Vous êtes sur la page 1sur 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KERJA KALOR (Calori Work)

Nama : Huriya
NPM : 1606905336
Fakultas / Departemen : Teknik / Teknik Kimia
Kelompok : 06

Kode Praktikum : KR02


Tanggal Praktikum : 08 April 2017

Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Dasar


(UPP-IPD)
Universitas Indonesia
Depok
2017
I. Tujuan Praktikum

Menghitung nilai kapasitas kalor suatu kawat konduktor.

II. Peralatan

1. Sumber tegangan yang dapat divariasikan


2. Kawat konduktor ( bermassa 2 gr )
3. Termometer
4. Voltmeter dan Ampmeter
5. Adjustable power supply
6. Camcorder
7. Unit PC beserta DAQ dan perangkat pengendali otomatis

III. Landasan Teori

Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur
suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat
besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu
benda(zat) bergantung pada 3 faktor
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :

𝑄 = 𝑚 𝑐 (𝑡2 − 𝑡1 )

Dimana :
Q = kalor yang dibutuhkan (J) (t2-t1) = perubahan suhu (C)
m = massa benda (kg) c = kalor jenis (J/kgC)

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis :


 Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
 Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan
dalam kalor laten ada dua macam
𝑄 = 𝑚 𝑈 dan 𝑄 = 𝑚 𝐿

Dengan U = kalor uap (J/kg) dan L = kalor lebur (J/kg)

Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas
kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan
untuk. menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.

𝑄
𝐻=
(𝑡2 − 𝑡1 )

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah
kalorimeter.

𝑄
𝑐=
𝑚 (𝑡2 − 𝑡1 )

Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru

𝐻=𝑚𝑐

Energi listrik
Energi listrik adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha listrik
(kemampuan yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik yang
lain). Energi listrik dilambangkan dengan W.
Sedangkan perumusan yang digunakan untuk menentukan besar energi listrik adalah :
𝑊=𝑄𝑉

keterangan :
W = Energi listrik ( Joule)
Q = Muatan listrik ( Coulomb)
V = Beda potensial ( Volt )

Karena I = Q/t maka diperoleh perumusan

W = (I.t).V
W = V.I.t

Apabila persamaan tersebut dihubungkan dengan hukum Ohm ( V = I.R) maka diperoleh
perumusan

W = I.R.I.t

Satuan energi listrik lain yang sering digunakan adalah kalori, dimana 1 kalori sama
dengan 0,24 Joule selain itu juga menggunakan satuan kWh (kilowatt jam).

Hubungan energi listrik dengan kalor


Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.
Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi, energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan.
Energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, maka energi listrik dapat
berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi
energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik
dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kalor
adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll.
Pada percobaan kali ini akan dilakukan pengkonversian energi dari energi listrik menjadi
energi panas. Energi listrik dihasilkan oleh suatu catu daya pada suatu konduktor yang
mempunyai resistansi dinyatakan dengan persamaan :

Dimana
W = energi listrik ( joule )
v = Tegangan listrik ( volt )
i = Arus listrik ( Ampere )
t = waktu / lama aliran listrik ( sekon )

Energi kalor yang dihasilkan oleh kawat konduktor dinyatakan dalam untuk kenaikan
temperatur. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu zat dinyatakan dengan
persamaan :

dimana Q = Jumlah kalor yang diperlukan ( kalori )


m = massa zat ( gram )
c = kalor jenis zat ( kal/gr0C)
Ta = suhu akhir zat (K)
T= suhu mula-mula (K)

Dengan memberlakukan hukum kekekalan energi, maka berlaku persamaan :


𝑊=𝑄
𝑉. 𝐼. 𝑡 = 𝑚. 𝑐. (𝑇𝑎 − 𝑇)

𝑉. 𝐼
(𝑇𝑎 − 𝑇) = .𝑡
𝑚. 𝑐
Di mana I = kuat arus listrik (A)
R = Hambatan (ohm)
t = waktu yang dibutuhkan (sekon)
m = massa (kg)
c = kalor jenis (J/ kg C)
Ta = suhu mula - mula (C)
T = suhu akhir (C)

Sebuah kawat dililitkan pada sebuah sensor temperatur. Kawat tersebut akan dialiri
arus listrik sehingga mendisipasikan energi kalor. Perubahan temperatur yang terjadi
akan diamati oleh sensor kemudian dicatat oleh sistem instrumentasi. Tegangan yang
diberikan ke kawat dapat dirubah sehingga perbuahan temperatur dapat bervariasi
sesuai dengan tegangan yang diberikan.

