Vous êtes sur la page 1sur 45

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

J DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG JALAK RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Oleh Kelompok : 5

NIM Nama Mahasiswa


1610033 Dinda Indah Sari
1610007 Erin Yudha Maulana
1610011 Jamilatul Afida
1610016 Naning Wulandari
1610047 Saiful Kusuma Wardana

Program Studi DIII Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini dengan baik. Asuhan
keperawatan yang berjudul ”Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (pendengaran) ”
disusun untuk memenuhi tugas target PKL Mata Kuliah Keperawatan Jiwa di RSJ
Radjiman Wediodiningrat. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wediodiningrat yang telah memberikan kami
ijin dalam melakukan praktik keperawatan jiwa.
2. Ibu Yekti Wahyuningsih, SST Selaku Pembimbing Klinik RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
3. Dosen mata kuliah keperawatan jiwa yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyelesaian makalah ini.
4. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyelesaian dan
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini kedepannya.

Malang, 25 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Data dari
Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini
mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dan
0,46 persen menderita gangguan jiwa berat. Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)
2013 menunjukan 1,7 jiwa atau 1-2 orang dari 1.000 warga di Indonesia. Jumlah ini cukup
besar, artinya 50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa dan provinsi Jawa Timur menunjukan angka 2,2 jiwa berdasarkan
data jumlah penduduk Jawa Timur yaitu 38.005.413 jiwa, maka dapat disimpulkan 83.612
jiwa yang mengalami gangguan jiwa di Jawa Timur. Pada tahun 2014 di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang, dalam catatan rekam medis skizofrenia masuk pada peringkat 10
besar diagnosa medis pada klien. Skizofrenia hebrefenik berada pada nomor satu dengan
jumlah terbanyak di ruang rawat inap, yaitu 14.426 orang. Sedangkan pada urutan kedua
dengan skizofrenia paranoid yang berjumlah 2.249 orang pasien (Catatan rekam
medis RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat, 2014; dalam KTI Safitri, 2016). Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami keperawatan jiwa yang
harus dikuasai 5 komponen salah satunya halusinasi, maka kelompok di berikan tugas untuk
membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu kelompok diberikan
tugas dalam bentuk makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan
Strategi Pelaksanaan 1 pada Kasus Halusinasi
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan 1 pada
Kasus Halusinasi?
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi
Pelaksanaan 1 pada Kasus Halusinasi.
1.4 Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis makalah dengan baik
dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih mengerti tentang
halusinasi dan masalah keperawatannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan Halusinasi


2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata
ada oleh klien.
2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor yang
menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi
35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin,
dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama
sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan,
hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
2.1.3 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang
respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini merupakan
persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan
dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak
ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya,
yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap
stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut
sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa
2.1.4 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti:
darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.1.5 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik
dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaranberhubungan
dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


Sinestetik darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak
2.1.6 Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya Stuart &
Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan
tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat
fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien

1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)

Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem


Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan) kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.

Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti


Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
Panik, umumnya jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi menjadi perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
lebih rumit, melebur berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
dalam halusinasinya jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
(Psikotik Berat) agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan untuk membantu
klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling percaya dengan
klien. Hubungan saling percaya sangat penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih
lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan
pengalaman aneh halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien
dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri,
membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk
membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan
aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan
klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan
menggelikan bagi perawat. Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan selanjutnya adalah
membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi halusinasi, waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan klien
saat halusinasi muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah
masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa
dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji
pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk
mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara tersebut. Apabila cara
tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang dilakukan tidak efektif perawat
dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa dilatihkan
kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus berusaha
melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih untuk
mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila
halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara
kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu
menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan
bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat
secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan
dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh
untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan
dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal. Pengaruh
sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah
mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi
sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang
ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang
cara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien
kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala – gejala lain yang biasanya
terdapat pada penderita skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.

Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler. Dosis
permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai 300
mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan
satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala psikosa
belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan sampai 600 – 900 mg
perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan alkohol,
barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat
fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut
kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita, hiperpireksia atau
hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa
dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi
susunan syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan
gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan
intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada anak –
anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15 mg untuk
keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam,
tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif
terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea,
diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek samping
yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien
memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5 mg ) diberikan
tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg dan interval
pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien.
Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine
atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala –
gejala sesuai dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat
berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari
menggunakan ephineprine ISO, (2008)dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan
meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi persepsinya
pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan
dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus
internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan halusinasi
muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien.
Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun
rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan
tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah.
Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal:
BAB III

LAPORAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : MR. X 149 (Tn. J) Tgl MRS : 08-04-2019
Umur : 49 Th Tgl Masuk ruangan : 11-04-2019
Alamat : Dinsos Bunulrejo Kec. Blimbing Tgl Pengkajian : 22-04-2019
Pendidikan : SMP R. Rawat : R. Jalak
Agama : Islam
Status : Cerai Hidup
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kel : Laki-Laki
No CM : 126xxx

