Vous êtes sur la page 1sur 16

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG

LENGKUAS (Alpinia galanga) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR


WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi

Oleh:

INTAN ARSYITA SARI


K 100 140 176

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG


LENGKUAS (Alpinia galanga) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR
WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

INTAN ARSYITA SARI


K 100 140 176

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Arifah Sri Wahyuni, M.Sc., Apt

i
HALAMAN PENGESAHAN

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL UBI JALAR UNGU (Ipomoea


Batatas L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG
DIINDUKSI KARAGENAN

OLEH:

INTAN ARSYITA SARI


K 100 140 176

Telah dipertahankan di depan Penguji


Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ……., ………. 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Agus Purnomohadi, M. Biotech. (……..……..)


(Ketua Penguji)
2. Mariska Sri Harlianti, M.Sc., Apt (……………)
(Anggota I Penguji)
3. Arifah Sri Wahyuni, M.Sc.,Apt. (…………….)
(Anggota II Penguji)

Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 31 Desember 2017


Penulis

INTAN ARSYITA SARI


K 100 140 176

iii
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS
(Alpinia galanga) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI
KARAGENIN

Abstrak
Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh terhadap rangsang fisik, kimia maupun mekanis.
Rimpang lengkuas (Alpinia galanga) digunakan sebagai antiinflamasi secara ilmiah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia
galanga) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi karagenin 1%.Metode pembuatan
ekstrak dengan maserasi menggunakan penyari etanol 96%. Untuk mengetahui kandungan
zerumbon dalam ekstrak dilakukan uji kualitatif dengan KLT. Sebanyak 12 ekor hewan uji dibagi
menjadi empat kelompok. Kelompok I (kontrol negatif) diberi perlakuan CMC-Na 0,5%, kelompok
II (kontrol positif) diberi Na diklofenak dosis 10 mg/kgBB, serta kelompok III dan IV diberi
perlakuan dengan ekstrak etanol rimpang lengkuas dengan dosis 200 dan 500 mg/kgBB.
Pengamatan dilakukan selama 7 jam dengan frekuensi pengukuran volume udem tiap 30 menit.
Data yang diperoleh dari pengukuran volume udem digunakan untuk menghitung AUC (Area
Under Curve) dan persen daya antiinflamasi. Data kemudian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis
dan dilanjutkan uji Moses extreme reaction. EERL memberikan aktivitas penghambatan inflamasi
pada tikus putih jantan galur Wistar sebesar 31,22% untuk dosis 200 mg/kgBB dan 18,49% pada
dosis 500 mg/kgBB.

Kata kunci: antiinflamasi, ekstrak etanol, rimpang lengkuas (Alpinia galanga), karagenin

Abstract
Inflammation is the body's defense response to physical, chemical and mechanical stimuli. The
galangal rhizome (Alpinia galanga) is used as an anti-inflammation empirically. The objective of
this research was to determine the antiinflammatory activity of galanga rhizome extract in white
male rats wistar strain induced by 1% carragenin. The extraction of galanga rhizome was done by
using maceration in ethanol 96%. Zerumbon content in the extract was known by qualitative test
with TLC. A total of 12 rats were divided into four groups. Group I (negative control) was treated
with 0.5% CMC-Na, group II (positive control) was given with 10 mg/kgBB dose of Diclofenac, and
groups III and IV were treated with ethanol extract of galangal rhizome with doses of 200 and 500
mg/kg body weight. The observation was performed for 7 hours with frequency measurement of
oedem volume every 30 minutes. Data obtained from udem volume measurements were used to
calculate AUC (Area Under the Curve) and percent anti-inflammatory power. The data were then
analyzed by Kruskal-Wallis and continued by Moses extreme reaction test. Result showed that 200
and 500 mg/kg body weight of ethanol extract of galangal rhizome has antiinflammatory effect on
Wistar strain white male rat 31,22% and 18,49%, respectively.

Keywords: antiinflammatory, ethanol extract, galangal rhizome (Alpinia galanga), karagenin

