Vous êtes sur la page 1sur 76

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA


NEGERI SAKTI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN
PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh
Adelia Meutia Putri

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT

THE EFFECT OF HUSBAND’S KNOWLEDGE AND ATTITUDE TOWARDS


MOTHER’S BEHAVIOR ON GIVING EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN NEGERI
SAKTI VILLAGE IN PESAWARAN REGENCY

By

Adelia Meutia Putri

Background: Breast milk is infant food that God made that can not be replaced with any
food. Giving breast milk can increase emotional relationship between baby with their mother.
Some research shows that implementation on giving exclusive breastfeeding will increase if
there is a family support. This research purpose is to knowing the effect of husband’s
knowledge and attitude towards mother’s behavior on giving exclusive breastfeeding in
Negeri Sakti Village, Pesawaran Regency.

Methods: This research done with analytical observation with case control method. Data
source is using secunder data from health centre’s noting and interview with a questionnaire.

Results: The results shows a meaningful relation between husband’s knowledge towards
mother’s behavior on giving exclusive breastfeeding in Negeri Sakti Village, Pesawaran
Regency (p=0,00) (OR=25,000). And there is a meaningful relation between husband’s
attitude towards mother’s behavior on giving exclusive breastfeeding in Negeri Sakti Village,
Pesawaran Regency (p=0,007) (OR=4,571)

Conclusion: Husband’s knowledge and attitude take effect towards mother’s behavior on
giving exclusive breastfeeding in Negeri Sakti Village, Pesawaran Regency.

Keyword: Husband’s knowledge, Husband’s attitude, Exclusive breastfeeding behavior.


ABSTRAK

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP PERILAKU IBU


DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA NEGERI SAKTI KECAMATAN
GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Adelia Meutia Putri

Latar Belakang: Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan yang tak
tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Pemberian ASI dapat meningkatkan
hubungan emosional antara ibu dan bayinya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaan pemberian ASI eksklusif akan meningkat jika ada dukungan keluarga. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan dan sikap suami terhadap
perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran.

Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode
rancangan kasus kontrol. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder dari pencatatan
puskesmas dan wawancara dengan kuisioner.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan suami terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Desa
Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran (p=0,00) (OR=25,000) dan
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan suami terhadap perilaku ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran (p=0,007) (OR=4,571).

Simpulan Penelitian: Pengetahuan dan sikap suami berpengaruh dalam sikap ibu dalam
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran.

Kata Kunci: Pengetahuan suami, Sikap suami, Perilaku pemberian ASI eksklusif.
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP
PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA
NEGERI SAKTI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN
PESAWARAN

Oleh
Adelia Meutia Putri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 12 Juni 1996, sebagai anak kedua

dari tiga bersaudara dari Ayah Muntiyanto dan Ibu Aila Karyus. Penulis memiliki

satu kakak laki-laki yang bernama Aditya Agam Akbar dan satu adik laki-laki

yang bernama Arjuna Arief Kesuma.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Taman Kanak-kanak di TK

Xaverius Panjang Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002,

dilanjutkan dengan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2008, SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2011, dan SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2014. Saat ini penulis tengah menyelesaikan program

studi Pendidikan Kedokteran di Universitas Lampung. Selama perkuliahan,

penulis aktif di organisasi FSI Ibnu Sina Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung, juga turut aktif dalam Paduan Suara Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.
Kupersembahkan karya
ini untuk kedua
orangtua ku, Kakak
dan Adik, serta
keluarga besarku...
SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap

Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Negeri Sakti

Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan, bantuan,

dorongan, saran, dan bimbingan, serta kritik dari berbagai pihak. Maka

dengan segenap kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih kepada:

1. Orang tua saya Ir. Muntiyanto dan Dr. dr. Aila Karyus, M.Kes yang

sangat saya cintai dan sayangi. Terima kasih atas doa, perhatian,

semangat, kesabaran, kasih sayang, dan dukungan yang selalu mengalir

setiap saat serta perjuangannya memberikanku pendidikan yang terbaik,

baik pendidikan akademis maupun nonakademis yang dapat digunakan

utuk bekal masa depan.

2. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.
3. Dr. dr. Muhartono, S. Ked., M. Kes., Sp. PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

4. dr. Dian Isti Angraini, S.Ked, M.P.H, selaku Pembimbing I atas

kesediaannya meluangkan waktu, membimbing, memberikan kritik,

saran, serta kemudahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

5. Bapak Sofyan Musyabiq W. S.Gz, M.Gizi, selaku Pembimbing II atas

kesediaannya meluangkan waktu, membimbing, memberikan kritik,

saran, serta kemudahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

6. dr. Sahab Sibuea, S.Ked, M.Sc., selaku penguji utama skripsi ini yang

telah memberikan ilmu, kritik, saran, serta dukunganya.

7. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp.MK, selaku pembimbing

akademik saya yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi

dalam pembelajaran di Fakultas Kedokteran ini.

8. drg. Ida Farida, selaku kepala Puskesmas Bernung Kabupaten Pesawaran

yang telah memberikan saran dan kritik untuk dapat menyelesaikan

penelitian ini.

9. Mba Sukma Dewi, bidan Desa Negeri Sakti yang telah membantu penulis

turun lapangan untuk mengumpulkan data dari semua responden.

10. Seluruh Staf Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu

yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang

menjadi landasan untuk menggapai cita-cita menjadi seorang dokter.


11. Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung yang turut membantu dalam menyelesaikan

penelitian skripsi ini.

12. Hesty, Diptha, Rani sahabat seperjuangan sejak SMA yang selalu

memberikan motivasi dan mendengarkan keluh kesah penulis selama

penelitian ini berlangsung. Terimakasih atas kebersamaan selama tujuh

ini, semoga kita dapat sukses meraih cita-cita baik di dunia maupun di

akhirat.

13. Desty, Elina, Ani, Tika teman seperjuangan selama perkuliahan sampai

saat ini yang telah memotivasi dan menasehati selama penelitian ini

berlangsung. Terimakasih atas kebersamaan, keceriaan, kekompakan,

kebahagiaan selama ini, semoga kita bisa menjadi dokter yang amanah

dan sukses dunia akhirat.

14. Kakak Adikku, Aditya Agam Akbar, S.E. dan Arjuna Arief Kesuma yang

telah menjadi semangatku untuk segera menyelesaikan studi pendidikan

kedokteran ini.

15. Seluruh keluarga besar ku yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas

dukungan, kasih sayang serta doa yang selalu menjadi alasan saya untuk

merintis dan berjuang sampai saat ini.

16. Teman-teman sejawat angkatan 2014 (CRAN14L) yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan makna atas

kebersamaan yang terjalin dan memberikan motivasi belajar selama ini.


Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena kesempurnaan semata-mata hanyalah milik Allah

SWT. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Amiin.

Bandar Lampung, September 2018


Penulis

Adelia Meutia Putri


i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..... ................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1.4.1 Bagi Masyarakat ........................................................... 6
1.4.2 Bagi Institusi Penelitian ............................................... 6
1.4.3 Bagi Peneliti Lain ......................................................... 7
1.4.4 Bagi Peneliti Sendiri ..................................................... 7

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA


2.1 ASI Eksklusif............................................................................ 8
2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif .............................................. 8
2.1.2 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif .............................. 8
2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif . 11
2.1.4 Kendala Pemberian ASI Eksklusif .............................. 17
2.1.5 Perawatan Payudara ..................................................... 18
2.1.6 Inisiasi Menyusui Dini ................................................. 19
2.2 Perubahan Perilaku .................................................................. 20
2.2.1 Definisi Perilaku ........................................................... 20
2.2.2 Bentuk Perilaku ............................................................ 20
2.2.3 Domain Perilaku ........................................................... 20
2.2.4 Teori Perilaku Kesehatan .............................................. 33
2.3 Penelitian-Penelitian Terkait ................................................... 38
2.4 Kerangka Teori ......................................................................... 39
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................... 39
2.6 Hipotesis ................................................................................... 40

BAB III . METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 41
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 41
3.3 Populasi dan Sampel................................................................. 42
ii

