaan dan Pengembangan Wilayah. Institut Pertanian:


Bogor.Jurnal(online):https://ilmugeografi.com/biogeografi/contoh-ekosistem-sawah(diakses
pada tanggal 10 Februari 2019).

12
LAMPIRAN

13
14

Vous aimerez peut-être aussi