Vous êtes sur la page 1sur 18

HUMANIKA Vol.

XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

SEBUAH KAJIAN SASTRA MARXISME MODEL REFLEKSI PADA


DIALEKTIKA DUA ETNIS DALAM CERPEN “CLARA ATAWA
WANITA YANG DIPERKOSA” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

Nur Sitha Afrilia


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
sithaafrilaiesec@gmail.com

Abstract
Sebuah Kajian Sastra Marxisme Model Refleksi pada Dialektika Dua Etnis dalam Cerpen “Clara Atawa
Wanita yang Diperkosa” karya Seno Gumira Ajidarma. “Clara Atawa Wanita yang Diperkosa” is a short story
by Seno Gumira Ajidarma which written and published in 1998, precisely during the Reformasi era. This story
specifically addresses the issue of two ethnic dialectics because the gap between the Natives and the Chinese has
become the main story idea in this short story. That issues has selected as story ideas can not be separated from
the role of literature which has been a media of propaganda as well as expression of the author's soul to the social
issues that surround it. In this research, the researcher uses two theories, which are Structural and Marxist
Literary (Reflection Mode) theory. Structural theory is used to determine the interrelationships between elements
that build the story, so it can simplify the process of object analysis. Marxist Literary (reflection mode) is used to
analyze the gap and the dialectic between two ethnicities which are then comparable to the historical facts on the
tragedy of 1998 to know the correlations between the fact and fiction which interrelated of each other. The result
of this research is to show that as the product of literature which reflect the reality and the product of political
literature which concern on subtantion of issue in object, CAWyD determines the gap between Indigenous and
Chinese during the 1998 incident is a form of propaganda deliberately made by certain individuals so that chaos
as it occurs as a result of social and economic vibrations. This result is obtained from the comparison between
the facts in fiction obtained from the process of using the Marxist Literary (reflection mode) with the facts which
found by Tim Gabungan Pencari Fakta. (TGPF).

Keyword: Short Story, Structural, Marxist Literary (Reflection Mode), Dialectics, Seno Gumira
Ajidarma.

1. Pendahuluan menyisipkan unsur politik di setiap


1.1 Latar Belakang karyanya1.
Sebelum membahas lebih lanjut
Cerpen CAWyD merupakan produk
terkait posisi Pribumi dengan etnis
sastra di era Reformasi karya Seno
Tionghoa yang bertentangan, maka
Gumira Ajidarma yang secara eksplisit
perlu dipahami bahwa dalam penelitian
menggambarkan kesenjangan sosial
ini, penulis menggunakan konsep dari
antara Pribumi dengan Non-Pribumi
Karl Marx yang menglasifikasikan dua
yang dalam konteks ini adalah etnis
kubu dengan istilah “Proletar” dan
Tionghoa. Seno sendiri merupakan
“Borjuis”. Kedua kelas tersebut berada
cerpenis produktif Indonesia yang
berlatarbelakang jurnalis dan selalu 1
Juliastuti, Nuraini. “Andy Fuller: Memahami
Seno dan Menghadapkannya dengan
Pascamodernisme”, (http://kunci.or.id/articles/ diakses
pada 15 September 2017)

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

dalam suatu hierarki struktur sosial, di Keterkaitan yang telah mendarah


mana kaum borjuis melakukan daging tersebut, akhirnya melahirkan
eksploitasi terhadap kaum proletar pandangan (stereotype) di kalangan
dalam proses produksi2. masyarakat yang menganggap bahwa
Berdasar pada penjelasan tersebut, serba-serbi Marxisme adalah hal yang
maka, Pribumi merupakan representasi terlarang. Terlebih pada masa
dari kubu proletar, sedangkan etnis kepemimpinan Soeharto (Orde Baru),
Tionghoa adalah representasi dari hal-hal yang berbau “kiri” sangat
kaum borjuis yang mengendalikan dihindari dan dilarang. Termasuk di
modal produksi. Penggambaran ini dalamnya adalah karya-karya sastra
disesuaikan dengan kondisi ekonomi maupun jurnal maupun artikel untuk
pada masa tersebut yang mayoritas kepentingan akademis5.
dikuasai oleh etnis Tionghoa3. Merujuk Berdasar pada berbagai penjelasan
pada penjelasan tersebut, maka teori terkait pemahaman Marxisme dengan
yang sesuai untuk menganalisis cerpen kaitannya pada kepentingan akademis,
CAWyD lebih lanjut adalah Teori maka penulis merasa tertantang untuk
Sastra Marxisme, khususnya Model mengkaji objek menggunakan Teori
Refleksi yang disesuaikan dengan Sosiologi Sastra Marxisme Model
gagasan Lukacs. Refleksi untuk mencapai tujuan dari
Marxisme merupakan paham penelitian yang telah ditentukan. Salah
(ideologi) yang mempelajari tentang satunya adalah untuk menegaskan
pertentangan kelas sekaligus bahwa sastra merupakan media
pergerakan buruh (kaum proletar), propaganda politik yang pada konteks
namun di Indonesia, paham Marxisme ini ditunjukkan melalui hasil analisis
selalu dikaitkan dengan Komunisme. menggunakan Teori Sosiologi Sastra
Sebuah ideologi terlarang yang sempat Marxisme-Model Refleksi pada cerpen
membawa Indonesia pada masa kelam, CAWyD.
termasuk masa pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang 1.2 Rumusan Masalah
berujung pada insiden 30 September Setiap penelitian membutuhkan rumusan
1965. Padahal kenyataannya, paham masalah untuk mempermudah proses
Marxisme tidak selalu identik dengan penelitian agar tidak melenceng dari tujuan
Komunisme4. yang telah ditetapkan. Maka dari itu, dalam
penelitian ini pun penulis membuat
2
Suseno, Frans Magnis. Pemikiran Karl Marx
“Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan perspektif marxis dalam penelitian pun sebenarnya tidak
Revisionisme”. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka ,1999), dapat langsung diidentikan dengan mempercayai,
hal.20. menganut atau pun membenarkan Marxisme”.
3
Jaya, Rendy Sukma. Dominasi Etnis Cina
dalam Kegiatan Ekonomi di Indonesia periode tahun 5
Pernyataan Tuloli (1992) dalam jurnal Parafrase
1930 sampai tahun 2000, Vol.9 No.2 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa,
(http://historyrendhy.blogspot.com/ , diakses pada 14 “Kendala penelitian sastra (khususnya sastra marxis) di
September 2017). Indonesia adalah, (1) sulitnya masalah, (2) ruang lingkup
yang terlalu luas, (3) teori yang langka, (4) kurangnya
4 jumlah peneliti sastra, (5) tidak adanya media publikasi
Pendapat Beidler (1999) dalam jurnal sastra
yang tepat”.
Parafrase Vol.9. yang menyatakan bahwa, “Jangankan
hanya membaca, sudah jelas-jelas total menerapkan
Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

