Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem kardiovaskuler.
Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah. Dimana
organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga merupakan
organ besar dalam tubuh. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena
adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang
lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncul lah
penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung
didapat dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural
jantung yang kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi
dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan
adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang (defek/inkontinuitas)
pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi septum interventrikel pada masa
janin. VSD merupakan kelainan jantung congenital tersering dengan prevalensi 20-25 %
dari seluruh prevalensi jantung kongenital. Septum ventrikel terbagi menjadi 2 bagian,yaitu
pars membranacea (bagian membran) dan pars muscularis (bagian otot). Sedangkan
septum muscularis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet, trabecular, dan outlet
(infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane sering kali meluas ke bagian
muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD ini dengan istilah VSD
perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis tersering (70%), selanjutnya trabecular
(5-20%), infundibular, dan inlet.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah Rubella atau infeksi
virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang alkoholik, usia ibu diatas
40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan VSD dapat dilakukan pada awal masa
kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara
lain jantung, sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual
bebas di pasaran, menghindari minuman beralkohol, dan memperbanyak asupan makanan
bergizi terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi. Pencegahan
infeksi pada masa hamil dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR untuk
mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil yang merupakan faktor
risiko terjadinya VSD.
Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa kehamilan yakni
memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan pemeriksaan USG kandungan.
Semakin dini diagnosa dapat di ketahui maka harapan untuk proses penyembuhan akan
semakin besar. Oleh karena itu sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat
terutama pada ibu yang sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang dapat
menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian
VSD di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan
keperawatan secara tepat kepada pasien dengan VSD.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar penyakit Ventricular Septal Defect (VSD) ?
2. Bagaimana konsep askep pada pasien yang menderita Ventricular Septal Defect (VSD)
?
3. Bagaimana aplikasi kasus semu pada pasien dengan Ventricular Septal Defect (VSD) ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar penyakit Ventricular Septal Defect (VSD).
2. Memahami konsep askep pada pasien yang menderita Ventricular Septal Defect (VSD).
3. Memahami melalui aplikasi kasus semu pasien dengan Ventricular Septal Defect
(VSD).
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Vertikel septal defek adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum
interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi
septum interventrikuler sesama janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa menggalir
dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya (Nanda NIC-NOC, 2015).
VSD adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak sempurnanya penutupan dinding
pemisah antar ventrikel. Kelainan ini paling sering ditemukan pada anak-anak dan bayi dan
dapat terjadi secara congenital dan traumatic (I wadyan Sudarta, 2013: 32).
Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang
pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan antara antar rongga
ventrikel (Ramaswamy,et al. 2009).

B. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu :
a. Perimembranase , merupakan lesi yang terletak tepat dibawah katup aorta. Defek
Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV (Rao,2005).
b. Muskular , merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum dan
terjadi sekitar 5-20% dari seluruh angka kejadian DSV (Ramaswamy,et al.2009).
c. Suprakistal ,jenis lesi DSV ini terletak dibawah katub pulmonalis dan berhubungan
dengan jalur jalan keluar ventrikel kanan. Presentasi kejadian jenis DSV ini sekitar 5-
7% di negara-negara barat dan 25% di kawasan timur (Rao,2005).
d. Arterioventrikuler, kekurangan komponen endikardial dari septum interventrikuler.
2. Klasifikasi DSV berdasarkan ukurannya :
a. VSD kecil
 Biasanya asimtomatik
 Defek kecil 1-5 mm
 Tidak ada gangguan tumbuh kembang
 Bunyi jantung normal,terkadang ditemukan suara bising di peristaltik yang
menjalar ke bseluruh tubuh perikardium dan berakhir pada waktu distolik karna
terjadi penutupan VSD.
 Tidak diperlukan kateterisasi
 Menutup secara spontan pada umur 3 tahun.
b. VSD sedang
 Sering terjadi symtom pada bayi
 Sesak nafas
 Defek 5-10 mm BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
 Mudah menderita infeksi
 Takipneu
 Retraksi bentuk dada normal
c. VSD besar
 Sering timbul pada masa neonatus
 Dipsneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu
pertama setelah lahir
 Pada minggu ke 2 dan 3 simtom mulai timbul
 Sesak nafas saat tidur, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen
 Gangguan tumbuh kembang

C. ETIOLOGI
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring perkembangan fetus,
sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel tersebut normalnya terbentuk. Akan
tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit
jantung bawaan yang disebut defek septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit
jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan (PJB) yaitu :
1. Faktor prenatal (faktor eksogen):
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah/ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
e. Kembar identik
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh kelainan
jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena
trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus
arteriosus, Tetralogi Fallot. Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada usia anak-anak,
namun pada orang dewasa yang jarang terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai
serangan jantung (Prema R, 2013; AHA, 2014).

