Vous êtes sur la page 1sur 26

Anion dan Kation – Kimia

Thursday, January 17th 2013. | rumus kimia

Anion dan Kation – Kimia, Sobat hitung, kali ini kita akan bermain
kimia dengan Anion dan Kation. Rumushitung juga sudah nyiapin tabel anion dan kation
lengkap. Apa itu anion dan apa pula kation itu? Anion dan kation keduanya adalah jenis ion.
Anion adalah senyawa ion yang punya muatan negatif atau bisa disebut ion negatif. Demikian
juga dengan kation, kation adalah senyawa ion yang bermuatan positif. Anion dan kation bisa
terbentuk dari unsur (monoatomik) maupun dari senyawa (poliatomik). Anion dan Kation
terbentuk dari reaksi ionisasi. Contohnya Anion dan Kation sobat, misalnya, atom Kalium
melepaskan satu elektron menjadi ion Ka+ (persamaan reaksinya, Ka → Ka+ + e-). Anion
terjadi apabila atom unsur menangkap satu atau lebih elektron, misalnya, atom klor
menangkap satu elektron menjadi ion Cl- (persamaan reaksinya, Cl + e- → Cl-).

Klasifikasi Jenis-Jenis Anion dan Kation


Jika dilihat dari atom/unsur yang menyusunnya Anion dan Kation bisa dibedakan menjadi 2
yaitu:

1. Anion dan Kation Monoatomik, yaitu ionnya terbentuk dari satu unsur saja misalnya
kation Ka+ atau anion Cl-
2. Anion dan Kation Poliatomik, yaitu ionnya terbentuk dari beberapa unsur atau atom.
Misalnya anion SO42- atau Kation NH4+

Contoh Anion dan Kation


Berikut ini contoh-contoh Anion dan Kation dalam bentuk tabel Anion dan Kation

Tabel Anion Monoatomik

Rumus
Anion
Kimia
Monoatomik
Anion
Ion Hidrogen H-
Ion Oksigern O2-
Ion Flor F-
Ion Sulfur S2-
Ion Clor Cl-
Ion Nitrogen N3-
Ion Brom Br-
Ion Iodida I-

Tabel Anion Poliatomik

Rumus
Anion
Kimia
Poliatomik
Anion
Arsenat AsO43-
Arsenit AsO33-
Phospat PO43-
Hydrogen Phosphat HPO42-
Dihydrogen Phosphat H2PO4-
Sulfat SO42-
Nitrat NO3-
Nitrit NO2-
Hydrogen Sulfat HSO4-
Thiosulfat S2O32-
Sulfit SO32-
Perklorat ClO4-
Iodat IO3-
Klorat ClO3-
Bromat BrO3-
Klorit ClO2-
Hipoklorit OCl-
Hipobromit OBr-
Karbonat CO32-
Kromat CrO42-
Bikarbonat HCO3-
Dikromat Cr2O72-

Selain anion-anion diatas, masih ada juga anion lain seperti anion dari senyawa asam seperti
Asetat CH3COO- dan Format HCOO- , sianida CN-, Permanganat, dan lain-lain.

Tabel Kation Monoatomik dan Poliatomik

Kation Rumus
Monoatomik Kimia
Aluminium Al3+
Kalsium Ca2+
Cuprum Cu2+
Besi
Fe2+
(II)
Besi
Fe3+
(III)
Timbal
Pb2+
(II)
Seng Zn2+
Kation Rumus
Poloatomik Kimia
Ammonium NH4+
Hidronium H3O+

Laporan Praktiku Kation dan Anion

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-komponen

suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan langkah

estimasinya adalah analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia,

mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan

dengan penentapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandunng dalam sutu sampel.
Analisis kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu, identifikasi dan pemisahan, aspek ini

didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi-reduksi,

sifat penguapan dan ekstraksi. Analisi kualitatif biasanya diguakan dalam identifikasi kation dan

anion dengan melakukan uji sesifik. Uji spesifik dilakukan dengan penambahan reagen (pereaksi)

tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik (khas)

untuk ion-ion tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka percobaan identifikasi kation dan anion ini

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara identifikasi kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik ?