beberapa rumusan masalah sebagai bentuk berbagai teori dan sudut pandang,
perwujudan dari permasalahan yang termasuk di dalamnya adalah penelitian-
ditemukan pada objek material penelitian berikut: (a) Skripsi berjudul
sebagaimana berikut: "Ambivalensi Nasionalisme dalam Cerpen
“Clara Atawa Wanita yang Diperkosa”
1. bagaimana analisis struktur yang karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian
membangun cerpen CAWyD?; Poskolonial" oleh Arif Kurnia Rahman
2. bagaimana analisis cerpen CAWyD (UGM); (b) Makalah berjudul "Analisis
dengan menggunakan Teori Sastra Cerpen Clara Atawa Wanita yang
Marxisme-Model Refleksi?; Diperkosa Menggunakan Pendekatan
3. bagaimana korelasi antara fakta dan Strukturalisme Genetik" oleh Alya
fiksi yang ada dalam cerpen CAWyD Agustin (UNJ); (c) Artikel berjudul
dengan peristiwa Reformasi 1998?. "Analisis Cerpen Clara Atawa Wanita
yang Diperkosa dengan Pendekatan
1.3 Tujuan dan Manfaat
Historis" oleh Resita Agustin (Universitas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Negeri Sultan Agung Tirtayasa); (d)
menjawab rumusan masalah yang telah
Makalah dengan judul "Pertentangan
ditentukan, yakni mengetahui hasil analisis
Kelas Sosial dalam Cerpen Clara Atawa
struktural yang membangun karya,
Wanita yang Diperkosa" oleh Arinda
mengetahui hasil analisis objek
Saraswati Wulandari (UNISULA); (e) Esai
menggunakan teori Sastra Marxisme
berjudul "Membongkar Cerpen Clara
Model Refleksi, serta memahami korelasi
Atawa Wanita yang Diperkosa karya Seno
antara fakta dan fiksi yang ada dalam
Gumira Ajidarma; Sebuah Analisis
cerpen dengan apa yang terjadi pada
Dekontruksi dengan Fokus Sudut Pandang
peristiwa Reformasi (tragedi 1998). Tujuan
1" oleh Derick Adeboi, dkk. (UI); (f)
tersebut kemudian diharapkan mampu
Artikel ilmiah dengan judul "Clara Seno
memberikan manfaat, baik secara praktis
Gumira Ajidarma dalam Kajian Stilistika"
maupun teoritis.
oleh Christine Resnitriwati (UNDIP).
Secara praktis, penelitian ini diharapkan
mampu memperkaya khazanah kajian Dari beberapa penelitian tersebut,
sastra Indonesia yang menggunakan teori maka, terdapat 2 hasil analisis yang
sejenis. Kemudian secara teoritis, hasil dari memiliki kemiripan dengan penelitian
penelitian ini dapat dijadikan referensi yang akan dilakukan oleh penulis. Berikut
penelitian yang berkaitan dengan kajian ini merupakan paparan perbedaan dari
sastra politik yang menggunakan Teori penelitian sebelumnya dengan penelitian
Sastra Marxisme-Model Refleksi. yang akan dilakukan penulis.
1.4 Tinjauan Pustaka 1. Penelitian yang dilakukan oleh
a) Penelitian Sebelumnya penulis memiliki kemiripan
Ide cerita yang berkaitan dengan isu SARA dengan hasil analisis yang
dan politik menjadikan cerpen ini sering dilakukan oleh Resita Agustin.
digunakan sebagai objek penelitian dengan

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Pada penelitian tersebut, hasil juga menggunakan beberapa teori untuk


analisis yang disimpulkan mencapai hasil yang diinginkan dari proses
masih bersifat umum dan penelitian yang dilakukan. Teori dalam
hanya menyoroti pertentangan penelitian ini adalah Teori Sastra
kelas secara umum, sedangkan Marxisme-Model Refleksi. Pemilihan dari
dalam penelitian ini penulis teori tersebut dilatarbelakangi oleh objek
melakukan analisis untuk yang secara implisit menggambarkan gap
menentukan korelasi antara atau pertentangan kelas antara dua kubu
fakta dan fiksi dalam peristiwa pada peristiwa Reformasi (tragedi 1998).
1998 dengan hasil analisis Penggunaan latar belakang peristiwa
objek menggunakan Teori 1998 sebagai latar belakang cerita juga
Sastra Marxisme Model mendorong penulis untuk mengumpulkan
Refleksi. data-data terkait fakta sejarah dalam
2. Penelitian ini juga memiliki peristiwa 1998 sebagai alat bantu untuk
kemiripan dengan hasil analisis menganalisis korelasi antara fakta dan fiksi
yang dilakukan oleh Novi Diah terhadap objek penelitian. Selain itu,
Harianti dan Arinda Saraswati penulis juga menggunakan pendekatan
karena menggunakan teori struktural untuk membantu pemahaman isi
yang sama, namun penelitian cerita melalui hubungan antar unsur yang
tersebut masih bersifat umum membangun cerpen CAWyD.
karena teori yang digunakan Penjabaran terkait masing-masing teori
tidak dikhususkan seperti pada nantinya akan dibahas pada bagian hasil
penelitian ini. analisis beserta implementasinya dalam
Berdasar pada penjelasan tersebut, penelitian ini.
maka dapat dipastikan bahwa pada
2. Metode penelitian
dasarnya penelitian ini memang memiliki
Penelitian ini merupakan penelitian
kemiripan dengan beberapa penelitian
kualitatif yang menggunakan metode
sebelumnya, namun meskipun begitu,
penelitian sekaligus teknik deskripsi
penulis memastikan bahwa tidak ada unsur
analisis. Penelitian ini juga bersifat studi
plagiasi dalam penyusunan skripsi ini. Hal
pustaka yang disajikan secara deskriptif
ini dikarenakan hasil dari penelitian yang
mengenai hasil analisis terhadap cerpen
dilakukan secara khusus berkaitan dengan
CAWyD menggunakan Teori Sastra
hasil analisis korelasi antara fakta dan fiksi
Marxisme Model Refleksi beserta dengan
peristiwa Reformasi 1998 dengan Teori
Teori Strukturalisme dan korelasinya
Sastra Marxisme-Model Refleksi yang
terhadap fakta dan fiksi dengan peristiwa
hingga saat ini belum digunakan untuk
1998.
meneliti cerpen CAWyD.
Berikut ini merupakan langkah kerja
b) Landasan Teori
atau metode penelitian yang digunakan
Teori merupakan alat terpenting dari suatu
oleh penulis:
ilmu pengetahuan, tanpa teori hanya ada
pengetahuan tentang serangkaian fakta saja 1. penulis membaca secara intensif objek
(Koentjaraningrat, 1977:19). Berdasar pada utama penelitian, yakni cerpen karya
pernyataan tersebut, maka penelitian ini Seno Gumira Ajidarma yang berjudul
Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