D. PATOFISIOLOGI
Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi
sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal. Hal ini
mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum. Volume darah di
paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan
ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan berisiko
endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan sehingga terjadi
peningkatan workload dan terjadi pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi
yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.

E. PATHWAY

F. MANIFESTASI
1. Takipneu
2. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu
pertama setelah lahir
3. Adanya sianosis dan clubbing finger
4. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan
oksigen akibat gangguan pernafasan
5. Bayi mudah lelah saat menyusu, sehingga ketika mulai menyusu bayi tertidur karena
kelelahan.
6. Muntah saat menyusu
7. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
8. Gangguan tumbuh kembang
9. EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
10. Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak
menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer.
(PDPDI, 2009; Webb GD et al, 2011; Prema R, 2013)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thorax : dapat ditemukan kardiomegali dengan LVH, vaskularisasi paru
meningkat, bila terjadi penyakit vaskuler tampak pruned tree disertai penonjolan a.
pulmonal.
2. Elektrokardiografi : LVH, LAH.
3. Ekokardiografi : dengan M-mode dapat diukur dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri,
dengan ekokardiografi 2 dimensi dapat dideteksi dengan tepat ukuran dan lokasi defek
septum ventrikel, dengan defek doppler dan warna dapat dipastikan arah dan besarnya
aliran yang melewati defek tersebut.
4. Kateterisasi jantung : dilakukan pada penderita dengan hipertensi pulmonal, dapat
mengukur rasio aliran ke paru dan sistemik serta mengukur tahanan paru; angigrafi
ventrikel kiri dilakukan untuk melihat jumlah dan lokasi VSD (Joto, 2001;
Kertohusodo, 1987; Rakhman, 2003).
5. Auskultasi jantung
6. Pemantauan tekanan darah
7. MRI

H. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
a. Pembedahan :
 Menutup defek dengan dijahit melalui cardio pulmonary bypass
 Pembedahan pulmonal arteri nunding (pad) atau penutupan defek untuk
mengurangi aliran ke paru.
b. Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
2. Farmakologi
a. Pemberian vasopresor atau vasodilator :
 Dopamin (intropin)
Memiliki efek inotropik positi pada miocard, menyebabkan peningkatan curah
jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit sekali atau
tidak ada efeknya pada tekanan distolik, digunakan untuk gangguan
hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
 Isopreterenol (isuprel)
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, meyebabkan peningkatan curah
jantung : menurunan tekanan distolik dan tekanan rata – rata sambil meningkatkan
tekanan sistolik.

I. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
1. Gagal jantung
2. Endokarditis
3. Insufisiensi aorta
4. Stenosis pulmonal
5. Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)
BAB III
KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Identitas keluarga pasien
3. Keluhan utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa bayinya ke dokter tergantung dari jenis defek
yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai
tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.
b. Riwayat kesehatan lalu
 Prenatal Histori
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella),
mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM
pada ibu.
 Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
 Riwayat Neonatus : gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea, bayi rewel dan
kesakitan, tumbuh kembang anak terhambat, terdapat edema pada tungkai dan
hepatomegali, sosial ekonomi keluarga yang rendah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek
jantung
 Penyakit keturunan atau diwariskan
 Penyakit congenital atau bawaan
5. Pengkajian pola gordon
a. Pola Aktivitas dan latihan
- Keletihan/kelelahan
- Dispnea
- Perubahan tanda vital
- Perubahan status mental
- Takipnea
- Kehilangan tonus otot
b. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
- Riwayat hipertensi
- Endokarditis
- Penyakit katup jantung.
c. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Ansietas, khawatir, takut
- Stress yang b/d penyakit
d. Pola nutrisi dan metabolik
- Anoreksia
- Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
e. Pola persepsi dan konsep diri
- Kelemahan
- Pening
f. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
6. Pengkajian fisik
a. Inspeksi :
Gambarkan gerakan bayi
Gambarkan sikap posisi bayi.
Gambarkan adanya perubahan lingkar kepala.
Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
b. Palpasi :
Ada nyeri atau tidak saat ditekan pada daerah dada, ekstermitas atas ataupun bawah.
Ada suara krepetasi atau tidak pada persendian.
c. Perkusi :
Normalnya pekak atau sonor.
B. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung
2. Perubahan perfusi jaringan.