2. ALASAN MASUK
a. Data Primer
Klien mengatakan di bawa ke RSJ karena pernah memukul bapak tirinya dan
dilaporkan ke polisi, lalu sama polisi di bawa ke RSJ, pasien memiliki perasaan
jengkel, marah, dan ingin memukul bapak tirinya.

b. Data Sekunder
Menurut informasi perawatn pasien dibawah ke rsj karena marah-marah dan
mengamuk dengan membawa kayu.

c. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Pasien masih mengeluh mendengar teriakan suara wanita dan mengatakan jika wanita
tersebut menyukai pasien.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITAS)


Pasien dinsos ditemukan di jalan dengan kondisi lebih kurang 21 hari yang lalu,
pasien marah-marah di jalan sambil membawa kayu, teriak-teriak, mengambil
barang-barang orang akhirnya oleh petugas dinsos dibawa ke RSJ dr. Radjiman
Widiodiningrat Lawang dan MRS yang ke 2.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu?
 Ya
Tidak

Jika Ya, jelaskan kapan, tanda dan gejala? Keluhan

Paien pernah mengalami gangguan jiwa dimasalalu, dan pernah masuk RSJ, tanda
dan gejalanya pasien sering marah-marah.
2. Faktor penyebab/ Dukungan :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Koerban Saksi

1. Aniaya Fisik …. ……………………………………….


2. Aniaya seksual …………………………………………..
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga ………………………………………
5. Tindakan criminal ………………………………………..

Jelaskan : Pasien tidak ada riwayat trauma seperti (aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan criminal).

Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuhdiri


Jelaskan :
Pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan mau melompat dari
flayover.

Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,


perpisahan)
Pasien mengatakan sering dimarahi bapak tirinya.

Diagnosa Keperawatan : respon pasca trauma.

d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


Ya
 Tidak
Jika Ya

Jelaskan : -

Diagnosa Keperawatan : -

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien pernah menggunakan obat-obatan terlarang baru-baru ini sebelum masuk
RSJ untuk kedua kalinya.

Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Inefektif

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :


Jelaskan :
Dinsos membawa pasien untuk berobat ke RSJ sudah 2 kali. Tetapi pasien
mengatakan yang pertama hanya sebentar, dan waktunya sudah 5 bulan yang lalu.

Diagnosa Keperawatan : -
4. Riwayat Penyakit Keluarga, Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
Ada
 Tidak
Jika ada :

Hubungan keluarga : -

Gejala : -

Riwayat pengobatan : -

Diagnosa Keperawatan : -

5. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram :

46

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: garis hubungan

: garis keturunan

: tinggal serumah

Jelaskan :

a. Waktu kecil pasien diasuh oleh orang tua kandung dengan baik, tetapi setelah
ayah kandungnya meninggal mendapat perilaku kekerasan secara verbal dari ayah
tirinya.
b. Hubungan keluarga : tidak harmonis pasien tidak ada keluarga dekat.
c. Pengambilan keputusan : petugas dinsos

Diagnosa Keperawatan : koping keluarga inefektif

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh : pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karena
beranggapan itu semua ciptaan allah yang harus di hargai apapun
pemberianNya
b. Identitas : pasien mengatakan puas sebagai seorang laki-laki, pasien
mengatakan tidak puas atas pendidikannya karena tidak sampai lulus saat
SMK karena adanya masalah dengan temannya.
c. Peran :
d. Ideal diri : pasien mengatakan cepat ingin sembuh agar bisa pulang dan
mencari kerja atau membuka usaha serta meminta maaf pada bapak tirinya
e. Harga diri : pasien mengatakan tidak pernah merasa minder dengan
keadaannya dan menganggap semuanya biasa saja

Diagnosa Keperawatan : -

3. Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti / terdekat
Pasien tidak mempunyai orang berarti atau terdekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan social
Di dinsos : sebagai anggota binaan dinsos
Di RS : pasien malas berinteraksi dengan temannya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Terkadang pasien malas berinteraksi dengan orang lain

Diagnosa Keperawatan : isolasi sosial


4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien mengakui dirinya seorang muslim yang harus
memenuhi kewajiban untuk shoat dan puasa
b. Kegiatan ibadah : pasien mengatakan kegiatan ibadah sholat 5 waktu
dilakukan kadang-kadang
Diagnosa Keperawatan : gangguan pemenuhan spiritual
6. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Cukup, kooperatif, tenang.