3.3.1 Populasi ....................................................................... 42


3.3.2 Sampel .......................................................................... 42
3.3.2.1 Kriteria Sampel ....................................................... 42
3.3.2.2 Besar Sampel ............................................................ 43
3.4 Identifikasi Variabel ................................................................ 44
3.5 Definisi Operasional ................................................................ 45
3.6 Pengumpulan Data.................................................................... 45
3.7 Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 47
3.7.1 Pengolahan Data ........................................................... 47
3.7.2 Analisis Data ................................................................ 48
3.8 Prosedur Penelitian .................................................................. 50
3.8.1 Persiapan Penelitian ..................................................... 50
3.8.2 Proses Penelitian ........................................................... 50
3.8.3 Alur Penelitian .............................................................. 51
3.9 Etika Penelitian .......................................................................... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat .......................................................... 53
4.1.2 Analisis Bivariat ............................................................ 57
4.2 Pembahasan .............................................................................. 59
4.2.1 Analisis Univariat .......................................................... 59
4.2.1.1 Pengetahuan Suami ................................................. 59
4.2.1.2 Sikap Suami ............................................................. 64
4.2.2 Analisis Bivariat ............................................................ 67
4.2.2.1 Pengaruh Pengetahuan Suami Terhadap Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif ......................................... 68
4.2.2.2 Pengaruh Sikap Suami Terhadap Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif ......................................... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan .................................................................................. 77
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pemerintah ............................................................ 78
5.2.2 Bagi Pihak Puskesmas Bernung .................................... 78
5.2.3 Bagi Masyarakat ............................................................ 78
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80

LAMPIRAN
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Definisi Operasional................................................................................ 45


4.1 Distribusi Pendidikan Responden ........................................................... 54
4.2 Distribusi Pekerjaan Responden ............................................................. 55
4.3 Distribusi Pengetahuan Responden ........................................................ 56
4.4 Distribusi Sikap Responden .................................................................... 56
4.5 Analisis Bivariat Pengetahuan Suami ..................................................... 57
4.6 Analisis Bivariat Sikap Suami ................................................................ 58
4.7 Tabel Hasil Kuesioner Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada
Kelompok Kasus ..................................................................................... 60
4.8 Tabel Hasil Kuesioner Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada
Kelompok Kontrol .................................................................................. 62
4.9 Tabel Hasil Kuesioner Sikap Tentang ASI Eksklusif Pada Kelompok
Kasus....................................................................................................... 66
4.10 Tabel Hasil Kuesioner Sikap Tentang ASI Eksklusif Pada Kelompok
Kontrol .................................................................................................... 67
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Teori PRECEDE PROCEDE Lawrence Green …………………………. 35


2.2. Teori Health Belief Model…………………………………………………. 37
2.3 Kerangka Teori ........................................................................................ 39
2.4. Kerangka Konsep .................................................................................... 39
3.1. Alur Penelitian ......................................................................................... 51
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan yang tak tergantikan

dengan makanan dan minuman yang lain. Hak setiap bayi untuk mendapatkan

ASI dan hak ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. World Health

Organisation (WHO) telah merekomendasikan standar emas pemberian

makanan pada bayi yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai

dengan umur 6 bulan, didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera

setelah lahir, mulai umur 6 bulan diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI) dan diteruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun (Kemenkes,

2014). Di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya ASI

eksklusif yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor

33/2012 tentang pemberian ASI eksklusif yang menyatakan kewajiban ibu

untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan (Kemenkes,

2012).

Setiap tahun terdapat 2 juta bayi di dunia yang meninggal karena tidak diberi

ASI eksklusif (WHO, 2009). Pencapaian ASI eksklusif di Indonesia hingga

saat ini belum membuahkan hasil yang diharapkan, secara nasional

pencapaiannya masih dibawah target 80%. Hasil survey Demografi


2

Kesehatan Indonesia tahun 2007 sebesar 32%, pada tahun 2012 sebesar 42%,

sedangkan tahun 2013 hanya 54,3%. Dari 34 provinsi di Indonesia hanya 19

provinsi yang pencapaiannya diatas angka nasional, sedang 15 provinsi masih

dibawah angka nasional, dan belum ada satupun yang mencapai target 80%

(Pusdatin, 2014). Akibat tidak tercapainya ASI eksklusif, maka terjadi gizi

buruk pada bawah lima tahun (balita) sebesar 5,7%, gizi kurang sebesar 13%,

balita yang sangat pendek sebesar 18% dan balita pendek sebesar 19,2%

(Balitbangkes, 2013).

Pemberian ASI dapat meningkatan hubungan emosional antara ibu dengan

bayinya, dan akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan.

ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi tatkala sakit, karena ASI

mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan. Pada bayi prematur,

ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat

pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-

9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI (Roesli, 2007). Oleh karena

itu betapa pentingnya upaya pelaksanaan pemberian ASI eksklusif yang

diberikan pada setiap bayi. Masa bayi menjadi windows of opportunity untuk

membentuk sumber daya manusia berkualitas sebagai aset pembangunan

nasional dengan meningkatkan derajat kesehatan optimal melalui pemberian

ASI eksklusif.

Menurut Lawrence Green (1980), faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan antara lain faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan,


3

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya, faktor pemungkin

yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana

kesehatan, faktor pendorong atau penguat yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain termasuk dukungan keluarga.

Informasi yang diberikan keluarga terutama suami mengenai ASI eksklusif

dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap

informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang

mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian ASI eksklusif akan meningkat

jika ada dukungan keluarga. Terdapat hubungan peran suami dan ibu mertua

dalam pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 6-24bulan di wilayah kerja

Puskesmas Way Halim Kota Bandar Lampung (Mardiyyah A,2017)

Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat sangat berperan

dalam sukses tidaknya menyusui. Menurut Roesli (2007), suami dan keluarga

dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan

dukungan emosional atau bantuan praktis. Suami yang merupakan bagian

integral dari keluarga dan mempunyai peran sebagai kepala keluarga serta

menjadi panutan dan pelindung keluarga, sangat diperlukan dukungannya

agar pemberian ASI eksklusif tercapai. Suami dapat menguatkan motivasi ibu

agar menjaga komitmen dengan ASI, tidak mudah tergoda dengan susu

formula atau makanan lainnya. Suami juga harus membantu secara teknis

seperti mengantar kontrol ke dokter atau bidan, menyediakan makanan


4

bergizi, hingga memijit ibu yang biasanya cepat lelah. Seorang ibu yang

kurang mendapat dukungan dari keluarga dan suami akan lebih mudah

dipengaruhi untuk beralih ke susu formula (Budiasih, 2008).

Penelitian Yuliandarin (2009) menyebutkan bahwa pelaksanaan pemberian

ASI eksklusif akan meningkat jika ada dukungan suami. Sebagai suami siap

antar jaga (siaga), suami sangat berperan pada pelaksanaan inisiasi menyusui

dini (IMD) yang sangat berpengaruh pada keberlangsungan ASI eksklusif

(Paramita, 2007). Seorang ibu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga

dan suami akan lebih mudah dipengaruhi untuk beralih ke susu formula

(Budiasih, 2008). Peran suami yang paling utama adalah menciptakan

suasana dan situasi yang kondusif yang memungkinkan pemberian ASI

berjalan dengan lancar (Riksani, 2012).

Pencapaian ASI eksklusif di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yaitu

sebesar 54,3%, sedangkan provinsi Lampung sebesar 54.9%, di kabupaten

Pesawaran, pencapaian ASI eksklusif sebesar 42,06% dan di Desa Negeri

Sakti Kecamatan Gedong Tataan bulan Januari 2018 sebesar 49% (Dinas

Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2018).

Mengingat dukungan suami sangat penting dalam pemberian ASI eksklusif,

maka penulis tertarik untuk meneliti pemberian ASI eksklusif yang berfokus

pada karakteristik pengetahuan dan sikap suami dalam memberikan motivasi

kepada ibu untuk peningkatan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif.


5

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

karena pencapaian program ASI eksklusif di Kabupaten Pesawaran tahun

2016 sebesar 42,06% dan masih dibawah Provinsi Lampung sebesar 54,9%.

