Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Nama : Huriya
NPM : 1606905336
Fakultas / Departemen : Teknik / Teknik Kimia
Kelompok : 06
II. Peralatan
Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur
suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat
besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu
benda(zat) bergantung pada 3 faktor
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :
𝑄 = 𝑚 𝑐 (𝑡2 − 𝑡1 )
Dimana :
Q = kalor yang dibutuhkan (J) (t2-t1) = perubahan suhu (C)
m = massa benda (kg) c = kalor jenis (J/kgC)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas
kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan
untuk. menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
𝑄
𝐻=
(𝑡2 − 𝑡1 )
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah
kalorimeter.
𝑄
𝑐=
𝑚 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝐻=𝑚𝑐
Energi listrik
Energi listrik adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha listrik
(kemampuan yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik yang
lain). Energi listrik dilambangkan dengan W.
Sedangkan perumusan yang digunakan untuk menentukan besar energi listrik adalah :
𝑊=𝑄𝑉
keterangan :
W = Energi listrik ( Joule)
Q = Muatan listrik ( Coulomb)
V = Beda potensial ( Volt )
W = (I.t).V
W = V.I.t
Apabila persamaan tersebut dihubungkan dengan hukum Ohm ( V = I.R) maka diperoleh
perumusan
W = I.R.I.t
Satuan energi listrik lain yang sering digunakan adalah kalori, dimana 1 kalori sama
dengan 0,24 Joule selain itu juga menggunakan satuan kWh (kilowatt jam).
Dimana
W = energi listrik ( joule )
v = Tegangan listrik ( volt )
i = Arus listrik ( Ampere )
t = waktu / lama aliran listrik ( sekon )
Energi kalor yang dihasilkan oleh kawat konduktor dinyatakan dalam untuk kenaikan
temperatur. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu zat dinyatakan dengan
persamaan :
𝑉. 𝐼
(𝑇𝑎 − 𝑇) = .𝑡
𝑚. 𝑐
Di mana I = kuat arus listrik (A)
R = Hambatan (ohm)
t = waktu yang dibutuhkan (sekon)
m = massa (kg)
c = kalor jenis (J/ kg C)
Ta = suhu mula - mula (C)
T = suhu akhir (C)
Sebuah kawat dililitkan pada sebuah sensor temperatur. Kawat tersebut akan dialiri
arus listrik sehingga mendisipasikan energi kalor. Perubahan temperatur yang terjadi
akan diamati oleh sensor kemudian dicatat oleh sistem instrumentasi. Tegangan yang
diberikan ke kawat dapat dirubah sehingga perbuahan temperatur dapat bervariasi
sesuai dengan tegangan yang diberikan.
Percobaan kali ini adalah percobaan R-Lab. Oleh karena itu, percobaan dilakukan
secara online dengan bantuan perangkat percobaan elektronik yang terdapat di
laboratorium percobaan KR01 Departemen Fisika Fakultas MIPA Universitas
Indonesia. Prosedur percobaan untuk percobaan disipasi kalor hotwire adalah sebagai
berikut:
1. Mengaktifkan Web cam ! (klik icon video pada halaman web r-Lab).
2. Memberikan tegangan sebesar V0 ke kawat konduktor.
3. Menghidupkan Power Supply dengan meng’klik’ radio button
disebelahnya.
4. Mengambil data perubahan temperatur, tegangan, dan arus listrik pada
kawat konduktor tiap 1 detik selama 10 detik dengan cara meng’klik’ icon
’ukur’.
5. Memperhatikan temperatur kawat yang terlihat di web cam, lalu
menunggunya hingga mendekati temperatur awal saat diberikan V0 .
