Vous êtes sur la page 1sur 24

EMISSION AKTUALITAS CARBON DISCLOSURE SEBAGAI ARAH

PENGEMBANGAN CORPORATE SUSTAINABILITY

(Studi Empiris pada Bursa Epek Indonesia)

Andi Nurlinda
10800113204
Kelas C
Andiindah387@gmail.com

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini terjadi perubahan yang signifikan pada ilmu
ekonomi, aktivitas konsumsi yang dilakukan manusia secara sadar atau tidak telah
memicu terjadinya pemanasan global. Padahal konsep mengenai green accounting
sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa, diikuti dengan mulai
berkembangnya penelitian-penelitian yang terkait dengan isu mengenai konsep
akuntansi lingkungan di tahun 1980an (Gray, dkk., 1996). Didasari hal tersebut
akhirnya konsep mengenai akuntansi lingkungan disahkan dalam Protokol Kyoto.
Protokol Kyoto adalah sebuah perjanjian internasional terkait dengan konvensi
kerangka kerja PBB tentang Perubahan Iklim, United Nations Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC), menetapkan target pengurangan emisi
yang mengikat secara internasional.Negara-negara yang meratifikasi protokol ini
berkomitmen untuk mengurangi emisi atau pengeluaran karbon dioksida dan lima
gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka
menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan
dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi
akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C hingga 0,28°C pada tahun
2050. Untuk menunjang pelaksanaan carbon management accounting, saat ini
terdapat sebuah peraturan mengenai praktik dan prosedur bisnis yang ramah
lingkungan yang dikenal dengan nama Clean Development Mechanicism (CDM)
Projects. Jika sebuah perusahaan telah menjalankan usahanya sesuai dengan aturan-
aturan yang ada pada CDM yang salah satunya adalah reduksi emisi karbon yang
dihasilkan perusahaan, maka perusahaan tersebut berhak memperoleh Certified
Emission Reduction (CER). Di Indonesia sendiri saat ini konsep carbon
management accounting (akuntansi manajemen karbon) tengah berkembang,
khususnya pada bidang manufaktur. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa industri
manufaktur sangat erat kaitannya dalam menghasilkan emisi bagi lingkungan.
(Mugi, 2014). Carbon Accounting adalah proses perhitungan banyaknya carbon
yang dikeluarkan proses industri, penetapan target pengurangan, pembentukan
sistem dan program untuk mengurangi emisi carbon, dan pelaporan perkembangan
program tersebut (Louis dkk., 2010).
Dengan carbon accounting, perusahaan dapat mengetahui tingkat emisi
carbon yang dihasilkannya dari hasil pengukuran, kemudian manajemen
perusahaan dapat menetapkan strategi-strategi untuk mengurangi emisi carbon
tersebut dan melaporkannya kepada stakeholders perusahaan. Kesadaran tentang
lingkungan juga mulai tumbuh pada masyarakat di Indonesia sejak banyaknya
bencana alam yLng terjadi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dan industri di
Indonesia berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan semakin
bertarnbahnya jumlah industry di Indonesia, polusi industri juga meningkat,
khususnya folusi udara. OIeh karena itu, masalah lingkungan saat ini menjadi hal
yang penting untuk dibicarakan dan dicarikan solusinya oleh pemerintah dan
carbon accounting bisa menjadi solusi yang baik untuk Indonesia. Namun sayang,
carbon accounting ini di Indonesia belum diterapkan dan masih berupa wacana saja.
( Dwijayanti, 2011).Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dapat
dilihat pula dari adanya Perpres No. 61 Tahun 2011 mengenai Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Perpres No. 71 Tahun 2011
mengenai penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca nasional. Pada pasal 4
Perpres No. 61 Tahun 2011, disebutkan bahwa pelaku usaha juga ikut andil dalam
upaya penurunan emisi GRK. Upaya pengurangan emisi GRK (termasuk emisi
karbon) yang dilakukan oleh perusahaan sebagai pelaku usaha dapat diketahui dari
pengungkapan emisi karbon (Carbon Emission Disclosure). ( jannah, 2014).
Kesadaran perusahaan terhadap pelaksanaan tanggung jawab social dan lingkungan
atau perlakuan dalam akuntansi manajemen lingkungan yang masih rendah
disebabkan pengaruh negatif yang terjadi antara kinerja lingkungan perusahaan
yang direfleksikan dengan emisi karbon terhadap kinerja perusahaan yang
direfleksikan dengan nilai perusahaan (Matsumura, 2012).
Penerapan akuntansi karbon masih jarang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan, terutama perusahaan industri. Masih minim penerapan akuntansi
karbon ini disebabkan belum adanya fasilitas pengukuran, format pelaporan baku
serta belum adanya insentif maupun disinsentif yang diberikan pada penerapan
akuntansi karbon. (Siska, 2013). Resiko karbon yaitu terkait dengan emisi dari
listrik yang dibeli dan digunakan dari pemasok atas seluruh rantai pasokan. Untuk
mengatasi resiko karbon, perusahaan sering mencoba strategi mitigasi yang akan
menanggapi masalah lingkungan melalui perbaikan dalam desain, akuisisi,produksi,
distribusi, penggunaan kembali, dan pembuangan limbah. Dalam rangka mengukur
dan melaporkan dampak lingkungan atas resiko karbon,akuntansi manajemen
lingkungan dan keberlanjutan merupakan sarana yang dapat membantu perusahaan
dal am mengkontrol lingkungan dan penghematan biaya melalui efisiensi ekologi
sehingga dapat memantau resiko karbon dalam operasi bisnis (Carter 2011 dalam
Ki-Hoon Lee 2012). Dengan pelaporan pelaksanaan tanggung jawab
sosial,Lingkungan dan kelestarian alam (carbon emission disclosure) dalam laporan
tahunan perusahaan ini diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi atas peran
sosial,kepedulian lingkungan dan melestarikan alam yang telah dilakukan oleh
perusahaan tersebut,sehingga perusahaan akan memperoleh dukungan dari
masyarakat, dan kelangsungan hidup perusahaan dapat diperoleh.(Hanifah, 2017).

