Vous êtes sur la page 1sur 25

TUGAS TERJEMAHAN

IMPROVING HEALTHCARE LOGISTICS PROCESSES


Diana Cordes Feibert
PhD Thesis April 2017

Pembimbing: DR dr Sutopo Patria Jati, MM., MKes

OLEH:

DIAN WIDYANINGRUM

NIM : 25000118410050

MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KONSENTRASI ARS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG


P1 How to improve healthcare logistics processes - a systematic lit
erature review
P2 Factors Impacting the Design of Healthcare Logistics Processes
P3 Measuring process performance within healthcare logistics - a
decision tool for selecting track and trace technologies
P4 Benchmarking Healthcare Logistics Processes - A Comparative
Case Study of Danish and US Hospitals

For the journal papers, P1 is in re-view for the special issue “Structured
Literature Reviews and Meta Analyses in Supply Chain Management and
Logistics“ of the International Journal of Physical Distribution & Logistics
Management. P2 has been submitted to the Interna-tional Journal of
Logistics Management and is in review. P3 has been published in a special
issue by the Academy of Strategic Management Journal. P4 has been
published by the journal TQM & Business Excellence

Conference papers:

P5 Relations between decision indicators for implementing technol-


ogy in healthcare logistics - a bed logistics case study
P6 Measuring process performance within healthcare logistics
- a decision tool for selecting measuring technologies
P7 Using the Analytic Network Process (ANP) to assess the distribu-
tion of pharmaceuticals in hospitals – a comparative case study of
a Danish and American hospital
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

AGV Automated guided vehicle


AHP Analytic hierarchy process
ANP Analytic network process
ASR Automated storage and retrieval
AT Automated transport
BC Barcode
BPM Business process management
BPR Business process reengineering
CPFR Collaboration, planning, forecasting and replenishment
DK Denmark
ED Emergency department
EDI Electronic data interchange
FDA United States Food and Drug Administration
HRM Human resource management
ICT Information and communication technology
IT Information technology
JIT Just-in-time
LRQ Literature review question
RFID Radio frequency identification
RP Replenishment policy
OECD Organisation for Economic Co-operation and Development
OM Operations management
RQ Research question
SC Supply chain
SCM Supply chain management
SD Single dose systems
SLS Stockless systems
SOP Standard operating procedure
TCO Total cost of ownership
TQM Total quality management
UK United Kingdom
US United States of America
VMI Vendor managed inventory
µ Average
σ Standard deviation
LITERATUR REVIEW

Tinjauan pustaka tesis didasarkan pada artikel “Cara meningkatkan proses logistik
kesehatan – Suatu tinjauan literatur sistematis” (P1). Temuan utama dari P1
bersama-sama dengan temuan tambahan saat mereview literatur yang tidak
dilaporkan dalam literatur yang dijelaskan dalam bab ini. Tinjauan literatur ini
bertujuan untuk merengkuh literatur yang telah ada tentang bagaimana
meningkatkan proses logistik kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian yang
mengkaji intervensi yang dapat diterapkan oleh pembuat keputusan untuk
meningkatkan proses logistik layanan kesehatan dan proses penentuan dan
penentuan intervensi yang dipilih diantara pengaruh lingkungan yang berbeda.
Metode sistematik kajian literatur diaplikasikan untuk menjawab empat pertanyaan
ulasan, dua di antaranya dilaporkan dalam P1.
Struktur pada tinjauan pustaka ini terdiri atas:
Pertama, pertanyaan ulasan disajikan.
Kedua, metode tinjauan sistematis yang diterapkan dijelaskan.
Ketiga, hasil tinjauan literatur disajikan dalam analisis deskriptif dan analisis
tematik. Keempat, berdasarkan temuan Tinjauan literatur, kerangka kerja
untuk memilih intervensi untuk meningkatkan proses logistik kesehatan
dikembangkan.
Kelima, keterbatasan tinjauan literatur dan kerangka kerja yang dikembangkan
dinyatakan.
Keenam, kontribusi penelitian ini untuk literatur dan landasan teoretis dari tesis
dijelaskan.
Akhirnya, ringkasan bab singkat menyimpulkan bab.

2.1. LITERATURE REVIEW QUESTIONS


PERTANYAAN PADA TINJAUAN PUSTAKA (LITERATURE REVIEW QUESTIONS
– LRQ)
Tinjauan literatur memeriksa pertanyaan ulasan berikut:
LRQ I. Apa tantangan khusus untuk proses logistik kesehatan?
LRQ II. Apa literatur literatur yang ada menawarkan bagaimana meningkatkan
proses logistik kesehatan?
LRQ III. Apa faktor kontingen yang menentukan kapan berbagai intervensi dan
pendekatan untuk meningkatkan layanan kesehatan proses logistik
direkomendasikan?
LRQ IV. Manfaat mana yang dapat diintervensi dan didekati di dalam logistik
kesehatan?
P1 meneliti LRQ II dan LRQ III. Temuan-temuan yang berkaitan dengan LRQ II dan
LRQ III akan menjadi satu-satunya refleksi yang dirangkum secara singkat dalam
tesis ini. LRQ I dan LRQ IV akan diperlakukan lebih detail dan diselidiki dalam tesis.

2.2. METODE TINJAUAN SISTEMATIS


Metode tinjauan sistematis berakar pada bidang ilmu kedokteran dan kemudian
diikuti proses tinjauan yang ketat dan transparan (Tranfield et al., 2003). Metode
tinjauan sistematis diterapkan dalam penelitian ini seperti yang dijelaskan oleh
Tranfield et al. (2003) tiga tahap: Pertama, tinjauan literatur mencakup dan
direncanakan. Kedua, tinjauan pustaka dilakukan dengan mencari dan memilih
makalah untuk ditinjau. Ketiga, temuan dari tinjauan pustaka dilaporkan dan
dilakukan melalui analisis deskriptif dan makalah yang dipilih.
Dua database penelitian berikut dicari untuk menemukan literatur:
Basis data penelitian EBSCOhost
Basis data penelitian SCOPUS
Database ini dipilih karena mereka memasukkan literatur yang disimpan ke Supply
Chain Management (SCM), logistik dan manajemen layanan kesehatan. Kata kunci
yang digunakan untuk mencari basis data penelitian dapat ditemukan pada Tabel
2.1. Kata kunci tersebut adalah variasi dari kata “logistik”, “layanan kesehatan”,
“proses” dan berbagai jenis aliran produk. Pencarian terbatas pada makalah
berbahasa Inggris yang diterbitkan antara 1990 dan 31 Juli 2016.