IV. Langkah Kerja

Percobaan kali ini adalah percobaan R-Lab. Oleh karena itu, percobaan dilakukan
secara online dengan bantuan perangkat percobaan elektronik yang terdapat di
laboratorium percobaan KR01 Departemen Fisika Fakultas MIPA Universitas
Indonesia. Prosedur percobaan untuk percobaan disipasi kalor hotwire adalah sebagai
berikut:
1. Mengaktifkan Web cam ! (klik icon video pada halaman web r-Lab).
2. Memberikan tegangan sebesar V0 ke kawat konduktor.
3. Menghidupkan Power Supply dengan meng’klik’ radio button
disebelahnya.
4. Mengambil data perubahan temperatur, tegangan, dan arus listrik pada
kawat konduktor tiap 1 detik selama 10 detik dengan cara meng’klik’ icon
’ukur’.
5. Memperhatikan temperatur kawat yang terlihat di web cam, lalu
menunggunya hingga mendekati temperatur awal saat diberikan V0 .
6. Mengulangi langkah 2 hingga 5 untuk tegangan V1, V2 dan V3.
V. Hasil dan Evaluasi

A. Pengolahan Data

Percobaan dilakukan pada empat nilai tegangan yang berbeda, yaitu 0 V;


0,65 V; 1,05 V; dan 1,57 V. Pada setiap tegangan, dilakukan sepuluh kali
pengukuran dengan selang waktu setiap pengukukuran tiga detik sehingga
didapatkan total data tiap tegangan adalah sepuluh buah data. Data hasil percobaan
pada setiap tegangan ditunjukan pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4.
Suhu awal yang dimaksud adalah suhu pertama sesaat sebelum percobaan
dimulai, yaitu 19.9oC sehingga setiap perubahan suhu, suhu awalnya suhu tersebut.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan hubungan antara temperatur dan waktu
untuk setiap tegangan yang diberikan ke kawat konduktor.

Tabel 1
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 0 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 23.84 0 19.9 0
2 6 23.84 0 19.9 0
3 9 23.84 0 19.9 0
4 12 23.84 0 19.9 0
5 15 23.84 0 20.00 0.1
6 18 23.84 0 20.00 0.1
7 21 23.84 0 20.00 0.1
8 24 23.84 0 20.00 0.1
9 27 23.84 0 20.00 0.1
10 30 23.84 0 20.00 0.1

Tabel 2
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 0,65 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 35.02 0.65 20.2 -0.3
2 6 35.02 0.65 20.3 -0.2
3 9 35.02 0.65 20.4 0
4 12 35.02 0.65 20.6 0.2
5 15 35.02 0.65 20.8 0.3
6 18 35.02 0.65 21.0 0.5
7 21 35.02 0.65 21.1 0.7
8 24 35.02 0.65 21.3 0.8
9 27 35.02 0.65 21.4 0.8
10 30 35.02 0.65 21.5 1

Tabel 3
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 1.05 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 41.86 1.05 23.9 -0.2
2 6 41.86 1.05 23.9 0
3 9 41.86 1.05 24.1 0.5
4 12 41.86 1.05 24.4 0.9
5 15 41.86 1.05 24.7 1.4
6 18 41.86 1.05 24.9 1.8
7 21 41.86 1.05 25.0 2.2
8 24 41.86 1.06 25.3 2.5
9 27 41.86 1.05 25.4 2.8
10 30 41.86 1.05 25.6 3.1

Tabel 4
Hubungan Antara Temperatur dan Waktu pada saat Tegangan 1.57 V
No Waktu I (mA) V T (oC) ΔT
(s) (Volt) (oC)
1 3 50.65 1.56 21.0 0
2 6 50.65 1.56 21.4 0.4
3 9 50.65 1.57 22.3 1.4
4 12 50.65 1.57 23.3 2.5
5 15 50.65 1.57 24.2 3.5
6 18 50.65 1.56 25.0 4.5
7 21 50.65 1.57 25.8 5.3
8 24 50.65 1.57 26.5 6
9 27 50.65 1.56 27.1 6.7
10 30 50.53 1.57 27.7 7.3
Untuk mendapatkan nilai c (kalor jenis dari kawat), kita harus mengetahui
nilai b, nilai b dapat didapat dari persamaan berikut :
𝑛 Σ 𝑥𝑖 𝑦𝑖− (Σ𝑥𝑖)(Σ𝑦𝑖)
𝑏= 𝑛Σ𝑥𝑖 2 − (𝑥𝑖)2