1
1. PENDAHULUAN
Tanaman obat telah digunakan secara empirik oleh masyarakat untuk pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan. Salah tanaman obat yang tersebar luas di daerah Asia yaitu tanaman
keluarga Zingiberaceae (Depkes RI, 1977). Zingiberaceae diketahui dapat dimanfaatkan sebagai
agen terapi dari penyakit kronis seperti osteoartritis dan artritis reumatoid (Lakhan et al, 2015).
Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) merupakan salah satu tanaman keluarga temu-temuan yang
dapat dimanfaatkan sebagai alternatif salah satunya dalam pengobatan inflamasi (Wohlmuth, 2008).
Inflamasi terjadi karena suatu rangsang yang dapat menyebabkan lepasnya mediator kimiawi seperti
5˗hidroksitriptamin, bradikinin, leukotrien serta prostaglandin sebagai respon pertahanan tubuh
(Syarif et al., 2012). Faktor yang mendominasi terjadinya peradangan yaitu prostaglandin, dengan
menimbulkan pembentukan edema serta infiltrasi leukosit pada daerah yang meradang.
Pembentukan prostaglandin dipengaruhi oleh siklooksigenase (Smyth dan FitzGerald, 2012).
Senyawa lain dalam ekstrak rimpang lengkuas yang berpotensi sebagai agen antiinflamasi
yaitu galangin, berdasarkan uji in vivo dengan menggunakan tikus sebagai permodelan diketahui
bahwa aktivitasnya melalui penghambatan enzim COX-2 (Honmore et al., 2016). Lengkuas juga
mengandung zerumbon dalam minyak atsirinya (Taylor et al., 2011), zerumbon tersebar hampir
dalam seluruh familia Zingiberaceae. Zerumbon merupakan metabolit sekunder golongan
seskuiterpen monosiklik yang memiliki mekanisme kerja mirip dengan piroksikam, sehingga
potensial dalam menghambat inflamasi (Somchit et al., 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antiinflamasi dari ekstrak etanol rimpang lengkuas dengan menetapkan
persentase daya antiinflamasi dari tikus jantan wistar yang diinduksi dengan karagenin.
2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Alat gelas (Pyrex), rotary evaporator (Stuart), plat silika GF254, vortex, timbangan analitik,
oven (Memmert), almari pengering, moisturizer balance, mikropipet (Scorex), corong buchner
(Schott), lampu UV portable 254 nm, silika GF 254 nm (Merck), inkubator (Memmert), mikrotube,
spuit injeksi (terumo), jarum oral, pletismometer (kepekaan 0,05mL), stopwatch, neraca analitik,
timbangan hewan uji.
2.1.2 Bahan
Rimpang lengkuas (A. galanga) yang diperoleh dari desa Bawang Kabupaten Batang yang
dipanen pada bulan Agustus (kemarau) dengan masa usia panen 1 tahun, etanol 96% (teknis), n-
Heksan (pro analisis), Etil asetat (pro analisis), DMSO (pro analisis), zerumbon standar (Sigma),
Natrium diklofenak (Pharmaceutical grade), Natrium Klorida 0,9%, karagenin, CMC-Na, akuades.

2
2.2 Jalannya Penelitian
2.2.1 Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinis Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2.2.2 Determinasi tanaman
Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui keaslian dari bahan yang akan diuji.
Tanaman yang digunakan untuk determinasi yaitu tanaman utuh. Pengamatan dilakukan pada
bagian akar, batang, daun dan bunga kemudian dicocokkan dengan kunci determinasi. Determinasi
tanaman lengkuas dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta
2.2.3 Penyiapan ekstrak
Rimpang lengkuas dibuat simplisia kering. Metode yang digunakan untuk membuat
ekstrak yaitu dengan maserasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Perbandingan antara
serbuk kering rimpang lengkuas dengan etanol yakni 10:75 (Depkes RI, 1986). Sebanyak 150 g
serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol 96% selama 72 jam, lalu filtrat dipisahkan dengan
penyaringan menggunakan corong Buchner. Kemudian filtrat diuapkan dengan rotary evaporator
dengan suhu optimum 40-50°C (Lee et al., 2009). Proses ekstraksi diulang tiga kali dan ekstrak
etanol gabungan diuapkan sampai kering pada suhu 35°C di atas tangas air hingga diperoleh ekstrak
kental (Kirana et al., 2017). Kemudian dilakukan pengecekan kadar air pada ekstrak kental yang
diperoleh dengan menggunakan 3 gram ekstrak. Instrumen yang digunakan untuk pengecekan kadar
air yaitu moisturizer balance.
2.2.4 Skrinning Zerumbon dengan KLT
Dalam penelitian ini zerumbon digunakan sebagai standar yang diidentifikasi dengan
kromatografi lapis tipis. Zerumbon yang termasuk dalam metabolit sekunder golongan seskuiterpen
monosiklik, diketahui berpotensi sebagai agen antiinflamasi (Somchit et al., 2012). Deteksi
senyawa zerumbon yakni dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan dengan 2mL
campuran antara heksan dan etil asetat sebagai fase gerak. Plat silika GF254 ditotolkan dengan
ekstrak etanol lengkuas, kemudian elusi dilakukan dalam chamber yang telah diisi dengan fase
gerak hingga batas yang ditandai. Hasil elusi kemudian dideteksi dengan UV 254 nm.
2.2.5 Pembuatan larutan stok
2.2.5.1 Pembuatan Larutan NaCl 0,9 %
Sebanyak 0,9 g NaCl dilarutkan dalam akuades hingga diperoleh volume akhir100 mL

