Vous êtes sur la page 1sur 24

1

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. Konsep Teori
1. Pengertian

Menurut WHO (2013) secara klinis diare didefinisikan sebagai


bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah
Menurut menurut Depkes RI (2015), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Derajat kehilangan berat
badan 2,5 % tidak ada dehidrasi, 2,5-5% Dehidrasi ringan, 5-10 %
dehidrasi sedang, > 10% dehidrasi berat
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (2016) diare
merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2011), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
2

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air pada hewan dan manusia. Mulut biasanya terletak di kepala
dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Sedangkan penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan teriri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham) menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
3

b. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior
= bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian
yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang
sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai
diakar lidah. Bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
4

c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –
“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang.
Menurut histology esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran
otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari
otot halus).
d. Lambung
Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus,
Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
5

yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi


dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e. Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus;
lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler),
lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah
Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
6

f. Usus dua belas jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus
dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
g. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus
dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
7

bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
yang berarti “kosong”.
h. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
i. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses. Usus besar terdiri dari : Kolon asendens (kanan), Kolon
transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan
dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
j. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”)
dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
8

k. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau
dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix)
adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya
umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendektomi.
l. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material
di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
9

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan


limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
3. Etiologi
Menurut Haroen, Suraatmaja dan Asnil (2016), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh :
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-
bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan
saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
2) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
b. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
1) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
2) Kurang kalori protein.
4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama


gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
10

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus


akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
11

d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
12

5. Pathway Keperawatan

Diare

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Hipertermi
Defisit volume
cairan

6. Manifestasi Klinis
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Kram perut
c. Demam
d. Mual

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
13

e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i. Pucat
j. Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l. Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering (Nelwan 2013)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Faces lengkap
a) Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)
b) PH dan kadar gula
c) Biakan dan uji resistensi
2) Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal
4) Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang
memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang
5) Pemeriksaan intubasi duedenun
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit
penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
14

8. Penatalaksanaan

a. Rehidrasi
1) Jenis cairan
a) Cara rehidrasi oral :
1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
oralit,pedyalit setiap kali diare.
2) Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG,
tajin
b) Cairan parenteral :
1) usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm)
D10%.
2) Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS
3) Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS
4) Usia > 3 tahun D51/2NS
5) HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk
diare > usia 3 bulan.
2) Jalan pemberian
a) Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau
minum serta kesadaran baik)
b) Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak
mau makan dan kesadaran menurun).
c) IV line bila dehidrasi berat
3) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :
a) Defisit (derajat dehidrasi)
b) Kehilangan sesaat (concurent loss)
c) Rumatan (maintenance)
4) Jadual/kecepatan
Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung pada tingkat
dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan
dilanjutkan maintenance.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
15

b. Obat-obatan
1) Obat anti sekresi
a) Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg
b) Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr
2) Obat antispasmotilitik
Papaverin, opium. loperamid
3) Antibiotik
a) Penyebab jelas
b) Ada penyakit penyerta
c. Supportif
1) Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun
2) Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun
3) Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun
4) Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun
5) Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun
6) Vitamin B kompleks, vit C
9. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
16

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis
b. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor
kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai
nyeri perut.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan
makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi
makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.
e. Riwayat penyakit keluarga. : adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit serius seperti diabetes mellitus, hipertensi.
Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
17

g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri


karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus
pada penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastic
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan output yang berlebihan
b. Diare b/d Fisiologis: proses infeksi, inflamasi, iritasi, malabsorbsi,
parasit
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi
oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro
enteritis
e. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap
dehidrasi

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
18

3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o
1. Defisit Volume Cairan NOC: NIC : 1. Untuk mengetahui adanya
a. Fluid balance 1. Pantau status hidrasi tanda-tanda dehidrasi dan
Berhubungan dengan:
b. Hydration 2. Monitor intake cairan dan mencegah syok hipovolemik
a. Kehilangan volume cairan 2. Untuk mengumpulkan dan
secara aktif c. Nutritional Status : Food output
and Fluid Intake 3. Berikan terapi IV, sesuai menganalisis data pasien
b. Kegagalan mekanisme untuk mengatur
pengaturan Setelah dilakukan tindakan program
keperawatan selama….. defisit 4. Anjurkan pasien untuk keseimbangan cairan.
volume cairan teratasi dengan meningkatkan asupan oral 3. Untuk memberikan hidrasi
DS : cairan tubuh secara parenteral
Haus kriteria hasil:
1. Mempertahankan urine 4. Untuk mempertahankan
DO: cairan
1. Penurunan turgor output sesuai dengan usia
kulit/lidah dan BB, BJ urine normal,
2. Membran mukosa/kulit 2. Tekanan darah, nadi, suhu
kering tubuh dalam batas normal
3. Peningkatan denyut 3. Tidak ada tanda tanda
nadi, penurunan tekanan dehidrasi, Elastisitas turgor
darah, penurunan kulit baik, membran
volume/tekanan nadi mukosa lembab, tidak ada
4. Pengisian vena menurun rasa haus yang berlebihan
5. Perubahan status mental 4. Orientasi terhadap waktu
6. Konsentrasi urine dan tempat baik
meningkat 5. Jumlah dan irama
7. Temperatur tubuh pernapasan dalam batas
meningkat normal
8. Kehilangan berat badan 6. Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
19

