Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
J DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG JALAK RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Oleh Kelompok : 5
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini dengan baik. Asuhan
keperawatan yang berjudul ”Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (pendengaran) ”
disusun untuk memenuhi tugas target PKL Mata Kuliah Keperawatan Jiwa di RSJ
Radjiman Wediodiningrat. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wediodiningrat yang telah memberikan kami
ijin dalam melakukan praktik keperawatan jiwa.
2. Ibu Yekti Wahyuningsih, SST Selaku Pembimbing Klinik RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
3. Dosen mata kuliah keperawatan jiwa yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyelesaian makalah ini.
4. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyelesaian dan
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini kedepannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Data dari
Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini
mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dan
0,46 persen menderita gangguan jiwa berat. Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)
2013 menunjukan 1,7 jiwa atau 1-2 orang dari 1.000 warga di Indonesia. Jumlah ini cukup
besar, artinya 50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa dan provinsi Jawa Timur menunjukan angka 2,2 jiwa berdasarkan
data jumlah penduduk Jawa Timur yaitu 38.005.413 jiwa, maka dapat disimpulkan 83.612
jiwa yang mengalami gangguan jiwa di Jawa Timur. Pada tahun 2014 di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang, dalam catatan rekam medis skizofrenia masuk pada peringkat 10
besar diagnosa medis pada klien. Skizofrenia hebrefenik berada pada nomor satu dengan
jumlah terbanyak di ruang rawat inap, yaitu 14.426 orang. Sedangkan pada urutan kedua
dengan skizofrenia paranoid yang berjumlah 2.249 orang pasien (Catatan rekam
medis RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat, 2014; dalam KTI Safitri, 2016). Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami keperawatan jiwa yang
harus dikuasai 5 komponen salah satunya halusinasi, maka kelompok di berikan tugas untuk
membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu kelompok diberikan
tugas dalam bentuk makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan
Strategi Pelaksanaan 1 pada Kasus Halusinasi
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan 1 pada
Kasus Halusinasi?
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi
Pelaksanaan 1 pada Kasus Halusinasi.
1.4 Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis makalah dengan baik
dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih mengerti tentang
halusinasi dan masalah keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler. Dosis
permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai 300
mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan
satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala psikosa
belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan sampai 600 – 900 mg
perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan alkohol,
barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat
fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut
kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita, hiperpireksia atau
hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa
dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi
susunan syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan
gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan
intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada anak –
anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15 mg untuk
keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam,
tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif
terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea,
diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek samping
yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien
memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5 mg ) diberikan
tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg dan interval
pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien.
Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine
atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala –
gejala sesuai dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat
berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari
menggunakan ephineprine ISO, (2008)dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan
meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi persepsinya
pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan
dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus
internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan halusinasi
muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien.
Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun
rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan
tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah.
Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal:
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : MR. X 149 (Tn. J) Tgl MRS : 08-04-2019
Umur : 49 Th Tgl Masuk ruangan : 11-04-2019
Alamat : Dinsos Bunulrejo Kec. Blimbing Tgl Pengkajian : 22-04-2019
Pendidikan : SMP R. Rawat : R. Jalak
Agama : Islam
Status : Cerai Hidup
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kel : Laki-Laki
No CM : 126xxx
2. ALASAN MASUK
a. Data Primer
Klien mengatakan di bawa ke RSJ karena pernah memukul bapak tirinya dan
dilaporkan ke polisi, lalu sama polisi di bawa ke RSJ, pasien memiliki perasaan
jengkel, marah, dan ingin memukul bapak tirinya.
b. Data Sekunder
Menurut informasi perawatn pasien dibawah ke rsj karena marah-marah dan
mengamuk dengan membawa kayu.
Paien pernah mengalami gangguan jiwa dimasalalu, dan pernah masuk RSJ, tanda
dan gejalanya pasien sering marah-marah.
2. Faktor penyebab/ Dukungan :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Koerban Saksi
Jelaskan : Pasien tidak ada riwayat trauma seperti (aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan criminal).