2. Kesadaran (kualitas) : composmentis dengan GCS 4 5 6
3. Tanda Vital :
TD : 110/70 mm/Hg
N : 92 x/ Menit
S : 37,3 C
P : 18 x/ Menit
4. Ukur :
BB : 47Kg
TB : 153 Cm

5. Keluhan Fisik
Jelaskan : -

Diagnosa Keperawatan :
7. STATUS MENTAL

1. Penampilan (penampilan, usia, cara berpakaian, kebersihan)

Jelaskan : penampilan pasien sesuai dengan usianya, pakaian bersih, gigi caries,
menggunakan seragam sesuai dan tidak terbalik, mandi 2 kali sehari.

Diagnosa Keperawatan : -

2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter)

Jelaskan : pasien bicara saat ditanya, volume suara sedang, jumlah pembicaaan
pasien sedang, karakter pembicaraan pasien baik, tetapi jika disediakan
pertanyaan yang sama dan berulang jawaban pasien berbeda-beda dan ngelantur.

Diagnosa Keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal

3. Aktivitas motoric/ psikomotor

Kelambatan :

o Hipokinesia/ psikomotor
o Katalepsi
o Sub stupor katatonik
o Fleksibilitasserea
Jelaskan : pasien sering tiduran, tidak mau berinteraksi dengan temannya

Peningkatan

o Hyperkinesia, hiperaktif o Grimace


o Streotipi o Otomatisma
o Gaduh gelisah katatonik o Negativisme
o Mannerism o Reaksikonversi
o Katapleksi o Tremor
o TIK o Verbigerasi
o Ekhopraxia o Berjalankaku/ rigid
o Command automatism o Kompulsif :sebutkan
………………..

Diagnosa Keperawatan : -

5. Mood/ dan afek


a. mood
o depresi o khawatir
o ketakutan  anhedonia
o euforia o kesepian
o lain lain

Jelaskan : Saat ditanya apa minat bapak? Pasien menjawab bingung dan
mengatakan jika belum kefikiran mengenai minatnya

Diagnosa Keperawatan : -
b. Afek
o Sesuai
o Tumpul/ dangkal/ datar
o Tidaksesuai
o Labil
o Kesepian
Jelaskan : Pasien merasa dirinya ditinggalkan oleh keluarga tedekat dan tidak ada
lagi yang peduli.

Diagnosa Keperawatan :

5.Intraksi selama wawancara

o Musuhan o Kontak mata kurang


o Tidak koopratif o Defensive
o Mudahtersinggung o Curiga

Jelaskan : Pasien kooperatif, tidak mudah tersinggung, pasien mau menatap lawan
bicara.

Diagnosa Keperawatan : -

6. Persepsi sensori
a. halusinasi
 pendengaran
o penglihatan
o perabaan
o pengecapan
o penciuman
b. Ilusi
o Ada
o Tidakada
Jelaskan : Pasien mengatakan mendengar suara wanita tanpa rupa yang berisi “aku suka
kamu”, namun pasien tidak menghiraukannya, suara itu timbul sewaktu-waktu.

Data obyektif : pasien tampak sering menyendiri, mulut komat kamit, senyum-senyum
sendiri.

DiagnosaKeperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Pendengaran)

7. Proses pikir

a. Arus Pikir :

 Koheren o Bloking
o Sirkumtansial o Logorhoe
o Tangensial o Clang Association
o Inkoheran o Afasia
o Asosiasilonggar o Pierseverasi
o Flooght of idea o Neologisme
o Main kata kata o Lain lain
Jelaskan: - pasien mengatakan “saya sedang sakit sehingga dirawat disini agar
bisa sembuh”

- penyusunan kalimat pasien sesuai, pembicaraan tidak berulang-ulang

b. Isi Pikir

o Obsesif o Waham :
o Ekstansi  Agama
o Fantasi  Somatic/ hipokondria
o Alienasi  Kebesaran
o Pikiranbunuhdiri  Kejar/ curiga
o Preokupasi  Nihilistic
o Ide yang terkait  Dosa
o Pikiran rendah diri  Sisi pikir
o Psimisme  Control piker
 Pikiran curiga o Lain lain
o Fobia, sebutkan ………

Jelaskan : Pasien merasa curiga/ ingin tau tujuan dan untuk apa pertanyaan-
pertanyaan itu di ajukan kepadanya

Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

c. Bentuk pikir :
 Realistic
o Non realistic
o Dereistik
o Otistik
Jelaskan : Pasien mengakui jika dirinya sedang sakit dan berada dir rumah sakit
jiwa untuk mendapatkan pengobatan agar cepat sembuh dan pulang kerumah
kembali.

Diagnosa Keperawatan : -

8.Kesadaran
o Orientasi (Waktu, tempat dan orang)
Jelaskan : Waktu : Jika ditanya waktu pasien menjawab sesuai, contoh “senin”.
Tempat : Pasien mengerti jika dirinya berada di RSJ Lawang. Orang : Pasien
mampu mengenal dan mengingat nama orang disekitarnya.

o Meninggi
o Menurun
 Kesadaranberubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan : Kesadaran berubah, pasien pernah mengalami halusinasi.