Penelitian dilaksanakan di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran karena cakupan ASI eksklusif di desa ini mempunyai

capaian terendah di wilayah Puskesmas Berung Kabupaten Pesawaran

sebesar 49%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut :

Apakah faktor pengetahuan dan sikap suami berpengaruh terhadap perilaku

ibu dalam pemberian ASI eksklusif di desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong

Tataan Kabupaten Pesawaran?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh faktor pengetahuan dan sikap suami terhadap

perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Negeri Sakti

Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi faktor pengetahuan dan faktor

sikap suami tentang ASI eksklusif di Desa Negeri Sakti Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

b. Mengetahui pengaruh pengetahuan suami terhadap perilaku ibu

dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Negeri Sakti Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

c. Mengetahui pengaruh sikap suami terhadap perilaku ibu dalam

pemberian ASI eksklusif di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong

Tataan Kabupaten Pesawaran.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat

tentang pengaruh pengetahuan dan sikap suami dalam pemberian

ASI eksklusif.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber pustaka atau bacaan guna menunjang pendidikan atau

penelitian selanjutnya yang mungkin ada keterkaitannya dengan penelitian

ini.
7

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Sebagai sumber referensi, atau sebagai bahan pertimbangan dalam

mengerjakan penelitian yang mungkin berkaitan dengan penelitian ini.

1.4.4 Bagi Peneliti Sendiri

Peneliti dapat menggunakan keilmuan yang telah didapat sebelumnya,

serta peneliti dapat menyelesaikan pendidikannya dengan menyelesaikan

tugas akhir perkuliahan ini.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah

ASI yang diberikan kepada bayi selama 6 bulan tanpa menambahkan

dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Peraturan

Pemerintah No 33 tahun 2012). KEPMENKES NO

450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif di

Indonesia, menetapkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan

dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih

dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.

2.1.2 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

Menyusui bayi memberikan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,

masyarakat, dan negara. Manfaat ASI adalah sebagai berikut:

a. Untuk Bayi

Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan

utama bayi dan merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi,

karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Sebagai

makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan


9

diserap karena mengandung enzim pencernaan. Pemberian ASI

dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta

alergi. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dan

lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning.

Pemberian ASI dapat meningkatan hubungan emosional antara ibu

dengan bayinya, dan akan berpengaruh terhadap kemapanan

emosinya di masa depan. ASI merupakan makanan yang tepat bagi

bayi tatkala sakit, karena ASI mudah dicerna dan dapat

mempercepat penyembuhan. Pada bayi prematur, ASI dapat

menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat

pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI

lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI

(Roesli, 2005).

b. Untuk Ibu

Menurut Dwi Sunar (2009), dengan menyusui ibu memperoleh

manfaat fisik dan emotional. Isapan bayi dapat membuat rahim

menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra

kehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan. Lemak yang

ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan

berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing

kembali. Resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara akan

lebih rendah pada ibu yang menyusui. Menyusui bayi lebih


10

menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan

mensterilkannya.

ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa

perlengkapan lain, selain itu ASI lebih murah dari pada susu

formula. ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk

ibu dan bayinya (Dwi Sunar, 2009).

c. Untuk Keluarga

Keluarga tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli

susu formula, botol susu, serta peralatan lainnya. Jika bayi sehat,

berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan

kesehatan. Penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari

ASI eksklusif. Jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga,

menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat.

Keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu

ketika bepergian (Roesli, 2005).

d. Untuk Masyarakat dan Negara

Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu

formula dan peralatan lainnya. Bayi sehat membuat negara lebih

sehat. Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi

yang sakit hanya sedikit. Memperbaiki kelangsungan hidup anak


11

karena dapat menurunkan angka kematian. ASI merupakan sumber

daya yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009).

2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif menurut

Notoatmodjo (2003) adalah sebagi berikut :

2.1.3.1 Predisposing Factors

a. Pengetahuan

Pengetahuan ibu yang benar tentang ASI eksklusif sangat berperan dalam

menunjang kesuksesan menyusui karena dengan pengetahuan yang benar,

ibu akan memiliki tekad dan keinginan yang kuat untuk memberikan ASI

kepada bayinya.

b. Sikap

Sikap ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dipengaruhi oleh

dukungan emosional dan dukungan penghargaan dari keluarga dekat

misalnya suami. Bentuk dukungan emosional adalah apabila suami

menunjukkan perhatian positif dan mendukung ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif. Dukungan ini akan membuat ibu merasa berharga, nyaman,

aman, terjamin dan disayangi. Sumber utama dukungan pria adalah

pasangannya, begitu juga sebaliknya. Keluarga sebagai tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan atau membantu penguasaan

terhadap emosi. Suami dapat memperlihatkan rasa sayang, bahagia, dan

perhatian (Friedman, 2010). Dukungan emosional berpengaruh langsung


12

dengan produksi ASI, sehingga apabila ibu mengalami stress atau suami

tidak mendukung dengan tidak memberikan perhatian pada ibu dalam

menyusui maka menyusui akan gagal karena produksi ASI akan berkurang

(Soetjiningsih, 1997). Kondisi Stres pasca persalinan dialami 80% wanita

setelah bersalin. Perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu timbul

dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan

(Danuatmaja, 2003). Semakin tinggi tingkat gangguan emosional, semakin

sedikit rangsangan hormon prolaktin yang diberikan untuk memproduksi

ASI (Prasetyono, 2009).

Dukungan Penghargaan adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan

hormat/penghargaan positif untuk orang lain, contohnya : pujian,

persetujuan orang lain. Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik,

membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber dan

validator identitas anggota (Friedman, 2010). Suami dapat menyatakan

perasaan bangga dan senang atas keputusan ibu untuk menyusui bayinya/

menunjukkan pada semua orang bahwa ia dapat mendukung upaya

pemberian ASI (Roesli, 2007).

c. Pekerjaan

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif.

Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan dapat membantu ibu untuk dapat

memberikan ASI eksklusif, ditambah dengan pengetahuan yang benar

tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI yang baik dan dukungan


13

lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI

secara eksklusif (Roesli, 2007).

Rekomendasi WHO menyatakan :

1) Ibu yang bekerja dianjurkan terus menyusui bayinya saat di rumah

sehingga mencegah penurunan produksi ASI.

2) Dianjurkan pengaturan pemberian ASI, seperti sebelum berangkat

bekerja bayi sebaiknya disusui, kemudian ASI diperah atau dipompa

untuk persediaan selama ibu bekerja.

3) Pengosongan payudara ditempat kerja dilakukan dengan diperah setiap

3-4 jam kemudian ASI disimpan di lemari pendingin.

4) Selama ibu di rumah sebaiknya bayi disusui lebih sering, dan menyusui

lebih banyak di malam hari.

5) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja

dan selama menyusui.

6) Saat ibu tidak dirumah pemberian ASI disarankan menggunakan

sendok.

d. Pendidikan

Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih

rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu

yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mudah mencari informasi

mengenai manfaat dan teknik pemberian ASI eksklusif.


14

2.1.3.2 Enabling Factors

Faktor ini yang mencakup lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: jarak

puskesmas/ rumah sakit, ketersediaan makanan yang bergizi untuk

menyusui, menyediakan fasilitas yang diperlukan saat menyusui (lemari es,

pemerah ASI), menanggung biaya untuk kesehatan istri, dan sebagainya.

Sarana dan prasarana ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung

atau faktor pemungkin (Khairudin, 2010).

2.1.3.3 Reinforcing Factors

a. Dukungan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan anak Indonesia karena

mereka membimbing ibu untuk memberikan ASI eksklusif (Depkes, 2008).

Sikap dan perilaku petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi

masyarakat tentang berperilaku hidup bersih dan sehat (Notoatmodjo,

2007). Penjelasan dari petugas kesehatan terutama tentang manfaat ASI dan

manajemen laktasi diperlukan untuk mengatasi anggapan dan pengetahuan

yang salah mengenai ASI.

b. Dukungan Keluarga

Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat sangat berperan

dalam sukses tidaknya menyusui. Dalam hal ini dukungan suami maupun

keluarga sangat besar pengaruhnya. Informasi yang diberikan keluarga


15

terutama suami mengenai ASI Eksklusif dapat mempengaruhi pengetahuan

ibu tentang ASI Eksklusif. Suami dapat menguatkan motivasi ibu agar

menjaga komitmen dengan ASI, tidak mudah tergoda dengan susu formula

atau makanan lainnya. Suami juga harus membantu secara teknis seperti

mengantar kontrol ke dokter atau bidan, menyediakan makanan bergizi,

hingga memijit ibu yang biasanya cepat lelah. Seorang ibu yang kurang

mendapat dukungan dari keluarga dan suami akan lebih mudah dipengaruhi

untuk beralih ke susu formula (Budiasih, 2008).