Kemudian implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh


sejumlah aturan seperti UU No. 23/ 1997 tentang manajemen lingkungan dan aturan
yang dikeluarkan Bursa Efek Jakarta mengenai prosedur dan persyaratan listing dan
juga standar laporan keuangan (PSAK). Sejumlah perusahaan sudah membuat
laporan mengenai pelaporan berkelanjutan secara tersendiri seperti misalnya Astra
Internasional, aneka tambang, jaya ancol dan bukit asam (Sihotang, 2006). Dengan
adanya aturan yang di keluarkan Bursa Efek Jakarta mengenai prosedur dan
persyaratan listing ini diharapkan perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta akan memiliki kepdulian yang lebih tinggi terhadap
perm asalahan-perm asalahan lingkungan dan masyarakat wujud perhatian
perusahaan terhadap lingkungannya tampak dalam kegiatan dan kebijakan yang
dilakukan dan digariskan oleh perusahaan. Akuntansi sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari dunia usaha ikut memberikan kontribusi dalam menanggapi
perhatian sosial perusahaan tersebut dengan berkembangnya wacana akuntansi
sosial termasuk di dalamnya pengungkapan sosial (social disclosures) (Anriana,
2005).Emisi karbon yang dihasilkan oleh aktivitas produksi dari industri, sebelumnya
dikategorikan sebagai dampak negatif terhadap lingkungan (eksternalitas negatif).
Eksternalitas negatif tersebut selama ini tidak dapat diakui/ dicatat dalam akuntansi
keuangan karena tidak dapat dikuantifikasikan/ dinyatakan dalam satuan uang. Hal
ini dalam perkembangannya dapat diatasi melalui pengenalan mekanisme
perdagangan hak emisi karbon (Emissions Trading). Pada dasarnya mekanisme ini
mengatasi masalah kesulitan pengakuan yang selama ini dihadapi melalui
pengalokasian nilai uang terhadap hak emisi karbon yang diberikan oleh pemerintah
atau pihak yang berwenang yang selanjutnya dapat diperjualbelikan oleh pemegang
hak tersebut. Perubahan dalam karakteristik eksternalitas negatif berupa hak emisi
karbon menjadi aset tidak berwujud yang dapat diperjualbelikan telah mengatasi
masalah pengakuan hak emisi karbon dalam akuntansi keuangan. Masalah yang
diperde-batkan terkait dengan praktik perdagangan hak emisi karbon sejak 2003
adalah berhubungan dengan metode pencatatan dan penilaian yang digunakan.
Hingga saat suatu kesepakatan tentang metode pencatatan dan penilaian yang dapat
diterima secara konseptual maupun secara praktik belum ditentukan (Rikasari, 2009).
Puncaknya, ditandatanganilah Protokol Kyoto oleh beberapa negara di dunia,
yang merupakan sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang
Perubahan lklim (kardono, 2010). Carbon Emission Disclosure di Indonesia masih
merupakan voluntary disclosure dan praktiknya masih jarang dilakukan oleh entitas
bisnis. Perusahaan yang melakukan pengungkapan emisi karbon memilikibeberapa
pertimbangan diantaranya untuk mendapatkan legitimasi dari para
stakeholder,menghindari ancaman-ancaman terutama bagi perusahaan-perusahaan
yang menghasilkan gas rumah kaca (greenhouse gas) seperti meningkatkan
operating costs, mengurangi permintaan(reduced demand), risiko reputasi
(reputational risk), proses hukum (legal proceedings), serta denda dan pinalti
(berthelot, 2011). Dasar pengukuran pengungkapan emisi karbon tersebut adalah
lembar permintaan informasi yang diberikan oleh CDP (Carbon Disclosure Project)
(choi, 2008).
menggunakan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat Emisi Karbon, Tipe
Industri, dan Kualitas Corporate Governance sebagai variabel independen.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi carbon emission disclosure pada
perusahaan di Indonesia,(Jannah dan Muit 2014). Oleh karena itu penelitian ini
berusaha meneliti kembali carbonemission disclosure ditinjau dari faktor-faktor yang
berbeda yaitu media exposure, kinerja lingkungan dan karakteristik perusahaan (tipe
industri, profitabilitas dan ukuran perusahaan) go public berbasis syariah.
Pertimbangan tahun penelitian 2012-2014 dikarenakan setelah keluarnya Perpres No.
61 Tahun 201115 dan Perpres No. 71 Tahun 2011 (Bayu,2016). Carbon Trade yang
menghasilkan karbon akan membayar sejumlah dana sebagai kompensasi kepada
pihak yang memiliki potensi menyerap karbon, sedangkan pada pihak yang memiliki
potensi penyerapan karbon akan melakukan offset atas kemampuan serap karbon
yang dimiliki dengan potensi karbon yang dihasilkan. Selanjutnya apabila hasil offset
perusahaan memiliki surplus potensi serap karbon, maka perusahaan dapat menjual
surplus potensi serap karbon tersebut ke perusahaan lain yang mengalami defisit
potensi serap karbon ataupun perusahaan yang tidak memiliki potensi serap karbon.
Sebaliknya, apabila hasil offset perusahaan mengalami defisit serap karbon, maka
perusahaan akan membayar jasa lingkungan serap karbon kepada perusahaan yang
memiliki surplus potensi serap karbon. ( Yulianti, 2015).
B. Rumusan Masalah
Untuk menunjang pelaksanaan carbon management accounting, saat ini
terdapat sebuah peraturan mengenai praktik dan prosedur bisnis yang ramah
lingkungan yang dikenal dengan nama Clean Development Mechanicism (CDM)
Projects. Jika sebuah perusahaan telah menjalankan usahanya sesuai dengan aturan-
aturan yang ada pada CDM yang salah satunya adalah reduksi emisi karbon yang
dihasilkan perusahaan, maka perusahaan tersebut berhak memperoleh Certified
Emission Reduction (CER). Di Indonesia sendiri saat ini konsep carbon management
accounting (akuntansi manajemen karbon) tengah berkembang, khususnya pada
bidang manufaktur. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa industri manufaktur
sangat erat kaitannya dalam menghasilkan emisi bagi lingkungan. (Mugi, 2014)
Upaya pengurangan emisi GRK (termasuk emisi karbon) yang dilakukan oleh
perusahaan sebagai pelaku usaha dapat diketahui dari pengungkapan emisi karbon
(Carbon Emission Disclosure). ( jannah, 2014). Kesadaran perusahaan terhadap
pelaksanaan tanggung jawab social dan lingkungan atau perlakuan dalam akuntansi
manajemen lingkungan yang masih rendah disebabkan pengaruh negatif yang te
rjadi antara kinerja lingkungan perusahaan yang direfleksikan dengan emisi karbon
terhadap kinerja perusahaan yang direfleksikan dengan nilai perusahaan (Matsumura,
2012).
Penerapan akuntansi karbon masih jarang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan, terutama perusahaan industri. Masih minim penerapan akuntansi karbon
ini disebabkan belum adanya fasilitas pengukuran, format pelaporan baku serta
belum adanya insentif maupun disinsentif yang diberikan pada penerapan akuntansi
karbon. (Siska, 2013) Resiko karbon yaitu terkait dengan emisi dari listrik yang
dibeli dan digunakan dari pemasok atas seluruh rantai pasokan. Untuk mengatasi
resiko karbon, perusahaan sering mencoba strategi mitigasi yang akan menanggapi
masalah lingkungan melalui perbaikan dalam desain, akuisisi,produksi, distribusi,
penggunaan kembali, dan pembuangan limbah. Dalam rangka mengukur dan
melaporkan dampak lingkungan atas resiko karbon,akuntansi manajemen lingkungan
dan keberlanjutan merupakan sarana yang dapat membantu perusahaan dalam
mengkontrol lingkungan dan penghematan biaya melalui efisiensi ekologi sehingga
dapat memantau resiko karbon dalam operasi bisnis (Carter 2011 dalam Ki-Hoon
Lee 2012). Dengan pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial,Lingkungan dan
kelestarian alam (carbon emission disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan ini
diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi atas peran sosial,kepedulian
lingkungan dan melestarikan alam yang telah dilakukan oleh perusahaan
tersebut,sehingga perusahaan akan memperoleh dukungan dari masyarakat, dan
kelangsungan hidup perusahaan dapat diperoleh.(Hanifah, 2017).
Adapun pernyataan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan akuntansi karbon di perusahaan industri?
2. Bagaimanakah perusahaan menilai pengurangan emisi yang mengikat
secara iinternasional?
3. Bagaimanakah peraturan mengenai praktik clean development
mehanicism project yang ramah lingkungan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui akuntansi karbon di perusahaan indusrti
2. Untuk mengetahui perusahaan menilai pengurangan emisi yang
mengikat secara internasional
3. Untuk mengetahui peraturan mengenai praktik clean development
mehanicism project yang ramah lingkungan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis; penelitian ini menguatkan teori Teori stakeholder mengatakan
bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri
namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor,
konsumen,supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak yang lain). Dengan
demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang
diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
Gray, Kouhy dan Adams (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007)mengatakan
bahwa: Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan
dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah mencari
dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan
untuk beradaptasi. Pengungkapan social dianggap sebagai bagian dari dialog antara
perusahaan denganh stakeholdernya.
Manfaat Praktis; Di harapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat di gunakan
sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi, mengingat
pengungkapan informasi yang berkaitan dengan emisi karbon merupakan hal penting
bagi stakeholder. diharapakan pula dapat menjadi wacana serta referensi untuk
menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan dan membantu memahami
pengungkapan informasi yang berkaitan dengan emisi karbon.
II. TINJAUAN TEORETIS