Σ𝑥𝑖 2 Σyi − (Σ 𝑥𝑖)(Σ𝑦𝑖)


𝑎=
𝑛Σ𝑥𝑖 2 − (𝑥𝑖)2
Dengan kesalahan perhitungan sebesar:
𝑛
𝛿𝑏 = 𝛿𝑦 √𝑛Σ𝑥𝑖 2 − (𝑥𝑖)2

1 Σ𝑥𝑖 2 (Σ𝑦𝑖)2 −2 Σ𝑥𝑖 (Σ𝑥𝑖 𝑦𝑖) Σ𝑦𝑖 +𝑛 (Σ𝑥𝑖 𝑦𝑖)2


𝛿𝑦= √(𝑛−2) [Σ𝑦𝑖 2 − 𝑛Σ𝑥𝑖 2 − (𝑥𝑖)2
]

Perhitungan pada Tegangan 0 V


Untuk mempermudah perhitungan, data-data pada saat tegangan 0V disusun pada
tabel berikut:

Tabel 5
Tabel pengolahan data pada tegangan 0 V
n xi [waktu Yi [ΔT xi2 yi2 xi.yi
(s)] (oC)]
1 3 0 9 0 0
2 6 0 36 0 0
3 9 0 81 0 0
4 12 0 144 0 0
5 15 -1 225 1 -15
6 18 -1 324 1 -18
7 21 -1 441 1 -21
8 24 -1 576 1 -24
9 27 -2 729 4 -54
10 30 -2 900 4 -60
Σ 165 -8 3465 12 -192

Dengan memasukkan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan akan didapat nilai
berikut:
b = -0,0808; a = 0,533; dan δb = 0,01125. Maka:
𝑦 = 𝑏𝑥 ± 𝑎
𝑦 = −0,0808 𝑥 + 0,533
Δ𝑇 = −0,0808 𝑡 + 0,533
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukkan
hubungan antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut:

Gambar 1
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 0 volt

0.5

0
0 10 20 30 40
-0.5
ΔT (oC)

-1 ΔT (oC)
Linear (ΔT (oC))
-1.5
y = -0.0808x + 0.5333
-2

-2.5
Waktu (s)

Perhitungan pada Tegangan 0,65 V


Untuk mempermudah perhitungan, data-data pada saat tegangan 0,65 V disusun
pada tabel berikut:
Tabel 6
Tabel pengolahan data pada tegangan 0,71 V
n xi [waktu Yi [ΔT xi2 yi2 xi.yi
(s)] (oC)]
1 3 -0.3 9 0.09 -0.9
2 6 -0.2 36 0.04 -1.2
3 9 0 81 0 0
4 12 0.2 144 0.04 2.4
5 15 0.3 225 0.09 4.5
6 18 0.5 324 0.25 9
7 21 0.7 441 0.49 14.7
8 24 0.8 576 0.64 19.2
9 27 0.8 729 0.64 21.6
10 30 1 900 1 30
Σ 165 3.8 3465 3.28 99.3

Dengan memasukan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan (10), (11), (12),
dan (13), akan didapat nilai berikut:
b = 0,0493; a = -0,433; dan δb = 0,0023. Maka:
𝑦 = 𝑏𝑥 ± 𝑎
𝑦 = 0,0493 𝑥 − 0,433
Δ𝑇 = 0,0493 𝑡 − 0,433

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang mnunjukan


hubungan antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 0,65 volt

1.2

1 y = 0.0493x - 0.4333

0.8

0.6
ΔT (oC)

0.4 ΔT (oC)
Linear (ΔT (oC))
0.2

0
0 10 20 30 40
-0.2

-0.4
Waktu (s)

Perhitungan pada Tegangan 1,14 V


Untuk mempermudah perhitungan, data-data pada saat tegangan 1,14 V disusun
pada tabel berikut:

Tabel 7
Tabel pengolahan data pada tegangan 1,05 V
n xi [waktu Yi [ΔT xi2 yi2 xi.yi
(s)] (oC)]
1 3 -0.2 9 0.04 -0.6
2 6 0 36 0 0
3 9 0.5 81 0.25 4.5
4 12 0.9 144 0.81 10.8
5 15 1.4 225 1.96 21
6 18 1.8 324 3.24 32.4
7 21 2.2 441 4.84 46.2
8 24 2.5 576 6.25 60
9 27 2.8 729 7.84 75.6
10 30 3.1 900 9.61 93
Σ 165 15 3465 34.84 342.9

Dengan memasukan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan (10), (11), (12),
dan (13), akan didapat nilai berikut:
b = 0,1284; a = -0,62; dan δb = 0,0037. Maka:
𝑦 =𝑏𝑥 ±𝑎
𝑦 = 0,1284 𝑥 − 0,62
Δ𝑇 = 0,1284 𝑡 − 0,62
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang mnunjukan
hubungan antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut:

Gambar 3
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 1,14 volt

3.5
3 y = 0.1285x - 0.62

2.5
2
ΔT (oC)

1.5 ΔT (oC)
1 Linear (ΔT (oC))
0.5
0
-0.5 0 10 20 30 40
Waktu (s)
Perhitungan pada Tegangan 1,70 V
Untuk mempermudah perhitungan, data-data pada saat tegangan 1,70 V disusun
pada tabel berikut:

Tabel 8
Tabel pengolahan data pada tegangan 1,57V
n xi [waktu Yi [ΔT xi2 yi2 xi.yi
(s)] (oC)]
1 3 0 9 0 0
2 6 0.4 36 0.16 2.4
3 9 1.4 81 1.96 12.6
4 12 2.5 144 6.25 30
5 15 3.5 225 12.25 52.5
6 18 4.5 324 20.25 81
7 21 5.3 441 28.09 111.3
8 24 6 576 36 144
9 27 6.7 729 44.89 180.9
10 30 7.3 900 53.29 219
Σ 165 37.6 3465 203.14 833.7

Dengan memasukan nilai dari tabel di atas ke dalam persamaan (10), (11), (12),
dan (13), akan didapat nilai berikut:

b = 0,28727; a = -0,98; dan δb = 0,00907. Maka:


𝑦=𝑏𝑥 ±𝑎
𝑦 = 0,28727 𝑥 − 0,98
Δ𝑇 = 0,28727 𝑡 − 0,98

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang mnunjukan


hubungan antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4
Grafik Hubungan Antara ΔT dan t pada Tegangan 1,70 volt
9
8
y = 0.2873x - 0.98
7
6
5
ΔT (oC)

4 ΔT (oC)
3 Linear (ΔT (oC))
2
1
0
-1 0 10 20 30 40
Waktu (s)

Nilai Kapasitas Kalor (H) dari Kawat Konduktor Yang Digunakan.

a. Pada saat V= 0.65 volt

𝑄=𝑊
𝑚. 𝑐. ∆𝑇 = 𝑉. 𝑖. 𝑡
𝑉. 𝑖
∆𝑇 = .𝑡
𝑚. 𝑐

𝑦 = 𝑏𝑥 ± 𝑎
maka:
𝑉. 𝑖 𝑉. 𝑖
𝑏= =
𝑚. 𝑐 𝐻

Persamaan pada saat V= 0.65 volt adalah:

𝑦 = 0,0493 𝑥 − 0,433
dengan m = 2 g dan i = 35,93 mA (rata-rata dari i pada data yang didapat).
Jadi, kita dapat mencari besarnya kapasitas kalor dengan:
𝑉. 𝑖
𝐻=
𝑏
0,65 𝑉. 35,93 𝑥 10−3 𝐴 0,0255103 𝐽
𝐻= = = 0,51745 ⁄𝑜𝐶
0,0493 0,0493
Kalor Jenis (c) dapat dicari menggunakan:
𝐻 0,51745 𝐽
𝑐= = = 0,258 ⁄𝑔 𝑜𝐶
𝑚 2

b. Pada saat V = 1,05 volt

Persamaan pada saat V= 1,05 volt adalah:


𝑦 = 0,1284 𝑥 − 0,62
dengan m = 0,002 kg dan i = 43,142 mA (rata-rata dari i pada data yang didapat).
Jadi, kita dapat mencari besarnya kapasitas kalor dengan:
𝑉. 𝑖
𝐻=
𝑏
1.05 𝑉. 43,142 𝑥 10−3 𝐴 0,0491819 𝐽
𝐻= = = 0,3830 ⁄𝑜𝐶
0,1284 0,1284
Kalor Jenis (c) dapat dicari menggunakan:
𝐻 0,3830 𝐽
𝑐= = = 0,1915 ⁄𝑔 𝑜𝐶
𝑚 2

c. Pada saat V = 1,57 volt

Persamaan pada saat V= 1,57 volt adalah:


𝑦 = 0,28727 𝑥 − 0,98
dengan m = 0,002 kg dan i = 52,7 mA (rata-rata dari i pada data yang didapat).
Jadi, kita dapat mencari besarnya kapasitas kalor dengan:
𝑉. 𝑖
𝐻=
𝑏
1,57 𝑉. 52,7 𝑥 10−3 𝐴 0,08959 𝐽
𝐻= = = 0,3118 ⁄𝑜𝐶
0,28727 0,28727
Kalor Jenis (c) dapat dicari menggunakan:
𝐻 0,3118 𝐽
𝑐= = = 0,1559 ⁄𝑔 𝑜𝐶
𝑚 2

Menentukan Jenis Kawat Konduktor Berdasarkan Nilai H:


1. V = 0.65 volt
𝐽
H = 0,51745 ⁄𝑜𝐶

𝐽
c = 0,258 ⁄𝑔 𝑜𝐶

2. V = 1.05 volt
𝐽
H = 0,3830 ⁄𝑜𝐶

𝐽
c = 0,1915 ⁄𝑔 𝑜𝐶

3. V = 1.57 volt
𝐽
H = 0,3118 ⁄𝑜𝐶

𝐽
c = 0,1559 ⁄𝑔 𝑜𝐶

Jadi, kalor jenis (c) rata-ratanya adalah :


𝑐1 +𝑐2 + 𝑐3 0,258 + 0,1915 + 0,1559 𝐽
= = 0,2018 ⁄𝑔 𝑜𝐶
3 3

Dilihat dari nilai kapasitas kalor di atas, praktikan menyimpulkan bahwa


kawat konduktor yang digunakan adalah jenis perak karena nilai kalor jenisnya
mendekati perak (0,233 J/KgºC).
Kapasitas kalor (H) rata-ratanya adalah:
𝐻1 +𝐻2 + 𝐻3 0,51745 + 0,3830 + 0,3118 𝐽
= = 0,4041 ⁄𝑜𝐶
3 3
Dari data di atas, kesalahan literatur pada perhitungan kalor jenis yang di dapat
adalah :
𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
| | 𝑥 100%
𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

0,2018 − 0,233
| | 𝑥 100% = 13,34 %
0.233
B. Analisis

1. Analisis Percobaan

Percobaan ini merupakan sebuah percobaan yang bertujuan untuk


menghitung nilai kapasitas kalor suatu konduktor Percobaan ini menggunakan
suatu metode hukum kekekalan energi. Energi hanya dapat berubah suatu bentuk
ke bentuk lain. Dalam melakukan percobaan ini, praktikan melakukan percobaan
sesuai dengan prosedur yang ada.
Percobaan ini menunjukkan pengkonversian energi listrik yang dihasilkan
dari sumber tegangan dan power supply menjadi energi kalor (panas) dalam
kawat konduktor yang akan digunakan untuk menaikkan temperatur. Sebuah
kawat dililitkan pada sebuah sensor temperatur yang akan dialiri arus listrik
sehingga mendisipasikan energi kalor. Perubahan temperatur yang terjadi akan
diamati oleh sensor kemudian dicatat oleh sistem instrumentasi. Tegangan yang
diberikan ke kawat dibuat bervariasi sehingga perubahan temperatur dapat
bervariasi pula. Temperatur yang dihasilkan lalu dicatat setiap 3 detik selama 30
detik.
Pertama, praktikan mengaktifkan webcam pada lab, setelah itu memberikan
tegangan sebesar 0 volt. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal yang
berupa suhu dan arus dari keadaan tersebut. Selanjutnya praktikan
menghidupkan Power Supply dengan meng’klik’ radio button disebelahnya, lalu
mengambil data perubahan temperatur , tegangan, dan arus listrik pada kawat
konduktor tiap 3 detik selama 30 detik dengan cara meng’klik’ icon “ukur”.
Setelah memberikan tegangan sebesar 0 volt, selanjutnya praktikan
memberikan tegangan sebesar 0,65 volt; 1,05 volt; dan 1,57 volt. Namun sesaat
sebelumnya, kita harus menyesuaikan temperatur agar temperaturnya kembali
seperti pada saat tegangan 0 volt diberikan.
Tegangan (V) merupakan variabel bebas yang digunakan pada percobaan
ini. Dengan memvariasikan variabel ini, akan didapatkan suhu dan arus yang
berbeda-beda setiap tegangan pada waktu-waktu tertentu yang akan digunakan
untuk mencari kapasitas kalor.
2. Analisis Data