1) Pendidikan Suami

Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi.

Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih

mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan

sehingga sulit menerima informasi baru di bidang Gizi (Suharjo,

1992).

Pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

penerimaan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

(lama sekolah), semakin mudah menerima hidup sehat secara mandiri,

kreatif dan berkesinambungan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan

mempunyai hubungan yang eksponensial terhadap status gizi dan

kesehatan (Bahar, 2010). Demikian juga dalam hal pemberian ASI

eksklusif, semakin tinggi pendidikan suami akan semakin mudah

menerima informasi tentang ASI eksklusif.


16

2) Pengetahuan Suami

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Keluarga terutama suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Keluarga

menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat

dugunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Informasi yang

diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti pada individu. Aspek

dukungan informasional adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan

pemberian informasi (Friedman, 2010).

Dengan pengetahuan yang baik, maka peran para suami pada program

ASI eksklusif akan meningkat. Peran suami ini mencakup

menciptakan suasana nyaman bagi istri sehingga kondisi psikis ibu

sehat. Peningkatan peran suami berupa perhatian kepada istri sangat

dibutuhkan dalam suatu proses produksi ASI yaitu reflex oxitocin.

Pikiran ibu yang positif akan merangsang kontraksi otot sekeliling

kelenjar susu hingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan

kemudian dihisap oleh bayi (Roesli, 2007).


17

c. Dukungan pemerintah

Dukungan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif berupa

kebijakan kebijakan tentang pelaksanaan ASI eksklusif adalah :

1) Konvensi Hak Anak, diratifikasi oleh Keppres No. 36/1990

Implementasi dari Konvensi Hak Anak yaitu tentang upaya

pemberian makanan yang terbaik, bergizi serta pengasuhan yang

optimal. Hal ini sebagai dasar ibu untuk menyusui.

2) UU No 36/2009 tentang Kesehatan

Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak

dilahirkan selama 6 (enam) bulan, dimana pihak keluarga,

pemerintah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara

penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus ditempat

kerja dan di tempat sarana umum.

3) KEPMENKES NO 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian

ASI secara eksklusif di Indonesia

2.1.4 Kendala Pemberian ASI Eksklusif

Beberapa kendala yang menyebabkan seorang ibu tidak dapat melakukan

pemberian ASI secara eksklusif antara lain :

1) Produksi ASI kurang

2) Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar

3) Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)

4) Bayi terlanjur mendapat prelacteal feeding (pemberian air

gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran)


18

5) Kelainan yang terjadi pada ibu (puting ibu lecet, puting ibu luka,

payudara bengkak, mastitis dan abses)

6) Ibu hamil lagi pada saat masih menyusui

7) Ibu sibuk bekerja

8) Kelainan yang terjadi pada bayi (bayi sakit dan abnormalitas bayi)

(Nyoman dan Jeanne, 2008)

2.1.5 Perawatan Payudara

Perawatan payudara saat hamil dan menyusui perlu dilakukan. Hal ini

dikarenakan payudara adalah penghasil ASI sebagai sumber nutrisi untuk

bayi yang baru lahir. Komposisi ASI paling lengkap, dan tidak ada susu

buatan manusia yang bisa menyamainya, sehingga harus dilakukan sedini

mungkin. Termasuk ketika pertama kali dilahirkan, bayi sebaiknya

melakukan inisiasi dini menyusui.

Manfaat Perawatan Payudara saat hamil adalah :

a. Menjaga kebersihan puting susu, sebagai jalur keluarnya ASI.

b. Memperkuat puting susu bayi mudah untuk menyusu.

c. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu yang ada didalam payudara

sehingga produksi ASI lebih banyak dan lancar.

d. Mendeteksi kelainan payudara secara dini dan melakukan pengobatan

secepatnya.

e. Mempersiapkan mental calon ibu untuk menyusui bayinya.


19

2.1.6 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Menurut WHO-UNICEF (2003) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan

praktek pemberian ASI pada bayi baru lahir segera dalam jangka waktu 30

menit sampai dengan satu jam setelah dilahirkan. Praktek pemberian ASI

tersebut dapat memberikan rasa aman pada bayi, membantu perkembangan

psikis serta merangsang hubungan ibu dan anak. (Gupta, 2007), mengatakan

IMD dalam satu jam kelahiran adalah satu dari 10 langkah sukses menyusui

menurut Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI) yang diluncurkan tahun

1992 yang tertera pada tahap 4, “Bantu ibu melakukan inisiasi menyusu dini

setengah jam setelah melahirkan”. Depkes juga telah mengirim surat edaran

agar seluruh RS melaksanakan program inisiasi menyusu dini. Tidak hanya

itu, organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) juga turut berperan. IBI memiliki

standarisasi pelayanan pertolongan persalinan yaitu melaksanakan inisiasi

menyusu dini dan ASI eksklusif 6 bulan. Anggota IBI tidak boleh

mempromosikan susu formula untuk usia kurang atau sama dengan 6 bulan.

Dengan inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif 6 bulan

diharapkan angka kematian bayi akibat penyakit infeksi jauh berkurang,

angka bayi kurang gizi juga berkurang, dan lahirlah generasi yang tumbuh

sehat dan cerdas.


20

2.2 Perubahan Perilaku

2.2.1 Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo ( 2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar.

2.2.2 Bentuk Perilaku

Bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

2.2.2.1 Perilaku pasif (respons internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan

tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum

ada tindakan yang nyata.

2.2.2.2 Perilaku aktif (respon eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang

dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.

2.2.3 Domain Perilaku

Benyamin Bloom adalah seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku

itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan). Pembagian kawasan ini dilakukan

untuk kepentingan tujuan pendidikan. Tujuan suatu pendidikan adalah

mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang

terdiri dari: a) ranah kognitif, b) ranah afektif, c) ranah psikomotor.

Pengukuran hasil pendidikan ketiga domain ini adalah :


21

2.2.3.1 Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut

terjadi proses berurutan yakni:

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Interest (tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan suatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


22

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap

tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari

oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan

tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi

dalam enam tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005),

yaitu:

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.
23

3) Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada atau kondisi

sebenarnya.

4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-

komponen yang berkaitan satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

ada.

6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Evaluasi pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dan

disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut Wawan dan

Dewi M. (2010):

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk


24

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Nursalam (2008), pekerjaan adalah kegiatan yang harus

dilakukan, terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga.

c) Umur

Menurut Hurlock (1998), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai dengan berulang tahun. Semakin

cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan

Menurut Ann Mariner (1989, dalam Wawan,A dan Dewi, 2010)

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.


25

2.2.3.2 Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai tiga

komponen pokok, yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik

sikap.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau

tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal

yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang

negatif.

3) Kecenderungan untuk bertindak merupakan komponen yang

berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek

sikap ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang

utuh (total atittude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini

pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan

penting.

b. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


26

2) Merespon (responding), merupakan indikasi dari sikap dalam

bentuk memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa

orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing), merupakan indikasi dari sikap dalam bentuk

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

sesuatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah

dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c. Sifat Sikap

Sifat sikap ada dua macam :

1) Sikap positif, terdapat kecenderungan untuk mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Saifuddin, A 2000), antara

lain:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap


27

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap searah

dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang

memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya.

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.
28

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.2.3.3 Perilaku

Berkaitan dengan perilaku kesehatan (health behavior), Kasl dan Cobb

dalam Glanz (2002) menyebutkan terdapat tiga kategori dalam perilaku

kesehatan sebagai berikut.

a. Preventive health behavior adalah aktivitas yang dilakukan

individu untuk tetap sehat dengan tujuan mencegah diri terhindar

dari penyakit.

b. Illness behavior adalah aktivitas individu yang dirinya telah merasa

sakit.

c. Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk

sembuh dari sakit yang dirasakannya.