Tabel 2.1. Overview keyword dalam pencarian pustaka. Sumber: P1


Keywords I Keywords II Keywords III Keywords IV Excluding keywords

Logistics Healthcare Process Pharmaceutical Humanitarian


Supply chain Health care Value chain Medicine Disaster
management Hospital Supply chain Drug Clinical
Materials Medical supplies Physician
handling Blood Disease
Physical Blood bank Family planning
distribution Bed Home care
Waste Pediatric
Patient Public health research
Operations research
Operational research
Mathematical
Logistic regression analysis
Regression analysis
Malpractice

Pencarian database menggunakan keyword dalam tabel 2.2 menggunakan Boolean


logic terpilih 533 pustaka dalam basis data EBSCO dan 1.335 makalah dalam basis
data SCOPUS. Daftar kriteria seleksi dibuat untuk mengidentifikasi makalah yang
mendukung tujuan. Kriteria pemilihan dapat ditemukan pada Tabel 2.2.
Tabel2.2 Kriteria seleksi untuk mempersempit jumlah tulisan
Kriteria Seleksi Rasionalisasi

Kriteria Inklusi
Kontribusi untuk pengetahuan tentang bagaimana Kriteria ini terkait langsung dengan pertanyaan
meningkatkan proses logistik layanan kesehatan ulasan dan tujuan tinjauan literatur.
disediakan
Distribusi fisik bahan dalam rumah sakit menjadi Kriteria ini mencerminkan ruang lingkup tinjauan,
fokus yang terbatas pada distribusi fisik bahan di
rumah sakit.
Rumah sakit dimasukkan sebagai salah satu Tinjauan pustaka berfokus pada rumah sakit
fokus dalam SC jika bukan fokus utama dan implikasi intervensi untuk rumah sakit.
Pengadaan termasuk jika terkait dengan proses Makalah yang berfokus pada rantai pasokan
pengisian persediaan rumah sakit langsung dan keseluruhan termasuk jika mereka
memiliki implikasi untuk rumah sakit, dalam hal ini
kegiatan pelunasan ulang.

Kriteria Eksklusi
Fokus pada aliran staf Aliran staf bukan bagian dari fokus makalah ini, hanya aliran
material, dan karenanya dikeluarkan dari ulasan.
Fokus pada kolaborasi dan pembelian pemasok Karena studi literatur memfokuskan pada proses logistik di
rumah sakit bagaimana meningkatkan kolaborasi pemasok
dan pembelian bukan fokus penelitian ini.
Fokus pada outsourcing Sementara rumah sakit harus mengalihkan tanggung jawab
kepada penyedia pihak ketiga tidak relevan. Fokus
penelitian ini adalah pada proses yang terjadi di rumah sakit
dan bagaimana proses ini dapat ditingkatkan oleh rumah
sakit.
Fokus pada optimalisasi rute dan alokasi sumber daya yang Meskipun optimalisasi rute dan alokasi sumber daya dapat
optimal meningkatkan kinerja, penelitian ini tidak berfokus pada
metode matematika untuk optimisasi, melainkan
perubahan yang dapat dipilih oleh pembuat keputusan
untuk diterapkan.
Fokus pada peramalan dan penjadwalan Bahkan perencanaan dapat meningkatkan aliran barang,
perkiraan dan penjadwalan tidak akan dimasukkan dalam
penelitian ini karena tidak melibatkan intervensi atau
pendekatan peningkatan.
Berfokus pada homecare dan tele medicine Home care dan telemedicine bukan bagian dari penelitian
ini karena fokusnya adalah pada proses logistik internal di
rumah sakit

Berdasarkan kriteria seleksi, 81 makalah dipilih untuk tinjauan pustaka. Dari 81


makalah, 39 makalah diidentifikasi dari pencarian database dan 42 makalah
diidentifikasi dari rujukan silang.
42 makalah derivatif ini mencakup beberapa makalah non-peer-review yang
berkontribusi terhadap pengetahuan tentang praktik saat ini untuk meningkatkan
proses logistik kesehatan. Proses mempersempit daftar makalah ke jumlah yang
dapat dikelola dapat ditemukan pada Gambar 2.1.
Review Judul

Review abstrak

Review Full papers

Tulisan masuk dalam studi literatur


final

Gambar 2.1 Proses seleksi pustaka/jurnal.


Sumber P1
Penjelasan terperinci tentang proses untuk memilih artikel yang akan dimasukkan
dalam tinjauan literatur dapat ditemukan di P1.

2.3 ANALISIS DESKRIPTIF


Analisis fakta-fakta tentang makalah yang ditinjau, termasuk publikasi yang
diterbitkan per tahun, jurnal dan metode yang diterapkan 81 makalah yang termasuk
dalam ulasan ini diterbitkan antara tahun 1992 dan 2016. Distribusi makalah
menurut publikasi terdapat dalam gambar 2.2. Gambar 2.2 menunjukkan
peningkatan publikasi di lapangan sejak 1992 hingga mencapai puncak sepuluh
publikasi pada 2010 dan penurunan yang lebih rendah.

Gambar 2.2 Makalah dalam review termasuk tulisan dalam tahun publikasi makalah. Sumber: P1

Distribusi makalah dalam jurnal terdapat pada tabel 2.3. Makalah tersebar di 60
jurnal dengan jurnal Supply Chain Management: An International Journal
berkontribusi dalam sebagian besar makalah, yaitu enam makalah (7%).
Tabel 2.3 Distribusi makalah dalam jurnal
Journal No. of papers Percentage

Supply Chain Management: An International Journal 6 7%


Transfusion 4 5%
Production Planning & Control 3 4%
Healthcare Financial Management 3 4%
Decision Support Systems 2 2%
Decision Sciences 2 2%
International Journal of Production Economics 2 2%
Business Process Management Journal 2 2%
Supply Chain Forum: An International Journal 2 2%
International journal of health care quality assurance 2 2%
Health Care Management Science 2 2%
International Journal of Physical Distribution & Logistics Management 2 2%
International Journal of Operations & Production Management 2 2%
Other journals 47 58 %