Diagnosa Keperawatan : perubahan proses pikir

9. Memori

o Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan


 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam -< 1 bulan)
o Gangguan jangka daya ingat pendek (kurangwaktu 10 detik sampai 15
menit)
Jelaskan : Jika ditanya dengan pertanyaan yang sama hanya berbeda waktu
(hari) jawaban pasien berbeda/tidak sama.

Diagnosa keperawatan : -

10. Tingkat konstrasi dan Berhitung

a) Konsentrasi
o Mudahberalih
o Tidakmampuberkonsentrasi
Jelaskan : Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik, dan mampu menjawab
pertanyaan dengan sesuai.

b) Berhitung

Jelaskan : Pasien dapat melakukan penambahan dan pengurangan bilangan


angka dengan baik dan benar.

Diagnosa keperawatan: -

11. Kemampuan Penilaian


 Gangguan ringan
o Gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan
orang lain.

Diagnosakeperawatan: -

12. Daya tilik diri

o Mengingkari penyakit yang diderita


o Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Pasien menyadari penyakit yang di deritanya

Diagnosa keperawatan: -

13. KEBUTUHAN PERIAPAN PULANG

1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan


o Perawatan kesehatan
o Transportasi
o Tempat tinggal
o Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan : Terkait dengan perawatan kesehatan, transportasi, tempattinggal, dan
keuangan serta kebutuhan yang lainnya tidak ada masalah karena pasien
tinggal di Dinsos dan kebutuhannya tercukupi.

Diagnosa keperawatan: -

2) Kegiatan hidup sehari hari


a. Perawatan diri
1. Mandi
Jelaskan : Pasien mengatakan mandi 2-3 x/hari, mandi secara mandiri
di kamar mandi tanpa bantuan.

Diagnosa keperawatan: -

2. Berpakaian, berhiasdanberdandan
Jelaskan : pasien dapat berpakaian dengan rapi, memakai pakaian yang
sesuai

Diagnosa keperawatan: -

3. Makan
Jelaskan : pasien mengatakan makan 3 x/hari, makan secara mandiri,
makan porsi yang disediakan rumah sakit dihabiskan.

Diagnosa keperawatan: -

4. Toileting (BAK, BAB)


Jelaskan : pasien mengatakan BAK/BAB dikamar mandi tanpa
bantuan orang lain

Diagnosa keperawatan: -

b. Nutrisi
Berapa frekuensi kudapan dalam sehari
Jelaskan : sehari pasien makan 3 kali di ruang makan, habis 1 porsi habis
dan alat makan dicuci sendiri, nafsu makan baik.

Bagaimana berat badannya : berat badan pasien cenderung stabil

Diagnosa Keperawatan : -

c. Tidur
1. Istirahat tidur
Tidur siang, lama : 13:00 s/d 14:30 atau 15:00
Tidur malam, lama : 21:00 s/d 04:30
Aktivitas sebelum / sesudah tidur : mengobrol, bergurau

Jelaskan : pasien mengatakan selalu tidur siang dan malam, tetapi tidur siang jam
tidur tidak teratur karena digunakan untuk bergurau dengan temannya serta
kegiatan sebelum tidur adalah mengobrol.

Gangguan tidur
 Insomnia
o Hipersomnia
o Parasomnia
o Lain lain
Jelaskan : pasien mengatakan kadang sering terbangiun dimalam hari, dan
susah tidur dimalam hari

Diagnosa keperawatan : Gangguan Pola Tidur

2. Kemampuan lain lain


o Mengantisipasi kebutuhan hidup
o Pasien mengatakan akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
o Membuat keputusan berdasarkan keinginannya.
o Pasien mengatakan ingin bekerja dan mendapat uang

o Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan


sendiri

o Pasien mengatakan selalu teratur dalam minum obat sesuai aturan


yang di sediakan oleh petugas/perawat

Diagnosa keperawatan :

3. Sistem pendukung Ya Tidak


Keluarga X
Terapis
Temansejawat
Kelompok social

Jelaskan : Pasien mengatakan petugas Dinsos yang mengantar dirinya


untuk berobat ke RSJ Lawang.

Diagnosa keperawatan: -

14. MEKANISME KOPING

Jelaskan : mekanisme koping klien tidak bagus (maladaptif) terbukti jika ada
masalah klien marah-marah sambil membawa kayu dan teriak-teriak.