Perilaku pencegahan akan terkait dengan upaya-upaya pencegahan.

Leavell dan Clark (1965) membagi upaya pencegahan ke dalam lima

tingkatan atau five level of prevention sebagai berikut.

1) Health promotion adalah upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

individu, kelompok, dan masyarakat agar dapat berperilaku sehat,

misalnya peningkatan kesehatan rumah dan sanitasi lingkungan.


29

2) Specific protection adalah upaya perlindungan spesifik untuk terhindar

dari penyakit, antara lain imunisasi dan menghindari gigitan nyamuk

penular malaria.

3) Early diagnosis and prompt treatment adalah tindakan seseorang untuk

segera meminta pertolongan atau pengobatan apabila merasa ada

gangguan kesehatannya atau apabila merasa sakit.

4) Disability limitation adalah upaya mencegah kecacatan akibat dari

penyakit seseorang yang merasa dirinya sakit melakukan pengobatan

secara teratur dan tepat.

5) Rehabilitation adalah upaya pemulihan agar seseorang dapat kembali

produktif setelah terkena suatu penyakit, antara lain rehabilitasi fisik

misalnya banyak memakan makanan yang bergizi dan melakukan olah

raga yang teratur, serta melakukan rehabilitasi sosial, misalnya mengikuti

kegiatan-kegiatan sosial yang ada di lingkungan tempat tinggal.

Untuk bisa mengubah perilaku, seseorang harus percaya bahwa pola

perilakunya yang sekarang merupakan ancaman, dan bahwa perilakunya

tersebut dapat menimbulkan kelainan yang serius. Selanjutnya orang

tersebut harus percaya bahwa perubahan perilaku yang spesifik dapat

memberikan keuntungan, tanpa biaya yang berlebihan. Tapi disamping itu,

orang tersebut juga merasa harus cukup kompeten untuk bisa

mengimplementasikan perubahan tersebut.

Terdapat enam tahap perubahan perilaku manusia menurut The stages of

change model (Prochaska et al. 2002), yakni :


30

1) Prekontemplasi (precontemplation), adalah tahap dimana individu

belum/tidak mau melakukan perubahan perilaku dalam 6 bulan

berikutnya. Tahap ini terjadi karena : a) individu belum

pernah/tidak memperoleh informasi yang cukup berkaitan dengan

perilaku; b) individu telah beberapa kali mencoba mempraktikkan

perilaku namun tidak berhasil. Ciri tahapan ini adalah individu

enggan diajak berkomunikasi tentang perilakunya yang berisiko.

Individu pada tahapan ini disebut dengan “kelompok yang sulit

diubah” (hard to reach).

2) Kontemplasi (contemplation), adalah tahap di mana individu

berniat untuk melakukan perubahan perilaku dalam enam bulan ke

depan. Pada tahap ini individu : a) lebih tanggap terhadap

informasi dan konsekuensi jika tidak melakukan perubahan

perilaku; b) masih melakukan evaluasi manfaat dan kerugian yang

diperoleh jika melakukan/tidak melakukan perubahan perilaku; c)

seringkali mengalami kebimbangan dalam mempertimbangkan

untung-rugi perubahan perilaku; pertimbangan untung-rugi

seringkali menunda individu segera melakukan perubahan

perilaku.

3) Preparasi (preparation), adalah tahap dimana individu berniat

segera melakukan perubahan perilaku dalam satu bulan ke depan.

Pada tahap ini individu memiliki rencana untuk mengikuti kelas

edukasi kesehatan, berkonsultasi dengan konselor, berbicara

dengan tenaga kesehatan, mengumpulkan informasi dari berbagai


31

buku, atau mempelajari pendekatan perubahan perilaku mandiri,

dan siap berperan serta aktif dalam program kesehatan untuk

perubahan perilaku.

4) Tindakan (action), tahap dimana individu telah melakukan

perubahan perilaku dalam enam bulan terakhir.

5) Maintenance, adalah tahap dimana individu berupaya

mempertahankan perubahan perilaku agar tidak drop out atau

kembali ke perilaku semula selama 6 bulan sampai 5 tahun setelah

tahap action. Pada tahap ini individu semakin merasa yakin bahwa

dia mampu mempertahankan perubahan perilaku tersebut.

6) Termination, adalah tahapan dimana individu telah berhasil

melakukan dan mempertahankan kelanggengan perubahan

perilaku, seolah-olah tidak pernah bertindak seperti sebelum

perubahan perilaku terjadi. Meskipun terjadi tekanan, masalah,

atau depresi individu tetap tidak akan kembali ke perilaku semula.

Tahapan ini sangat ekstrim dan sulit dicapai sebagian individu,

sehingga tahap ini tidak diukur dalam berbagai penelitian

perubahan perilaku.

a. Tingkatan Perilaku

Beberapa tingkatan perilaku yaitu:

1) Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil merupakan perilaku tingkat

pertama.
32

2) Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai

dengan contoh adalah indikator perilaku tingkat dua.

3) Mekanisme yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan maka ia sudah mencapai perilaku tingkat tiga.

4) Adaptasi adalah suatu perilaku yang sudah berkembang dengan

baik artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa

mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

b. Strategi Perubahan Perilaku

Ada beberapa macam strategi perubahan perilaku seseorang yaitu:

1) Inforcement yaitu perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan,

dan atau menggunakan peraturan atau perundangan. Menghasilkan

perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak

langgeng).

2) Persuasi yaitu dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi

dan argumentasi.

3) Fasilitasi yaitu dengan penyediaan sarana dan prasarana yang

mendukung. Dengan penyediaan sarana dan prasarana ini akan

meningkatkan pengetahuan. Untuk melakukan strategi ini

memerlukan beberapa proses yakni kesediaan, identifikasi dan

internalisasi.

4) Education yaitu perubahan perilaku dilakukan melalui proses

pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-


33

penyuluhan. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng,

tetapi makan waktu lama.

c. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

Menurut Sunaryo, 2004, perilaku dipengaruhi oleh faktor faktor

yaitu :

1) Faktor genetik atau faktor endogen. Faktor genetik atau keturunan

merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan

perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal

dari dalam diri individu (endogen), antara lain: jenis ras, jenis

kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan,

inteligensi.

2) Faktor eksogen atau faktor dari luar individu: faktor lingkungan,

baik fisik, biologis maupun sosial, pendidikan, agama, sosial

ekonomi, kebudayaan/adat-istiadat.

3) Faktor-faktor lain: susunan saraf pusat, persepsi, emosi.

2.2.4 Teori Perilaku Kesehatan

2.2.4.1. Teori PRECEDE-PROCEED

Teori PRECEDE-PROCEED (1991), teori ini dikembangkan oleh

Lawrence Green yang dirintis sejak 1980. Lawrence Green

mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor

pokok, yakni faktor prilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkum dalam akronim


34

PRECEDE yaitu Predispocing, Enabling, Dan Reinforcing Cause

In Educatinal And Evaluation. Precede ini merupakan arahan

dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk

intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. PROCEED yaitu

Policy, Regulatory, Organizational Construc in Educational and

Environmantal, Development, merupakan evaluasi pendidikan

kesehatan. Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku

ditentukan oleh 3 faktor, yakni :

a. Faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidaknya tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi dan sebagaian.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Bagan Teori

PRECEDE dan PROCEDE dapat dilihat pada gambar 2.1.