Penyebaran makalah di jurnal dan jumlah publikasi yang relatif rendah selama
bertahun-tahun menunjukkan bidang penelitian yang belum matang.
Kesimpulan ini lebih jauh didukung oleh fakta bahwa penelitian studi kasus adalah
metode yang paling signifikan di antara studi yang ditinjau, lihat Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Selayang pandang metode yang diaplikasikan. Sumber:P1
Applied method No. of papers Percentage
Case study 42 52%
Survey 13 16%
Mathematical modelling 5 6%
Descriptive 5 6%
Simulation 4 5%
Literature review 4 5%
Mix of methods 3 4%
Editorial 2 2%
Discussion 1 1%
Diagnostic investigation 1 1%
Action Research 1 1%

2.4 ANALISIS TEMATIK


Analisis tematis menganalisis konten makalah yang ditinjau dan disusun
berdasarkan pertanyaan ulasan. Pertama, tantangan spesifik untuk proses logistik
layanan kesehatan teridentifikasi (LRQ I). Kedua, jawaban untuk LRQ II dan LRQ III
diringkas secara singkat. Ketiga, LRQ IV akan dijawab dengan mengidentifikasi
manfaat yang berhubungan dengan tiap intervensi teridentifikasi dalam LRQ II.
Keempat, berdasarkan analisis tematik yang menjawab LRQ I hingga IV, kerangka
keputusan diusulkan untuk mendukung para pengambil keputusan di rumah sakit
untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang bagaimana meningkatkan
proses logistik layanan kesehatan.
2.4.1 LRQ I: TANTANGAN DALAM LOGISTIK KESEHATAN
Sejumlah tantangan diidentifikasi dalam literatur untuk proses logistik layanan
kesehatan dan dirangkum dalam Tabel 2.5. Beberapa tantangan hanya terkait untuk
produk tertentu, sedangkan sebagian besar berlaku umum untuk proses logistik
layanan kesehatan.
Tantangan terutama berkaitan dengan kualitas, biaya, manajemen persediaan,
kompleksitas, efisiensi proses, ketidakmatangan proses, proses dan integrasi Supply
Chain, dan sumber daya manusia dan keterampilan.
Dalam hal ini, referensi proses 'ketidakmatangan' mengarah kepada proses yang
manual, berbasis kertas, kurangnya standarisasi, dicirikan oleh pengetahuan diam-
diam (tacit knowledge), inkonsistensi, utilitas yang rendah dan kelemahan proses
data, penelusuran dan visibilitas.

Tabel 2.5 Tantangan pada logistik layanan kesehatan yang teridentifikasi dalam
literatur

Product Challenge Supporting literature


type
Drugs,
blood Product availability from supplier (Gebicki et al., 2014; Mustaffa and Potter, 2009)
Perishability and product waste (Beier, 1995; Beliën and Forcé, 2012; Fontaine et
al., 2009; Gebicki et al., 2014; Gomez et al., 2015;
Hemmelmayr et al., 2009; Mustaffa and Potter,
2009; Rautonen, 2007; Ritchie et al., 2000; Stanger
et al., 2012)
Special handling of items, e.g.
temperature, product safety (Beier, 1995; Chircu et al., 2014; Pan and Pokharel,
and security 2007)
Drugs,blood Potential stock-outs (Beier, 1995; Beliën and Forcé, 2012; Fredendall et
Surgical (patient safety issue) al., 2009; Stanger et al., 2012; de Vries, 2011)
tools
Sterile sup- Interruptions in process that (Fredendall et al., 2009)
ply requires focus
General Integrating with supplier systems (Elleuch et al., 2014; Rautonen, 2007)
Ensuring the right skills
(sometimes (Callender and Grasman, 2010; Fredendall et al.,
clinical for sterilizing
instruments) 2009; Landry and Philippe, 2004; Stanger et al.,
2012)
Overstocking (Aptel and Pourjalali, 2001; Beier, 1995; Kumar and
Rahman, 2014; de Vries, 2011)
Balancing quality and costs (Fredendall et al., 2009; de Vries, 2011)
Inventory shrinkage (Bendavid et al., 2010; Böhme et al., 2016; Kumar
and Rahman, 2014; Romero and Lefebvre, 2015;
Yao et al., 2012)
SC tiers operate independently / (Callender and Grasman, 2010; Landry and Philippe,
duplication of processes 2004; Nachtmann and Pohl, 2009)
Fragmented processes and poor (Böhme et al., 2016; Landry and Philippe, 2004;
inter-functional integration Parnaby and Towill, 2009)
Complexity of healthcare systems (Beier, 1995; Böhme et al., 2013; Chircu et al.,
and healthcare SCs 2014; Fredendall et al., 2009; Nachtmann and Pohl,
2009; de Vries, 2011)
Unpredictability and uncertainty (Anand and Wamba, 2013; Bailey et al., 2013;
(demand, supply, capacity) Beier, 1995; Böhme et al., 2013; Fontaine et al.,
2009; Gebicki et al., 2014; Jarrett, 1998; Yau et al.,
1998)
Low capacity at bottleneck/lack
of (Elleuch et al., 2014; Fredendall et al., 2009)
personnel
Delays in delivery of (critical)
items (Beier, 1995; Parnaby and Towill, 2009; Thomas et
al., 2000)
Process immaturity (Anand and Wamba, 2013; Bailey et al., 2013;
Böhme et al., 2013, 2016; Fredendall et al., 2009;
Kumar and Rahman, 2014; Landry and Philippe,
2004; Nachtmann and Pohl, 2009)
Inefficient processes (Anand and Wamba, 2013; Böhme et al., 2016;
Nachtmann and Pohl, 2009; Yao et al., 2012; Yau et
al., 1998)
Political agendas, lack of
executive commitment, (Böhme et al., 2013, 2016; Callender and Grasman,
misalignment of incentives 2010; McKone-Sweet et al., 2005; de Vries, 2011)
within hospitals and across SC
Wrong people performing tasks (Bloss, 2011; Landry and Philippe, 2004)
High SC costs (Böhme et al., 2016; Romero and Lefebvre, 2015)