Diagnosa keperawatan : koping individu inefektif

15. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

o Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya


Jelaskan : tidak ada masalah

o Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya


Jelaskan : tidak ada

o Masalah dengan pendidikan, spesifiknya


Jelaskan : tidak ada

o Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya


Jelaskan : pasien tidak bekerja

o Masalah dengan perumahan, spesifiknya


Jelaskan : pasien tinggal di dinsos

o Masalah dengan ekonomi, spesifiknya


Jelaskan : pasien tinggal di dinsos sehingga kebutuhannya dipenuhi oleh dinsos

o Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya


Jelaskan : -

o Masalah lainnya, spesifiknya


Jelaskan : -

Diagnosa Keperawatan: Koping keluarga inefektif

16. ASPEK PENGETAHUAN

Apakah klien mempunyai masalah Yang berkaitan dengan pengetahuan penyakit atau
gangguan yang kurang tentang suatu hal. Bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini
tentang penyakit atau gangguan jiwa, perawatan dan penatalaksanaannya. Faktor yang
memperberat masalah presipitasi, obat-obatan atau lainnya.

Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah
terebut.

o penyakit/gangguan jiwa
o sistem pendukung
o faktor presipitasi
o penatalaksaan
o lain-lain
jelaskan : pasien mengetahui tentang penyakitnya.

Diagnosa keperawatan : -

XII. ASPEK MEDIS

1. diagnosis medis : F. 20.2 catatonic schizophrenia


2. diagnosa multi axis :

Axis I : F 20.2 Catatonic Schizophrenia


Axis II :-
Axis III :-
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lainnya
Axis V : (30-21) Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai tidak mampu
berfungsi hampir semua bidang

3. Terapi medis:
Tablet Risperidone 2 mg 1-0-1
Tablet Clozapine 25 mg 0-0-1
Tablet Cefadroxil 500 mg 1-0-1
XIII. ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN

1. DS : Gangguan persepsi sensori:


Halusinasi (Pendengaran)
Pasien mengatakan pernah mendengar sesuatu, suara
wanita, dan isi suara “Aku suka kamu”

DO :

 Saat sendiri pasien bicara sendiri


 Pasien bersikap mendengar sesuatu

2. DS : Resiko Bunuh Diri

Pasien mengaku pernah melakukan percobaan bunuh diri


di fly over Panti Nirmala

DO : pernah mencoba bunuh diri

3. Menurut informasi dari perawat pasien marah-marah Resiko perilaku kekerasan


sambil membawa kayu.

DO : Pasien tampak menyediri

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (Pendengaran)


2. Resiko bunuh diri
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Koping individu inefektif
5. Koping keluarga inefektif
6. Isolasi sosial
7. Kerusakan komunikasi verbal
XV. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengarahan

Isolasi sosial

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA MASALAH


Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

22 1. Gangguan TUM: Klien Setelah1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling


sensori dapat mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan
April persepsi: halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip
dialaminya perawat : komunikasi terapeutik :
2019 halusinasi
Tuk 1 : 1. Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan ramah
(lihat/dengar/p bersahabat. baik verbal maupun non
enghidu/raba/k Klien dapat 2. Menunjukkan rasa verbal
ecap) membina senang. b. Perkenalkan nama, nama
hubungan saling 3. Ada kontak mata. panggilan dan tujuan
percaya 4. Mau berjabat tangan. perawat berkenalan
5. Mau menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap
nama. dan nama panggilan yang
6. Mau menjawab salam. disukai klien
7. Mau duduk d. Buat kontrak yang jelas
berdampingan dengan e. Tunjukkan sikap jujur dan
perawat. menepati janji setiap kali
8. Bersedia interaksi
mengungkapkan f. Tunjukan sikap empati
masalah yang dihadapi. dan menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering
Klien dapat menyebutkan : dan singkat secara
mengenal 1. Isi bertahap
halusinasinya 2. Waktu 2.2. Observasi tingkah laku
3. Frekunsi klien terkait dengan
4. Situasi dan kondisi yang halusinasinya (* dengar
menimbulkan halusinasi /lihat /penghidu /raba
/kecap), jika
menemukan klien yang
sedang halusinasi:
1. Tanyakan apakah
klien mengalami
sesuatu ( halusinasi
dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap
)
2. Jika klien menjawab
ya, tanyakan apa
yang sedang
dialaminya
3. Katakan bahwa
perawat percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
4. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
5. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :

1. Isi, waktu dan


frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam
atau sering dan
kadang – kadang )
2. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2. Setelah 1x interaksi 2.4Diskusikan dengan klien
klien menyatakan apa yang dirasakan jika
perasaan dan responnya terjadi halusinasi dan beri
saat mengalami kesempatan untuk
halusinasi : mengungkapkan
 Marah perasaannya.
 Takut 2.3. Diskusikan dengan
 Sedih klien apa yang
 Senang dilakukan untuk
 Cemas mengatasi perasaan
 Jengkel tersebut.
2.4. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya.