35

.
Gambar 2.1: Teori PRECEDE PROCEDE Lawrence Green

2.2.4.2. Teori Health Belief Model

Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai

kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia

dan telah mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an

(Kirscht, 1988; Schmidt dkk, 1990). Hal ini menjadikan HBM sebagai

model yang menjelaskan pertimbangan seseorang sebelum mereka

berperilaku sehat. Oleh karena itu, HBM memiliki fungsi sebagai model

pencegahan atau preventif (Stanley & Maddux: 1986)

HBM ini merupakan model kognitif yang artinya perilaku individu

dipengaruhi proses kognitif dalam dirinya. Proses kognitif ini dipengaruhi

oleh beberapa factor yaitu variabel demografi, karakteristik

sosiopsikologis, dan variabel struktural. Variabel demografi meliputi

kelas, usia, jenis kelamin. Karakteristik sosio psikologis meliputi,


36

kepribadian, teman sebaya (peers), dan tekanan kelompok. Variabel

struktural yaitu pengetahuan dan pengalaman tentang masalah yang

terjadi.

a. Komponen Health Belief Mode

Health belief model memiliki enam komponen yaitu :

1) Perceived Susceptibility

Adalah kepercayaan seseorang dengan menganggap menderita

penyakit adalah hasil melakukan perilaku terentu. Juga diartikan

sebagai perceived vulnerability yang berarti kerentanan yang

dirasakan yang merujuk pada kemungkinan seseorang dapat

terkena suatu penyakit.

2) Perceived Severity

Adalah kepercayaan subyektif individu dalam menyebarnya

penyakit disebabkan oleh perilaku. Prinsip komponen ini adanya

persepsi keparahan yang akan diterima individu

3) Perceived Benefits

Adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang

disarankan untuk mengurangi resiko penyakit.

4) Perceived Barriers

Adalah persepsi hambatan atau persepsi menurunnya kenyamanan

saat meninggalkan perilaku tidak sehat.

5) Cues to Action

Adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang merasa

butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk


37

melakukan perilaku sehat. Juga berarti dukungan atau dorongan

dari ligkungan terhadap individu yang melakukan perilaku sehat.

6) Self Efficacy

Adalah kepercayaan diri seseorang dalam menjalankan tugas

tertentu atau kepercayaan seseorang mengenai kemampuannya

untuk mempersuasi keadaan atau merasa percaya diri dengan

perilaku sehat yang dilakukan. Dibagi menjadi dua yaitu outcome

expectancy seperti menerima respon yang baik dan outcome value

seperti menerima nilai sosial. Bagan teori HBM terlihat pada

gambar 2.2 sebagai berikut :

Perceived of
Age, sex, benefits minus
ethnicity, perceived
Personality, barriers to
behav. Change

Perceived threat of
diseases Likelihood of
behav.change
Cues of action
- education Perceived
- symptoms, illness susceptibility/
- media information severity of
diseases

Gambar 2.2. Teori Health Belief Model


38

2.3 Penelitian-Penelitian Terkait


a. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliandarin (2009) menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang

12,98 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu

yang memiliki dukungan yang rendah.

b. Hasil penelitian oleh Juherman (2008) menyatakan adanya peran suami

dalam hal pemberian ASI eksklusif dan menyebutkan bahwa peranan

suami dalam pemberian ASI berhubungan sangat nyata dengan tingkat

pengetahuan suami tentang ASI (p=0.006 dan r=0.348).

c. Malau (2010) dengan judul hubungan dukungan suami terhadap kemauan

ibu memberi ASI di Puskesmas Teladan Medan diperoleh hasil bahwa ada

hubungan antara dukungan suami terhadap kemauan ibu memberi ASI

(p=0,01<0,05).

d. Paramita (2007), minimnya dukungan suami dalam praktek pemberian

ASI akibat faktor kebiasaan budaya salah satunya karena secara kultural

adanya fungsi dan pembagian peran, dimana ayah hanya berperan dan

berkewajiban sebagai mencarinafkah dan urusan rumah tangga semuanya

diurus oleh istri termasuk urusan menyusui.


39

2.4 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi

 Pengetahuan ibu
 Sikap ibu
 Pendidikan ibu
 Pekerjaan

Faktor Penguat
 Perilaku Petugas Perilaku Pemberian
 Dukungan Suami Asi Eksklusif
 Pengetahuan
suami
 Sikap suami

Faktor Pemungkin

 Fasilitas sarana
kesehatan
 Lingkungan Fisik

Gambar 2.2. Kerangka Teori Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green

2.5 Kerangka Konsep

Pengetahuan suami
Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif

Sikap suami

Gambar 2.3. Kerangka Konsep.


40

2.6 Hipotesis

Dari konsep penelitian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu:

1. H0 :

 Tidak ada hubungan pengetahuan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif di Desa Negeri Sakti

Kabupaten Pesawaran

 Tidak ada hubungan sikap suami dengan

pemberian ASI Eksklusif di Desa Negeri Sakti

Kabupaten Pesawaran

2. H1:

 Ada hubungan pengetahuan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif di Desa Negeri Sakti

Kabupaten Pesawaran

 Ada hubungan sikap suami dengan pemberian

ASI Eksklusif di Desa Negeri Sakti Kabupaten

Pesawaran.
41

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

rancangan kasus kontrol (case control) yaitu suatu penelitian yang

menggunakan pendekatan retrospective yang berguna untuk mengetahui

bagaimana faktor risiko mempengaruhi kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi

kasus kontrol dilakukan dengan mengindentifikasi kelompok kasus dan

kelompok kontrol, kemudian secara retrospektif diteliti faktor-faktor risiko

yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol dapat terkena

paparan atau tidak. Sumber data penelitian menggunakan data primer dari

wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari pencatatan

Puskesmas Bernung Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini bertujuan untuk

meneliti pengaruh pengetahuan dan sikap suami terhadap perilaku ibu dalam

pemberian ASI eksklusif di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan

Pesawaran. Periode penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai Maret

2018.
42

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah

suami dari ibu menyusui dan mempunyai bayi usia 6 bulan sampai

kurang dari 12 bulan yang tercatat di laporan gizi Puskesmas Bernung

Kabupaten Pesawaran pada bulan Januari 2018 berjumlah 68 orang.

Dalam penelitian ini terdapat dua populasi yaitu :

1) Populasi kasus adalah suami dari ibu yang menyusui ekslusif di

Desa Negeri Sakti Puskesmas Bernung sejumlah 30 orang.

2) Populasi kontrol adalah suami dari ibu yang menyusui tidak

ekslusif di Desa Negeri Sakti Puskesmas Bernung.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili sebuah

populasi yang akan diteliti. Suami yang menjadi responden adalah yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria

bagi suami yang dijadikan respoden sedangkan kriteria eksklusi yaitu

kriteria suami yang tidak dijadikan responden di lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sampel yaitu :

3.3.2.1 Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi :

1) Suami yang tinggal serumah dengan ibu menyusui


43

2) Bertempat tinggal minimal selama 1 tahun di lokasi penelitian.

3) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

1) Responden yang tidak bisa baca tulis dan memiliki gangguan

pendengaran.

2) Alamat tempat tinggal responden tidak dapat ditemukan.

3.3.2.2 Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel

(Nursalam, 2008).

a. Kelompok Kasus

Pemilihan sampel pada kelompok kasus digunakan total

sampling yang berarti keseluruhan populasi menjadi sampel

penelitian. Kelompok kasus berjumlah 30 orang suami dari ibu

yang menyusui ekslusif.

b. Kelompok Kontrol

Jumlah sampel kontrol sama dengan jumlah sampel kasus yaitu 30

responden. Sampel diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu dengan memilih sampel berdasarkan

kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Kelompok

kontrol dalam penelitian ini akan diambil dengan memilih sampel

yang berdekatan jarak rumahnya dengan kelompok kasus atau

dalam satu dusun.


44

3.4 Identifikasi Variabel

Variabel pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu :

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel Independen pada penelitian ini adalah meliputi pengetahun

dan sikap suami.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku pemberian ASI

eksklusif.
45

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Perilaku Pemberian ASI saja Wawancara Kuesioner 1 = ASI


pembe- oleh ibu tanpa diberi dan data dan Buku eksklusif
rian Asi makanan apapun sekunder KIA
Eksklusif sampai bayi usia 6 0 = tidak
Ordinal
bulan ASI
(PP 33 tahun 2012) eksklusif

Pengetahu Hal-hal yang diketahui Wawancara Kuisioner 1 = Baik,


an responden tentang ASI nilai hasil ≥
eksklusif. Dalam Mean(31,2)
Suami penelitian ini
pengetahuan
responden mengenai 0 = Kurang,
hal hal yang berkaitan nilai hasil< Ordinal
dengan ASI eksklusif mean
mencakup : (31,2)
pengertian, manfaat,
hambatan, kendala,
dampak, IMD,
perawatan payudara

Sikap Kesiapan atau Wawancara Kuisioner 1=


Suami kesediaan Mendukun
responden untuk g, nilai
bertindak atau hasil ≥
berperilaku, yang mean
berkaitan dengan ASI (18,4)
eksklusif yang
meliputi perawatan 0 = Kurang Ordinal
payudara, mendukung
IMD, pemberian ASI , nilai hasil
Eksklusif < mean
(18,4)

3.6 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui dua cara, yaitu

melalui data primer dan data sekunder.