secara tiba-tiba 7. pH urin dalam batas normal


9. Penurunan urine output 8. Intake oral dan intravena
10. HMT meningkat adekuat
11. Kelemahan

2. Diare berhubungan dengan NOC: NIC : 1. Membantu membedakan


a. Psikologis: stress dan a. Bowl Elimination Diare Management penyakit individu dan
cemas tinggi b. Fluid Balance 1. Kaji dan observasi pola BAB mengkaji beratnya tiap
b. Situasional: efek dari c. Hidration (frekuensi, warna, konsistensi, defekasi
medikasi, kontaminasi, d. Electrolit and Acid Base jumlah feses) 2. Menghindari diare berlanjut
penyalah gunaan Balance 2. Anjurkan pasien untuk 3. Menghindari iritasi,
laksatif, penyalah Setelah dilakukan tindakan menghindari susu, kopi, meningkatkan istirahat usus
gunaan alkohol, radiasi, keperawatan selama …. diare makanan pedas, dan makanan 4. Untuk menjaga asupan
toksin, makanan per pasien teratasi dengan kriteria yang mengiritasi saluran cerna makanan yang dibutuhkan
NGT hasil: 3. Berikan diet cair untuk tubuh
c. Fisiologis: proses 1. Tidak ada diare mengistirahatkan usus 5. Menurunkan motilitas atau
infeksi, inflamasi, iritasi, 2. Feses tidak ada darah dan 4. Anjurkan pasien untuk makan peristaltik usus dan
malabsorbsi, parasit mukus dalam porsi kecil, tetapi sering menunjukkan sekresi degestif
3. Nyeri perut tidak ada dan tingkatkan kepadatannya untuk menghilangkan kram
DS: 4. Pola BAB normal secara bertahap dan diare
1. Nyeri perut 5. Elektrolit normal 5. Kolaborasi pemberian obat
2. Urgensi 6. Asam basa normal sesuai indikasi
3. Kejang perut 7. Hidrasi baik (membran
DO: mukosa lembab, tidak
1. Lebih dari 3 x BAB panas, vital sign normal,
perhari hematokrit dan urin output
2. Bising usus hiperakti dalam batas normaL

3. Ketidakseimbangan NOC: 1. Timbang BB pasien pada 1. Untuk memantau perubahan


nutrisi kurang dari a. Nutritional status: interval yang tepat atau penurunan BB

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
20

kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient 2. Identifikasi faktor pencetus 2. Untuk memberikan tindakan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food mual dan muntah keperawatan mengatasi mual
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake 3. Berikan antiemetik dan atau muntah
memasukkan atau mencerna c. Weight Control analgesik sebelum makan atau 3. Mengatasi atau
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan tindakan sesuai program menghilangkan rasa mual
biologis, psikologis atau keperawatan selama….nutrisi 4. Tanyakan makanan kesukaan muntah
ekonomi. kurang teratasi dengan pasien dan sajikan dalam 4. Makanan kesukaan yang
DS: indikator: keadaan hangat tersaji dalam keadaan hangat
1. Nyeri abdomen 1. Albumin serum 5. Ciptakan lingkungan yang akan meningkatkan keinginan
2. Muntah 2. Pre albumin serum menyenangkan untuk makan untuk makan
3. Kejang perut 3. Hematokrit (misalnya pindahkan barang- 5. Tempat yang bersih akan
4. Rasa penuh tiba-tiba 4. Hemoglobin barang dan cairan yang tidak mendukung pasien untuk
setelah makan 5. Total iron binding capacity enak dipandang) peningkatan nafsu makan
DO: 6. Jumlah limfosit
1. Diare
2. Rontok rambut yang
berlebih
3. Kurang nafsu makan
4. Bising usus berlebih
5. Konjungtiva pucat
6. Denyut nadi lemah

4. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC Label : Pain Management NIC Label: Pain Management
dengan: keperawatan asuhan 1. Kaji secara komprehensip 1. Untuk mengetahui tingkat
Agen injuri (biologi, kimia, keperawatan selama …x 2 terhadap nyeri termasuk lokasi, nyeri pasien
fisik, psikologis), kerusakan jam, nyeri yang dirasakan karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Untuk mengetahui tingkat
jaringan klien berkurang dengan criteria kualitas, intensitas nyeri dan ketidaknyamanan dirasakan
hasil : faktor presipitasi oleh pasien
DS: NOC label : Pain Control 2. Observasi reaksi ketidaknyaman 3. Untuk mengalihkan perhatian
Laporan secara verbal a. Klien melaporkan nyeri secara nonverbal pasien dari rasa nyeri
DO: berkurang 3. Gunakan strategi komunikasi 4. Untuk mengetahui apakah