TUK 3 : 3.1.Setelah 1x interaksi 3.1. Identifikasi bersama


Klien dapat klien menyebutkan klien cara atau tindakan
mengontrol tindakan yang biasanya yang dilakukan jika
halusinasinya dilakukan untuk terjadi halusinasi (tidur,
mengendalikan marah, menyibukan
halusinasinya diri dll)
3.2.Setelah 1x interaksi 3.2. Diskusikan cara yang
klien menyebutkan cara digunakan klien,
baru mengontrol  Jika cara yang
halusinasi digunakan adaptif
beri pujian.
3.3.Setelah 1x interaksi  Jika cara yang
klien dapat memilih digunakan
dan memperagakan maladaptif
cara mengatasi diskusikan kerugian
halusinasi cara tersebut
(dengar/lihat/penghidu/ 3.3. Diskusikan cara baru
raba/kecap ) untuk memutus/
mengontrol timbulnya
3.4.Setelah 1x interaksi halusinasi :
klien melaksanakan j. Katakan pada diri
cara yang telah dipilih sendiri bahwa ini tidak
untuk mengendalikan nyata ( “saya tidak
halusinasinya mau dengar/ lihat/
3.5.Setelah 1x pertemuan penghidu/ raba /kecap
klien mengikuti terapi pada saat halusinasi
aktivitas kelompok terjadi)
k. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggot
a keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
l. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
m. Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan
dan latih untuk
mencobanya.

3.5 Beri kesempatan untuk


melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
3.6.Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih ,
jika berhasil beri pujian
3.7.Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi
Tanggal TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN

22 Sp 1 S : Waalaikum salam, nama saya


Pak J, bisa dipanggil Pak J,
April 1. Membina hubungan alamat saya malang
2019 saling percaya :
“assalamualaikum - Saya mendengar suara-suara
pak? kenalkan nama bisikan
saya Dinda Indah - Suara perempuan
Sari bisa dipanggil - Suara itu muncul sewaktu-
Dinda, saya waktu, biasanya muncul saat
sendirian
mahasiswa Stikes
- Tidak, kadang-kadang
Kepanjen” Nama - Bunyi itu muncul saat
bapak siapa? sendirian
Sukanya dipanggil - Saat dirumah sakit jiwa
apa? Asalnya ketika suara itu muncul, saya
darimana pak? langsung menutup telinga
akan tetapi bunyi itu tetap
ada
2. Mengidentifikasi
- Saya mau di ajari cara
jenis halusinasinya :
mengontrol halusinasi dengan
“Apa yang bapak
menghardik.
rasakan?
3. Mengidentifikasi isi
halusinasinya :
“Bisikan apa yang
bapak dengar?” O:
4. Mengidentifikasi
- Mau menjawab salam
waktu halusinasinya :
- Mau berjabat tangan
“Biasanya pada saat
- Mau menyebutkan nama
apa bisikan itu - Mau mengungkapkan
terjadi?” perasaannya
5. Mengidentifikasi - Ada kontak mata
frekuensi - Pasien mau diajari cara
halusinasinya : mengontrol halusinasi dengan
“bisikannya sering ya menghardik
bapak?”
6. Mengidentifikasi
situasi yang A : Pasien mampu
menimbulkan mengidentifikasi halusinasi
halusinasi: (isi,waktu,frekuensi,situasi,re
“pada saat apa spon, pasien mengontrol
bisikan itu datang?”
7. Mengidentifikasi halusiasi
respon klien terhadap
halusinasi:
“Ketika dirumah, apa
yang bapak lakukan
saat bisikan itu
datang?” “kalau
disini saat suara itu
muncul, apa yang
bapak lakukan?” Jika
suara itu dibiarkan P:
apakah bisa hilang?
8. Mengajarkan klien Klien : anjurkan klien latihan
menghardik mengontrol halusinasi dengan cara
halusinasi : menghardik bila halusinasi
“Saya akan muncul
mengajarkan bapak
cara menghardik
halusinasi”
Perawat : lanjutkan cara
mengontrol halusinasi dengan
obat

23 SP2 S : Pasien mengatakan mengerti


jenis obat yang dia minum
April 1. Mengevaluasi
2019 kegiatan O: pasien tampak mendengarkan
menghardik penjelasan obat dari perawat,
2. memberi pujian
pasien minum obat masih
pada pasien
3. melatih cara diingatkan oleh perawat
mengontrol
Pasien bisa menyebutkan jumlah,
halusinasi
dengan obat warna, dan obat yang diminum
(jelaskan 6 benar:
A : pasien mampu menyebutkan
jenis, guna,
dosis, frekuensi, jenis obat, pa\sien belum
cara, kontinuitas mampu mengingat waktu
minum obat) minum obat
4. memasukkan
pada jadwal Pasien mampu mengontrol
kegiatan untuk halusinasi dengan cara
latihan menghardik
menghardik
Sehabis sarapan janagan
lupa minum obat: jenis
obat yang diminum ada
3 jenis yaitu ...... P : lanjutkan cara mengontrol
diminum pagi sore dan halusinasi dengan bercakap-
malam, obat ini untuk cakap
mengurangi suara-suara
yang didengar bapak,
sebelum itu bapak harus
tau 6 B, Benar klien,
benar obat, benar dosis,
benar rute, benar waktu,
benar dokumentasi.