Jelaskan : -
Diagnosa Keperawatan : -
Diagnosa Keperawatan : -
4. Riwayat Penyakit Keluarga, Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
Ada
Tidak
Jika ada :
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat pengobatan : -
Diagnosa Keperawatan : -
46
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: garis hubungan
: garis keturunan
: tinggal serumah
Jelaskan :
a. Waktu kecil pasien diasuh oleh orang tua kandung dengan baik, tetapi setelah
ayah kandungnya meninggal mendapat perilaku kekerasan secara verbal dari ayah
tirinya.
b. Hubungan keluarga : tidak harmonis pasien tidak ada keluarga dekat.
c. Pengambilan keputusan : petugas dinsos
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh : pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karena
beranggapan itu semua ciptaan allah yang harus di hargai apapun
pemberianNya
b. Identitas : pasien mengatakan puas sebagai seorang laki-laki, pasien
mengatakan tidak puas atas pendidikannya karena tidak sampai lulus saat
SMK karena adanya masalah dengan temannya.
c. Peran :
d. Ideal diri : pasien mengatakan cepat ingin sembuh agar bisa pulang dan
mencari kerja atau membuka usaha serta meminta maaf pada bapak tirinya
e. Harga diri : pasien mengatakan tidak pernah merasa minder dengan
keadaannya dan menganggap semuanya biasa saja
Diagnosa Keperawatan : -
3. Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti / terdekat
Pasien tidak mempunyai orang berarti atau terdekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan social
Di dinsos : sebagai anggota binaan dinsos
Di RS : pasien malas berinteraksi dengan temannya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Terkadang pasien malas berinteraksi dengan orang lain
5. Keluhan Fisik
Jelaskan : -
Diagnosa Keperawatan :
7. STATUS MENTAL
Jelaskan : penampilan pasien sesuai dengan usianya, pakaian bersih, gigi caries,
menggunakan seragam sesuai dan tidak terbalik, mandi 2 kali sehari.
Diagnosa Keperawatan : -
Jelaskan : pasien bicara saat ditanya, volume suara sedang, jumlah pembicaaan
pasien sedang, karakter pembicaraan pasien baik, tetapi jika disediakan
pertanyaan yang sama dan berulang jawaban pasien berbeda-beda dan ngelantur.
Kelambatan :
o Hipokinesia/ psikomotor
o Katalepsi
o Sub stupor katatonik
o Fleksibilitasserea
Jelaskan : pasien sering tiduran, tidak mau berinteraksi dengan temannya
Peningkatan
Diagnosa Keperawatan : -
Jelaskan : Saat ditanya apa minat bapak? Pasien menjawab bingung dan
mengatakan jika belum kefikiran mengenai minatnya
Diagnosa Keperawatan : -
b. Afek
o Sesuai
o Tumpul/ dangkal/ datar
o Tidaksesuai
o Labil
o Kesepian
Jelaskan : Pasien merasa dirinya ditinggalkan oleh keluarga tedekat dan tidak ada
lagi yang peduli.
Diagnosa Keperawatan :
Jelaskan : Pasien kooperatif, tidak mudah tersinggung, pasien mau menatap lawan
bicara.
Diagnosa Keperawatan : -
6. Persepsi sensori
a. halusinasi
pendengaran
o penglihatan
o perabaan
o pengecapan
o penciuman
b. Ilusi
o Ada
o Tidakada
Jelaskan : Pasien mengatakan mendengar suara wanita tanpa rupa yang berisi “aku suka
kamu”, namun pasien tidak menghiraukannya, suara itu timbul sewaktu-waktu.
Data obyektif : pasien tampak sering menyendiri, mulut komat kamit, senyum-senyum
sendiri.