“Clara Atawa Wanita yang Diperkosa” Dari dua baris kutipan tersebut dapat
dalam buku kumpulan cerpen Iblis Tak dilihat sebuah penderitaan yang dialami
Pernah Mati; oleh tokoh Clara yang tidak lain adalah
2. penulis mencatat hal-hal penting yang representasi dari etnis Tionghoa.
akan diteliti, kemudian melakukan Penderitaan akibat diskriminasi yang
klasifikasi dua kubu menggunakan berujung pada pemerkosaan, pembunuhan
sistem oposisi biner yang dilanjutkan dan tindak pidana kriminal sejenis
dengan menentukan aspek-aspek merupakan bagian dari dinamika
sosiologi sastra yang sesuai dengan kemanusiaan yang terjadi pada saat tragedi
objek dan tujuan yang hendak dicapai; 1998 (Reformasi). Tragedi kemanusiaan
3. penulis melakukan analisis struktural yang ditunjukkan dalam cerpen ini atau
yang terfokus pada unsur instrinsik tema kemanusiaan yang diangkat dalam
dalam cerpen CAWyD; cerpen CAWyD ditunjukkan pula melalui
4. penulis melakukan analisis penggambaran sikap sentimentil kaum
menggunakan Teori Sastra-Marxisme Pribumi terhadap etnis Tionghoa pada
Model Refleksi; kutipan baris 10, 17, 37 dan 39.
5. penulis mengumpulkan data
3.2 Tokoh dan Penokohan
pendukung yang terkait dengan
peristiwa Reformasi 1998; Berikut ini merupakan penjabaran tokoh
6. penulis melakukan komparasi dari serta penokohannya dalam cerpen CAWyD.
hasil analisis fakta dan fiksi yang
- Clara
berkaitan dengan perisitiwa Reformasi
Clara merupakan nama tokoh utama
1998 dengan dialektika yang diangkat
dalam cerpen yang merepresentasikan
dalam objek;
kaum Tionghoa. Penulis menyimpulkan
7. penarikan kesimpulan dari proses
bahwa Clara merupakan tokoh utama
penelitian komparasi yang selanjutnya
karena pada cerpen CAWyD, nama
disajikan secara deskriptif.
Clara digunakan sebagai judul. Selain
itu, peristiwa yang dialami oleh Clara
3. Hasil dan Pembahasan
serta penggambaran peristiwa yang
a) Hasil Analisis dengan Pendekatan
dialami oleh Clara dalam cerpen. Tokoh
Struktural
dalam sebuah cerita, dapat dipastikan
3.1 Tema
memiliki watak yang membangun
Berdasar pada pengertian tema yang
karakter serta citra yang dapat
sebelumnya telah dijabarkan pada Bab
menggiring opini pembaca terhadap
II, maka penulis menyimpulkan cerpen
fungsi dari kehadiran tokoh tersebut,
CAWyD memiliki tema kemanusiaan.
termasuk di dalam cerpen ini adalah
Hal ini diperkuat dengan deskripsi
watak yang dimiliki oleh Clara. Hal
pengarang yang terdapat pada baris 4
tersebut diperkuat oleh kutipan yang
dan baris 37.
terdapat pada baris 37.

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Baris tersebut secara eksplisit perempuan-perempuan keturunan


menjelaskan bahwa Clara adalah Tionghoa.
perempuan Indonesia yang kebetulan
Selain dua tokoh yang telah
terlahir dari etnis Tionghoa (Cina).
dijabarkan di atas, ada pula tokoh-tokoh
Lahir dalam keluarga yang lekat dengan
pendukung seperti perempuan yang
perdagangan, Clara tumbuh menjadi
membawa Clara ke kantor polisi,
perempuan yang tekun dan bertanggung
segerombolan orang dan keluarga Clara.
jawab dalam urusan bekerja. Selain itu,
Namun, tokoh-tokoh tersebut tidak terlalu
Clara juga digambarkan memiliki paras
dijelaskan secara mendetail oleh pengarang.
yang menawan, sebagaimana kutipan-
Hanya sikap segerombolan orang, yang
kutipan yang terdapat pada baris 4, 9,
dalam hal ini adalah representasi dari kaum
50 dan 57.
Pribumi yang bersikap brutal dan anarkis
- Aku (Petugas Kepolisian)
saat demonstrasi berlangsung. Sikap
Pengarang menggambarkan sosok “aku”
tersebut juga diperkuat dengan penjelasan
atau dalam hal ini adalah seorang
tokoh perempuan tua pada baris ke-39.
petugas kepolisian sebagai orang yang
kritis dan bijaksana. Hal tersebut dapat 3.3 Alur
dilihat dari caranya mengintograsi Clara
serta sikapnya saat melarang Clara Cerpen CAWyD menggunakan alur
pulang dengan alasan keselamatan. Hal campuran, sebab tokoh utama yang
tersebut dapat dilihat dari kutipan pada bernama “Clara” digambarkan sedang
baris 43 dan 49. bercerita tentang peristiwa yang telah
Sikap kritis ditunjukkan tokoh aku dialaminya kepada tokoh “aku” yang tidak
dengan cara terus mempertanyakan lain merupakan petugas kepolisian.
kronologi pemerkosaan yang dialami Kemudian, tokoh “aku” sendiri juga
oleh Clara. Namun, ia juga bersikap bercerita tentang perasaan ibanya terhadap
skeptis dengan mempertanyakan Clara saat membuat laporan terkait insiden
kebenaran atas penjelasan Clara melalui yang telah dialami oleh perempuan dari
statement yang ditunjukkan pada baris etnis Tionghoa tersebut. Bukti dari alur
ke-49. Pada baris tersebut, tokoh aku cerpen yang campuran dapat dilihat dari
juga seolah-olah memojokkan Clara. baris 4 yang merupakan monolog dari
Kemudian, sikap bijaksana yang tokoh “aku” yang seolah-olah berbicara
dimiliki oleh tokoh aku dapat dilihat pada diri sendiri sekaligus menunjukkan
pada baris ke-43, tepatnya saat tokoh kepada pembaca bahwa ia sedang
tersebut berupaya melindungi tokoh mendengarkan cerita dari seorang
Clara dari kejaran wartawan dan LSM. perempuan, sekaligus membuat laporan
Hal itu dikarenakan jika tokoh Clara atas kejadian yang telah dialami oleh
bertemu dengan pihak wartawan perempuan tersebut.
maupun LSM, yang ada ia akan Alur maju dapat dilihat dari kutipan
semakin tertekan dan kejiwaannya pada baris 11 dan 12, karena tokoh saya
semakin terpuruk. Terlebih, pada saat ia (yang dalam konteks ini merupakan Clara
dibawa ke kantor polisi, kondisi di luar atau tokoh utama) digambarkan sedang
masih membahayakan, khususnya bagi panik untuk menuju rumah, namun
Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