28 SP3 S : Pasien mengatakan belum


mengerti cara bercakap-cakap
April 1. mengevaluasi
2019 kegiatan latihn
menghardik da
minum obat. O : - pasien tampak bercakap-
Beri pujian cakap dengan temannya
2. latih cara
mengontrol - pasien tampak kooperatif
halusinasi - pasien minum obat dengan
dengan bercakap- teratur
cakap saat terjadi A : Pasien belum mampu
haluinasi bercakap-cakap dengan orang lain
3. memasukkan
pada jadwal P : Ulangi SP 3 Cara bercakap-
kegiatan untuk cakap ditandai denga pasien
latian meghardik bercakap-cakap dengan
minum obat dan temanya
bercakap-cakap
2 SP3 Pasien mengatakan mengerti cara
bercakap-cakap
April 1. mengevluasi
2019 kegiatan latihn
menghardik da
minum obat. O : - pasien tampak bercakap-
Beri pujian cakap dengan temannya
2. latih cara
mengontrol - pasien tampak kooperatif
halusinasi - pasien minum obat dengan
dengan bercakap- teratur
cakap saat terjadi A : Pasien mampu bercakap-cakap
haluinasi dengan orang lain
3. memasukkan
pada jadwal P : lanjutkan intervensi
kegiatan untuk mengontrol haalusinasi dengan
latian meghardik melakukan 2 kegiatan aktivitas,
minum obat dan
bercakap-cakap Evaluasi kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses April 2019

Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan


Halusinasi. www.academia.edu diakses April 2019

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi PendengaranDiruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)
Hari Senin tanggal 22 April 2019

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : pasien mengatakan sering mendengar suara - suara
Do : pasien kadang sendiri, pasien kooperatif
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk
kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
b. Pasien dapat mengenal halusinasinya
c. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
d. Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasi
e. Pasien memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubugan saling percaya antara perawat dan pasien
a) Mengucapkan salam setiap kali berineraksi
b) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
c) Tunjukkan sikap empati kepada pasien
b. SP 1 : Mengenal halusinasi
a) Identifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon
b) Jelaskan cara mengontrol halusinasi : Hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak, saya mahasiswa dari Stikes Kepanjen kalau
bapak namanya siapa ? Bapak senangnya dipanggil siapa ? Bapak
disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu kedepan
2. Evaluasi / validasi
Baik bapak disini kita akan berbincang-bincang kalau boleh tau kenapa
bapak bisa sampai dirawat disini?
3. Kontrak
Topik : Identifikasi halusinasi dan belajar menghardik
Waktu : 15-20 menit
Tempat : meja makan ruang jalak
b. Fase kerja
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan
suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar
suara-suara tersebut? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak
bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah
bisa”
c. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah peragaan latihan tadi?
Evaluasi obyektif
Pasien memahami cara menghardik, pasien kooperatif
2. Rencana tindak lanjut
Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara kedua : obat
3. Kontrak yang akan dating
Topik : Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara kedua : obat
Waktu : 17.00-17.30
Tempat : meja makan di ruang jalak
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)
Hari Rabu 24 April 2019