2.4.2 LRQ II DAN LRQ III: INTERVENSI DAN FAKTOR KONTINJENSI


Jenis intervensi yang diidentifikasi berhubungan dengan salah satunya
1) manajemen proses bisnis (BPM – bussiness process management), 2) intervensi
logistik dan SCM, 3) intervensi teknologi, atau 4) intervensi organisasi.
Masing-masing dari empat tema terdiri dari subtema yang menentukan jenis
intervensi yang diidentifikasi dalam literatur.
Faktor kontinjensi diidentifikasi untuk intervensi teknis dan "sistem pengisian ulang",
yang merupakan sub-tema logistik dan intervensi SCM. Bussiness Process Re-
Engineering (BPR). BPR menjadi satu-satunya tema dimana faktor kontinjensi dapat
diidentifikasi. Menurut Kumar dkk, BPR cocok untuk lingkungan perawatan
kesehatan karena tugas yang berulang, volume tinggi dan barang nyata (Kumar et
al., 2008).
Faktor-faktor kontinjen yang diidentifikasi diindikasikan dalam keadaan mana jenis
intervensi tertentu direkomendasikan.
Intervensi.
P1 menguraikan literatur yang diidentifikasi untuk setiap subtema.
Tabel 2.6. Sekilas pandang identifikasi sub tema dalam literatur
BPM Logistics and SCM Technology Organization
Process characteristics Replenishment systems Automated transport Organizing
Non-specific items logistics
Replenishment policy Automated storage activities
Pharmaceuticals JIT and retrieval Human resource
Blood products management
Stockless system Barcodes (HRM)
Sterile supplies Vendor managed inventory Centralization vs.
(VMI) RFID decentralization
BPM approaches Single dose system
Information and Organizational
communication and social
technologies setting
BPR
Cellular operations SC design
Performance SC integration
measurement SC and logistics innovation
Benchmarking
Process standardization Responsive SCs
Tinjauan literatur dirilis bahwa aspek organisasi logistik kesehatan adalah tema yang
paling tidak diselidiki dan bahwa sub-tema BPM juga jarang diselidiki.

Faktor kontinjensi. Faktor kontinjensi diidentifikasi dalam literatur yang ditinjau untuk
sistem pengisian ulang, sub-tema logistik dan SCM, dan untuk intervensi teknologi,
kecuali untuk Teknologi Informatika dan Komputer. Tabel 2.7 memberikan gambaran
tentang faktor-faktor kontinjensi untuk SCM dan intervensi logistik dan Tabel 2.8
memberikan gambaran tentang faktor-faktor kontinjensi yang diidentifikasi untuk
intervensi teknologi.

Faktor kontinjensi hanya diidentifikasi untuk sistem pengisian ulang, yaitu kebijakan
pengisian kembali (replenishment policy – RP), (Just in Time – JIT), sistem tanpa stok
(stockless systems – SLS), Vendor Manage Inventory (VMI), dan sistem dosis tunggal
(SD), dan untuk teknologi, yaitu transportasi otomatis (Automated Transport),
penyimpanan otomatis dan pengambilan ( Automated Storage & Retrieval), barcode
(BC) dan RFID, tetapi tidak untuk TIK. Tidak didapatkan faktor yang melemahkan
sehingga memerlukan intervensi organisasi dan BPM terpisah dari BPR.
Kepustakaan menunjukkan bahwa BPR sesuai untuk diberlakukan pada proses logistik
layanan kesehatan karena tugas yang berulang, volume tinggi dan tangibilitas – aset
yang ada wujudnya/ dapat dikenali dengan panca indera (Kumar et al., 2008).
Tabel 2.7 Faktor kontingensi yang teridentifikasi untuk intervensi logistik dan SCM
Relation of factors to interventions SCM/logistics
Contingent Factors
(faktor tidak dapat interventions
diperkirakan dan

VMI
diprediksi)

LSS
ITJ
RP

DS
Demand Replenishment model should consider demand variability (Wang et al., X X
2015).
variability Demand variability affects safety stock (Aptel and Pourjalali, 2001;
Beier, 1995).

Apply EOQ to reduce stock levels (Beier, 1995).


Combine stockless with virtual pharmacy to cope with unexpected
demand (Danas et al., 2002).

Develop contingency plan in conjunction with JIT to avoid SC


Supply variability X
disruptions (Jarrett, 1998).

Consider product criticality when developing a RP (Gebicki et al.,


Product criticality X
2014; Perera et al., 2009)

Consequences of stock- Consider consequences of stock-outs when developing a replenishment


X
outs policy (Gebicki et al., 2014; Perera et al., 2009)

Shelf-life / perishability RP depends on shelf-life (Pan and Pokharel, 2007) X


Inventories are a balance of ordering costs, carrying costs and service
Service level levels and safety stocks may be necessary for high service levels X
(Gebicki et al. 2014)
Consider the effect on quality of service (Pinna et al., 2015).
Safety Consider safety effects of any system (Pinna et al., 2015). X X X X X
Total Cost of a system Consider total costs of a system rather than short term gains (Marino, X X X X X
1998).
Consider costs vs. financial benefits (Pinna et al., 2015).

Inventories are a balance of ordering costs, carrying costs and service


levels (Gebicki et al., 2014).

Monetary JIT not recommended for low value items (Jarrett, 1998). X

value JIT is inefficient for special products, i.e. rarely used and often
expensive (Persona et al., 2008).

Tabel 2.8. Identifikasi Faktor-faktor tak terduga untuk intervensi teknologi


Contingent Technological
factors Relation of factors to intervention interventions

RFID
ASR

BC
AT
Load capacity influences what type of technology is suitable for transporting
Load capacity specific items (Landry and Philippe, 2004) X

The delivery of certain product types is time-critical and may require speedy
Time-criticality delivery at all times of the day (Bailey et al., 2013) X X

Average waiting time may influence choice of technology – pneumatic tube


system found to perform better than AGV solution for transporting blood samples
(Jørgensen et al., 2013)

Level Of
process Automatic counting and reordering achieved through RFID compared to barcodes
automation (Çakici et al., 2011) X X

Frequency of The number of times barcodes are used affects the financial viability of the
use solution (Maviglia et al., 2007) X

Efficiency of Simultaneous and multiple reads possible with RFID, but not barcodes (Çakici et
technology al., 2011). X X

Data capacity Higher data capacity for RFIDs than barcodes (Çakici et al., 2011). X X

Line of sight Depending on the process, line of sight to scan an object may or may not be X X
requirement required.

RFIDs require no line of sight, barcodes do (Anand and Wamba, 2013; Kumar and
Rahman, 2014).

Data encryp The level of data encryption is better for RFIDs than barcodes (Çakici et al., 2011; X X
tion Coustasse et al., 2013)
Read range
capabilities RFIDs can be read at longer distances than barcodes (Anand and Wamba, 2013). X X

Need for real- RFIDs enable real-time tracking of items, barcodes do not (Anand and Wamba, X X
time tracking 2013; Çakici et al., 2011).