A. Teori Legitimasi

Teori legitimasi telah secara ekstensif digunakan untuk menjelaskan motivasi


pengungkapan lingkungan secara sukarela oleh organisasi (Pellegrino dan Lodhia,
2012). Hal ini sejalan dengan penelitian O’Donovan (2002) yang menjelaskan bahwa
teori legitimasi sebagai faktor yang menjelaskan penungkapan lingkungan oleh suatu
organisasi. teori legitimasi berasal dari konsep legitimasi organisasi, yang telah
didefinisikan sebagai:……..Suatu kondisi atau status yang ada ketika sistem nilai
entitas kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana
entitas adalah bagian. Ketika terdapat perbedaan aktual atau potensial, antara dua
sistem nilai, ada ancaman terhadap legitimasi entitas (Dowling dan Pfeffer, 1975
dalam O’Donovan, 2002). Teori legitimasi menjelaskan bahwa pengungkapan
tanggung jawab sosial dilakukan perusahaan dalam upayanya untuk mendapatkan
legitimasi dari komunitas dimana perusahaan itu berada dan memaksimalkan
kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Yang melandasi teori legitimasi
adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana10
perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi (Ghozali danChariri,
2007). Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan
bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi.
Mereka mengatakan (p.131): Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi
organisasi, batasanbatasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial,
dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku
organisasi dengan memperhatikan lingkungan. paragraf 122:
Organisasi berusaha menciptakan keselarasan antara nilai-nilai social yang
melekat pada kegiatannya dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem
sosial masyarakat dimana organisasi adalah bagian dari sistem tersebut. Selama
kedua sistem nilai tersebut selaras, kita dapat melihat hal tersebut sebagai legitimasi
perusahaan. Ketika ketidakselarasan aktual atau potensial terjadi diantara kedua
sistem nilai tersebut, maka akan ada ancaman terhadap legitimasi perusahaan.
Berdasarkan teori legitimasi, organisasi akan terus berusaha untuk memastikan
bahwa mereka dianggap beroperasi dalam batas-batas dan norma-norma dalam
masyarakat. Mereka berusaha untuk memastikan bahwa pemangku kepentingan
menganggap aktivitas mereka sebagai legitimasi (Deegan dan Unerman, 2011).
Pengungkapan lingkungan merupakan salah satu cara bagi organisasi untuk
memperoleh legitimasi ini (Berthelot dan Robert, 2011).