6. Mengulangi langkah 2 hingga 5 untuk tegangan V1, V2 dan V3.
V. Hasil dan Evaluasi
A. Pengolahan Data
Tabel 1
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 0 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 23.84 0 19.9 0
2 6 23.84 0 19.9 0
3 9 23.84 0 19.9 0
4 12 23.84 0 19.9 0
5 15 23.84 0 20.00 0.1
6 18 23.84 0 20.00 0.1
7 21 23.84 0 20.00 0.1
8 24 23.84 0 20.00 0.1
9 27 23.84 0 20.00 0.1
10 30 23.84 0 20.00 0.1
Tabel 2
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 0,65 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 35.02 0.65 20.2 -0.3
2 6 35.02 0.65 20.3 -0.2
3 9 35.02 0.65 20.4 0
4 12 35.02 0.65 20.6 0.2
5 15 35.02 0.65 20.8 0.3
6 18 35.02 0.65 21.0 0.5
7 21 35.02 0.65 21.1 0.7
8 24 35.02 0.65 21.3 0.8
9 27 35.02 0.65 21.4 0.8
10 30 35.02 0.65 21.5 1
Tabel 3
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 1.05 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 41.86 1.05 23.9 -0.2
2 6 41.86 1.05 23.9 0
3 9 41.86 1.05 24.1 0.5
4 12 41.86 1.05 24.4 0.9
5 15 41.86 1.05 24.7 1.4
6 18 41.86 1.05 24.9 1.8
7 21 41.86 1.05 25.0 2.2
8 24 41.86 1.06 25.3 2.5
9 27 41.86 1.05 25.4 2.8
10 30 41.86 1.05 25.6 3.1
Tabel 4
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 1.57 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 50.65 1.56 21.0 0
2 6 50.65 1.56 21.4 0.4
3 9 50.65 1.57 22.3 1.4
4 12 50.65 1.57 23.3 2.5
5 15 50.65 1.57 24.2 3.5
6 18 50.65 1.56 25.0 4.5
7 21 50.65 1.57 25.8 5.3
8 24 50.65 1.57 26.5 6
9 27 50.65 1.56 27.1 6.7
10 30 50.53 1.57 27.7 7.3
Untuk mendapatkan nilai c (kalor jenis dari kawat), kita harus mengetahui
nilai b, nilai b dapat didapat dari persamaan berikut :
𝑛 Σ 𝑥𝑖 𝑦𝑖− (Σ𝑥𝑖)(Σ𝑦𝑖)
𝑏= 𝑛Σ𝑥𝑖 2 − (𝑥𝑖)2
Tabel 5
Tabel pengolahan data pada tegangan 0 V
n xi [waktu Yi [ΔT xi2 yi2 xi.yi
(s)] (oC)]
1 3 0 9 0 0
2 6 0 36 0 0
3 9 0 81 0 0
4 12 0 144 0 0
5 15 -1 225 1 -15
6 18 -1 324 1 -18
7 21 -1 441 1 -21
8 24 -1 576 1 -24
9 27 -2 729 4 -54
10 30 -2 900 4 -60
Σ 165 -8 3465 12 -192
Dengan memasukkan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan akan didapat nilai
berikut:
b = -0,0808; a = 0,533; dan δb = 0,01125. Maka:
𝑦 = 𝑏𝑥 ± 𝑎
𝑦 = −0,0808 𝑥 + 0,533
Δ𝑇 = −0,0808 𝑡 + 0,533
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukkan
hubungan antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut:
Gambar 1
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 0 volt
0.5
0
0 10 20 30 40
-0.5
ΔT (oC)
-1 ΔT (oC)
Linear (ΔT (oC))
-1.5
y = -0.0808x + 0.5333
-2
-2.5
Waktu (s)
Dengan memasukan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan (10), (11), (12),
dan (13), akan didapat nilai berikut:
b = 0,0493; a = -0,433; dan δb = 0,0023. Maka:
𝑦 = 𝑏𝑥 ± 𝑎
𝑦 = 0,0493 𝑥 − 0,433
Δ𝑇 = 0,0493 𝑡 − 0,433
Gambar 2
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 0,65 volt
1.2
1 y = 0.0493x - 0.4333
0.8
0.6
ΔT (oC)
0.4 ΔT (oC)
Linear (ΔT (oC))
0.2
0
0 10 20 30 40
-0.2
-0.4
Waktu (s)
Tabel 7
Tabel pengolahan data pada tegangan 1,05 V
n xi [waktu Yi [ΔT xi2 yi2 xi.yi
(s)] (oC)]
1 3 -0.2 9 0.04 -0.6
2 6 0 36 0 0
3 9 0.5 81 0.25 4.5
4 12 0.9 144 0.81 10.8
5 15 1.4 225 1.96 21