2. Bagaimana cara identifikasi anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik ?

C. Tujuan Percobaan

1. IIdentifikasi adanya kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.

2. IIdentifikasi adanya anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.

D. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan yaitu dapat mengetahui unsur-unsur yang termasuk golongan

kation dan anion.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Analisi Kation

Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation dikalsifikasi dalam lima golongan

berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Reagen golongan yang dipakai untuk

klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan

amonium karbonat. Klalisfikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-

reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak.[1]

Menurut G. Svehla (1985), Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini

adalah sebagai berikut:

1. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan

ini adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.


2. Golongan II, kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan

hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II),

tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah(III)

(IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIa dan keenam yang terakhir sub-

golongan IIb. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam ammonium

polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.

3. Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrongen

sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan

ammonium sulfida dengan suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah

kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).

4. Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III. Kation-kation ini

membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam

suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium, dan barium.

5. Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagen-reagen golongan

sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium,

kalium, amonium, litium, dan hidrogen.

B. Klasifikasi Analisis Anion

Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah elektron.

Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida

(Cl-). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik

compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih

dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari

satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S2-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena

ion-ion ini mengandung hanya satu atom.[2]


Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih

sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat

diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33- -, Cr2O42-, AsO43-,AsO33-. Anion-anion ini mengendap

dengan Ba2+ dalam suasana basa.

2. Golongan halida : Cl-, Br-, I, S2-

Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).

3. Golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-.

Semua garam dari golongan ini larut. NO3-, NO2-, CH3OO- .[3]

Menurut G. Svehla (1985), Proses reaksi anion dapat dibagi kedalan dua bagian yaitu:

1. Kelas A

a. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer: Karbonat, hidrogen karbonat

(bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfide, nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat.

b. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat.

2. Kelas B

a. Reaksi pengendapan: sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat,

dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoate, dan suksinat.

b. Oksidasi dan reduksi dalam larutan

C. Golongan Kation Pertama: Timbal(II), Merkurium(I), Dan Perak(I)

Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbal klorida

sedikit larut dalam air dank arena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila
ditambhkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan, ion timbal yang tersisa itu, diendapkan

secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation golngan

kedua.[4]

Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbal sulfat praktis

tidak larut, sedangkan perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium(I) sulfat terletak

diantara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangka pengendapan timbal

halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas. Asetat-asetat labih

mudah larut, meskipun perak asetat bias mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan

karbonat akan diendapksan dengan reagen yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagen

berlebihan, ia tidak bertindak dengan bermacam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-

zat ini terhadap amonia.[5]

D. TimbaL (Pb)

Menurut Heryando Palar (2004), h. 75, logam timbal atau Pb mempunyai sifat yang khusus

seperti berikut:

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan

tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering

digunakan sebagai bahan coating.

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat C.


4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan

merkuri.

5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

E. Merkurium (Hg)

Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempinyai

rapatan 13, 534 g ml-1 apad 25oC. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer (2M), tetapi

mudah bereaksi dengan asan nitrat. Asam nitrat yang dingin dan sedang pekatnya (8M), dengan

merkurium yang berlebihan menghasilkan ion merkurium(I):

6Hg + 8HNO3 → 3Hg22+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium(II):

3Hg + 8HNO3 → 3Hg2+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

asam sulfat pekat panas jga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion merkurium(I), jika

merkurium terdapat berlebihan

2Hg + 2H2SO4 → Hg22+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

sedangkan bila asam berlebihan, ion merkurium(II) yang akan terbentuk

Hg + 2H2SO4 → Hg2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

kedua ion merkurium(I) dan merkurium(II) bersifat sangat berbeda terhadap reagensia-reagensia

yang dipakai dalam analisis kualitatif.[6]

F. Perak (Ag)

Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10,5 g ml-1) dan

ia melebur pada 960,5oC. Ia tak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat
encer (2M). Dalam larutan asam nitrat yang lebih pekat (8M) (a) atau dalam asam pekat panas (b),

ia melarut:

6Ag + 8HNO3 → 6Ag+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O (a)

2Ag + 2H2SO4 → 2Ag+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O (b)

perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-senyawa perak (II)

tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses oksidasi-reduksi yang

dikataliskan oleh perak.[7]

G. Besi (Fe)

Larutan ammonia, endapan coklat merah seperti gelatin dari besi(III) hidroksida, yang tak

larut dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam.

Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3↓ + 3NH4+

hasilkali kelarutan besi(III) hidroksida begitu kecil (3,8x10-38), sehingga terjadi pengendapan

sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam ammonium (perbedaan dari besi(III), nikel, kobalt,

mangan, zink dan magnesium). Pengendapan tak terjadi jika ada serta asam-asam organik

tertentu. Besi(III) hidroksida diubah padapemanasan yang kuat menjadi besi(III) oksida.[8]

H. Zink (Zn)

Zink adalah logam yang putih-kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-

1500C. Zink melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C. Logamnya yang murni melarut lambat

sekali dalam asam dan dalam alkali, adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau

tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini,

mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutannya zink-zink komersial. Yang terakhir ini dengan

mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan hidrogen:
Zn + 2H+ → Zn3+ + H2↑

Pelarut akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada mana tak ada gas yang dilepaskan:

4Zn + 10H+ + NO3- → 4Zn2+ + NH4+ + 3H2O

Dengan penambahan pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen oksida (N2O).[9]\

I. Klorida (Cl-)

Kebanyaka klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, perak klorida, timbale klorida (yang

ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih). Asam sulfat pekat,

klorida ini terurai banyak dalam keadaan dingin, penguraian adalah sempurna pada pemanasan,

yang disertai dengan pelepasan hidrogen kloorida,

Cl- + H2SO4 → HCl↑ + HSO4- .[10]

J. Asetat (CH3COO-)

Asam sulfat encer, asam asetat yang mudah dikenali dari baunya yang seperti cuka,

dilepaskan pada pemanasan.

CH3COO- + H+ → CH3COOH↑

Asam sulfat pekat, asam asetat yang dilepaskan pada pemanasan, bersama-sama belerang

dioksidasi, yang terakhir ini cenderung menutupi bau menusuk dari uap asam asetat pekat

itu. Karena itu, uji dengan asam sulfat encer dimana uap asam asetat diencerkan dengan uap air,

hendaknya lebih dipilih sebagai uji terhadap asetat.[11]

K. Iodida (I-)

Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak, merkurium(I),

merkurium(II), tembaga(I) dan timbale iodide adalah garam-garamnya yang paling sedikit

larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium iodide, KI 0,1M. Asam sulfat pekat
dengan iodide padat, iod akan dibebaskan, pada pemanasan, uap lembayung dilepasakan, yang

mengubah kertas kanji menjadi biru. Sedikit hidrogen iodide terbentuk, ini dapat dilihat dengan

meniup melintasi mulut bejana, pada mana dihasilkan asap putih, tetapi kebanyakan darinya

mereduksi asam sulfat itu menjadi belerang dioksida, hidrogen sulfida dan belerang yang

perbandingan relatif mereaka bergantung pada konsentrasi reagensia-reagensia.

2I- + 2H2SO4 → I2↑ + SO42- + 2H2O.[12]

L. Metode pengendapan

Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya,

missal, Ag dindapkan sebagai AgCl, dikringkan pada 130oC kemudian ditimbang sebagai AgCl atau Zn

diendapkan sebagai Zn(NH4)PO46H2O, selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai Zn2P2O7. Aspek

yang penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya endapannya

mempinyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi. Sifat fisik endapan

sedemikian rupa, sehingga mudah dipisahkan dari larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk

menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubah menjadi zat

murni dengan komposisi kimia tertentu.[13]

Ilustrasi sebuah reaksi redoks


Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya
bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.

Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang
menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan
metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh
manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit.

Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan
mudah sebagai berikut:

 Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
 Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.

Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah
persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi
karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih
baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan
bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan
oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai “redoks” walaupun
tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).

Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge) dikenal
sebagai reaksi metatesis.