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
21

1. Posisi untuk menahan b. Klien dapat mengenal terapeutik untuk nyeri yang dirasakan klien
nyeri lamanya (onset) nyeri mengungkapkan pengalaman berpengaruh terhadap yang
2. Tingkah laku berhati- c. Klien dapat nyeri dan penerimaan klien lainnya
hati menggambarkan faktor terhadap respon nyeri 5. Untuk mengurangi factor yang
3. Gangguan tidur (mata penyebab 4. Tentukan pengaruh pengalaman dapat memperburuk nyeri
sayu, tampak capek, sulit d. Klien dapat menggunakan nyeri terhadap kualitas hidup( yang dirasakan klien
atau gerakan kacau, teknik non farmakologis napsu makan, tidur, 6. untuk mengetahui apakah
menyeringai) e. Klien menggunakan aktivitas,mood, hubungan terjadi pengurangan rasa nyeri
4. Terfokus pada diri analgesic sesuai instruksi sosial) atau nyeri yang dirasakan
sendiri Pain Level 5. Tentukan faktor yang dapat klien bertambah.
5. Fokus menyempit 1. Klien melaporkan nyeri memperburuk nyeriLakukan 7. Pemberian “health education”
(penurunan persepsi berkurang evaluasi dengan klien dan tim dapat mengurangi tingkat
waktu, kerusakan proses 2. Klien tidak tampak kesehatan lain tentang ukuran kecemasan dan membantu
berpikir, penurunan mengeluh dan menangis pengontrolan nyeri yang telah klien dalam membentuk
interaksi dengan orang 3. Ekspresi wajah klien tidak dilakukan mekanisme koping terhadap
dan lingkungan) menunjukkan nyeri 6. Berikan informasi tentang nyeri rasa nyer
6. Tingkah laku distraksi, 4. Klien tidak gelisah termasuk penyebab nyeri, 8. Untuk mengurangi tingkat
contoh : jalan-jalan, berapa lama nyeri akan hilang, ketidaknyamanan yang
menemui orang lain antisipasi terhadap dirasakan klien.
dan/atau aktivitas, ketidaknyamanan dari prosedur 9. Agar nyeri yang dirasakan
aktivitas berulang-ulang) 7. Control lingkungan yang dapat klien tidak bertambah.
7. Respon autonom (seperti mempengaruhi respon 10. Agar klien mampu
diaphoresis, perubahan ketidaknyamanan klien( suhu menggunakan teknik
tekanan darah, ruangan, cahaya dan suara) nonfarmakologi dalam
perubahan nafas, nadi 8. Hilangkan faktor presipitasi memanagement nyeri yang
dan dilatasi pupil) yang dapat meningkatkan dirasakan.
8. Perubahan autonomic pengalaman nyeri klien( 11. Pemberian analgetik dapat
dalam tonus otot ketakutan, kurang pengetahuan) mengurangi rasa nyeri pasien
(mungkin dalam rentang 9. Ajarkan cara penggunaan terapi
dari lemah ke kaku) non farmakologi (distraksi,
9. Tingkah laku ekspresif guide imagery,relaksasi)

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
22

(contoh : gelisah, 10.Kolaborasi pemberian analgesic


merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
10. Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

5. Hipertermia NOC: NIC : 1. Memantau perkembangan


Berhubungan dengan : Thermoregulasi status hipertermi pasien
1. Monitor suhu sesering mungkin
a. penyakit/ trauma 2. Warna dan suhu kulit dapat
b. peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan digunakan sebagai indikator
c. aktivitas yang berlebih keperawatan
RR status hipertermi pasien
d. dehidrasi selama………..pasien
menunjukkan : 4. Monitor penurunan tingkat 3. Memantau perkembangan dan
Suhu tubuh dalam batas kesadaran keadaan umum pasien
DO/DS:
1. Kenaikan suhu tubuh normal dengan kreiteria hasil: 5. Monitor intake dan output
4. Penurunan tingkat kesadaran
6. Berikan anti piretik
diatas rentang normal 1. Suhu 36 – 37C merupakan sebagai idikator
2. Serangan atau konvulsi 7. Berikan cairan intravena ketidak mampuan tubuh
2. Nadi dan RR dalam rentang
(kejang) normal 8. Kompres pasien pada lipat paha dalam merespon panas
3. Kulit kemerahan 3. Tidak ada perubahan warna dan aksila
4. Pertambahan RR 5. Menilai status hedrasi pasien
kulit dan tidak ada pusing,
5. Takikardi merasa nyaman 6. Antipiretik dapat menurunkan
6. Kulit teraba panas/ hangat panas
7. Pemberian terapi intravena
membantu memenuhi intake
pasien
8. Kompres pada lipatan
membantu mempercepat
proses evaporasi kerena

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
23

banyaknya pembuluh darah


periver

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep
24

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane, 2016, Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk


Brunerner dan Suddart, EGC, Jakarta

Bates. B, 2015. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2015. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.


EGC. Jakarta.

Corwin, Alizabeth, 2014, Buku Saku Patifiologi, EGC, Jakarta

FKUI, 2016. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya
.
Mansjoer. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Acipius. Jakarta

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Anita, S.Kep

Vous aimerez peut-être aussi