terhadang oleh para pengunjuk rasa di Latar waktu yang paling menonjol
jalan tol yang ia lewati. Selain itu, tokoh dalam cerpen ini adalah malam hari.
tersebut juga dideskripsikan dalam sebuah Hal ini secara eksplisit ditunjukkan
alur mundur, di mana ia menceritakan apa pengarang pada baris 12 dan 36.
yang terjadi pada tokoh aku (polisi)
melalui baris berikut. c) Latar Sosial
Pada landasan teori telah dijelaskan arti
Kemudian untuk baris mundur dapat
dari latar sosial yang berkaitan dengan
dilihat pada baris 36, khususnya pada
tradisi, pola pikir dan tatanan kehidupan
kalimat “Saya tidak tahu berapa lama saya
dalam sebuah kelompok masyarakat.
pingsan.”. Kalimat tersebut menunjukkan
Pada penelitian ini, penulis menemukan
bahwa baris tersebut mendeskripsikan
bahwa terdapat stereotype yang masih
sebuah kejadian yang telah berlalu atau
melekat erat pada pola pikir masyarakat
telah dialami oleh tokoh. Hal itu juga
Pribumi yang cenderung membenci dan
diperkuat dengan kalimat-kalimat penjelas
sentimen terhadap orang-orang dari
yang membangun satu paragraf atau
etnis Tionghoa sebagaimana kutipan
sebuah deskripsi utuh kondisi yang telah
pada baris 17. Terdapat juga stereotype
terjadi pada baris tersebut. Sehingga, dari
atau pandangan masyarakat terkait
penjelasan yang disertai kutipan-kutipan
warna merah yang diidentikan dengan
tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
simbol ideologi terlarang di Indonesia
keberadaan alur maju dan mundur dalam
sebagaimana kutipan pada baris 2.
cerpen CAWyD adalah bukti bahwa cerpen
Ada pula stereotype yang
tersebut beralur campuran.
menyudutkan pihak Tionghoa dengan
3.4 Latar perspektif theisme, di mana pihak
Pribumi menggeneralisasikan bahwa
Cerpen CAWyD memiliki tiga latar yang
orang Cina dinilai tidak beragama
meliputi latar tempat, waktu dan suasana.
seperti pada baris 25.
Berikut ini merupakan penjabaran dari
Dari tiga kutipan yang mewakili
masing-masing latar tersebut.
tiga stereotype yang berada dalam
a) Latar Tempat beberapa baris tersebut, maka penulis
Ada dua tempat yang ditonjolkan secara menarik kesimpulan bahwa latar sosial
eksplisit dan implisit dalam cerpen ini. yang digambarkan pada cerpen ini
Tempat tersebut adalah jalan tol dan cenderung terfokus pada sisi pola pikir
kantor polisi. Penonjolan latar tempat masyarakat terkait hal-hal yang
pertama dapat dilihat pada baris 41. berkaitan dengan ideologi dan theisme
Kemudian untuk latar tempat dari pihak yang dianggap berbeda, atau
“jalan tol” ditunjukkan pengarang dalam hal ini adalah etnis minoritas
secara eksplisit melalui deskripsi yang yang ada.
terdapat pada baris 12 dan 36.
3.5 Sudut Pandang
b) Latar Waktu

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Penulis berpendapat bahwa cerpen 1. Jangan terlalu mudah percaya dengan


CAWyD menggunakan sudut pandang cerita orang lain, kita hidup harus
campuran, di mana “aku” menjadi pihak bersikap kritis bahkan juga skeptis
serba tahu yang menceritakan tokoh Clara. untuk hal-hal tertentu;
Namun di sisi lain, tokoh Clara juga 2. menghindari rasisme dengan
menceritakan kisahnya saat menjelaskan menerima segala perbedaan suku, ras
kejadian yang dialaminya pada tokoh aku dan agama masyarakat yang ada di
yang tidak lain adalah petugas kepolisian. Indonesia adalah salah satu upaya
Hal tersebut dapat dilihat pada baris 4 dan yang dapat dilakukan untuk
21. menghindari rasa sentimentil dan
meredam perpecahan;
Kutipan pada baris 4 memposisikan
3. jujur dan objektif adalah dua hal yang
tokoh “aku” sebagai pihak yang serba tahu
harus dijunjung tinggi oleh setiap
dengan cara mendeskripsikan kondisi
individu yang berintegritas dalam
Clara saat menceritakan kondisinya. Tokoh
lingkungan kerja dan pergaulannya,
tersebut menggunakan kata ganti “aku”
maka dari itu, jika ingin dinilai
yang lazimnya berkonotasi informal, atau
berintegritas sekaligus berkualitas
cenderung digunakan dalam gaya bahasa
maka usahakan untuk bersikap jujur
sehari-hari. Sedangkan kutipan pada baris
dan mengutamakan objektifitas saat
21, pengarang menjadikan tokoh Clara
berargumen.
sebagai pihak yang bercerita dengan gaya
Selain tiga amanat di atas, ada
bahasa formal, hal itu dapat dilihat dari
beberapa hal yang menurut penulis ingin
kata ganti “saya” yang digunakannya.
ditunjukkan oleh pengarang. Hal tersebut
Penggunaan kata ganti “aku” dan “saya”
berkaitan dengan isu politik yang dijadikan
dalam dua sudut pandang ini
latar belakang cerpen ini. Isu yang bahkan
menggambarkan adanya tindak-tanduk
sampai sekarang masih simpang-siur
yang menjunjung tinggi norma kesopanan
kebenarannya dan masih juga menjadi
dalam berinteraksi sosial. Clara berbicara
polemik pelik dalam perdebatan sejarah
sopan karena sedang berhadapan orang
terkait peristiwa Reformasi. Polemik
yang terhormat, tepatnya seorang petugas
tersebut berkaitan dengan dialektika yang
keamanan dan tokoh “aku” cenderung
terjadi di antara dua etnis yang mewakili
berbicara biasa karena ia seolah-olah
kaum proletar (Pribumi) dan kaum borjuis
bercerita kepada banyak orang (pembaca)
(keturunan Tionghoa).
dari cerpen tersebut.
b) Hasil Analisis Sosiologi Sastra
3.6 Amanat Marxisme Model Refleksi dan
Cerpen CAWyD memiliki berbagai amanat Korelasi Antara Fakta-Fiksi
yang berkaitan dengan hierarki kehidupan Sastra Marxisme Model Refleksi
bermasyarakat baik dari sudut pandang merupakan salah satu teori yang paling
sosial maupun politik. Dari sisi sosial, berpengaruh dalam kajian hubungan
berikut adalah amanat yang dapat diambil sastra dengan realitas sosial (Noor,
dari cerpen CAWyD: 2015:123). Realitas yang diangkat
dalam cerpen seolah menguatkan opini