B. Teori Stakeholder
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan 11 manfaat
bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,
masyarakat, analis dan pihak yang lain). Dengan demikian, keberadaan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder
kepada perusahaan tersebut (Ghozali danChariri, 2007).Gray, Kouhy dan Adams
(1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007)mengatakan bahwa: Kelangsungan hidup
perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus
dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah mencari dukungan tersebut. Makin
powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
Pengungkapan social dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan denganh
stakeholdernya. Berdasarkan teori stakeholder, kelompok stakeholder yang berbeda
mempunyai pandangan yang berbeda mengenai bagaimana sebuah organisasi
sebaiknya melakukan operasinya, berbagai kontrak sosial akan “dinegosiasikan”
dengan kelompok stakeholder yang berbeda bukan suatu kontrak dengan masyarakat
secara umum seperti yang dinyatakan teori legitimasi (Deegan dan Unerman, 2011).
C. Carbon Emission
Emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Emisi karbonterkait
emisi gas rumah kaca; kontributor utama perubahan iklim (ecolife.com). Emisi
CO2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik pada tingkat global, regional,
nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi
karena semakin besarnya penggunaan energi dari 12 bahan organik (fosil),
perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan
antropogenik (Slamet S, Peneliti Lapan). Salah satu penyumbang emisi karbon
adalah aktivitas operasional dari perusahaan. Perusahaan dalam menghadapi
perubahan iklim diharapkan mengungkapkan aktivitas mereka yang berperan
terhadap peningkatan perubahan iklim salah satunya carbon emission disclosure.
Hal tersebut juga diikuti dengan berbagai peraturan yang mengatur mengenai hal
tersebut. Di Indonesia, pengungkapan dan pelaporan atas informasi ini mulai
berkembang dengan adanya tuntutan berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah seperti Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 mengenai Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Peraturan Presiden No. 71 Tahun
2011 mengenai Penyelenggaraan Inventasrisasi Gas Rumah Kaca Nasional dan
adanya tuntutan dari berbagai stakeholder perusahaan. Peraturan-peraturan tersebut
dikeluarkan dalam rangka untuk mengurangi emisi karbon.
D. Carbon Emission Disclosure (CED)
Pengungkapan emisi karbon merupakan jenis pengungkapan lingkungan
(Najah 2010). Pengungkapan lingkungan yang merupakan bagian dari laporan
tambahan yang telah dinyatakan dalam PSAK No. 1 (Revisi 2009). Pengungkapan
lingkungan mencakup intensitas emisi GHG atau gas rumah kaca dan penggunaan
energi, corporate governance dan strategi dalam kaitannya dengan dampak
perubahan iklim (Cotter et al, 2011). Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka
terhadap informasi mengenai segala aktivitas yang dilakukan perusahaan dan bentuk
pertanggungjawabannya. Transparansi dan akuntabilitas ditunjukkan oleh perusahaan
dengan mengungkapkan informasi dalam laporan tahunannya. Informasi yang
diungkapkan dalam laporan tahunan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu
mandatory disclosure dan voluntary disclosure (Darrough, 1993). Pengungkapan
wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi
yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh pemerintahmelalui keputusan ketua BAPEPAM No.SE-
02/PM/2002). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas
manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi
lainnya yang dipandang relevan oleh para pemakai laporan keuangan. Umumnya,
perusahaan akan mengungkapkan informasi jika informasi tersebut akan
meningkatkan nilai perusahaan.
E. Pengungkapan CED
Pengungkapan secara kontekstual adalah bagian integral dari pelaporan
keuangan, sedangkan secara teknis pengungkapan adalah langkah akhir dalam proses
akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk penuh laporan keuangan
(Suwardjono, 2005). Hendriksen (1991) mendefinisikan pengungkapan sebagai
penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal
pasar modal yang efisien. Pengungkapan mengandung arti bahwa sebuah laporan
harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas
suatu unit usaha (Ghozali & Chariri, 2007). Tujuan pengungkapan secara umum
adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan
keuangan dan melayani berbagai pihak yang memiliki kepentingan
berbeda(Suwardjono, 2005). Security Exchange Committee (SEC) menuntut lebih
banyak pengungkapan karena pelaporan keuangan memiliki aspek sosial dan publik.
Oleh karena itu, pengungkapan dituntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan, tetapi
meliputi pula penyampaian informasi kualitatif dan kuantitatif, baik yang mandatory
(wajib) maupun voluntary (sukarela) (Chrismawati, 2007).Anggraini (2006)
menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan pengungkapan
informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) memaksa perusahaan untuk memberikan
informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan mengenai sejauh
mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat
untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan
mengonsumsi produk dapat terpenuhi. Pengungkapan sosial dan lingkungan yang
dilakukan olehperusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudited (belum
diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu) (Nurlela,
2008)..
F. CED Sebagai Salah Satu Aktualisasi corporate sustainbility
Baru-baru ini, Burger King, Unilever, Nestle dan Kraft Foods memberikan
pernyataan bahwa memutuskan menghentikan pembelian minyak kelapa sawit yang
diproduksi oleh Grup Sinar Mas dengan alasaan bahwa dugaan adanya perusakan
hutan tropis yang membahayakan kehidupan satwa, mengurangi kemampuan
penyerapan karbon dioksida yang merupakan salah satu penyebab utama perubahan
iklim global yang lebih dikenal dengan global warming. Di luar negeri, Timberland,
salah satu produsen pakaian dan sepatu outdoor juga mengalami hal yang sama
(Harvard Business Review, September 2010). Pagi hari 1 Juni 2009, Jeff Swartz,
menerima e-mail dari 65 ribu aktivis dan pelanggan yang marah. Mereka menuduh
Timberland membeli materialnya dari hutan yang ditebang secara ilegal di Amazon.
Awalnya Timberland tidak mengetahui apakah material yang mereka beli benar
berasal dari Amazon atau tidak, yang mengimplikasikan mungkin saja tuduhan
tersebut benar. Bukan hanya itu yang terjadi di bulan Mei 2010, seluruh dunia
gempar dengan kasus bunuh diri di pabrik FoxConn, Cina. Delapan pegawainya
bunuh diri dalam waktu lima bulan. Fenomena nasional dan internasional ini
mengimplikasikan bahwa perusahaan masa kini tidak bisa sekadar memperhatikan
profit lagi. sekarang ini memang harus dijalankan. Singkat kata, ketiganya
merupakan pilar yang mengukur nilai kesuksesan suatu perusahaan dengan tiga
kriteria: ekonomi, lingkungan, dan sosial. harus lebih mengutamakan kepentingan
stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang
dilakukan perusahaan) daripada kepentingan shareholder (pemegang saham).
G. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan oleh Melisa Andriani (2015) dengan
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan Akuntansi Karbon ,
menyatakan bahwa kinerja pengukeuangan perpengaruh positip dan signifikan
terhadap pengungkapan akuntansi karbon.hasil analisis sederhana menunjukkan
bahwa penelitian ini menjelaskan pengungkapan akuntansi karbon sebesar 9.2
persen. Kemudian penelitian yang dilakaukan oleh Bayu Tri Cahya( 2014)
meyatakan bahwa Berdasarkan hasil regresi model penelitian dapat disimpulkan
bahwa hanyatipe industri (berpegaruh negatif secara signifikan) dan profitabilitas
(berpengaruh positif signifikan) terhadap pengungkapan CED, sedangkan kinerja
lingkungan, media exposure,danukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
tingkat pengungkapan CED. Dalam hal ini wa berarti hanya satu hipotesa saja
(Hipotesa 5) yang berhasil diterima dalam penelitian ini. Dan hasil penelitian Al-
tuwaijir et al (2004), menunjukkan bahwa Kinerja lingkungan secara signifikan
berhubungan dengan kinerja ekonomi dan juga berhubungan pengungkapan
lingkungan kuantitatif lebih luas dari pencemaran yang dilakukan.
Sedangkan penelitian yang dilakukukan oleh cika saka dan tomoki
osika(2014) dengan judul “Disclosure effects, carbon emissions and corporate
value” menyatakan bahwa emisi karbon perusahaan memiliki hubungan negatif
dengan nilai pasar ekuitas, (2) pengungkapan manajemen karbon memiliki hubungan
positif dengan nilai pasar ekuitas, dan (3) hubungan positif antara pengungkapan
manajemen karbon dan nilai pasar ekuitas lebih kuat dengan volume yang lebih besar
dari emisi karbon. Jannah dan Muid (2014), menunjukkan hasil bahwa Media
Exposure, tipe industri, profitabilitas,ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh
terhadap pengungkapan emisi karbon perusahaan di Indonesia. Sedangkan kinerja
lingkungan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon perusahaan di
Indonesia. Bo Bae Choi, Doowon Lee dan Jim Psaros (2013), menunjukkan hasil
penelitian Perusahaan yang beroperasi dalam industri intensif, tingkat emisi karbon,
ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas corporate governance berpengaruh
terhadap carbon emission disclosure.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Bo Bae Choi, Doowon Lee
dan Jim (2013), menunjukkan hasil Perusahaan yang beroperasi dalam industri
intensif, tingkat emisi karbon, ukuran perusahaan, profitabilitas, kualitas corporate
governance berpengaruh terhadap carbon emission disclosure. Luo dan Tang (2013),
menunjukkan hasil Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengungkapan
karbon dan kinerja yang menunjukkan bahwa pengungkapan karbon sukarela
perusahaan 'di CDP merupakan indikasi kinerja karbon yang sebenarnya mendasari
mereka.dan penelitian dari Mugi cintia menyatakan bahwa Terdapat pengaruh
positif dari penerapan carbon management accounting terhadap indeks harga
sahamperusahaan manufaktur yang diperoleh dari hasil uji regresi linear sederhana.
H. Rerangka Fikir
Penelitian ini menguji emission aktualitas carbon disclousure sebagai arah
corporate sustainbility. Faktor-faktor tersebut meliputi enam variabel independen
yaitu Media Exposure, Tipe Industri, Profitabilitas, UkuranPerusahaan. Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang terkait dalam
penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran seperti pada
gambar
Emission Carbon Disclosure