No Masalah keperawatan Noc Nic


1. Penurunan curah Keefektifan pompa jantung : Perawatan jantung
jantung Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas-aktivitas :
(deviasi sedang dari kisaran 1. Pastikan tingkat aktivitas
normal) ditingkatkan pada pasien yang tidak
skala 5 (tidak ada deviasi dari membahayakan curah
kisaran normal) jantung atau
Indikator : memprovokasi serangan
1. Tekanan darah sistol jantung.
2. Tekanan darah diastol 2. Dorong peningkatan
3. Denyut nadi perifer aktivitas bertahap ketika
4. Ukuran jantung kondisi sudah stabil.
3. Instruksikan pasien
tentang pentingnya untuk
segera melaporkan bila
merasakan nyeri dada.
4. Monitor tanda-tanda vital
secara rutin.
5. Monitor disritmia jantung,
termasuk gangguan ritme
dan konduksi jantung.
6. Monitor keseimbangan
cairan.
7. Monitor nilai laboratorium
yang tepat.
8. Evaluasi perubahan
tekanan darah.
9. Monitor toleransi aktivitas
pasien.
1.Ketidakefektifan Perfusi jaringan : perifer . Manajemen syok
perubahan perfusi Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas-aktivitas :
jaringan (deviasi sedang dari kisaran 1. Monitor tanda-tanda vital,
normal) ditingkatkan pada tekanan darah orthostatik,
skala 5 (tidak ada deviasi dari status mental dan output
kisaran normal) urin.
Indikator : 2. Posisikan pasien untuk
1. Kekuatan denyut nadi mendaoatkan perfusi yang
karotis (kanan) optimal.
2. Kekuatan denyut n adi 3. Berikan oksigen/ventilasi
karotis (kiri) mekanik sesuai
3. Tekanan darah sistolik kebutuhan.
4. Tekanan darah 4. Monitor nilai-nilai
diastolik laboratorium (misalnya,
darah lengkap dengan
diferensiasi, profil
pembekuan darah, AGD,
nilai laktat, kultur dan
kimia darah)
5. Monitor status cairan,
termasuk BB perhari,
output urin perjam, intake
dan output.
6. Berikan kortikosteroid,
sesuai kebutuhan.
2.Intoleransi aktifitas Toleransi terhadap aktivitas : Terapi aktivitas
dipertahankan pada skala 3 Aktivitas-aktivitas :
(cukup terganggu) 1. Pertimbangkan
ditingkatkan pada skala 5 kemampuan klien
(tidak terganggu) dalam berpartisipasi
Indikator : melalui aktivitas
1. Saturasi oksigen spesifik.
ketika beraktifitas 2. Pertimbangkan
2. Frekuensi nadi kertika komitmen klien untuk
beraktifitas meningkatkan frekuensi
3. Frekuensi pernafasan dan jarak aktivitas.
ketika beraktifitas 3. Bantu klien untuk
4. Tekanan darah sistolik mengeksplorasi tujuan
ketika beraktifditas personal dari aktivitas-
5. Tekanan darah aktivitas yang biasa
diastolik ketika dilakukan (mis:
beraktifitas aktivitas-aktivitas yang
disukai)
4. Dorong aktivitas kreatif
yang tepat.
5. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
diinginkan.
6. Bantu klien untuk
mengidntifikasi
aktivitas yang
bermakna.
7. Bantu klien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi
kelemahan dalam level
aktivitas tertentu.
BAB IV
APLIKASI KASUS SEMU

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 April 2012 pukul 08.00 WITA, di Ruang
Belibis RSUD Wangayadengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan
medik keperawatan.