Durability Barcodes and RFID tags are exposed to the environment and may wear and tear. X X
RFIDs are more durable than barcodes (Anand and Wamba, 2013; Çakici et al.,
2011).

Stock-taking
costs vs. data The ratio between stock-taking costs and inventory accuracy determines whether a
accuracy barcoding or RFID-system outperforms the other (Chan et al., 2012). X X

The network The decision to use RFID or barcodes may depend on what everyone else
effect uses(Çakici et al., 2011; Romero and Lefebvre, 2015). X X

2.4.3 LRQ IV: MANFAAT INTERVENSI


Sejumlah manfaat diidentifikasi untuk intervensi yang ditemukan dalam literatur.
Tabel 2.9 merangkum manfaat yang diidentifikasi dalam literatur yang ditinjau untuk
masing-masing jenis intervens ditampilkan dalam Sub-tema.
Gambaran umum literatur pendukung untuk setiap manfaat yang diidentifikasi dapat
ditemukan di Lampiran A.
Masing-masing manfaat yang diidentifikasi berhubungan dengan salah satu kategori
berikut:
 Proses kinerja dan penghematan biaya
 Kualitas
 Manajemen inventaris
 Manajemen aliran arus
 Perawatan pasien
 Kepatuhan
 Staf
 Pengadaan
 Informasi Manajemen informasi dan koordinasi rantai pasokan.
Dengan demikian, aspek-aspek logistik kesehatan dapat ditingkatkan melalui berbagai
intervensi yang diidentifikasi dalam literatur.
Manfaat dalam mengidentifikasi setiap intervensi dapat dipandang sebagai insentif
untuk mengimplementasikan intervensi tertentu dan untuk memilih diantara intervensi
yang ada.
Namun, beberapa penulis menetapkan manfaat sebagai kriteria keputusan untuk
memilih di antara teknologi yang ada. Kriteria keputusan ini dicatat dengan "*" pada
Tabel 2.9 dan tercantum secara terpisah pada Tabel 2.10.
tabel 2.9. Manfaat diidentifikasi pada setiap intervensi
Identified Bussiness Process SCM and logistics Technology Organization
benefits Manag.

SC/logist.innov.
SCintegration

(De)centralization

Social/org.setting
Perf.measurement

Benchmarking

ResponsiveSC

Org.logist.activ.
Cellularops.

Processstd.

HRM
RFID
ICTs
VMI

ASR
BPR

SLS
JIT

AT

BC
RP

SD
Process performance and cost savings

1.1.Increased X X X X X X X X X X X X X
efficiency*
1.2. Improved X X
effectiveness
1.3. Increased X X
productivity
1.4. Shorter processing X X
time
1.5. Shorter cycle X X X
time*
1.6. Lead time* X X
1.7. Cost savings* X X X X X X X X X X X X X X
1.8. Improved SC X X X X X X X X
performance
1.9. Improved X X X
flexibility/responsiveness
1.10. Increased device X X
utilization
Quality

2.1 Error reductions X X X X X


2.2 Improved service X X X X X X X X X
levels
2.3 Increased relia
bility and X X X X X
routinization
2.4 Reductions in X
counterfeit drugs
2.5 Improved data X X X X X
accuracy*
Inventory management

3.1 Improved product X X X X


availability
3.2 Stock level X X X X X X X X
reductions
3.3 Improved inven X X X X
3.4 Fast ID of end- of- X
life/obsolete stock
3.5 Reductions in
theft and wasted X X X X
products*

3.6 Reduced rate of


emergency orders X

3.7 Improved demand


and supply
variability manage X X X X
ment
Identified
BPM SCM and logistics Technology Organization
benefits

Perf. measurement

Social/org. setting
(De)centralization
Org. logist. activ.
SC/logist. innov.

Responsive SC
Benchmarking

SC integration
Cellular ops.

Process std.

RFID

HRM
ICTs
BPR

ASR
SLS

VMI

BC
JIT

SD
RP

AT
Flow
management
4.1 Improved
operational X X X X X X X
flows*
4.2 Improved
reverse X X X X X
logistics*
4.3 Improved
visibility of X
flows
4.4
Reductions in X X
waiting time
4.5 Improved
planning and X X X X
control*
4.6 Improved
administrative X X X X X
processes
Patient care
5.1
Reductions in
X
delays for
patients
5.2 Increased
patient care
X X X X X
quality and
safety*
Compliance
6.1 Enhanced
documentatio X
n
6.2
Temperature X
assurance
6.3 Improved
X X
maintenance
Staff
7.1 Improved
work
conditions X X
and staff
satisfaction
7.2
Elimination of
X X X X X X
manual
processes
7.3 Time
X X X X X X X X X X X X
savings
Tabel 2.9 (lanjutan) Keuntungan identifikasi setiap intervensi

BPM SCM and logistics Technology Organization

Social/org.setting
Cellularops.

SC/logist.innov.
Perf.measurement

(De)centralization
ResponsiveSC
SCintegration

Org.logist.activ.
Benchmarking

Processstd.
Identified

RFID

HRM
ICTs
VMI
BPR

ASR
SLS
JIT

BC
AT
RP
benefits

SD
Procurement

8.1
Improved
readiness of X X
purchase
orders*
8.2 Reduced
order
frequency
X
and volume
8.3 Reduced
consumption
X X
and
overbuying
8.4
Reductions
X
in back
orders
8.5
Improved
supplier
X X X X X X X X
integration
and
relationships
Information management and supply chain coordination
9.1
Improved
X X X X
information
storage*
9.2 Real-
time data X X
access
9.3
Improved
SC info X X
sharing and
processing
9.4
Improved
SC X
communicat
ion *
9.5
Improved X
CPFR*
tabel 2.10. Daftar Kriteria penentuan pengindentifikasian dalam literatur untuk
menseleksi teknologi
Kriteria yang mempengaruhi keputusan pemilihan teknologi
Peningkatan efisiensi Improved reverse logistics
Siklus waktu lebih pendek Improved planning and control
Lead time lebih pendek Increased patient care quality and safety
Harga lebih murah Improved readiness of purchase orders
Perbaikan akurasi data Improved information storage
Perbaikan visibilitas persediaan barang Improved SC communication
Pengurangan pencurian dan produk tidak
Improved collaborative planning, forecasting
berguna
Perbaikan alur operasional and replenishment (CPFR)