7. Proses pikir
a. Arus Pikir :
Koheren o Bloking
o Sirkumtansial o Logorhoe
o Tangensial o Clang Association
o Inkoheran o Afasia
o Asosiasilonggar o Pierseverasi
o Flooght of idea o Neologisme
o Main kata kata o Lain lain
Jelaskan: - pasien mengatakan “saya sedang sakit sehingga dirawat disini agar
bisa sembuh”
b. Isi Pikir
o Obsesif o Waham :
o Ekstansi Agama
o Fantasi Somatic/ hipokondria
o Alienasi Kebesaran
o Pikiranbunuhdiri Kejar/ curiga
o Preokupasi Nihilistic
o Ide yang terkait Dosa
o Pikiran rendah diri Sisi pikir
o Psimisme Control piker
Pikiran curiga o Lain lain
o Fobia, sebutkan ………
Jelaskan : Pasien merasa curiga/ ingin tau tujuan dan untuk apa pertanyaan-
pertanyaan itu di ajukan kepadanya
c. Bentuk pikir :
Realistic
o Non realistic
o Dereistik
o Otistik
Jelaskan : Pasien mengakui jika dirinya sedang sakit dan berada dir rumah sakit
jiwa untuk mendapatkan pengobatan agar cepat sembuh dan pulang kerumah
kembali.
Diagnosa Keperawatan : -
8.Kesadaran
o Orientasi (Waktu, tempat dan orang)
Jelaskan : Waktu : Jika ditanya waktu pasien menjawab sesuai, contoh “senin”.
Tempat : Pasien mengerti jika dirinya berada di RSJ Lawang. Orang : Pasien
mampu mengenal dan mengingat nama orang disekitarnya.
o Meninggi
o Menurun
Kesadaranberubah
Hipnosa
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan : Kesadaran berubah, pasien pernah mengalami halusinasi.
9. Memori
Diagnosa keperawatan : -
a) Konsentrasi
o Mudahberalih
o Tidakmampuberkonsentrasi
Jelaskan : Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik, dan mampu menjawab
pertanyaan dengan sesuai.
b) Berhitung
Diagnosa keperawatan: -
Diagnosakeperawatan: -
Diagnosa keperawatan: -
Diagnosa keperawatan: -
Diagnosa keperawatan: -
2. Berpakaian, berhiasdanberdandan
Jelaskan : pasien dapat berpakaian dengan rapi, memakai pakaian yang
sesuai
Diagnosa keperawatan: -
3. Makan
Jelaskan : pasien mengatakan makan 3 x/hari, makan secara mandiri,
makan porsi yang disediakan rumah sakit dihabiskan.
Diagnosa keperawatan: -
Diagnosa keperawatan: -
b. Nutrisi
Berapa frekuensi kudapan dalam sehari
Jelaskan : sehari pasien makan 3 kali di ruang makan, habis 1 porsi habis
dan alat makan dicuci sendiri, nafsu makan baik.
Diagnosa Keperawatan : -
c. Tidur
1. Istirahat tidur
Tidur siang, lama : 13:00 s/d 14:30 atau 15:00
Tidur malam, lama : 21:00 s/d 04:30
Aktivitas sebelum / sesudah tidur : mengobrol, bergurau
Jelaskan : pasien mengatakan selalu tidur siang dan malam, tetapi tidur siang jam
tidur tidak teratur karena digunakan untuk bergurau dengan temannya serta
kegiatan sebelum tidur adalah mengobrol.
Gangguan tidur
Insomnia
o Hipersomnia
o Parasomnia
o Lain lain
Jelaskan : pasien mengatakan kadang sering terbangiun dimalam hari, dan
susah tidur dimalam hari
Diagnosa keperawatan :
Diagnosa keperawatan: -
Jelaskan : mekanisme koping klien tidak bagus (maladaptif) terbukti jika ada
masalah klien marah-marah sambil membawa kayu dan teriak-teriak.
Apakah klien mempunyai masalah Yang berkaitan dengan pengetahuan penyakit atau
gangguan yang kurang tentang suatu hal. Bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini
tentang penyakit atau gangguan jiwa, perawatan dan penatalaksanaannya. Faktor yang
memperberat masalah presipitasi, obat-obatan atau lainnya.
Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah
terebut.
o penyakit/gangguan jiwa
o sistem pendukung
o faktor presipitasi
o penatalaksaan
o lain-lain
jelaskan : pasien mengetahui tentang penyakitnya.