Media Exposure Profitabilitas

Tipe Industri Ukuran Perusahaan

Colvorate Sustanbility
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif.Penelitian merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada
pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di IDX. Bursa efek Indonesia di jalan dr, sam ratulangi,
Makassar , Sulawesi selatan .

B. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretif untuk menganalis masalah
yang diajukan, yaitu pendekatan yang menjelaskan fenomena yang ada dengan
menggunakan teori. Studi ini menggunakan pendekatan interfretif, yang
menggunakan cara pandang para nominalis dari paham nominalis yang melihat
realitas social sesuatu yant tidak laen adalah label, nama, konsep yang digunakan
untuk membangun realitas. Para nominalis memandang bahwa sesungguhnya tidak
ada sesuatu yang nyata. Nama-nama hanya di anggap sebagai kreasi artificial yang
kegunaannya tergantung pada kesesuaian untuk mendeskrifsikan, memberkan arti,
dan menegoisasi sesuatu atau dunia luar. Penggunaan pendekataan interpretif
dimaksudkan untuk mempertegas bahwa suatu pernyataan atau suatu instrumen
hanya berupa simbolik sehingga memerlukan penalaran lebih lanjut mengenai
symbol tersebut. Penalaran symbol yang berbeda akan menimbulkan persepsi dan
akibat yang berbeda pada penerapannya. Sehingga penjabaran dari symbol tersebut
memerlukan penalaran akal manusia untuk mendeskripsikasikannya.
.
C. Jenis dan Sumber Data
1. .Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
subyek data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi
subyek penelitian(responden).
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
langsung dari sumber aslinya dan tidak melalui media perantara. Data primer dalam
penelitian ini adalah tanggapan yang di jawab langsung oleh subyek penelitian
melalui kuesioner.
D.Metode Pengumpulan Data
Agar dapat diperoleh data yang dapat diuji kebenarannya, relevan, dan
lengkap maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian lapangan. Penelitian
lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara dan dokementasi pada entitas
yang akan dijadikan objek penelitian untuk mendapatan data-data yang lengkap dan
akurat yang berguna dalam penelitian. Dalam mengadakan pengumpulan data
penelitian, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara
dan tanya jawab secara langsung dengan narasumber atau personal yang
terkait seputar pokok permasalahan penelitian.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik oengumpulan data dengan cara menggunakan data-
data sekunder yang ada pada lokasi atau tempat dilakukannya penelitian
berupa laporan-laporan, catatan-catatan dan rekaman data kinerja serta materi
pendukung lainnya.
3. Studi pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan penulusuran
dengan menggunakan informasi dari buku, jurnal, makalah dan perundang-undangan
terkait dengan objek penelitian untuk mendapatkan konsep dan data-data yang
relevan dengan perusahaan yang dikaji sebagai penunjang penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama penelitian adalah
peneliti itu sendiri, karena pada awalnya fokus permasalahan dalam penelitian
kualitatif belum jelas dan pasti. Peneliti dalam penelitian kualitatif harus memahami
bagaimana metode penelitian kualitatif, menguasai wawasan pada bidang yang
diteliti, serta siap untuk memasuki objek penelitian dan harus memiliki kesiapan baik
secara logistik maupun akademiknya.
Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian akan menjadi pihak yang
terjun langsung kelapangan serta harus berinteraksi dengan orang-orang yang
berkaitan langsung dengan tujuan dari penelitian ini, serta pengumpulan data
dilapangan dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan berupa catatan tertulis
dan alat perekam. Seperti telah disebutkan sebelumnya pada penelitian kualitatif
tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan. Jadi, meksudnya adalah memilih
sampel dari orang-orang atau pihak-pihak yang mampu memberikan informasi sesuai
dengan tujuan penelitian.
F . Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis perbandingan pengungkapan emission carbon
disclousure maka penulis menggunakan pendekatan studi kasus.Studikasus
merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun
waktutertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Menurut Vredenbregt
(1987), studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan
keutuhan (wholeness) dariobyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi
kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, di mana tujuannya
adalah untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek
yang bersangkutan yang berarti bahwa studikasus harus disifatkan sebagai penelitian
yang eksploratif dan deskriptif.
1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data
adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
2) Penyajian data.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga


memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data
kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan
dan bagan.

Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan


tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami

3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil
tindakan.Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut
Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila
tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya.

G. Pengujian Keabsahan Data


Salah satu cara yang paling penting dalam uji keapsahan hasil penelitian
adalah dengan melakukan triangulasi yaitu dengan triangulasi peneliti, metode, teori
ataupun sumber data. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
triangulasi dengan sumber data dan dengan teori untuk menguji keabsahan data.
Menurut Burhan Bungin triamulasi dengan sumber data dilakukan dengan
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Triangulasi sumber data ini dilakukan sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
diakatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang diakatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokemen yang berkaitan.
Teknik pengujian keabsahan data lainnya yang akan digunakan adalah
triangulasi dengan teori. Triangulasi dengan teori menurun lincon yaitu berdasarkan
anggapan bahwa faktor tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu
atau lebih teori. Triamulasi dengan teori dilakukan peneliti dengan cara
membandingkan hasil wawancara dari narasumber dengan berbagai teori yang ada
dan relevan dengan penelitian ini. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah
pengungkapan data yang telah diperoleh dan untuk mengetahui apakah terjadi
kesenjangan antara teori dan kenyataan ataupun tidak.
Daftar pustaka

Anriana. M. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan Akuntansi


Karbon. jurnal.

Bayu, Cahya. 2016. Carbon Emission Disclosure: Ditinjau Dari Media Exposure,
Kinerja Lingkungan Dan Karakteristik Perusahaan Go Public Berbasis
Syariah DiIndonesia. Jurnal Nisham. 5 (1): 171-188.

Berthelot S., and Robert A.-M.2011. Climate Change Disclosures: An Examination


of Canadian Oiland Gas Firms. Issues in Social & Environmental
Accounting.5 (2) :106-123.

Choi, Bo Bae, Doowon, Lee and Jim Psaros.2008. An Analysis of Australian


Company Carbon Emission Disclosures.” Pasific Accounting Review
Journal, 25 (4): 58-79.

Chrismawati, Dian Tanila. 2007. “Pengaruh Karakteristik Keuangan dan Non


KeuanganPerusahaan terhadap Praktik Environmentaal Disclosure”. Skripsi
S1 Akuntansi tidakdipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitasa
Diponegoro.

Darrough, Masako N. 1993. “disclosure policy and competition:cournot vs bertrand”.


The Accounting Review. Vol. 68, No. 3 (Jul., 1993), pp. 534-561

Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw Hill-Book Company,


Sidney.

Dwijayanti, Febrina. 2011. Manfaat penerapan carbon accounting di Indonesia.


Jurnal Akuntansi Kontemporer. 3 (1): 79-9.

Gray, R., Owen, D. dan Carol, A. 1996. Accounting and Accountability: Changes
and Challenges in Corporate Social and Environmental Reporting. London:
Prentice Hall.

Gray,R., Kouhy,R. and Lavers, S. 1995.” Corporate Social and Environmental


Reporting: A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 8 (2), pp.
47-77.

Ghozali, Imam dan Chariri, Anis. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.Semarang.
Ja'far, M. dan L. kartikasari. 2009. Need Assesments: Standar Akuntansi Carbon dan
Praktik Carbon Accounting. Jurnal Akuntansi.

Jannah. R . 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Carbon Emission


Disclosure Pada Perusahaan Di Indonesia. Jurnal. Vol.3(2):23-56.

Jannah,Richatul dan Dul Muid. 2014. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi


carbonemission disclosure pada perusahaan di Indonesia(studi empiris pada
perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesiaperiode 2010-2012).
Journal Of Accounting, 3(2): 2337-3806.

Hanifah. M. 2017. Aktualitas Carbon Emission Disclosure: Sebagai Dasar Dan Arah
Pengembangan Triple Bottom Line.E-Jurnal Ekonomi dan Bisnisl.
Universitas Muhammadiyyah Surakarta. 1(1):123-125.

Hendriksen, Eldon S. 20. Teori Akuntansi. Yogyakarta

Kardono. 2010. Memahami Perdagangan Karbon. Pusat Standardisasi dan


Lingkungan,Kementerian Kehutanan. E-Jurnal,

Ki-Hoon Lee. 2012. “Carbon accounting for supply chain management in the
automobile industry”. Journal of Cleaner Production 36 83e93.