2.4.4 PEMETAAN LITERATUR LOGISTIK YANKES


Tinjauan literatur menunjukkan bahwa logistik pelayanan kesehatan dapat dibagi
menjadi tema Bussiness Process Management, logistik dan SCM, teknologi, dan
organisasi. Selain itu, masing-masing tema yang diidentifikasi dapat dibagi menjadi
beberapa sub-tema.
Tema dan sub-tema literatur logistik kesehatan diilustrasikan pada Gambar 2.3.
Ada 53 makalah terkait dengan logistik dan intervensi SCM, 48 makalah
mempertimbangkan intervensi teknologi, 42 makalah terkait dengan BPM dan 28
makalah untuk intervensi organisasi.
Setiap tema utama dalam literatur, BPM, SCM dan logistik, teknologi, dan organisasi,
tidak berfungsi secara terpisah, tetapi saling terkait, dan dapat saling mendukung dalam
meningkatkan logistik layanan kesehatan atau dalam beberapa kasus saling
memengaruhi (P1) akan ada sering membahas lebih dari satu tema.

Gambar 2.3. Illustrasi literatur tema logistik kesehatan


Gambar 2.4 mengilustrasikan berapa banyak tema yang dibahas oleh masing-masing
makalah yang diulas dan kemudian berapa banyak makalah yang membahas masing-
masing tema.
Komponen gambar menunjukkan cakupan tema dan jumlah makalah yang mencakup
berbagai kombinasi tema.
Komponen yang berisi angka yang dicatat dengan "*" dan "[]" berhubungan dengan
bundel kertas yang sama. Dengan demikian, tiga makalah berkontribusi pada BPM dan
aspek organisasi secara bersamaan dan 14 makalah berkontribusi pada konsep logistik
/ SCM secara bersamaan.
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa aspek organisasi dari logistik layanan kesehatan
paling sedikit diselidiki dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
BPM berada pada urutan kedua topik yang paling tidak diteliti dan tinjauan literatur BPM
menunjukkan bahwa masing-masing sub-tema BPM dalam logistik kesehatan
meninggalkan banyak hal yang harus diteliti di mas yang akan datang.

Gambar 2.4. Ilustrasi literatur yang direview


2.5 KERANGKA KERJA UNTUK PERBAIKAN LOGISTIK KESEHATAN
(BAGIAN I)
Tinjauan pustaka ini mengidentifikasi manfaat dari penerapan intervensi yang berbeda
dalam logistik layanan kesehatan.
Mengenali tantangan untuk proses logistik layanan kesehatan dapat mengarah pada
implementasi intervensi, yang pada gilirannya menghasilkan manfaat untuk
menghadapi tantangan yang teridentifikasi.
Hubungan antara tantangan, intervensi, dan manfaat yang dihasilkan oleh intervensi
diilustrasikan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Hubungan antara tantangan, intervensi, dan manfaat intervensi

Setiap intervensi yang diidentifikasi berkaitan dengan BPM, SCM dan logistik, teknologi,
atau organisasi.
Tabel 2.9 menunjukkan hubungan antara intervensi dan kemungkinan manfaatnya yang
diidentifikasi dalam literatur yang diulas. Masing-masing manfaat ini mampu menjawab
tantangan yang diidentifikasi untuk proses logistik layanan kesehatan.
Tabel 2.11 mencocokkan tantangan dengan manfaat yang mampu mengatasi
tantangan ini.
Dengan demikian, kombinasi Tabel 2.9 dan Tabel 2.11 menyediakan tautan berikut:
1) identifikasi manfaat yang dapat mengatasi tantangan tertentu, dan
2) mengidentifikasi intervensi yang dapat memberikan manfaat yang diinginkan untuk
mengatasi tantangan yang dialami dalam logistik kesehatan.
Namun, manfaat dan tantangan tidak cocok dengan sempurna.
Contoh tidak semua tantangan ditangani oleh manfaat dan tidak semua manfaat
mengatasi tantangan.
Tiga tantangan tidak langsung ditangani oleh manfaat yang diidentifikasi dalam literatur:
1) Memastikan keterampilan yang tepat
2) Integrasi dengan sistem pemasok
3) Agenda politik, kurangnya komitmen eksekutif dan ketidakselarasan insentif dalam
rumah sakit dan lintas SC.
Meskipun manfaat untuk mengatasi tantangan ini tidak secara khusus diidentifikasi
dalam literatur yang ditinjau, beberapa sub-tema melakukan bagian dari tantangan ini.
Pertama, HRM (Human Resource Management) peduli dengan pengembangan staf.
Selain itu, memastikan keterampilan yang tepat adalah bagian yang melekat dari BPR
(Hammer dan Champy, 1993).
Kedua, kesulitan untuk berintegrasi dengan sistem pemasok adalah masalah yang
harus disepakati setelah integrasi dengan pemasok dan upaya untuk mengatur sistem
pengisian ulang seperti JIT dan VMI.
Masalah-masalah tersebut harus ditangani bekerja sama dengan departemen TI dari
pemasok dan rumah sakit.
Ketiga, agenda politik, kurangnya komitmen eksekutif dan ketidakselarasan insentif
adalah masalah manajemen yang harus dihadapi di dalam dan di seluruh organisasi.
Dengan demikian, penyelarasan insentif dapat dicapai melalui skema insentif dan
manajemen kinerja.
Komitmen eksekutif adalah masalah strategis dan kemampuan persuasif oleh manajer
logistik.
Agenda politik sulit dikelola tetapi sebagian dapat diatasi dengan menyelaraskan
insentif.