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

bahwa latar belakang terjadinya tragedi George Lukasc dalam Ibe Karyanto
1998 adalah kesenjangan sosial antara (1997:67) menyatakan bahwa, “proses
Pribumi dengan etnis Tionghoa. Hal ini sejarah pada dasarnya merupakan proses
dapat dilihat dari cara pengarang tranformasi diri manusia. Proses ini
memaparkan konflik yang merujuk pada berlangsung secara dialektis, terus
sikap brutal Pribumi terhadap etnis menerus hingga terjadi penyingkapan
Tionghoa. kesadaran palsu”.
Menurut pendapat penulis,
Sebagaimana gagasan Lukacs
“penyingkapan kesadaran palsu” dalam
(dalam Noor, 2015:127) bahwa sastra
konteks ini berarti bahwa setiap sejarah
bukan sebagai cermin realitas yang
memiliki sisi lain yang bertentangan
memantulkan objek di depannya.
dengan opini publik atau stereotype yang
Artinya, sastra tidak serta-merta
telah berkembang sebelumnya. Sisi
menceritakan sebuah realita yang
tersebut bisa saja menjadi bagian yang
sama persis dengan fakta. Kreatifitas
memperkuat fakta sejarah, namun juga
pengarang dalam hal ini jelas
bisa menjadi bagian yang menyangsikan
mempengaruhi hasil teks yang berupa
fakta tersebut. Artinya, sebuah stereotype
isi dan tujuan dari sebuah karya yang
yang telah berkembang dan mengakar
diciptakan. Cara pengarang dalam
dalam pola pikir masyarakat, pada
menyampaikan pergerakan realitas
akhirnya akan tergoyahkan dengan
secara dialektik jelas mempengaruhi
hadirnya karya-karya sastra realis yang
resepsi pembaca saat memahami isi
pada dasarnya dipengaruhi oleh
dari karya sastra. Resepsi tersebut bisa
kreatifitas pengarangnya. Kreatifitas
saja sama dengan fakta atau realita
dalam konteks ini tidak semata-mata
yang terjadi, namun tidak menutup
menjadi bagian yang bebas berdasarkan
kemungkinan jika resepsi pembaca
imajinasi dan rekaan dari pengarang,
justru bertentangan dengan realita
melainkan juga didasarkan pada hasil
yang menjadi latar belakang dari
riset serta pengkajian yang lebih dalam
sebuah karya. Hal ini lah yang
terhadap sebuah fakta sejarah tertentu.
dimaksud sebagai fungsi sastra
Cerpen CAWyD merupakan salah
sebagai alat propaganda.
satu karya sastra yang memenuhi poin
Untuk memperjelas hasil dari analisis “menunjukkan hal implisit” berdasarkan
menggunakan teori sastra marxisme gagasan Lukasc. Hal implisit atau
model refleksi terhadap cerpen CAWyD, sesuatu yang ditunjukkan secara tidak
maka barikut ini adalah hasil analisis langsung melalui cerpen ini adalah
objek yang didasarkan pada poin-poin adanya kesangsian atau sikap skeptis
utama dari gagasan Luckacs. terhadap penyebab utama terjadinya
tragedi 1998. Sebagaimana penjelasan
Menunjukkan Hal Implisit (Tidak penulis pada penjabaran sebelumnya,
Terlihat) Seno seolah-olah ingin menumbuhkan
pola pikir kritis dan sikap skeptis

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

pembaca dalam memaknai tragedi 1998 masyarakat menjadi hal penting di dalam
yang menjadi latar belakang cerita. proses penciptaan karya sastra.
Meskipun pada kenyataannya, Menurut pendapat penulis, sebagai
pemaparan kronologi dalam cerpen seorang pengarang, Seno Gumira
memiliki kemiripan dengan realita yang Ajidarma telah menangkap akar dari
terjadi pada tragedi tersebut, namun permasalahan yang berkembang pada diri
dalam konteks resepsi, cerpen ini telah masyarakat. Masalah tersebut berkaitan
menjadi pemicu bagi para pembaca dengan berbagai stereotype yang
untuk lebih cermat dalam menyikapi menjadikan pihak etnis Tionghoa sebagai
penjelasan sejarah yang terkait. korban hingga generalisasi pemaknaan
Bagi penulis, dialektika dua etnis tanda Komunis yang disampaikan secara
yang menjadi representasi dua kubu implisit dalam monolog tokohnya di awal
utama dalam cerpen tersebut hanyalah cerita. Mengingat latar belakang Seno
media yang digunakan oleh pengarang yang sebagai jurnalis, maka tidak
dalam menggiring opini pembaca. Opini mengherankan jika deskripsi kronologi
tersebut memiliki dua fungsi, fungsi dalam cerpen dapat tersusun dengan
pertama adalah menjadi bagian yang runtut, baik, lugas dan jelas. Bukti
memperkuat pendapat masyarakat sederhana dari pemahaman mendasar
terhadap isu SARA dalam tragedi 1998, Seno pada akar masalah adalah Seno
jika cerpen CAWyD dipahami secara dapat menghadirkan sudut pandang
umum. Kedua, menjadi alat yang campuran.
mengembangkan sikap skeptis terhadap Jika dikaitkan dengan poin
realita yang terjadi pada tragedi tersebut kedua dari gagasan Lukasc yang
jika ditelaah secara khusus dan mendalam. berarti bahwa setiap karya sastra
memandang realitas secara utuh, maka
Memandang Realitas secara Utuh cerpen CAWyD adalah bukti dari
Lukasc dalam Ibe Karyanto (1997:70) karya yang diangkat dari stereotype
menyatakan bahwa, “seorang seniman yang berkembang di masyarakat.
mesti mampu dengan kesadarannya Artinya, cerpen tersebut disesuaikan
menangkap akar dari realitas yang dengan realitas yang terjadi di masa
nampak di permukaan”. Dari pernyataan itu dengan perspektif umum atau
tersebut, jelas bahwa Lukasc sesuai dengan opini publik yang telah
mempertegas statement bahwa setiap mengakar di pola pikir masyarakat.
seniman (sastrawan) harus memahami Hal ini bertujuan agar tendensi khusus
secara utuh sebuah realita atau fakta yang yang terdapat dalam sebuah karya
nantinya akan diangkat menjadi sebuah dapat tersampaikan dengan baik pada
karya. Pemahaman tersebut menjadi pembaca. Meskipun pada dasarnya,
dasar penciptaan, baik dari segi bahasa penafsiran setiap karya tetap
dan alur serta konten dari karya yang bergantung pada pemahaman dan
akan dibuatnya. Maka dari itu, pengetahuan dari masing-masing
pemahaman atau penangkapan akar dari pembaca.
realitas yang ada di lingkungan
Kreasi Total Kesadaran Manusia

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Menurut Lukasc, prinsip dasar seni yang dialami oleh Clara merupakan
(sastra) adalah kreasi total yang wujud kesadaran dari pihak Seno
bersumber pada persepsi total yang (pengarang) terhadap stereotype atau
mengarah pada isi konkret lapisan pandangan umum yang telah melekat
bawah dari realitas. Bentuk seni itu pada masyarakat. Penyesuaian ini juga
memecahkan relasi yang nampak dan bertujuan untuk memberikan tempat
melugaskan ketegangan antara bagi cerpen CAWyD agar dapat
pengalaman yang dinamis, yang diterima dengan baik, serta dipahami
bergerak tak terduga dan kekakuan dengan baik oleh para pembaca dari
bahasa rasio (Karyanto, 1997:72). Dari berbagai orang dengan pemahaman
pernyataan tersebut, maka dapat sekaligus perspektif yang beragam.
disimpulkan bahwa seni atau yang Sehingga pada akhirnya, karya ini
dalam konteks ini adalah sastra (CAWyD) dapat dikaji atau ditelaah dan
merupakan hasil dari olah pikir dipahami dengan berbagai sudut
seorang pengarang yang didasarkan pandang oleh para pembacanya.
pada realita dan diolah dengan kreatif.
Refleksi Artistik atas Realitas
Bentuk seni (sastra) yang dapat
Menurut Lukacs, teori seni realis lahir
memecahkan relasi antara fleksibilitas
dari desakan realitas sosial yang
pengalaman dengan stereotype
terpecah. Sebagai sebuah refleksi, seni
terdahulu yang telah mengakar dalam
realis merupakan sebuah jawaban yang
pola pikir masyarakat, menjadikan
paling dekat dengan kebutuhan dan
sastra sebagai media propaganda,
kerinduan akan keutuhan. Refleksi
termasuk untuk menyampaikan fakta
artistik mencakup kekhasan individual
yang tidak disampaikan secara lugas
dan ciri umum dari realitas sosial.
melalui pemberitaan media.
Seorang sastrawan realis, misalnya,
Jika dikaitkan pada analisis objek dalam karyanya memberikan gambaran
dalam penelitian ini, maka objek pun dunia utuh deengan tindakan khas
merupakan hasil kreasi pengarang yang individu yang muncul sebagai tindakan
mengolah poin-poin inti dari kekisruhan yang integral dengan sifat umum
pada era Reformasi dalam bentuk fiksi. lingkungan sosialnya (Karyanto,
Hal yang ditonjolkan dalam cerpen pun 1997:76).
didasarkan pada peristiwa 1998 yang
Berdasar pada pernyataan
disesuaikan dengan konten dari
tersebut, maka CAWyD adalah salah
pemberitaan dalam berbagai media, di
satu bentuk karya sastra yang
mana pada peristiwa tersebut, dua etnis
merefleksikan realitas dengan gaya
besar di Indonesia sedang mengalami
artistik. Artinya, setiap hal yang
gap yang berujung pada kekisruhan.
berkaitan dengan deskripsi kronologi
Bagi penulis, penonjolan inti dari latar
maupun kejadian yang dialami oleh
belakang cerita serta deskripsi dari
tokoh Clara dikemas secara dramatis,
kronologi kekisruhan dan pemerkosaan
namun tidak berlebihan karena