Dua bagian dalam sebuah reaksi redoks


Besi berkarat

Pembakaran terdiri dari reaksi redoks yang melibatkan radikal bebas

Oksidator dan reduktor

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain dikatakan


sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan
elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia “menerima”
elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah senyawa-
senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2,
MnO4−, CrO3, Cr2O72−, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga
dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa
(misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan


sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan
elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia “mendonorkan”
elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa
reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat
digunakan sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah.
Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4),
reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2], terutama dalam reduksi
senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna
melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik
ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.

Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke
oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan
oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat
dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks.

Contoh reaksi redoks

Salah satu contoh reaksi redoks adalah antara hidrogen dan fluorin:
Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah: reaksi oksidasi

dan reaksi reduksi

Penganalisaan masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses kimia


lebih jelas. Karena tidak terdapat perbuahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah
elektron yang berlebihan pada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi
pada reaksi reduksi.

Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol. Pada
reaksi di atas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan fluorin
tereduksi dari bilangan oksidasi 0 menjadi -1.

Ketika reaksi oksidasi dan reduksi digabungkan, elektron-elektron yang terlibat akan saling
mengurangi:

Dan ion-ion akan bergabung membentuk hidrogen fluorida:

Reaksi penggantian

Redoks terjadi pada reaksi penggantian tunggal atau reaksi substitusi. Komponen redoks
dalam tipe reaksi ini ada pada perubahan keadaan oksidasi (muatan) pada atom-atom tertentu,
dan bukanlah pada pergantian atom dalam senyawa.

Sebagai contoh, reaksi antara larutan besi dan tembaga(II) sulfat:

Persamaan ion dari reaksi ini adalah:

Terlihat bahwa besi teroksidasi:


dan tembaga tereduksi:

Contoh-contoh lainnya

 Besi(II) teroksidasi menjadi besi(III)

 hidrogen peroksida tereduksi menjadi hidroksida dengan keberadaan sebuah asam:

H2O2 + 2 e− → 2 OH−

Persamaan keseluruhan reaksi di atas adalah:

2Fe2+ + H2O2 + 2H+ → 2Fe3+ + 2H2O

 denitrifikasi, nitrat tereduksi menjadi nitrogen dengan keberadaan asam:

2NO3− + 10e− + 12 H+ → N2 + 6H2O

 Besi akan teroksidasi menjadi besi(III) oksida dan oksigen akan tereduksi membentuk besi(III)
oksida (umumnya dikenal sebagai perkaratan):

4Fe + 3O2 → 2 Fe2O3

 Pembakaran hidrokarbon, contohnya pada mesin pembakaran dalam, menghasilkan air,


karbon dioksida, sebagian kecil karbon monoksida, dan energi panas. Oksidasi penuh bahan-
bahan yang mengandung karbon akan menghasilkan karbon dioksida.
 Dalam kimia organik, oksidasi seselangkah (stepwise oxidation) hidrokarbon menghasilkan
air, dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton, asam karboksilat, dan kemudian
peroksida.

Reaksi redoks dalam industri

Proses utama pereduksi bijih logam untuk menghasilkan logam didiskusikan dalam artikel
peleburan.

Oksidasi digunakan dalam berbagai industri seperti pada produksi produk-produk pembersih.

Reaksi redoks juga merupakan dasar dari sel elektrokimia.


Reaksi redoks dalam biologi

Atas: asam askorbat (bentuk tereduksi Vitamin C)


Bawah: asam dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi Vitamin C)

Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung secara simultan
karena sel, sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia, harus melangsungkan
semua fungsi hidup. Agen biokimia yang mendorong terjadinya oksidasi terhadap substansi
berguna dikenal dalam ilmu pangan dan kesehatan sebagai oksidan. Zat yang mencegah
aktivitas oksidan disebut antioksidan.

Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi
oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:

C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O

Proses pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD+ menjadi NADH dan reaksi
baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD+). Fotosintesis secara esensial merupakan kebalikan
dari reaksi redoks pada pernapasan sel:

6 CO2 + 6 H2O + light energy → C6H12O6 + 6 O2

Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi redoks.
Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air menjadi
oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan karbon dioksida dan
air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang direduksi digunakan untuk mereduksi
nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+), yang kemudian berkontribusi dalam
pembentukan gradien proton, yang akan mendorong sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan
dijaga oleh reduksi oksigen. Pada sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama.
Lihat pula Potensial membran.

Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara
NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ.
Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat
dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung
pada rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti hipoksia,
guncangan (shock), dan sepsis.

Siklus redoks

Berbagai macam senyawa aromatik direduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa radikal
bebas. Secara umum, penderma elektronnya adalah berbagai jenis flavoenzim dan koenzim-
koenzimnya. Seketika terbentuk, radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi oskigen
menjadi superoksida. Reaksi bersihnya adalah oksidasi koenzim flavoenzim dan reduksi
oksigen menjadi superoksida. Tingkah laku katalitik ini dijelaskan sebagai siklus redoks.

Contoh molekul-molekul yang menginduksi siklus redoks adalah herbisida parakuat, dan
viologen dan kuinon lainnya seperti menadion. [3]PDF (2.76 MiB)

Menyeimbangkan reaksi redoks

Untuk menuliskan keseluruhan reaksi elektrokimia sebuah proses redoks, diperlukan


penyeimbangan komponen-komponen dalam reaksi setengah. Untuk reaksi dalam larutan, hal
ini umumnya melibatkan penambahan ion H+, ion OH–, H2O, dan elektron untuk menutupi
perubahan oksidasi.

Media asam

Pada media asam, ion H+ dan air ditambahkan pada reaksi setengah untuk menyeimbangkan
keseluruhan reaksi. Sebagai contoh, ketika mangan(II) bereaksi dengan natrium bismutat:

Reaksi ini diseimbangkan dengan mengatur reaksi sedemikian rupa sehingga dua setengah
reaksi tersebut melibatkan jumlah elektron yang sama (yakni mengalikan reaksi oksidasi
dengan jumlah elektron pada langkah reduksi, demikian juga sebaliknya).

Reaksi diseimbangkan:

Hal yang sama juga berlaku untuk sel bahan bakar propana di bawah kondisi asam:
Dengan menyeimbangkan jumlah elektron yang terlibat:

Persamaan diseimbangkan:

Media basa

Pada media basa, ion OH– dan air ditambahkan ke reaksi setengah untuk menyeimbangkan
keseluruhan reaksi.Sebagai contoh, reaksi antara kalium permanganat dan natrium sulfit:

Dengan menyeimbangkan jumlah elektron pada kedua reaksi setengah di atas:

Persamaan diseimbangkan:

Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)

14 04 2010 Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu


menjelaskan perkembangan konsep reaksi reduksi oksidasi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Materi pelajaran KIMIA Kelas X Semester 2, Oleh Gianto,SPd

A. PENGERTIAN REDUKSI OKSIDASI

Pengikatan Oksigen :

Senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi dengan oksigen dinamakan oksida sehingga
reaksi antara oksigen dan suatu unsur dinamakan reaksi oksidasi.
Karat besi adalah senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi antara besi dan
oksigen (besi oksida). Perkaratan besi merupakan salah satu contoh dari
reaksi oksidasi. Persamaan reaksi pembentukan oksida besi
dapat ditulis sebagai berikut.

Pada reaksi tersebut, besi mengalami oksidasi dengan cara mengikat


oksigen menjadi besi oksida. Kebalikan dari reaksi oksidasi dinamakan reaksi
reduksi. Pada reaksi reduksi terjadi pelepasan oksigen. Besi oksida dapat
direduksi dengan cara direaksikan dengan gas hidrogen, persamaan reaksinya:

Pelepasan dan Penerimaan Elektron

Dalam konsep redoks, peristiwa pelepasan elektron dinamakan oksidasi,


sedangkan peristiwa penerimaan elektron dinamakan reduksi. Reaksi redoks pada
peristiwa perkaratan besi dapat dijelaskan dengan reaksi berikut:

Pada reaksi tersebut, enam elektron dilepaskan oleh dua atom besi dan diterima
oleh tiga atom oksigen membentuk senyawa Fe2O3, Oleh karena itu, peristiwa
oksidasi selalu disertai peristiwa reduksi. Pada setiap persamaan
reaksi, massa dan muatan harus setara antara ruas kanan dan ruas kiri
(ingat kembali penulisan persamaan reaksi). Persamaan reaksi redoks tersebut
memiliki muatan dan jumlah atom yang sama antara ruas sebelah kiri dan sebelah
kanan persamaan reaksi.
Oksidasi besi netral melepaskan elektron yang membuatnya kehilangan
muatan. Dengan menyamakan koefisiennya maka muatan pada kedua
ruas persamaan reaksi menjadi sama. Penyetaraan pada reaksi reduksi
oksigen juga menggunakan cara yang sama.