6 18 1.8 324 3.24 32.4
7 21 2.2 441 4.84 46.2
8 24 2.5 576 6.25 60
9 27 2.8 729 7.84 75.6
10 30 3.1 900 9.61 93
Σ 165 15 3465 34.84 342.9
Dengan memasukan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan (10), (11), (12),
dan (13), akan didapat nilai berikut:
b = 0,1284; a = -0,62; dan δb = 0,0037. Maka:
𝑦 =𝑏𝑥 ±𝑎
𝑦 = 0,1284 𝑥 − 0,62
Δ𝑇 = 0,1284 𝑡 − 0,62
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang mnunjukan
hubungan antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut:
Gambar 3
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 1,14 volt
3.5
3 y = 0.1285x - 0.62
2.5
2
ΔT (oC)
1.5 ΔT (oC)
1 Linear (ΔT (oC))
0.5
0
-0.5 0 10 20 30 40
Waktu (s)
Perhitungan pada Tegangan 1,70 V
Untuk mempermudah perhitungan, data-data pada saat tegangan 1,70 V disusun
pada tabel berikut:
Tabel 8
Tabel pengolahan data pada tegangan 1,57V
n xi [waktu Yi [ΔT xi2 yi2 xi.yi
(s)] (oC)]
1 3 0 9 0 0
2 6 0.4 36 0.16 2.4
3 9 1.4 81 1.96 12.6
4 12 2.5 144 6.25 30
5 15 3.5 225 12.25 52.5
6 18 4.5 324 20.25 81
7 21 5.3 441 28.09 111.3
8 24 6 576 36 144
9 27 6.7 729 44.89 180.9
10 30 7.3 900 53.29 219
Σ 165 37.6 3465 203.14 833.7
Dengan memasukan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan (10), (11), (12),
dan (13), akan didapat nilai berikut:
Gambar 4
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 1,70 volt
9
8
y = 0.2873x - 0.98
7
6
5
ΔT (oC)
4 ΔT (oC)
3 Linear (ΔT (oC))
2
1
0
-1 0 10 20 30 40
Waktu (s)
𝑄=𝑊
𝑚. 𝑐. ∆𝑇 = 𝑉. 𝑖. 𝑡
𝑉. 𝑖
∆𝑇 = .𝑡
𝑚. 𝑐
𝑦 = 𝑏𝑥 ± 𝑎
maka:
𝑉. 𝑖 𝑉. 𝑖
𝑏= =
𝑚. 𝑐 𝐻
𝑦 = 0,0493 𝑥 − 0,433
dengan m = 2 g dan i = 35,93 mA (rata-rata dari i pada data yang didapat).
Jadi, kita dapat mencari besarnya kapasitas kalor dengan:
𝑉. 𝑖
𝐻=
𝑏
0,65 𝑉. 35,93 𝑥 10−3 𝐴 0,0255103 𝐽
𝐻= = = 0,51745 ⁄𝑜𝐶
0,0493 0,0493
Kalor Jenis (c) dapat dicari menggunakan:
𝐻 0,51745 𝐽
𝑐= = = 0,258 ⁄𝑔 𝑜𝐶
𝑚 2
𝐽
c = 0,258 ⁄𝑔 𝑜𝐶
2. V = 1.05 volt
𝐽
H = 0,3830 ⁄𝑜𝐶
𝐽
c = 0,1915 ⁄𝑔 𝑜𝐶
3. V = 1.57 volt
𝐽
H = 0,3118 ⁄𝑜𝐶
𝐽
c = 0,1559 ⁄𝑔 𝑜𝐶
0,2018 − 0,233
| | 𝑥 100% = 13,34 %
0.233
B. Analisis
1. Analisis Percobaan
Data utama yang didapatkan adalah kenaikan suhu terhadap rentrang waktu
tiga sampai tiga puluh sekon. Tegangan yang divariasikan ada empat, sehingga
ada 40 data yang didapatkan secara total, masing-masing untuk 0 volt, 0.65 volt,
1.57 volt, dan 1.05 volt. Pengolahan data selanjutnya menggunakan metode
least square atau regresi linear dengan memplot waktu pada sumbu x dan suhu
pada sumbu y, sehingga didaptkan nilai gradien (b) yang merepresentasikan nilai
tegangan dikali arus per kapasitas kalor, maka dapat dicari nilai kapasitas kalor
kawat konduktor. Dengan membaginya dengan massa kawat konduktor, kalor
jenis kawat juga dapat diketahui dan diprediksi jenis kawat konduktor yang
digunakan. Dalam percobaan ini, praktikan hanya membuat tabel least square
dan melakukan perhitungaan untuk 3 variasi tegangan yaitu 0.65 volt, 1.57 volt,
dan 1.06 volt. Untuk nilai tegangan 0 volt, tidak dibuat tabel least squarenya
karena dalam perhitungan bila memasukkan nilai 0 volt, akan didapatkan hasil
akhir 0 pula sehingga tidak akan berguna untuk menentukan nilai kapasitas
kalor.