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

disesuaikan dengan kondisi yang terjadi penciptaan, situasi dan tragedi yang terjadi,
pada tahun 1998. maupun faktor-faktor lain.

Ungkapan Kritis Emansipatoris Pada penelitian ini, penulis


Lukacs memberi perhatian serius menemukan unsur keberpihakan
terhadap masalah-masalah kesadaran, pengarang yang dapat dilihat dari
terutama dalam konteks kelas ploretar. penggambaran kronologi pemerkosaan
Bagi Lukacs kesadaran adalah intansi terhadap Clara dan deskripsi kebrutalan
koheren yang menjadi kekuatan yang Pribumi yang dapat dilihat dari
menghantarkan manusia pada penggambaran situasi dan kekisruhan
pemahaman akan keberadaannya. yang terjadi dalam baris 8, 11, 24, 25 26,
Menurut pandangan Lukacs, kesadaran 27, 28, 29, 30 dan 31.
tidak bisa direduksi sekedar sebagai Tatanan Humanis Seni Realis
sebuah pemahaman (rasio), karena daya Berkaitan dengan poin ini, Lukasc pernah
kesadaran merupakan daya yang berpendapat bahwa seni (sastra)
menggerakan seluruh intansi motorik merupakan bentuk objektif estetika yang
(Karyanto, 1997:78). muncul dari keprihatinan subjektif
Lukacs juga menambahkan bahwa, terhadap kepalsuan yang menyelimuti
apa yang tampak objektif hanyalah esensi dari realitas sosial (Karyanto,
fenomena dari yang tidak tampak dan 1997:83). Dari pendapat tersebut jika
itu hanya dapat dipahami oleh dikaitkan dengan cerpen CAWyD maka
kesadaran subjektif. Pemahaman hanya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
terjadi bila yang objektif dan subjektif cerpen CAWyD adalah bentuk dari
berada dalam kesatuan. Bagi Lukacs, propaganda sastra yang mengambil isu
dengan demikian fenomena tidak tragedi 1998. Pemerkosaan yang dialami
menjadi penting dalam dirinya, yang Clara adalah salah satu bentuk contoh
lebih penting adalah mengenal di balik tindakan brutal yang dilakukan oleh
fenomena (Karyanto, 1997:78). kaum Pribumi, bukan semata-mata
karena unsur SARA melainkan akibat
Dari gagasan tersebut, penulis dari titik jenuh dan jengah atas kondisi
menyimpulkan bahwa pada kenyataannya, perekonomian yang cenderung
lazimnya, setiap karya sastra menyudutkan pihak Pribumi. Namun, jika
menyembunyikan subjektifitas pengarang ditelaah lebih lanjut dan disingkronkan
terhadap fenomena yang menjadi latar dengan analisis dari korelasi fakta-fiksi,
belakang dari karyanya melalui hal-hal maka sebenarnya kesenjangan yang
yang bersifat manipulatif. Artinya, kalimat, terjadi di antara dua etnis ini hanyalah
deskripsi dan penggambaran yang seolah- dampak dari konflik internal di dalam
olah objektif, justru akan menjadi hal yang pemerintahan yang kemudian
dapat dimaknai subjektif apabila pembaca memanfaatkan situasi.
mampu mengartikan atau memahami
sebuah karya sastra yang kemudian Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dihubungkan dengan fakta-fakta sejarah statement atau gagasan yang menyebutkan
yang berkaitan dengan karya tersebut. bahwa “seni adalah bentuk objektif estetika
Entah kaitan itu berdasarkan waktu yang muncul dari keprihatinan subjektif
Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

terhadap kepalsuan yang menyelimuti Realitas sosial yang digambarkan


esensi dari realitas sosial” adalah benar. dalam cerpen CAWyD menyudutkan pihak
Bentuk objektif estetika berarti gagasan Pribumi karena sikap brutalnya yang
atau cara penggambaran yang digunakan secara otomatis menempatkan posisi kaum
oleh pengarang cenderung terlihat objektif Tionghoa sebagai korban. Namun jika
dengan melibatkan tokoh-tokoh yang dikomparasikan dengan betul-betul, maka
berasal dari dua kubu, sehingga sudut kedua kubu sebenarnya juga korban dari
pandang permasalahan dapat dilihat dari konflik yang sengaja dibangun oleh
dua titik yang berbeda. Meskipun pada oknum-oknum tertentu agar stabilitas
dasarnya, tidak ada karya sastra yang negara tergoncang dan terjadi pergantian
bersifat objektif mutlak karena sastra pemimpin di masa itu. Ini lah poin yang
memang diciptakan sebagai media menjadi penguat statement bahwa sastra
alternatif untuk propaganda. Kemudian, adalah sebuah wujud keprihatinan atas
maksud dari “bentuk keprihatinan subjektif realitas sosial yang kemudian disampaikan
terhadap kepalsuan realitas” berarti bahwa dengan berbagai cara, sesuai dengan
setiap karya sastra, termasuk CAWyD kreativitas dan sudut pandang serta
adalah produk dari kegelisahan atau tendensi yang hendak dicapai oleh
keprihatinan terhadap sebuah situasi yang pengarangnya.
berkaitan dengan realitas sosial, baik dari
Demokrasi-Humanisasi: Tatanan
segi kemanusiaan, perekonomian maupun
Masyarakat Realis
politik. Kepalsuan realitas dapat dipahami
Lukacs pernah mengatakan bahwa seni
sebagai wujud dari penyembunyian fakta
realisme mampu mengubah kesadaran
oleh media, yang kemudian disampaikan
bagi penerimanya. Seni realis adalah
dengan cara yang lebih estetik melalui
pemahaman atas permasalahan yang
karya-karya seni (sastra).
dihadapi oleh masyarakat sebagai
De-Humanisasi: Keprihatinan komunitas manusia-manusia utuh. Seni
Realisme Sosial realis dengan kata lain menyajikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia makna eksistesi realitas sosial yaitu
mulai memasuki era kapitalisme tepat di demokrasi yang humanis (Karyanto,
bawah kepemimpinan rezim Soeharto, 1997:91). Dari gagasan tersebut, jelas
artinya era kapitalisme di Indonesia bahwa setiap karya sastra diharapkan
mengalami pertumbuhan pesat pada masa mampu mengubah pandangan
Orde Baru (Orba). Maka tidak pembacanya dengan perspektif baru
mengherankan jika pada proses sehingga pembaca tersebut tidak
perkembangannya, banyak terjadi konflik terkungkung dalam satu stereotype yang
yang akhirnya menimbulkan kesenjangan belum tentu benar.
sosial, termasuk kesenjangan yang terjadi Berkaitan dengan gagasan tersebut,
antara kubu Pribumi dengan etnis penulis menyimpulkan bahwa keterkaitan
Tionghoa yang diangkat dalam cerpen antara poin ini dengan cerpen CAWyD
CAWyD. adalah cerpen tersebut sengaja diciptakan