Contoh Reaksi Reduksi Oksidasi berdasarkan Transfer elektron

Dari persamaan
tersebut, dapat diketahui bahwa Mg melepaskan elektron dan Cl menerima elektron.
Dengan demikian, Mg mengalami oksidasi dan Cl mengalami reduksi.

Reduktor dan Oksidator

Dalam reaksi redoks, pereaksi yang dapat mengoksidasi pereaksi lain


dinamakan zat pengoksidasi atau oksidator. Sebaliknya, zat yang dapat
mereduksi zat lain dinamakan zat pereduksi atau reduktor. Pada Contoh diatas,
Magnesium melepaskan elektron yang
menyebabkan klorin mengalami reduksi. Dalam hal ini, magnesium disebut zat
pereduksi atau reduktor. Sebaliknya, atom klorin berperan dalam
mengoksidasi magnesium sehingga klorin disebut oksidator.

Contoh Reduktor dan Oksidator

Reaksi Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi

Bagaimana bilangan oksidasi dapat menjelaskan reaksi redoks? Apa


Anda cukup puas dengan konsep transfer elektron? Tinjau antara reaksi SO2
dengan O2 membentuk SO3. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :

Jika dikaji berdasarkan konsep pengikatan oksigen maka reaksi


tersebut adalah reaksi oksidasi. Jika dikaji berdasarkan transfer elektron maka
Anda mungkin akan bingung, mengapa? Pada reaksi tersebut tidak terjadi
transfer elektron, tetapi terjadi penggunaan bersama pasangan
elektron membentuk ikatan kovalen. Reaksi tersebut tidak dapat dijelaskan dengan
konsep transfer elektron.

Oleh karena banyak reaksi redoks yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep
pengikatan oksigen maupun transfer elektron maka para pakar kimia
mengembangkan konsep alternatif, yaitu perubahan bilangan oksidasi. Menurut
konsep ini, jika dalam reaksi bilangan oksidasi atom meningkat maka
atom tersebut mengalami oksidasi. Sebaliknya, jika bilangan oksidasinya
turun maka atom tersebut mengalami reduksi.

Untuk mengetahui suatu reaksi tergolong reaksi redoks atau bukan menurut konsep
perubahan bilangan oksidasi maka perlu diketahui biloks dari setiap atom, baik dalam
pereaksi maupun hasil reaksi.

Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Atom S mengalami kenaikan biloks dari +4 menjadi +6, peristiwa


ini disebut oksidasi; atom O mengalami penurunan biloks dari 0 menjadi –2,
peristiwa ini disebut reduksi.
Dengan demikian, reaksi tersebut adalah reaksi redoks.

Oleh karena molekul O2 menyebabkan molekul SO2 teroksidasi maka


molekul O2 adalah oksidator. Molekul O2
sendiri mengalami reduksi akibat molekul SO2 sehingga SO2 disebut reduktor.

Contoh Reaksi Redoks Menurut Perubahan Bilangan Oksidasi


Garam (kimia)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Natrium klorida (NaCl) adalah bahan utama garam dapur

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion
negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk
dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa
anorganik seperti klorida (Cl−), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat
(CH3COO−) dan ion monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion poliatomik seperti sulfat
(SO42−). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam.

Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida
ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan
membentuk ion hidronium di air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam
yang bukan garam asam maupun garam basa. Larutan Zwitterion mempunyai sebuah anionik
dan kationik di tengah di molekul yang sama, tapi tidak disebut sebagai garam. Contohnya
adalah asam amino, metabolit, peptida, dan protein.

Larutan garam dalam air (Misalnya natrium klorida dalam air) merupakan larutan elektrolit,
yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup
mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah. Tapi, karena cairan dalam tubuh
ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya, maka tidak akan membentuk garam setelah
airnya diuapkan.