Diagnosa keperawatan : -
3. Terapi medis:
Tablet Risperidone 2 mg 1-0-1
Tablet Clozapine 25 mg 0-0-1
Tablet Cefadroxil 500 mg 1-0-1
XIII. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DO :
Isolasi sosial
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi PendengaranDiruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)
Hari Senin tanggal 22 April 2019
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : pasien mengatakan sering mendengar suara - suara
Do : pasien kadang sendiri, pasien kooperatif
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk
kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
b. Pasien dapat mengenal halusinasinya
c. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
d. Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasi
e. Pasien memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubugan saling percaya antara perawat dan pasien
a) Mengucapkan salam setiap kali berineraksi
b) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
c) Tunjukkan sikap empati kepada pasien
b. SP 1 : Mengenal halusinasi
a) Identifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon
b) Jelaskan cara mengontrol halusinasi : Hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak, saya mahasiswa dari Stikes Kepanjen kalau
bapak namanya siapa ? Bapak senangnya dipanggil siapa ? Bapak
disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu kedepan
2. Evaluasi / validasi
Baik bapak disini kita akan berbincang-bincang kalau boleh tau kenapa
bapak bisa sampai dirawat disini?
3. Kontrak
Topik : Identifikasi halusinasi dan belajar menghardik
Waktu : 15-20 menit
Tempat : meja makan ruang jalak
b. Fase kerja
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan
suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar
suara-suara tersebut? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak
bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah
bisa”
c. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah peragaan latihan tadi?
Evaluasi obyektif
Pasien memahami cara menghardik, pasien kooperatif
2. Rencana tindak lanjut
Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara kedua : obat
3. Kontrak yang akan dating
Topik : Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara kedua : obat
Waktu : 17.00-17.30
Tempat : meja makan di ruang jalak
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)
Hari Rabu 24 April 2019
C. PROSES KEPERAWATAN
5. Kondisi klien
DS : pasien mengatakan sering mendengar suara - suara
Do : pasien kadang sendiri, pasien kooperatif
6. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
7. Tujuan khusus
- Pasien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
- Pasien dapat mengenal halusinasinya
- Pasien dapat mengontrol halusinasinya
- Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
- Pasien memanfaatkan obat dengan baik
8. Tindakan keperawatan
- Bina hubugan saling percaya antara perawat dan pasien
- Mengucapkan salam setiap kali berineraksi
- Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
- Tunjukkan sikap empati kepada pasien
c. SP 2 : enam benar minum obat
- Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
- Jelaskan akibat bila putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat
- Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar minum
obat
D. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
d. Fase orientasi
4. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak ? Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
apakah halusinasinya masih ada ? apakah bapak telah melakukan apa
yang telah kita pelajari 2 hari yang lalu ? bagaimana apakah dengan
menghardik suara tersebut bisa berkurang ? bagus sekarang coba
praktekkan kepada saya bagaimana bapak melakukannya. Coba
sekarang perlihatkan kepada saya jadwal kegiatan latihan menghardik
yang bapak lakukan, bagus sekali. Baiklah pada hari ini kita akan
belajar cara kedua dari 4 cara untuk mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu dengan cara minum obat yang benar. Kita akan berlatih
selama kurang lebih 30 menit, bagaimana apakah bapak setuju ?
5. Evaluasi / validasi
Baik bapak disini kita akan berbincang-bincang mengenai minum obat
ya pak kita bicara disini saja ya dengan waktu yang telah kita sepakati
yaitu 30 menit
6. Kontrak
Topik : Obat
Waktu : 15-30 menit
Tempat : meja makan ruang jalak
e. Fase kerja
Pak, sekarang saya akan menjelaskan tentang obat-obatan. Ini ada tiga
macam obatnya ; warna oranye namanya Chlorpromasi, minumnya 3 kali
sehari gunanya supaya tenang dan mondar-mandir, rasa marah berkurang.