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

untuk membuka pikiran masyarakat d) perusakan fasilitas umum yang


dalam menelaah dan memahami peristiwa dilakukan oleh masyarakat saat
1998 dari berbagai sudut pandang tanpa itu murni akibat krisis ekonomi
menyudutkan salah satu pihak, tepatnya yang melanda Indonesia serta
salah satu etnis. Meskipun dalam cerpen wujud aktualisasi dari
tersebut pengarang nampak seolah-olah kejenuhan terhadap pemerintah.
menonjolkan kebrutalan Pribumi, namun - Fakta dari Tim Gabungan Pencari
pada dasarnya, penulis secara subjektif Fakta (TPGF)
meyakini bahwa itu merupakan tak-tik Menurut hasil rangkuman dari
yang sengaja digunakan untuk memantik temuan TPGF yang
skeptisme agar selanjutnya, para pembaca dipublikasikan melalui beberapa
lebih bersikap kritis terhadap isu-isu kanal terintegritas, maka berikut
sosial dan berani melihat segala ini adalah poin-poin inti dari fakta
sesuatunya dari berbagai sudut pandang. yang terkait dengan tragedi 1998:
a) Tragedi 1998 bukan hanya
c) Hasil Analisis dari Korelasi Fakta
hasil dari kesenjangan sosial
Fiksi antara Pribumi dengan etnis
- Fakta dalam Fiksi Tionghoa karena sebelum
a) Etnis Tionghoa menjadi pihak tragedi itu terjadi, Indonesia
yang dideskriminasi serta telah mengalami krisis moneter
korban dari kebrutalan kaum yang diperkeruh oleh campur
Pribumi sebagai akibat dari tangan IMF dalam menangani
kesenjangan ekonomi di antara masalah keuangan di
kedua kubu tersebut; Indonesia;
b) terdapat stereotype yang b) faktor politik dalam tubuh
melekat dalam masyarakat di internal TNI (ABRI) yang
terkait kesalahpahaman dari menyinggung nama Wiranto
arti Komunisme dan Atheisme dan Prabowo disebut-sebut
karena secara implisit, sikap sebagai faktor pendukung
skeptis yang ditunjukkan oleh utama terjadinya tragedi 1998.
tokoh aku memposisikan tokoh Hal tersebut diperkuat dengan
Clara sebagai bagian dari - hasil temuan TGPF yang
antek-antek PKI dan bagi etnis menyebutkan bahwa pihak
Pribumi, keturunan Tionghoa provokator yang memulai
adalah orang-orang yang tidak perusakan fasilitas umum dan
memiliki agama (penganut memicu kekisruhan di Jakarta
paham Atheisme); saat itu cenderung memiliki
c) kisruh yang menyudutkan kemiripan dari segi fisik, yakni
posisi pihak Tionghoa dalam berbadan tegap dan berambut
cerpe menguatkan opini publik cepak. Ciri fisik tersebut
bahwa tragedi 1998 adalah merujuk pada sebuah asumsi
tragedi SARA; yang menyebutkan bahwa
pihak provokator dalam tragedi

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

tersebut justru adalah orang- kondisi sosial-politik saat itu,


orang terlatih, yang pada sehingga pembaca dapat
konteks ini merupakan bagian memahami isu yang diangkat
dari TNI (ABRI); dengan baik. Namun meskipun
c) pusat kerusuhan yang berada begitu, jika ditelisik lebih lanjut,
pada lokasi-lokasi tertentu maka cerpen ini juga mampu
mengindikasikan bahwa memantik sikap skeptis bagi para
sebenarnya telah terjadi pembaca kritis yang paham dengan
perencanaan sebelumnya. Hal tragedi 1998;
tersebut diperkuat dengan 3. dari hasil analisis objek yang
adanya fakta lain yang menggunakan Teori Sastra
menunjukkan bahwa saat Marxisme-Model Refleksi, maka
tragedi tersebut pecah, cerpen ini dapat dikategorikan
beberapa jendral justru sedang sebagai produk refleksi pengarang
berada di luar Jakarta; terhadap isu sosial yang menjadi
d) ketidaktegasan pemerintah latar belakang (ide) cerita. poin-
dalam proses gelar perkara poin Sastra Marxisme-Model
terkait kasus diskriminasi Refleksi yang digagas oleh George
terhadap etnis Tionghoa yang Lukasc serta analisis terkait
dibantai dan diperkosa korelasi antara fakta dan fiksi yang
menjadikan asumsi masyarakat digunakan untuk menganalisis
terkait isu SARA sebagai objek, memperkuat simpulan
faktor utama dari tragedi 1998. penulis bahwa CAWyD merupakan
wujud refleksi pengarang terhadap
4. Simpulan gap antara dua etnis yang
Dari proses analisis cerpen CAWyD, maka sebenarnya sengaja diciptakan oleh
penulis dapat menarik beberapa oknum-oknum tertentu, sehingga
kesimpulan sebagaimana berikut: secara eksplisit unsur kesenjangan
sosial-ekonomi lah yang menjadi
1. sebagai produk sastra, maka pemicu dari gap tersebut.
CAWyD telah termasuk dalam
kategori karya yang difungsikan Ketiga inti simpulan di atas
sebagai media propaganda dari segi memperkuat statement bahwa setiap karya
sastra-politik. Hal ini dikarenakan sastra adalah alat propaganda yang sengaja
oleh Seno (pengarang) cenderung diciptakan untuk menunjukkan fakta-fakta
fokus pada konten atau substansi tersembunyi atau hal yang sebelumnya
yang diangkat dalam cerpen; tidak dipublikasikan secara langsung dan
2. pertentangan kelas yang ditunjukan jelas oleh media pemberitaan. Pertentangan
melalui gap antara Pribumi dengan kelas yang direpresentasikan oleh dua etnis
etnis Tionghoa dikemas dengan di Indonesia menunjukkan bahwa
realistis dan disesuaikan dengan sebenarnya pergolakan yang terjadi atau

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

peristiwa yang didasari oleh kesenjangan dengan Pendekatan Historis.