Daftar isi

 1 Ciri-ciri
o 1.1 Warna
o 1.2 Rasa
o 1.3 Bau
 2 Ion
 3 Pembentukan garam
 4 Lihat juga
 5 Referensi

Ciri-ciri
Warna

Kalium dikromat, garam berwarna jingga yang digunakan sebagai pigmen

Mangan dioksida, garam yang berwarna hitam

Garam dapat berwarna cerah dan transparan (contohnya natrium klorida), Buram, dan kadang
juga berwarna metalik dan berkilau (Besi disulfida).

Garam dapat berwarna macam-macam, seperti misalnya di bawah ini:

 kuning (natrium kromat),


 jingga (kalium dikromat),
 merah (kalium ferisianida),
 mauve (kobalt klorida heksahidrat),
 biru (tembaga sulfat pentahidrat, ferric hexacyanoferrate),
 ungu (kalium permanganat),
 hijau (nikel klorida heksahidrat),
 putih (natrium klorida/garam dapur),
 tidak berwarna (Magnesium Sulfate Heptahidrat) dan
 hitam (mangan dioksida).
Rasa

Di semua garam, ada 5 rasa berbeda, yaitu: asin (natrium klorida), manis (timbal (II) asetat,
beracun kalau sampai tertelan), asam (kalium bitartrat), pahit (magnesium sulfat), dan gurih
(monosodium glutamat).

Bau

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat ("garam kuat") biasanya stabil dan tidak
berbau, sedangkan garam yang terbentuk dari asam lemah maupun basa lemah ("garam
lemah") lebih berbau karena disebabkan oleh asam konjugasinya (contohnya asetat (asam
asetat) pada (cuka) dan sianida seperti hidrogen sianida) atau bisa juga karena basa
konjugasinya (contohnya garam amonium seperti amonia). Dekomposisi parsial ini bisa
dipercepat dengan penambahan air, karena hidrolisis merupakan setengah bagian lain dari
reaksi reversibel yang membentuk garam lemah.

Ion

Nama-nama garam diawali dengan nama ion kation (contohnya, natrium atau amonium)
diikuti dengan nama ion anion (contohnya, klorida atau asetat).

Ion yang termasuk kation diantaranya:

Besi (II) oksida (FeO)

Besi (III) oksida (Fe2O3)

 Amonium NH4+
 Kalsium Ca2+
 Besi Fe2+ and Fe3+
 Magnesium Mg2+
 Kalium K+
 Pyridinium C5H5NH+
 Quaternary ammonium NR4+
 Natrium Na+

Ion yang termasuk anion termasuk:

 Asetat CH3COO− (asam asetat)


 Karbonat CO32− (asam karbonat)
 Klorida Cl− (asam klorida)
 Sitrat HOC(COO−)(CH2COO−)2 (asam sitrat)
 Sianida C≡N− (asam sianida)
 Hidroksida OH− (air)
 Nitrat NO3− (asam nitrat)
 Nitrit NO2− (asam nitrit)
 Oksida O2− (air)
 Fosfat PO43− (asam fosfat)
 Sulfat SO42− (asam sulfat)

Pembentukan garam

Timbal(II) sulfat (PbSO4)

Reaksi kimia untuk menghasilkan garam antara lain:

1. Reaksi antara asam dan basa, misalnya asam klorida (HCl) + amoniak (NH3) → amonium
klorida (NH4Cl).
2. Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya Mg + 2 HCl → MgCl2 + H2. Keterangan:
logam mulia umumnya tidak bereaksi dengan cara ini.
3. Reaksi antara logam dan nonlogam, misalnya, Ca + Cl2 → CaCl2
4. Reaksi antara basa dan oksida asam, misalnya, 2 NaOH + Cl2O → 2 NaClO + H2O
5. Reaksi antara asam dengan oksida basa, misalnya, 2 HNO3 + Na2O → 2 NaNO3 + H2O
6. Garam juga dapat dibentuk apabila 2 garam yang berbeda dicampur. Ion-ion mereka akan
membentuk campuran baru, misalnya:

Pb(NO3)2(aq) + Na2SO4(aq) → PbSO4(s) + 2 NaNO3(aq

Vous aimerez peut-être aussi