A. Pengumpulan Data
Identitas
Anak
- Nama = HP
- Tanggal Lahir = 28 Maret 2011
- Umur = (1 tahun)
- Jenis Kelamin = Laki-laki
Orang tua Ayah Ibu
- Nama : JP AP
- Umur : 34 th 32 th
- Pendidikan : SMP SMP
- Pekerjaan : Sopir IRT
- Agama : Hindu Hindu
- Alamat : Jl. Saridana VII Jl. Saridana VII
Br. Umasari, Ubung Br. Umasari, Ubung

Keadaan anak dalam kandungan


KEDUDUKAN PASIEN HP
DALAM KELUARGA
Jenis
Keadaan sekarang
No Nama Kelamin Umur Keterangan
L P Sehat Sakit Mati
1 GP 5 th Anak
kandung
2 HP 1 th Anak
kandung
Alasan dirawat
Saat MRS (tanggal 10 April 2012, pukul 06.30 WITA)
Orang tua mengatakan anaknya mengalami sesak napas pada pagi harinya pukul 04.00 WITA
sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Keluhan utama
Saat pengkajian (tanggal 10 April 2012, pukul 07.30 WITA)
Ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak dan tidak mau makan bubur.

Riwayat penyakit
Orang tua pasien mengatakan anaknya dari dulu memang sering mengalami sesak napas dan
pernah diperiksakan ke Puskesmas kemudian diberikan beberapa obat tetapi orang tua pasien
lupa nama obatnya. Apabila sesaknya kambuh, obat itu diberikan lagi dan sesaknya hilang.
Tapi sewaktu kambuh pukul 04.00 WITA, setelah diberikan obat tersebut sesak nafas anaknya
tidak mau hilang. Akhirnya orang tua memutuskan untuk membawa anaknya ke RS Wangaya.
Setelah dilakukan pemeriksaan di Poli Anak, kemudian pasien dibawa ke Ruang Belibis
untuk mendapatkan perawatan. Di Ruang Belibis pasien mendapatkan terapi IVFD RL
sebanyak 20 tetes/menit dan mendapatkan O2. Selama di RS pasien mendapatkan beberapa
pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosa pasti di antaranya foto thorak dan ekokardiografi
didapatkan diagnosa bahwa pasien mengalami penyakit jantung kongenital yaitu ventrikel
defek.

Terapi tanggal 10 April 2012


Pasien diinstruksikan tirah baring
Lanoxin 1 ml
O2

Status Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai umurnya di
puskesmas, namun ibu sudah lupa pada umur berapa masing-masing imunisasi diberikan,
imunisasi yang telah diberikan adalah BCG 1 kali, hepatitis B 2 kali, polio 3 kali, DPT 3 kali
dan campak 1 kali.

Riwayat penyakit yang pernah diderita


Ibu mengatakan sebelumnya anaknya sering sakit terutama sesak nafas dan hanya sekali
dibawa ke puskesmas. Setelah itu tidak pernah lagi diperiksakan ke puskesmas sampai
akahirnya dibawa ke RS Wangaya.

Riwayat penyakit keluarga


Orang tua mengatakan bahwa anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung
bawaan ataupun penyakit lainnya.

Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
Biologis
Bernafas
Ibu mengatakan sebelumnya sering mengalami sesak nafas. Pada saat pengkajian ibu
mengatakan anaknya kesulitan dalam bernafas.

Makan dan Minum


Makan : Ibu mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa makan 3x sehari tapi porsinya
sedikit, hanya beberapa sendok makan, dengan menu nasi lembek dan sedikit lauk. Saat
pengkajian ibu mengatakan anaknya tidak mau makan sama sekali.
Minum : Sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anaknya biasa minum ASI + air putih 4-5
gelas sehari (+ 800-1000 cc). Saat pengkajian anaknya hanya minum air putih 3-4 gelas per
hari dengan menggunakan sendok (+ 600 – 800 cc).

Eliminasi
Buang Air Besar (BAB) :
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit dan saat sakit biasa BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi feces lembek, warna kuning dan bau khas feces. Dan pada saat pengkajian ibu
mengatakan anaknya sudah BAB 1 kali dengan konsistensi feces lembek, warna kuning dan
bau khas feces.