Data utama yang didapatkan adalah kenaikan suhu terhadap rentrang waktu
tiga sampai tiga puluh sekon. Tegangan yang divariasikan ada empat, sehingga
ada 40 data yang didapatkan secara total, masing-masing untuk 0 volt, 0.65 volt,
1.57 volt, dan 1.05 volt. Pengolahan data selanjutnya menggunakan metode
least square atau regresi linear dengan memplot waktu pada sumbu x dan suhu
pada sumbu y, sehingga didaptkan nilai gradien (b) yang merepresentasikan nilai
tegangan dikali arus per kapasitas kalor, maka dapat dicari nilai kapasitas kalor
kawat konduktor. Dengan membaginya dengan massa kawat konduktor, kalor
jenis kawat juga dapat diketahui dan diprediksi jenis kawat konduktor yang
digunakan. Dalam percobaan ini, praktikan hanya membuat tabel least square
dan melakukan perhitungaan untuk 3 variasi tegangan yaitu 0.65 volt, 1.57 volt,
dan 1.06 volt. Untuk nilai tegangan 0 volt, tidak dibuat tabel least squarenya
karena dalam perhitungan bila memasukkan nilai 0 volt, akan didapatkan hasil
akhir 0 pula sehingga tidak akan berguna untuk menentukan nilai kapasitas
kalor.

3. Analisis Hasil
Perhitungan data bertujuan untuk mengetahui kapasitas kalor kawat
konduktor serta menentukan jenis kawat yang digunakan. Untuk tegangan 0 volt,
tidak dibuat tabel least squarenya karena dalam perhitungan bila memasukkan
nilai 0 volt, akan didapatkan hasil akhir 0 pula sehingga tidak akan berguna
untuk menentukan nilai kapasitas kalor. Suhu menunjukkan niali konstan pada
19.9 °C hingga 20.0 °C dan begitu pula arus konstan di 23.84 A
Untuk tegangan 0.65 v, terjadi dampak perubahan yang terjadi pada suhu
yang mengalami kenaikan dari awalnya 20.2 °C hingga mencapai 21.5 °C.
Namun kenaikan suhu pada tegangan 0,65 tidaklah sedrastis perubahan suhu
pada tegangan 1.57. Hasil yang didapatkan setelah pengolahan data yaitu didapat
nilai kapasitas kalor sebesar 0,258 J/g°.
Untuk tegangan 1.57 v, terjadi dampak perubahan yang terjadi pada suhu
yang mengalami kenaikan dari awalnya 21.0 °C hingga mencapai 27.7 °C.
Kenaikan suhu pada tegangan ini lebih drastis dibandingkan perubahan suhu
pada tegangan 1.57. Selain itu amperemeter juga menunjukkan angka yang
berubah nilainya yaitu pada 50.65 A dan 50.53 A sehingga dalam perhitungan
digunakan rata-rata dari kedua nilai ini yaitu 50.683 A. Hasil yang didapatkan
setelah pengolahan data yaitu didapat nilai kapasitas kalor sebesar 0,1559 J/ °C.
Sedangkan untuk tegangan 1.05 v, terjadi penyimpangan yang cukup unik,
dimana suhu justru turun untuk setiap pertambahan 3 detik. Penurunan suhu
dimuali dari suhu awal 23.9 °C hingga mencapai 25.6 °C. Nilai gradien dalam
perhitungan bernilai minus sehingga dalam perhitungan kapasitas kalor, nilai ini
dimutlakkan karena secara literarut tidak ada kapasitas kalor yng bernilai minus.
Hasil yang didapatkan setelah pengolahan data yaitu didapat nilai kapasitas kalor
sebesar 0,1915 J/ °C.