3. Analisis Hasil
Perhitungan data bertujuan untuk mengetahui kapasitas kalor kawat
konduktor serta menentukan jenis kawat yang digunakan. Untuk tegangan 0 volt,
tidak dibuat tabel least squarenya karena dalam perhitungan bila memasukkan
nilai 0 volt, akan didapatkan hasil akhir 0 pula sehingga tidak akan berguna
untuk menentukan nilai kapasitas kalor. Suhu menunjukkan niali konstan pada
19.9 °C hingga 20.0 °C dan begitu pula arus konstan di 23.84 A
Untuk tegangan 0.65 v, terjadi dampak perubahan yang terjadi pada suhu
yang mengalami kenaikan dari awalnya 20.2 °C hingga mencapai 21.5 °C.
Namun kenaikan suhu pada tegangan 0,65 tidaklah sedrastis perubahan suhu
pada tegangan 1.57. Hasil yang didapatkan setelah pengolahan data yaitu didapat
nilai kapasitas kalor sebesar 0,258 J/g°.
Untuk tegangan 1.57 v, terjadi dampak perubahan yang terjadi pada suhu
yang mengalami kenaikan dari awalnya 21.0 °C hingga mencapai 27.7 °C.
Kenaikan suhu pada tegangan ini lebih drastis dibandingkan perubahan suhu
pada tegangan 1.57. Selain itu amperemeter juga menunjukkan angka yang
berubah nilainya yaitu pada 50.65 A dan 50.53 A sehingga dalam perhitungan
digunakan rata-rata dari kedua nilai ini yaitu 50.683 A. Hasil yang didapatkan
setelah pengolahan data yaitu didapat nilai kapasitas kalor sebesar 0,1559 J/ °C.
Sedangkan untuk tegangan 1.05 v, terjadi penyimpangan yang cukup unik,
dimana suhu justru turun untuk setiap pertambahan 3 detik. Penurunan suhu
dimuali dari suhu awal 23.9 °C hingga mencapai 25.6 °C. Nilai gradien dalam
perhitungan bernilai minus sehingga dalam perhitungan kapasitas kalor, nilai ini
dimutlakkan karena secara literarut tidak ada kapasitas kalor yng bernilai minus.
Hasil yang didapatkan setelah pengolahan data yaitu didapat nilai kapasitas kalor
sebesar 0,1915 J/ °C.
4. Analisis Grafik
5. Analisis Kesalahan
VI. Kesimpulan
1. Kapasitas kalor suatu kawat bisa dicari dengan suatu kerja kalor yaitu pengkonversian
energi tegangan ke temperatur.
2. Kapasitas kalor rata-rata yang diperoleh dari percobaan sebesar 0,4041 J/ °C.
3. Kalor jenis rata-rata yang diperoleh dari percobaan sebesar 0,2018 J/ °C.
4. Energi listrik dapat dikonversikan menjadi energi kalor
5. Semakin besar tegangan temperatur yang dihasilkan semakin besar
6. Semakin besar perubahan waktu, semakin besar temperatur yang dihasikan.
VII. Referensi
Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engeeners, Third Edition, Prentice Hall, NJ,
2000.