C. PROSES KEPERAWATAN
5. Kondisi klien
DS : pasien mengatakan sering mendengar suara - suara
Do : pasien kadang sendiri, pasien kooperatif
6. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
7. Tujuan khusus
- Pasien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
- Pasien dapat mengenal halusinasinya
- Pasien dapat mengontrol halusinasinya
- Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
- Pasien memanfaatkan obat dengan baik
8. Tindakan keperawatan
- Bina hubugan saling percaya antara perawat dan pasien
- Mengucapkan salam setiap kali berineraksi
- Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
- Tunjukkan sikap empati kepada pasien
c. SP 2 : enam benar minum obat
- Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
- Jelaskan akibat bila putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat
- Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar minum
obat
D. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
d. Fase orientasi
4. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak ? Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
apakah halusinasinya masih ada ? apakah bapak telah melakukan apa
yang telah kita pelajari 2 hari yang lalu ? bagaimana apakah dengan
menghardik suara tersebut bisa berkurang ? bagus sekarang coba
praktekkan kepada saya bagaimana bapak melakukannya. Coba
sekarang perlihatkan kepada saya jadwal kegiatan latihan menghardik
yang bapak lakukan, bagus sekali. Baiklah pada hari ini kita akan
belajar cara kedua dari 4 cara untuk mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu dengan cara minum obat yang benar. Kita akan berlatih
selama kurang lebih 30 menit, bagaimana apakah bapak setuju ?
5. Evaluasi / validasi
Baik bapak disini kita akan berbincang-bincang mengenai minum obat
ya pak kita bicara disini saja ya dengan waktu yang telah kita sepakati
yaitu 30 menit
6. Kontrak
Topik : Obat
Waktu : 15-30 menit
Tempat : meja makan ruang jalak
e. Fase kerja
Pak, sekarang saya akan menjelaskan tentang obat-obatan. Ini ada tiga
macam obatnya ; warna oranye namanya Chlorpromasi, minumnya 3 kali
sehari gunanya supaya tenang dan mondar-mandir, rasa marah berkurang.
Yang putih namanya Triheksipenidil minumnya 3 kali per hari untuk
merilekskan agar tubuh tidak kaku, satu lagi yang warnanya merah jambu
yaitu Haloperidol gunanya untuk menghilangkan suara-suara ini diminum
3 kali sehari juga. Ketiga obat tadi diminum pada jam 07.00, 13.00 dan
19.30. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan
karena kadarnya harus stabil dalam tubuh. Penurunan dosis atau
penghentian obat ditentukan oleh dokter, kalau obat tidak teratur, bapak
dapat kambuh lagi dan perlu waktu untuk pemulihan. Kalau obat ini habis
bapak bisa kontrol ke puskesmas. Untuk itu dua hari sebelum obat habis
diharapkan bapak sudah kontrol. Bapak juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, pastkan bahwa itu obat yang
benar-benar punya bapak. Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya, pastikan obat diminum pada waktunya dengan
cara yang benaryaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak
juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum. Upayakan minum
2 kali per hari agar manfaat obatnya optimal. Bila nanti setelah minum
obat mulut bapak kering, untuk bisa mengatasinya bapak bisa mengisap-
isap es batu. Bila mata bapak berkunang-kunang bapak sebaiknya istirahat
dan jangan beraktifitas duludan harus cukup minum 10 gelas per hari.
Sekarang kita masukkan waktu minum obanya ke dalam jadwal ya
f. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat ?
sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol halusinasi ? coba
sebutkan, bagus (bila benar) jadual minum obat sudah kita buat yaitu jam
07.00, 13.00, 19.30 kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat minum
obat dan kita akan berlatih cara ketiga untuk mengontrol suara-suara
halusinasi bapak yaitu dengan bercakap-cakap dengan anggota
keluargamau jam berapa paka bagaimana kalau setelah pulang dari jalan-
jalan pagi sekitar jam 08.30 waktunya disini ya pak ? sampai jumpa
wassalamualaikum.
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)
Hari Rabu 1 Mei 2019

E. PROSES KEPERAWATAN
9. Kondisi klien
DS : pasien mengatakan sering mendengar suara - suara
Do : pasien kadang sendiri, pasien kooperatif
10. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
11. Tujuan khusus
- Pasien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
- Pasien dapat mengenal halusinasinya
- Pasien dapat mengontrol halusinasinya
- Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
- Pasien memanfaatkan obat dengan baik
12. Tindakan keperawatan
Bina hubugan saling percaya antara perawat dan pasien
- Mengucapkan salam setiap kali berineraksi
- Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
- Tunjukkan sikap empati kepada pasien
d. SP 3 : bercakap-cakap

F. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

g. Fase orientasi
7. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak,? Bagaimna perasaan bapak hari ini ? apakah
masih muncul halusinasinya apakah bapak telah melakukan dua cara
yang telah dipelajari untuk menghilangkan suara-suara yang
mengganggu ? coba saya lihat jadwal kegiatan harian bapak ? bagus
sekali sekarang coba saya lihat obatnya, oh ya bagus sekali bapak
minum obat teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan
dua cara tadi suara-suara yang mengganggu bapak sudah berkurang ?
coba praktekkan bagaimana bapak menghardik suara-suara tersebut ?
coba ceritakan perbedaan minum obat teratur dan tidak teratur apa
perbedaannya. Jelaskan kembali pada saya bagaimana 6 prinsip benar
obat. Baguis sekali, baiklah bapak kitaakan belajar cara yang ketiga
dengan bercakap-cakap . kita akan beraltih 30 menit ya setuju ?
h. Fase kerja
Caranya jika bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk mengobrol dengan bapak.
Contohnya begini “tolong, saya mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol
dengan saya”. Begitu bapak, coba bapak praktekkan seperti yang saya
lakukan tadi. Ya bagus sekali ?
i. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak, setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang telah saya
ajarkan pada bapak untuk mengontrol halusinasi, coba sebutkan? Bagus (jika
benar) mari sekarang kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak ? berapa
kali bapak akan bercakap-cakap, oh 2 kali jam 09.00 dan 16.00. Jangan lupa
bapak melakukan cara ketiga ini ya agar suara-suara itu tidak muncul lagi ?
baik pak besok kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat bercakap-cakap
sampai jumpa wassalamualaikum ?

Vous aimerez peut-être aussi