Yang putih namanya Triheksipenidil minumnya 3 kali per hari untuk
merilekskan agar tubuh tidak kaku, satu lagi yang warnanya merah jambu
yaitu Haloperidol gunanya untuk menghilangkan suara-suara ini diminum
3 kali sehari juga. Ketiga obat tadi diminum pada jam 07.00, 13.00 dan
19.30. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan
karena kadarnya harus stabil dalam tubuh. Penurunan dosis atau
penghentian obat ditentukan oleh dokter, kalau obat tidak teratur, bapak
dapat kambuh lagi dan perlu waktu untuk pemulihan. Kalau obat ini habis
bapak bisa kontrol ke puskesmas. Untuk itu dua hari sebelum obat habis
diharapkan bapak sudah kontrol. Bapak juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, pastkan bahwa itu obat yang
benar-benar punya bapak. Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya, pastikan obat diminum pada waktunya dengan
cara yang benaryaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak
juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum. Upayakan minum
2 kali per hari agar manfaat obatnya optimal. Bila nanti setelah minum
obat mulut bapak kering, untuk bisa mengatasinya bapak bisa mengisap-
isap es batu. Bila mata bapak berkunang-kunang bapak sebaiknya istirahat
dan jangan beraktifitas duludan harus cukup minum 10 gelas per hari.
Sekarang kita masukkan waktu minum obanya ke dalam jadwal ya
f. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat ?
sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol halusinasi ? coba
sebutkan, bagus (bila benar) jadual minum obat sudah kita buat yaitu jam
07.00, 13.00, 19.30 kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat minum
obat dan kita akan berlatih cara ketiga untuk mengontrol suara-suara
halusinasi bapak yaitu dengan bercakap-cakap dengan anggota
keluargamau jam berapa paka bagaimana kalau setelah pulang dari jalan-
jalan pagi sekitar jam 08.30 waktunya disini ya pak ? sampai jumpa
wassalamualaikum.
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)
Hari Rabu 1 Mei 2019
E. PROSES KEPERAWATAN
9. Kondisi klien
DS : pasien mengatakan sering mendengar suara - suara
Do : pasien kadang sendiri, pasien kooperatif
10. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
11. Tujuan khusus
- Pasien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
- Pasien dapat mengenal halusinasinya
- Pasien dapat mengontrol halusinasinya
- Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
- Pasien memanfaatkan obat dengan baik
12. Tindakan keperawatan
Bina hubugan saling percaya antara perawat dan pasien
- Mengucapkan salam setiap kali berineraksi
- Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
- Tunjukkan sikap empati kepada pasien
d. SP 3 : bercakap-cakap
g. Fase orientasi
7. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak,? Bagaimna perasaan bapak hari ini ? apakah
masih muncul halusinasinya apakah bapak telah melakukan dua cara
yang telah dipelajari untuk menghilangkan suara-suara yang
mengganggu ? coba saya lihat jadwal kegiatan harian bapak ? bagus
sekali sekarang coba saya lihat obatnya, oh ya bagus sekali bapak
minum obat teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan
dua cara tadi suara-suara yang mengganggu bapak sudah berkurang ?
coba praktekkan bagaimana bapak menghardik suara-suara tersebut ?
coba ceritakan perbedaan minum obat teratur dan tidak teratur apa
perbedaannya. Jelaskan kembali pada saya bagaimana 6 prinsip benar
obat. Baguis sekali, baiklah bapak kitaakan belajar cara yang ketiga
dengan bercakap-cakap . kita akan beraltih 30 menit ya setuju ?
h. Fase kerja
Caranya jika bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk mengobrol dengan bapak.
Contohnya begini “tolong, saya mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol
dengan saya”. Begitu bapak, coba bapak praktekkan seperti yang saya
lakukan tadi. Ya bagus sekali ?
i. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak, setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang telah saya
ajarkan pada bapak untuk mengontrol halusinasi, coba sebutkan? Bagus (jika
benar) mari sekarang kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak ? berapa
kali bapak akan bercakap-cakap, oh 2 kali jam 09.00 dan 16.00. Jangan lupa
bapak melakukan cara ketiga ini ya agar suara-suara itu tidak muncul lagi ?
baik pak besok kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat bercakap-cakap
sampai jumpa wassalamualaikum ?