Tabel 2.11. Kecocokan tantangan dan identifikasi manfaat


Numbered benefits addressing
challenges
Challenges in healthcare logistics
(benefits numbered according to Table
2.9)

Conditions of system and processes


Complexity of healthcare systems and healthcare SCs 1.9; 2.1; 2.3; 3.7; 4.3; 4.5; 9.3; 9.4; 9.5
1.1; 1.3; 1.4; 1.5; 1.6; 1.10; 2.1; 4.1; 4.2;
Inefficient processes
4.4; 4.6; 7.2; 7.3
1.1; 1.3; 1.7; 1.10; 2.1; 3.2; 3.5; 3.6; 7.2;
High SC costs
7.3; 8.3
2.3; 2.5; 3.3; 3.6; 3.7; 4.1; 4.2; 4.3; 4.5;
Process immaturity
6.1; 7.2; 9.1; 9.2; 9.3
Balancing quality and costs 1.1; 1.2; 1.6; 1.7; 2.1; 2.2; 5.1; 5.2
1.4; 1.5; 1.6; 1.9; 2.2; 3.1; 4.1; 4.4; 4.5;
Delays in delivery of (critical) items
5.1; 5.2; 7.3; 8.1
2.1; 2.3; 2.5; 3.3; 3.6; 3.7; 4.3; 4.5; 8.5;
Unpredictability and uncertainty (demand, supply, capacity)
9.2; 9.3; 9.4; 9.5
Inventory management
1.9; 2.3; 3.1; 3.6; 3.7; 4.3; 4.5; 8.1; 8.4;
Product availability from supplier
9.3; 9.5
Perishability and product waste 1.5; 1.6; 1.9; 3.5; 6.2
Special handling of items 2.1; 2.4; 6.2
Overstocking 3.2; 8.2; 8.3
1.9; 2.2; 2.3; 3.1; 3.3; 3.4; 3.5; 3.7; 4.1;
Potential stock-outs (patient safety issue)
4.2; 4.3; 4.5; 9.5
Inventory shrinkage 3.5; 6.2
SC integration
SC tiers operate independently / duplication of processes 1.8; 8.5; 9.2; 9.3; 9.4
Fragmented processes and poor interfunctional integration 4.1; 4.2; 4.3; 4.5; 9.3; 9.4
Integrating with supplier systems N/A
Resources
Wrong people performing tasks 7.1; 7.2; 7.3
Interruptions in process that requires focus 4.1
Low capacity at bottleneck/lack of personnel 1.1; 1.3; 1.4; 1.5; 2.1; 4.1; 4.5; 7.3
Ensuring the right skills (sometimes clinical for sterilizing instruments) N/A
Political agendas, lack of executive commitment, misalignment of
N/A
incentives within hospitals and across SC

Salah satu manfaat yang dicapai melalui intervensi yang diidentifikasi tidak membahas
pengalaman tantangan khusus untuk proses logistik kesehatan.
Perbaikan pemeliharaan diidentifikasi sebagai manfaat yang mungkin dalam penerapan
RFID dan TIK tetapi tidak dapat menjawab seluruh tantangan yang ada.
Namun, ahli berpendapat bahwa perbaikan dalam pemeliharaan dapat meningkatkan
utilisasi perangkat dan peralatan dan selanjutnya mengurangi biaya karena masa hidup
produk yang lebih lama.
Berdasarkan temuan dari tinjauan literatur, kerangka kerja untuk meningkatkan proses
logistik kesehatan diusulkan.
Kerangka kerja berfungsi sebagai alat keputusan bagi manajer dalam meningkatkan
proses logistik kesehatan.
Kerangka kerja ini diilustrasikan pada Gambar 2.6 dan dapat digunakan untuk
mengatasi tantangan spesifik atau hanya untuk mencapai manfaat tertentu.
Pertama, mengidentifikasi tantangan yang dialami dalam proses logistik kesehatan
tertentu dan cocok dengan manfaat untuk mengatasi tantangan ini.
Pilihan lain adalah fokus pada manfaat, antara lain Perbaikan, yang diinginkan
untuk proses tersebut.
Kedua, gunakan Tabel 2.11 untuk mencocokkan tantangan, manfaat, dan intervensi
untuk mempersempit jumlah intervensi menjadi intervensi yang memberikan
manfaat yang diinginkan.
Ketiga, pilih di antara intervensi yang mungkin tersisa, dengan mempertimbangkan
faktor-faktor kontinjensi.
Faktor-faktor kontingensi ditemukan pada Tabel 2.7 untuk intervensi SCM dan
logistik dan Tabel 2.8 untuk intervensi teknologi.
Kerangka kerja tidak dimaksudkan untuk mengusulkan bahwa semua intervensi yang
mungkin harus dilaksanakan, tetapi kerangka kerja memberikan dukungan bagi para
praktisi SCM dalam memutuskan intervensi mana yang akan dilaksanakan.
Analisis tambahan mungkin diperlukan, misal Analisis ekonomi dan penyelarasan
berikutnya dengan keseluruhan strategi rumah sakit. Lebih jauh, seperti yang
diungkapkan oleh tinjauan pustaka, penting untuk mempertimbangkan keterkaitan
antara proses, SCM dan logistik, teknologi, dan organisasi.
Gambar 2.6. Framework/ Kerangka Kerja (Bagian I) untuk pengembangan proses logistik yankes

Berikut ini, contoh sederhana tentang cara menggunakan kerangka kerja pada Gambar
2.6 disediakan.
Bayangkan seorang manajer logistik di rumah sakit yang berjuang menghadapi
penyusutan inventaris, misal Kehilangan inventaris karena pencurian, kehilangan, atau
kerusakan.
Menurut Tabel 2.9, manfaat 3.5 Pengurangan dalam pencurian dan produk yang
terbuang dan 6.2 Jaminan suhu dapat mengurangi penyusutan inventaris.
Dalam hal ini, penyusutan inventaris menyangkut perangkat medis dan tidak tergantung
pada suhu, yang berarti bahwa jaminan suhu tidak menjadi masalah.
Ini menyisakan 3,5 Pengurangan pencurian dan pemborosan produk dengan opsi VMI,
barcode, RFID, dan TIK.
Tabel 2.7 dan 2.8 kemudian memberikan ikhtisar pertimbangan khusus untuk memilih
intervensi yang disarankan.
Antara lain untuk barcode dan RFID, tingkat otomatisasi mungkin menarik, yaitu
penghitung stok secara otomatis.
Mempertimbangkan daftar faktor kontinjensi yang diidentifikasi dalam Tabel 2.7 dan
Tabel 2.8 dapat membantu mempersempit daftar intervensi yang memungkinkan ke
sejumlah opsi yang dapat dikelola yang dapat dianalisis lebih lanjut atau dengan
ketentuannya sendiri menghasikan keputusan akhir.