sosial-ekonomi merupakan bukti bahwa di https://www.academia.edu/16475097
negara ini, paham Marxisme masih / diakses pada 14 Desember 2017.
dijadikan dasar pergerakan atau Ahsan, Aulia Ivan. 2018. 20 Tahun
penentangan terhadap ketidakadilan. Reformasi: Yang Terjadi Sepanjang
Namun yang perlu dipahami dalam Januari 1998. https://tirto.id/20-
konteks ini adalah bahwa, paham tahun-reformasi-yang-terjadi-
Marxisme tidak sama dengan paham sepanjang-januari-1998-cJBd ,
Komunisme. Paham tersebut hanya diakses pada 19 April 2018.
menjadi dasar pergerakan atau landasan Ahsan, Aulia Ivan. 2018. 20 Tahun
protes kaum proletar terhadap Reformasi: Yang Terjadi Sepanjang
ketidakadilan sosial dan ekonomi seperti Februari 1998. https://tirto.id/20-
yang direpresentasikan oleh kubu Pribumi tahun-reformasi-yang-terjadi-
dalam cerpen CAWyD. Tidak ada sepanjang-februari-1998-cJBh ,
pergerakan yang dilandasi oleh paham diakses pada 19 April 2018.
selain kiri, namun yang pasti adalah tidak Ahsan, Aulia Ivan. 2018. 20 Tahun
semua hal yang berkaitan dengan kiri Reformasi: Yang Terjadi Sepanjang
(marxisme) merupakan sesuatu yang bisa Maret 1998. https://tirto.id/20-tahun-
diartikan sama dengan komunisme, reformasi-yang-terjadi-sepanjang-
khususnya PKI di Indonesia. Begitu pula maret-1998-cJCW , diakses pada 19
dalam penelitian ini karena pada dasarnya, April 2018.
unsur marxisme yang digunakan hanya Ahsan, Aulia Ivan. 2018. 20 Tahun
bersifat membantu proses analisis terhadap Reformasi: Yang Terjadi Sepanjang
pertentangan kelas yang ada pada cerpen. April 1998. https://tirto.id/20-tahun-
reformasi-yang-terjadi-sepanjang-
april-1998-cJEp , diakses pada 29
Daftar Pustaka April 2018.

Adeboy, Derick. dkk. 2016. Membongkar Ahsan, Aulia Ivan. 2018. 20 Tahun
Cerpen Clara Atawa Wanita yang Reformasi: Yang Terjadi Sepanjang
Diperkosa karya Seno Gumira Mei 1998. https://tirto.id/12-mei-
Ajidarma; Sebuah Analisis 1998-empat-mahasiswa-trisakti-
Dekontruksi dengan Fokus Sudut ditembak-aparat-cKhq , diakses pada
Pandang 1. 12 Mei 2018.
https://www.academia.edu/32293799
diakses pada 14 Desember 2017. Andini, Alfany Roosi. 2016. Fahri
Hamzah: Nyawa Melayang di
Agustin, Alya. dkk. 2016. Analisis Cerpen Tragedi Mei 1998 Tak Sepele.
Clara Atawa Wanita yang Diperkosa https://www.cnnindonesia.com/nasio
Menggunakan Pendekatan nal/ , diakses pada 29 April 2018.
Strukturalisme Genetik. Jakarta: FBS
Universitas Indonesia. Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi
https://academia.edu/23969078 Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.
diakses pada 14 Desember 2017. Jakarta: Depdikbud

Agustin, Resita. Analisis Cerpen Clara Faruk. 2003. Pengantar Sosiologi Sastra:
Atawa Wanita yang Diperkosa Dari Strukturalisme Genetik sampai
Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Post-modernisme. Yogyakarta: https://download.portalgaruda.org/


Pustaka Pelajar diakses pada 16 September 2017.

Gumilang, Prima. 2016. Kisah Mencekam Karyanto, Ibe. 1997. Realisme Sosialis
Mugiyanto Korban Penculikan 1998 Georg Lukasc. Jakarta: Gramedia
Dekati Maut. Pustaka Utama.
https://cnnindonesia.com , diakses
pada 29 April 2018. Koentjoroningrat.. 1979. Metode-Metode
Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/ Gramedia.
artikel/Seno_Gumira_Ajidarma |
Ensiklopedia Sastra Indonesia - Mardjianto, F.X. Lilik Dwi. Politik Sastra
Badan Pengembangan dan Politik,
Pembinaan Bahasa, Kementerian http://fikom.umn.ac.id/2015/01/15/ /,
Pendidikan dan Kebudayaan diakses pada 13 Juli 2018
Republik Indonesia. Diakses pada 29
April 2018. Noor, Redyanto. 2015. Pengantar
Pengkajian Sastra. Semarang:
https://www.scribd.com/doc/213685571/C Fasindo.
LARA-Atawa-Wanita-Yang-
Diperkosa , diakses pada tanggal 6 Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori
September 2017 Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
https://tionghoa.info. Mei, 9 2016.
Peristiwa Mei 1998 di Jakarta: Titik Putri, Ann. 2017. Mohon Izin untuk
Terendah Sejarah Etnis Tionghoa di Membunuh dan Memperkosa!: Bara
Indonesia, diakses pada 25 Mei ’98 dan Kesunyian Setelahnya.
November 2017. https://medium.com/ . Diakses pada
tanggal 21 April 2018.
Jaya, Rendy Sukma. Dominasi Etnis Cina
dalam Kegiatan Ekonomi di Rahman, Kurnia Arif. 2014. Ambivalensi
Indonesia periode tahun 1930 Nasionalisme dalam Cerpen “Clara
sampai tahun 2000, Atawa Wanita yang Diperkosa”
(http://historyrendhy.blogspot.com/ , karya Seno Gumira Ajidarma:
diakses pada 14 September 2017 Kajian Poskolonial. Jurnal Poetika
Vol.II No.2.
Juliastuti, Nuraini. “Andy Fuller: https://jurnal.ugm.ac.id/poetika/
Memahami Seno dan (diakses pada 14 Desember 2017).
Menghadapkannya dengan
Pascamodernisme”, Rane, Zakridatul Agusmaniar. 2013. Teori
http://kunci.or.id/articles/ diakses Strukturalisme Levi-Starrus.
pada 15 September 2017 Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
htpps://ydhasnote.blogspot.com
Jupriono, D. dkk. 2009. Kemampuan (diakses pada 15 Maret 2018).
Mahasiswa Mengimplementasikan
Kritik Sastra Marxis dalam Rappler. 2015. Menolak Lupa: 13 Aktivis
Penelitian Sastra Interdisipliner. 1998 Masih Hilang.
Parafrase Vol.09 No.2.

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 1412-9418


HUMANIKA Vol. XX no X 201X
ISSN 1412-9418
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

https://rappler.com , diakses pada 29


April 2018

Resnitriwati, Christine. 2014. Clara Seno


Gumira Ajidarma dalam Kajian
Stilistika. Humanika Vol.19 No.1.
https://ejournal.undip.ac.id/ (diakses
pada 14 Desember 2017).

Suseno, Frans Magnis. 1999. Pemikiran


Karl Marx “Dari Sosialisme Utopis
ke Perselisihan Revisionisme”.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Tuloli (1992) dalam Jurnal Parafrase Vol.9


No.2 tahun 2009.
http://id.portalgaruda.org diakses
pada 20 September 2017.

Wulandari, Arinda S. 2011. Pertentangan


Kelas Sosial dalam Cerpen Clara
Atawa Wanita yang Diperkosa.
http://ruangkata-
katavie.blogspot.co.id/ diakses pada
14 Desember 2017.

Copyright @201X, HUMANIKA, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X

Vous aimerez peut-être aussi