Buang Air Kecil (BAK) :


Ibu mengatakan sebelum sakit biasa BAK 6-7 kali sehari dengan warna kuning dan bau khas
urine. Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya dari pagi sudah kencing 2 kali dengan
volume +100 cc tiap kali kencing dengan warna pekat seperti teh.

Gerak dan aktivitas


Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya kurang banyak gerak dan dalam beraktivitas tidak
selincah teman-temannya karena mudah sekali lelah. Dan pada saat pengkajian ibu pasien
mengatakan anaknya sangat lemah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Istirahat tidur
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa tidur pukul 20.00 WITA dan bangun
pagi pukul 06.00 WITA. Pada saat sakit pasien lebih banyak tidur.

Pengaturan suhu tubuh


Ibu mengatakan bawah sebelumnya sakit dan pada saat sakit anak tidak mengalami gangguan
dalam pengaturan suhu tubuh.

Kebersihan diri dan berpakaian


Ibu mengatakan sebelum sakit biasanya anaknya mandi 2 kali sehari, cuci rambut 1 kali
seminggu, dan sikat gigi 1 kali sehari. Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya sudah
dilap dan sudah mengganti baju.

Data psikologi
Rasa aman (orang tua)
Ibu mengatakan sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya karena baru pertama kali ini
masuk rumah sakit. Orang tua mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya, baik
penyebab ataupun pengobatannya dan orang tua bertanya-tanya tentang keadaan anaknya.
Rasa nyaman
Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak pernah menangis seperti orang kesakitan.

Data sosial
Sosial anak
Ibu mengatakan bahwa pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara, sebelum sakit ibu
mengatakan anaknya biasa bemain dengan tetangganya. Tapi saat sakit ibu mengatakan
pasien hanya berinteraksi dengan para pengunjung.
Bermain
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa bermain dengan saudara maupun
tetangganya. Tapi saat sakit pasien hanya bisa bercanda ringan di tempat tidur.
Prestasi
Ibu mengatakan saat ini belum ada prestasi dari anaknya.
Data spiritual
Ibu pasien mengatakan seluruh keluarganya beragama Hindu dan keluarga biasa
bersembahyang setiap hari.

Pengetahuan orang tua tentang kesehatan


Pengetahuan tentang kesehatan anak
Orang tua mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya, baik penyebab ataupun cara
pengobatan orang tua pasien bertanya-tanya tentang keadaan anaknya.
Pengetahuan tentang perawatan anak
Ibu mengatakan jika anak sakit kadang-kadang dibawa ke dokter, terkadang juga hanya
diberikan obat seadanya di rumah. Ibu mengatakan belum paham tentang perawatan penyakit
anaknya.
Pengetahuan tentang nutrisi anak
Ibu mengatakan sampai saat ini masih memberikan ASI pada anak. Ibu kurang tahu makanan
apa yang seharusnya diberikan pada anak usia 1 tahun.
Pengetahuan tentang tumbuh kembang anak
Ibu mengatakan bahwa kurang mengerti tentang masalah pertumbuhan dan perkembangan
anak. Tapi ibu tahu bahwa pertumbuhan anaknya tidak sesuai dengan anak-anak yang seumur
dengan anaknya.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kebersihan : cukup bersih
Keadaan kulit : turgor kulit elastis, terdapat sianosis, tidak ada lesi, ikterik (-)
Kesadaran : compos mentis
Pemeriksaan antopometrik
BB sebelum sakit : 8 kg (10 kg 400 gr – 15 kg 800 gr)
BB saat pengkajian : 7 kg
Tinggi badan : 40 cm (47-73 cm)
Lingkar kepala : 42 cm (46-52 cm)
Lingkar dada : 40 cm (43-49 cm)