2.6. KETERBATASAN PENELITIAN REVIEW DAN KERANGKA KERJA


Ulasan literatur ini bukan tanpa keterbatasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan literatur yang berkontribusi pada
pemahaman tentang bagaimana meningkatkan proses logistik layanan kesehatan.
Ruang lingkup tinjauan literatur dibatasi oleh kata kunci yang diterapkan pada basis
data penelitian dan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan untuk memilih artikel.
Studi yang menganjurkan metode matematika sebagai alat untuk perbaikan tidak
termasuk dalam ulasan ini tetapi diperlakukan dalam tinjauan literatur oleh
Dobrzykowski dan perguruan tinggi mengenai manajemen kesehatan (Dobrzykowski et
al., 2014) dan Volland et al. al., 2016).
Selain itu, tinjauan literatur mencerminkan keadaan terkini dalam bidang logistik
perawatan kesehatan, yang pasti akan berubah seiring waktu, terutama mengingat
perkembangan pesat dalam teknologi, termasuk teknologi yang mengganggu.
Selain itu, manfaat yang diidentifikasi untuk intervensi tertentu terbatas pada temuan
dari logistik layanan kesehatan, sedangkan aplikasi dan penelitian di industri lain
cenderung dikembangkan dan dapat memberikan wawasan yang berharga untuk
aplikasi dan masalah dalam layanan kesehatan.
Keterbatasan tinjauan literatur memiliki implikasi untuk keterbatasan kerangka kerja
yang dikembangkan berdasarkan tinjauan literatur.
Berdasarkan pada keterbatasan tinjauan, ini mengikuti kerangka kerja yang
dikembangkan mencerminkan aplikasi saat ini dan manfaat yang teridentifikasi dari
intervensi dalam logistik kesehatan.
Agar kerangka kerja mencerminkan keadaan mutakhir, intervensi, manfaat, dan faktor
kontinjensi harus diperbarui secara berkala untuk mencerminkan praktik terkini dan
potensial berdasarkan temuan dari industri lain dan bidang penelitian.

2.7. LANDASAN TEORI DAN MENGISI PERBEDAAN (gap) DALAM LITERATUR


Tesis PhD ini menggambarkan batas literatur yang ada dan selanjutnya dari apa yang
diketahui tentang bidang logistik kesehatan.
Selanjutnya, kontribusi tesis memperluas batas pengetahuan saat ini di bidang
penelitian.
Selain berkontribusi dengan akun kondisi terkini dari literatur logistik layanan
kesehatan, kerangka kerja dikembangkan dalam tesis ini untuk meningkatkan proses
logistik layanan kesehatan.
Bagian pertama dari kerangka kerja yang dikembangkan didasarkan pada tinjauan
literatur dan telah diperkenalkan pada Gambar 2.6.
Bagian kedua dari kerangka kerja ini didasarkan pada studi empiris dari proses logistik
perawatan kesehatan, studi kasus dilakukan di rumah sakit Denmark dan AS.
Kerangka kerja yang berdasarkan teori diperluas dengan komponen yang ditemukan
secara empiris yang dikembangkan dalam hasil thesis.
Kerangka kerja ini dapat digunakan sebagai alat pendukung keputusan untuk
meningkatkan proses logistik dalam perawatan kesehatan.
Proyek penelitian ini berkontribusi pada keempat tema yang diidentifikasi dalam
literatur, sesuai dengan empat aliran teoretis literatur berikut:
BPM
Logistik dan SCM
Asesmen dan justifikasi teknologi
Faktor manusia dan manajemen organisasi
Kerangka kerja ini memberikan kontribusi untuk literatur BPM dengan cara
1) metode untuk pembandingan,
2) saran untuk metrik kinerja, dan
3) kerangka kerja untuk penilaian dengan desain proses.
Khusus untuk logistik dan literatur SCM, metode untuk mengevaluasi desain SC
telah tersedia.
Thesis ini berkontribusi pada literatur asesmen teknologi dengan menyediakan metode
untuk menilai dan menjustifikasi[ implementasi teknologi dalam proses logistik
kesehatan.
Akhirnya, kontribusi untuk literatur organisasi mencakup metrik untuk mengukur kinerja
staf logistik dalam akomodasi dan penekanan pada pentingnya retensi karyawan dan
ketidakhadiran untuk kualitas proses logistik perawatan kesehatan.
Kontribusi dari tesis ini dan saran untuk penelitian masa depan akan dirinci dalam
Kesimpulan.
Sejalan dengan tinjauan literatur dan kontribusi ilmiah dijelaskan bahwa bidang
penelitian yang diselidiki dalam tesis ini berpusat pada hubungan antar empat aliran
teoritis literatur, yang diilustrasikan pada Gambar 2.7.

Figure 2.7. Dasar teori thesis – bersandar pada interface aliran literatur

Landasan teoritis dari tesis ini adalah kombinasi dari empat aliran literatur untuk
pengaturan logistik kesehatan.
Studi empiris dalam tesis ini berfokus pada masing-masing dari empat aliran literatur
dengan memeriksa empat konstruksi berikut, sebagai contoh pelabelan kembali aliran
literatur / jenis intervensi, dan interelasi antar aliran:
Prosedur
Logistik
Teknologi
Struktur
Keempat konstruksi ini memberikan pilar penelitian yang didirikan secara empiris dan
kerangka kerja yang dikembangkan dalam tesis ini.

2.8 RINGKASAN BAB


Bab ini melaporkan tinjauan literatur sistematis tesis dan sebagian besar berdasarkan
P1.
Dalam makalah ini, berbagai jenis intervensi untuk meningkatkan proses logistik
pelayanan kesehatan diidentifikasi bersama dengan faktor-faktor kontinjensi untuk
menerapkan teknologi dan sistem pengisian ulang.
Selain itu, empat tema muncul dari analisis literatur:
1) BPM,
2) intervensi logistik dan SCM,
3) intervensi teknologi dan
4) intervensi organisasi.
Selain temuan dari P1, tinjauan literatur dalam tesis ini memberikan gambaran tentang
tantangan khusus untuk proses logistik kesehatan dan manfaat yang diidentifikasi untuk
setiap jenis intervensi.
Kerangka kerja dikembangkan berdasarkan literatur yang ditinjau untuk membantu
pengambil keputusan di rumah sakit meningkatkan proses mereka.
Keterbatasan tinjauan literatur dijelaskan dan dasar teoretis dan kontribusi untuk
penelitian ilmiah hanya dijelaskan secara singkat.
Landasan teoritis dari tesis ini didasarkan pada empat aliran literatur:
1) BPM, 2) logistik dan SCM, 3) penilaian teknologi dan justifikasi, dan 4) faktor
manusia dan manajemen organisasi.

Vous aimerez peut-être aussi