46

1) Pengumpulan Data Primer.

Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan pada kedua

kelompok baik pada kelompok kasus ataupun pada kelompok kontrol.

Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik respoden yaitu

nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan nomor telepon. Data

pengetahuan dan sikap responden diperoleh dengan wawancara

menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas

dan reabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat kevalidan suatu instrumen. Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan pearson product moment. Hasil uji validitas kuesioner

yang terdiri dari 20 pertanyaan, r hitung 0,687 lebih besar

dibandingkan r tabel 0,576, maka pertanyaan dinyatakan valid.

Sedangkan realibilitas adalah keadaan yang menyatakan instrumen

cukup dipercaya untuk dapat dinyatakan sebagai alat pengumpul data

dengan rumus alpha cronbach. Pada uji reabilitas nilai r Alpha 0,599

lebih besar dibandingkan dengan r tabel 0,576, maka pertanyaan di

atas dinyatakan reliabel. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh bidan

desa Negeri Sakti dan 3 (tiga) orang kader.

2) Pengumpulan Data Sekunder

Pada pengumpulan data sekunder ibu menyusui eksklusif diambil

melalui pencatatan program gizi Puskesmas Bernung Kabupaten

Pesawaran di bulan Januari 2018.

Dalam proses pengumpulan data penulis melakukan hal-hal sebagai

berikut :
47

1) Persiapan sebelum melakukan penelitian :

 Mengurus ijin kepada pimpinan wilayah setempat dan

pemimpin institusi tempat penelitian.

 Melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui jumlah

ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 6 sampai 12 bulan di

desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan.

 Menyusun dan memperbanyak lembar kuesioner.

2) Langkah-langkah pelaksanaan peneliatian :

 Menyerahkan surat ijin penelitian kepada Kepala Dinas

Kesatuan Bangsa dan Politik dan Kepala Dinas Kesehatan

untuk Kepala Puskesmas Bernung.

 Setelah mendapat ijin dari Puskesmas Bernung, kemudian

penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara

dengan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan

realibilitas terlebih dahulu kepada responden yang telah

ditetapkan.

 Mengumpulkan, memproses dan menganalisis data.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah ke dalam

bentuk tabel kemudian data diolah menggunakan perangkat lunak. Proses


48

pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa

tahap, yaitu:

1) Editing

Editing adalah proses pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner. Pada proses ini dipastikan semua pertanyaan kuesioner sudah

terjawab, jawaban relevan dengan pertanyaan, dan jawaban konsisten

dengan jawaban pertanyaan yang lain.

2) Coding

Setelah semua kuesioner diedit, dilakukan pengodean atau coding, yaitu

mengubah data yang berbentuk huruf atau kalimat menjadi data angka.

Coding sangat berguna untuk proses memasukkan data (data entry).

3) Data Entry atau Processing

Jawaban-jawaban yang sudah diubah dalam bentuk kode disebut dengan

data. Data ini kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4) Tabulasi

Setelah semua data dimasukkan ke dalam program komputer, proses

selanjutnya adalah pembersihan data (data cleaning) yaitu pengoreksian

data sehingga tidak ada kesalahan kode atau ketidak lengkapan

(Notoatmodjo 2010).

3.7.2 Analisis Data

Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan program statistik dengan

menggunakan analisis univariat untuk menilai distribusi frekuensi masing-


49

masing variabel dan analis bivariat untuk menilai hubungan antara variabel

bebas dan terikat.

1) Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

masing-masing variabel, baik bebas, dan variabel terikat. Teknik analisa

data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

statistik sederhana yaitu persentasi atau proporsi.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square. Pada penelitian ini

analisis terdiri dari 2 tahap. Tahap I yaitu uji untuk mengetahui hubungan

antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat. Dasar penentu

adanya hubungan penelitian berdasarkan pada signifikan (nilai p) yaitu:

1. Jika nilai p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan (tidak bermakna).

2. Jika nilai p ≤ 0,05 maka terdapat hubungan (bermakna).

Tahap II uji untuk mengetahui besar risiko antara masing-masing variabel

bebas dan variabel terikat. Dimana jika variabel yang pada tahap I

mempunyai p < 0,05 untuk selanjutnya dilihat nilai OR. Odds Ratio (OR)

adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian kasus;

dihitung dari angka kejadian kasus pada kelompok berisiko (terpapar

faktor risiko) dibanding angka kejadian kasus pada kelompok yang tidak

berisiko (tidak terpapar faktor risiko). Pada penelitian ini hipotesis akan

diterima bila OR > 1.


50

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Persiapan Penelitian

1. Persiapan alat dan bahan penelitian guna menunjang kelangsungan

penelitian ini. Alat dan bahan meliputi :

a. Kuisioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas

b. Alat tulis.

2. Mengurus perizinan penelitian di Puskesmas Bernung Kabupaten

Pesawaran.

3. Mengurus Ethical Clearance penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

3.8.2 Proses Penelitian

1. Menentukan responden yang akan terlibat dalam penelitian.

2. Memberikan lembar persetujuan sebagai responden penelitian.

3. Memberikan kuisioner penelitian pada kedua kelompok setelah semua

kriteria inklusi terpenuhi.

4. Pengumpulan dan analisis data penelitian.


51

3.8.3 Alur Penelitian

Persiapan  Persiapan proposal


Penelitian  Kuisioner yang divalidasi
 Perizinan
 Ethical Clearance

Penentuan responden penelitian

Proses penelitian
Pemberian lembar informed consent

Pemberian kuisioner penelitian

Pengumpulan data
penelitian

Analisis data
penelitian yang
meliputi editing,
coding dan
tabulating

Analisis univarat
dan bivariat

Gambar 3.1. Alur Penelitian

3.9 Ethical Clearance

Penelitian ini mendapat persetujuan dari tim etik Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dengan nomor surat

1912/UN26.18/PP.05.02.00/2018, adapun ketentuan etik yang telah

ditetapkan adalah persetujuan riset yang berisi pemerian informasi kepada


52

responden mengenai keikutsertaan responden dalam penelitian, tanpa

nama (anonymity) yaitu tidak mencantukan nama responden, menuliskan

inisial pada lembar pengumpulan data dan kerahasiaan (confidentiality)

yaitu kewajiban untuk tetap menjaga penelitian ini agar tidak tersebar luas

mengenai identitas responden ataupun isi wawancara.


77

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Bernung

tentang hubungan pengetahuan dan sikap suami dengan perilaku ibu dalam

pemberian ASI eksklusif dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dekripsi distribusi pengetahuan baik pada kelompok ibu menyusui secara

eksklusif yaitu sebesar 83,3% dan pada kelompok ibu menyusui tidak

eksklusif adalah 16,7%. Deskripsi distribusi sikap mendukung pada

kelompok ibu menyusui secara eksklusif sebesar 63,2% dan sikap

mendukung pada kelompok ibu yang tidak menyusui secara eksklusif

hanya sebesar 36,8%.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami dengan

perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Suami yang memiliki

pengetahuan kurang berisiko 25 kali lebih besar memiliki istri yang tidak

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap suami dengan perilaku

ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Suami yang memiliki sikap kurang

mendukung berisiko risiko 4,571 kali lebih besar memiliki istri yang tidak

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.


78

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pemerintah

Pemerintah Kabupaten Pesawaran sebaiknya memberi perhatian

lebih khususnya pada target pencapaian cakupan ASI eksklusif

yang masih belum terpenuhi sebesar 80%. Hal ini dapat dilakukan

dengan membuar Peraturan Daerah (PERDA) tentang pemberian

ASI Eksklusif.