Louis, S., 1. Raditya, dan Sofian. 2010.Peran Carbon Accounting dalam


Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mengurangi Polusi
Industri. Skripsi.Universitas Negeri Surabay

Matsumura, E. M., Rachna Prakash, dan Sandra C. Vera-Muñoz. 2011. Tanggung


jawab Corporate Sosial Responsibility di perusahaan. Skripsi. Universitas
Sunan Kalijaga

Mugi, cyhintia. 2014. Pengaruh Penerapan Carbon Management Accounting


Terhadap Indeks Saham Pada Perusahaan Manufaktur. jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia Harga.

Nuraini, Eiffeliena. 2010. Pengaruh Environmental performance dan Environmental


Disclosure terhadap Economic Performance (Studi pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa EfekIndonesia). E-Jurnal Akuntansi, 4(1): 1-23

Nurlela, rika dan islahuddin, 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility


Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen
sebagai Variabel Moderating .Universitas Syiah Kuala.
O'Donovan, Gary. (2002) "Environmental disclosures in the annual report: Extending
theapplicability and predictive power of legitimacy theory". Accounting,
Auditing & Accountability Journal, Vol. 15 Iss: 3, pp.344 – 371

Rikasari dan Hariati. 2009. Kajian Mekanisme Perdagangan Hak Emisi Karbon Dan
Kontroversi Perlakuan Akuntansi Atas Hak Emisi Karbon. Jurnal
akuntansi,2(4):1-18.

Siska, Harlinda. 2013. Rekonstruksi Dan Aktualisasi Isu Perubahan Iklim Melalui
Pengungkapan Neraca Karbon. LKTI Universitas Andalas.

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada.
Manuskrip

Hari /Tanggal : jumat ,13 juli 2018

Tempat penelitian : jalan jend.Ahmad Yani No.5,Pomalaa,Kabupaten


kolaka,Sulawesi Tenggara .

Informan : pegawai staff PT.ANTAM

Waktu : 10.00.11.30

Terima kasih sebelumnya kepada bapak/ibu, karena telah meluangkan


waktunya di tengah rutinitas dan kesibukan hari ini. Mengenai emisi karbon
pelepasan karbon ke atmosfer. Emisi karbonterkait emisi gas rumah kaca; kontributor
utama perubahan iklim (ecolife.com). Emisi CO2 dari waktu ke waktu terus
meningkat baik pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara maupun
lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya penggunaan
energi dari 12 bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan,
serta peningkatan kegiatan antropogenik . Salah satu penyumbang emisi karbon
adalah aktivitas operasional dari perusahaan. Perusahaan dalam menghadapi
perubahan iklim diharapkan mengungkapkan aktivitas mereka yang berperan
terhadap peningkatan perubahan iklim salah satunya carbon emission disclosure. Hal
tersebut juga diikuti dengan berbagai peraturan yang mengatur mengenai hal tersebut

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai hal ini?


2. Bagaimana pemerintah mengatasi dengan perubahan iklim ini?
3. Apakah dengan adanya ketetapatan yang d tetapkan oleh pemerintah mampu
mengurangi emisi carbon diclousure?

Pengungkapan emisi karbon merupakan jenis pengungkapan lingkungan


mencakup intensitas emisi GHG atau gas rumah kaca dan penggunaan energi,
Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka terhadap informasi mengenai segala aktivitas
yang dilakukan perusahaan dan bentuk pertanggungjawabannya. Transparansi dan
akuntabilitas ditunjukkan oleh perusahaan dengan mengungkapkan informasi dalam
laporan tahunannya.

4. Bagaimana bentuk pengungkapan emisi carbon dislousure?


5. Bagaimana bentuk transparansi dari pengungkapan laporan tahunannya?
6. Apakah perusahaan sudah lebih terbuka mengungkapakn segala aktivitasnya?

pengungkapan dapat diartikan sebagai pemberian informasi bagi pihak-pihak yang


berkepentingan terhadap informasi tersebut. Tujuan pengungkapan dikategorikan
menurut Securities Exchange Commission (SEC) menjadi dua, yaitu 1) protective
disclosure yang sebagai upaya perlindungan terhadap investor, dan 2) informative
disclosure yang bertujuan memberikan informasi yang layak kepada pengguna
laporan . Pengungkapan berkaitan dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial
bertujuan untuk menyediakan informasi yang memungkinkan dilakukan evaluasi
pengaruh perusahaan terhadap masyarakat. Pengaruh kegiatan ini bersifat negatif,
yang menimbulkan biaya social pada masyarakat, atau positif yang berarti
menimbulkan manfaat sosial bagi masyarakat

7. Apakah perusahaan ANTAM ini pernah melaksanakan CSR dilingkungan


sekitar?
8. Bagaimana bentuk CSR yang diberikan oleh perusahaan sebagai pengabdian
kepada masyarakat sekitar?
9. Apa dampak yang didapatkan dari CSR yang diberikan oleh perusahaan
tersebut?
10. Bagaimana menurut anda CSR yang dikeluarkan PT.ANTAM, apakah sudah
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar?

Vous aimerez peut-être aussi