4. Analisis Grafik

Pada percobaan ini, praktikan membuat empat grafik, semuanya


menunjukkan hubungan antara temperatur terhadap waktu. Pada grafik pertama,
tegangan yang diberikan nol, atau dengan kata lain tidak ada tegangan yang
diberikan pada rangkaian listrik. Tidak adanya tegangan yang diberikan
menyebabkan suhu sistem menurun karena kalor berpindah ke lingkungan yang
suhunya lebih rendah. Terlihat juga bahwa penurunan suhu yang terjadi cukup
kecil (penurunan suhu terbesar dicatat sebesar 0.2oC). Karena terjadi penurunan
suhu terhadap waktu, maka garis yang terbentuk dari linearisasi plot data pada
grafik memiliki kemiringan (gradien) negatif. Persamaan garis yang terbentuk
adalah persamaan -0.080x + 0.533.
Pada percobaan kedua, diberikan tegangan sebesar V1 (0.65 volt) pada
rangkaian. Saat sejumlah tegangan diberikan pada sistem, suhu sistem
meningkat. Karena saat tegangan diberikan temperatur rangkaian meningkat
terhadap waktu, maka garis yang terbentuk dari linearisasi plot data pada grafik
memiliki kemiringan (gradien) positif. Persamaan garis yang terbentuk adalah
persamaan 0.049x - 0.433.
Pada percobaan ketiga dan keempat, di mana pada rangkaian diberikan
tegangan sebesar V2 (1,05 volt) dan V3 (1,57 volt), temperatur sistem juga
meningkat terhadap waktu. Dengan demikian, gradien dari garis yang terbentuk
juga positif. Persamaan garis yang terbentuk pada grafik 3 sesuai dengan
persamaan 0.128x - 0.62 dan persamaan garis yang terbentuk pada grafik 4
sesuai dengan persamaan 0.287x - 0.98.
Dari empat macam persamaan garis di atas terlihat bahwa semakin besar
tegangan yang diberikan menyebabkan persamaan garis yang dihasilkan
memiliki kemiringan (gradien) yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan suhu terhadap waktu semakin meningkat seiring dengan semakin
besarnya tegangan yang diberikan pada rangkaian listrik.

5. Analisis Kesalahan

Percobaan dengan sistem r-lab ini memungkinkan praktikan untuk


melakukan percobaan secara otomatis sehingga kesalahan yang terjadi dapat
terminimalisir. Kesalahan pengukuran tidak lagi terjadi karena pengukuran suhu
dengan termometer misalnya tidak dilakukan secara manual sehingga faktor
kecerobohan atau ketidaktelitian prktikan juga tidak terjadi. Namun masih
terdapat satu titik celah dimana kesalahan dapat terjadi, yaitu percobaan yang
dilakukan tidak sesuai dengan prosedur. Dalam prosedur, diperintahkan untuk
setiap percobaan untuk tegangan yang berbeda agar menunggu hingga suhu
mendekati suhu awal saat v0 diberikan. Tetapi karena keterbatasan waktu
praktikum dan juga koneksi internet yang membut percobaan berlangsung lama,
pengukuran dillakukan langsung dengan mengabaikan perintah penting ini.
Akibatnya salah satu data percobaan yaitu dengan tegangan 1.06 volt
berkemungkinan besar memiliki kesalahan karena suhu awal yang terpaut jauh
saat suhu dengan tegangan v0.

VI. Kesimpulan
1. Kapasitas kalor suatu kawat bisa dicari dengan suatu kerja kalor yaitu pengkonversian
energi tegangan ke temperatur.
2. Kapasitas kalor rata-rata yang diperoleh dari percobaan sebesar 0,4041 J/ °C.
3. Kalor jenis rata-rata yang diperoleh dari percobaan sebesar 0,2018 J/ °C.
4. Energi listrik dapat dikonversikan menjadi energi kalor
5. Semakin besar tegangan temperatur yang dihasilkan semakin besar
6. Semakin besar perubahan waktu, semakin besar temperatur yang dihasikan.

VII. Referensi

Halliday, Resnick, Walker; Fundamentals of Physics, 7th Edition, Extended Edition,


John Wiley & Sons, Inc., NJ, 2005.

Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engeeners, Third Edition, Prentice Hall, NJ,
2000.

Sears.Zemansky. Fisika untuk Universitas 1. 1994. Jakarta : Binacipta.

Vous aimerez peut-être aussi