5.2.2 Bagi Pihak Puskesmas Bernung

Puskesmas sebaiknya meningkatkan konseling dan menjalankan

program kelompok pendukung ASI guna meningkatkan cakupan

perilaku pemberian ASI Eksklusif dengan sasaran suami dari ibu

hamil dan menyusui.

5.2.3 Bagi Masyarakat

1. Meningkatkan peran serta masyarakat terutama kader posyandu

dalam program kelompok pendukung ASI agar dapat menerapkan

mamjemen laktasi di keluarga untuk meningkatkan kesehatan ibu

dan bayi sejak dini.

2. Sosialisasi pada calon suami pada saat konseling pernikahan,

imunisasi calon pengantin, dan edukasi pada suami pada saat

mendampingi pemeriksaan kehamilan dan persalinan.


79

5.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti variabel-

variabel lain atau faktor-faktor lain yang diduga berhubungan

dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, seperti dukungan

keluarga lain, dukungan petugas kesehatan, faktor sosial budaya,

faktor media informasi, dan lain-lain yang tidak diteliti pada

penelitian ini.
80

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N.U., 2004. Ayah “Menyusui, cermin kesetaraan gender”. Jakarta:


Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga

Aini, N., Yusnitasari, E., & Armini, A. (2014). Hubungan dukungan suami
dengan produksi ASI pada ibu post partum diwilayah kerja Puskesmas
Senor Kabupaten Tuban. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga,
Surabaya.

Amal. 2011. Faktor-faktor yang menghambat praktik asi eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan (Studi Kualitatif di Desa Tridana Mulya, Kec. Landono Kab.
Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara). Artikel Penelitian. Program Studi
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Ariwati. 2014. Hubungan dukungan bidan tentang pemberian asi eksklusif dengan
perilaku pemberian asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas ambarawa
kabupaten semarang. Skripsi. Semarang: STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran1-15).

Astuti. 2010. Determinan pemberian asi eksklusif pada ibu menyusui. jurnal
penelitian kesehatan: Poltekkes Kemenkes Jakarta I.

Azwar, Saifudidin. 2000. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Belajar

Baby-Friendly USA (BFHI). 2010. “Implementing the UNICEF/WHO baby


friendly hospital initiative in the US. Website www.babyfriendlyusa.org.
Diakses pada tanggal 12 Februari 2018.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). 2013. Riskesdas


2013. Jakarta: Depkes

Bambang. 2014. Profil ibu dan peran bidan dalam praktik inisiasi menyusui dini
dan asi eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 10. No 1 [Online
Journal] [diunduh pada 20 februari 2018]. Tersedia dari: http:/ /journal.
unnes.ac.id/ index. php/article/viuw/3070home
81

Budiasih K. 2008. Handbook ibu menyusui. Bandung: Hayati Qualita.

Budiati E. 2016. Model puzzle budi sebagai pengawas minum ASI untuk
pelaksanaan pemberian ASI eksklusif [disertasi]. Padang: Universitas
Andalas.

Danuatmaja, Mila Meiliasari, 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Edisi 1. Jakarta.


Puspa Swara. Hal : 36,47

Depkes RI. 2004. Kepmenkes RI Nomor. 450 / Menkes / IV / 2004. Jakarta:


Depkes RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2017. Laporan bulanan pencapaian ASI


eksklusif. Pesawaran: Dinkes Kabupaten Pesawaran.

Fatayati, 2011. Pengaruh konseling asi eksklusif pada ibu hamil trimester III
terhadap pemberian asi dan kolostrum selama 3 hari postpartum di
puskesmas mergangsan yogyakarta tahun 2011: Yogyakarta

Fauziah A. 2013. Hubugan antara pengetahuan dan sikap suami tentang


pemberian asi eksklusif. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran UMS

Februhartanty, Judhiastuty. (2008). Peran ayah dalam optimalisasi praktek


pemberian ASI: sebuah studi di daerah urban Jakarta.

Friedman M. 2010. Keperawatan keluarga: teori dan praktik. Jakarta: EGC

Green CP. 1999. Improving breastfeeding behaviors: Evidence from two decades
of intervention research. Washington DC: LINKAGES Project.

Green L. 1980. Health education planning : a diagnostic approach. The John


Hopkins University. MayField Publishing Company

Green L. 1991. Precede proceed framework. Colombia: MayField Publishing


Company.

Gupta, 2007. Breastfeeding: The 1st hour save one million babies. Gold 07 Global
online lactation discition.

Ismail, Hasanudin, Bahar B. Hubungan pendidikan, pengetahuan dan motivasi


dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis.1(3): 1-8.
82

Juherman, YN. 2008. Pengetahuan, sikap, dan peranan ayah terhadap


pemberian ASI eksklusif. IPB: Bogor.

Kementrian Kesehatan RI, 2012. Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012


tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2014. Pusat data dan informasi. Jakarta: Kemenkes RI.

Khoirudin A. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam


menerapkan prosedur tindakan pencegahan universal di Instalasi Bedah
Sentral RSUP Dr. Karyadi [skripsi]. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Lass, Rogers. 1974. Linguistic Orthodentics: Scots Vowel Length Conspirasy.


Dalam: Notoatmodjo, 2003. Konsep Perilaku & Perilaku Kesehatan.
Jakarta. PT Rineka Cipta hlmn 121; 124-127.

Malau, AET. 2010. Hubungan dukungan suami dan kemauan ibu memberikan
ASI Eksklusif di Puskesmas Teladan Medan. Medan: Universitas
Sumatera Utara

Mardiyyah A. 2017. Analisis peran keluarga terhadap perilaku pemberian ASI


eksklusif pada bayi usia 6 – 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Way
Halim Kota Bandar Lampung [skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.

Notoatmodjo. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
.
Nyoman A, Purnawati J. 2008. Kendala pemberian ASI eksklusif bedah ASI.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta.

Paramita. 2007. Dukungan Ayah dalam Praktik Pemberian ASI Masih Minim.
[Online Journal] [diunduh pada 23 februari 2018]. Tersedia dari:
http://asipasti.blogspot.com/2008/02/dukunganayahdalampraktipemberian.
html.

Prasetyo, Dwi S. 2009. Buku pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.

Prasetyono D. 2009. ASI eksklusif. Jogjakarta: DivaPress.

Prasetyono D. (2012). ASI Eksklusif : Pengenalan, praktik, dan kemanfaatannya.


Jogjakarta: Diva Press.
83

Prochaska JO, Redding CA, Evers KE, 2002. „The Transtheoretical Model and
Stages of Change‟ dalam Health Behaviour and Health Education,Theory,
Research, and Practice, 3rd ed, eds Glanz, K, Rimer, BK & Lewis, FM,
Jossey Bass, San Francisco, pp. 99-116

Ramadani M. 0209. Dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif di Wilayah


Kerja Puskesmas Air Tawar, Kota Padang Tahun 2009. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 4(6): 1-8.

Riksani R. 2012. Keajaiban ASI. Jakarta: Penerbit Naga Swadaya.

Roesli U. 2005. Inisiasi menyusui dini plus ASI eksklusif. Jakarta Pustaka
Bunda.

Roesli U. 2007. Panduan praktis menyusui. Jakarta: Puspa Swara.

Soetjiningsih. 2012. ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC.

Suhardjo, Kusharto. 1992. Prinsip ilmu gizi. Jakarta: Kanisius.

UNICEF. 2006. 1990-2005 Celebrating the innocenti declaration on the


protection, promotion and support of breastfeeding. Italy: UNICEF
Innocenti Research Center.

United Nations. 2011. The millenium development goals report. New York:
United Nations.

Wawan A, Dewi M. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

WHO. 2003. Community based strategies for breastfeeding promotion and


support in developing countries. Geneva: WHO.

WHO, 2009. Initiating breastfeeding within one hour of birth: ascientific brief.
Geneva: Family dan Reproductive health, Division of Child Health an
Development.

Yuliandarin EM. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI


eksklusif di wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru Kecamatan
Bekasi Barat tahun 2009. Jakarta: Program Pasca Sarjana FKM UI.

Vous aimerez peut-être aussi