Gejala kardinal
Suhu : 36,5oC
Nadi : 150 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Keadaan fisik
Kepala : Nyeri tekan (-), benjolan (-), lesi (-), kebersihan cukup
Mata : Bentuk simetris, reflek pupil +/+ (isokor), pergerakan mata baik,
konjungtiva pucat, sklera ikterik (-)
Hidung : Sekret (-), nafas cuping hidung (+), kebersihan cukup, nyeri (-)
Telinga : Bentuk simetris, serumen ada, lesi (-), kebersihan cukup, pendengaran
Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, lesi (-), perdarahan gusi (-), sianosis
(+), pembengkakan tonsil (-)
Leher : Pergerakan baik, bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-), lesi (-)
Thorak : Bentuk simetris, retraksi otot dada (+), ronchi +/+, bunyi jantung S1 dan
S2 ireguler, adanya bising pensistolik, di bagian kiri bawah skrotum
Abdomen : Distensi abdomen (-), pembesaran limpa (-), pembesaran hepar (-), turgor
kulit elastis, lesi (-), nyeri tekan (-), asites (-)
Ekstremitas :
Atas : Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis (+), lesi (-), ikterik (-)
Bawah : Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis (+), lesi (-), ikterik (-)

Kekuatan otot : 444 444


444 444
Genetalia : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup
Anus : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup

Pemeriksaan penunjang
Foto torak : Tampak adanya defek antara ventrikel kanan dan kiri

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. Ds : ibu px mengatakan Hipertropi ventrikel kanan Penurunan curah
anaknya mengalami sesak jantung
nafas Worklood

Do : Atrium kanan tidak dapat


TD : 80/60 mmHg mengimbangi peningkatan worklood
Nadi : 150x/menit
RR : 40x/menit Gejala CHF: mur mur, distensi vena
Pasien tampak dipsnea jugularis, edema, hepatomegali
Auskultasi jantung
menunjukkan denyut dan Penurunan curah jantung
irama jantung teratur

2. Ds : ibu px mengatakan Pasokan darah ke seluruh tubuh Ketidakefektifan


anaknya lemas/lemah berkurang perubahan
perfusi jaringan
Do : Berkurangnya aliran darah ke seluruh
Bibir sianosis jaringan tubuh
Pengisian kapiler lebih dari
3 detik Ketidakefektifan perubahan perfusi
Ekstremitas sianosis jaringan
Tekanan darah : 80/60
mmHg
Nadi : 150x/menit
RR : 40x/menit
Terpasang 02 nasal

INTERVENSI
No Masalah NOC NIC
keperawatan
1. Penurunan Curah Keefektifan pompa jantung : Perawatan jantung
Jantung Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas-aktivitas :
(deviasi sedang dari kisaran 1. Pastikan tingkat aktivitas
normal) ditingkatkan pada pasien yang tidak
skala 5 (tidak ada deviasi dari membahayakan curah
kisaran normal) jantung atau
Indikator : memprovokasi serangan
1. Tekanan darah sistol jantung.
2. Tekanan darah diastol 2. Dorong peningkatan
3. Denyut nadi perifer aktivitas bertahap ketika
4. Ukuran jantung kondisi sudah stabil.
3. Instruksikan pasien
tentang pentingnya untuk
segera melaporkan bila
merasakan nyeri dada.
4. Monitor tanda-tanda vital
secara rutin.
5. Monitor disritmia jantung,
termasuk gangguan ritme
dan konduksi jantung.
6. Monitor keseimbangan
cairan.
7. Monitor nilai
laboratorium yang tepat.
8. Evaluasi perubahan
tekanan darah.
9. Monitor toleransi aktivitas
pasien.
2. Ketidakefektifan Perfusi jaringan : perifer . Manajemen syok
perubahan perfusi Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas-aktivitas :
jaringan (deviasi sedang dari kisaran 1. Monitor tanda-tanda vital,
normal) ditingkatkan pada tekanan darah orthostatik,
skala 5 (tidak ada deviasi dari status mental dan output
kisaran normal) urin.
Indikator : 2. Posisikan pasien untuk
1. Kekuatan denyut nadi mendaoatkan perfusi
karotis (kanan) yang optimal.
2. Kekuatan denyut n adi 3. Berikan oksigen/ventilasi
karotis (kiri) mekanik sesuai
3. Tekanan darah sistolik kebutuhan.
4. Tekanan darah diastolik 4. Monitor nilai-nilai
laboratorium (misalnya,
darah lengkap dengan
diferensiasi, profil
pembekuan darah, AGD,
nilai laktat, kultur dan
kimia darah)
5. Monitor status cairan,
termasuk BB perhari,
output urin perjam, intake
dan output.
6. Berikan kortikosteroid,
sesuai kebutuhan.

Vous aimerez peut-être aussi