3
2.2.5.2 Karagenin 1%
Sebanyak 0,05 gram karagenin, kemudian dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9 % hingga
diperoleh volume akhir 5 mL. Karagenin berfungsi untuk menginduksi edema pada kaki tikus.
2.2.5.3 Pembuatan Larutan CMC-Na 0,5%
CMC-Na sebagai suspending agent digunakan untuk mensuspensikan Natrium diklofenak
dan ekstrak etanol rimpang lengkuas. Sebanyak 500 mg CMC-Na dicampur dalam mortir dengan 35
mL aquadest panas dan didiamkan selama 15 menit hingga terbetuk massa gel transparan, kemudian
diencerkan hingga diperoleh volume akhir 100 mL dengan akuades.
2.2.5.4 Dosis Natrium Diklofenak
Natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif efek antiinflamasi pada tikus, dosis
yang diberikan yaitu 10 mg/kg (Honmore et al., 2016). Sebanyak 20 mg natrium diklofenak
disuspensikan dengan CMC-Na 0,5% hingga diperoleh volume akhir 25 mL. Natrium diklofenak
berfungsi sebagai kontrol positif dalam pengujian aktivitas antiinflamasi.
2.2.5.5 Dosis Ektrak etanol rimpang Lengkuas
Dosis ekstrak lengkuas (A. galanga) yang diberikan pada hewan uji yaitu 200 dan 500
mg/KgBB secara oral (Lee et al., 2009). Ekstrak etanol lengkuas disuspensikan dalam CMC-Na
hingga diperoleh volume akhir 25 mL.
2.2.6 Penyiapan hewan uji
Semua tikus putih galur wistar yang akan digunakan untuk uji efek antiinflamasi
diaklimatisasi terlebih dahulu, ditempatkan di ruang hewan dalam kondisi normal 24 ± 1oC, siklus
gelap 12 jam dan kelembaban 55 ± 5% selama seminggu dan sebelum percobaan tikus dipuasakan
selama 18 jam dengan tetap memberi asupan air. Tikus yang akan digunakan dalam percobaan
merupakan tikus yang sehat, yang tidak mengalami perubahan berat badan >10% selama
aklimatisasi serta menunjukkan perilaku yang normal.
2.2.7 Uji pola inflamasi
Sebelum dilakukan uji efek antiinflmasi EERL pada tikus jantan galur wistar, perlu
dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui pola inflamasi. Uji pendahuluan dilakukan dengan
menggunakan 3 hewan uji dengan menggunakan metode dari Winter et al. (1962) yaitu dengan
menyuntikkan 0,1 mL karagenin 1% pada kaki tikus secara subplantar. Volume udem diamati dan
diukur tiap setengah jam kurang lebih selama 6 jam dengan pletismometer.
2.2.7 Uji Efek Antiinfamasi EERL
Uji efek anti inflamasi dilakukan dengan menginduksi edema pada kaki belakang tikus,
dengan menyuntikkan 0,1 mL karagenin 1% (b/v) dalam NaCl secara subkutan ke dalam kaki tikus
bagian bawah. Volume kaki dari tiap tikus diukur menggunakan pletismometer sebelum diberi

4
injeksi karagenin dan pada interval 1 jam hingga lima kali pengamatan. Setiap kelompok uji diberi
perlakuan dengan pemberian ekstrak lengkuas secara oral dengan dosis yang berbeda yaitu 200 dan
500 mg/KgBB satu jam sebelum diberi perlakuan dengan karagenin (Lee et al., 2009).
Tikus yang digunakan dalam penelitian yaitu jenis wistar dengan berat badan berkisar 150-
200gram. Tikus dikelompokkan secara acak dalam 4 kelompok perlakuan yaitu:
Kelompok 1: kontrol negatif (diberikan CMC-Na 0,5% saja, diinjeksikan
secara oral 30 menit setelah induksi karagenin)
Kelompok 2: kontrol positif (diberikan standar natrium diklofenak 10
mg/KgBB, diinjeksikan secara oral 30 menit setelah induksi
karagenin)
Kelompok 3: kelompok uji 1 (diberikan ekstrak rimpang lengkuas
dengan dosis 200 mg/KgBB 30 menit setelah diberi
perlakuan dengan karagenin)
Kelompok 4: kelompok uji 2 (diberikan ekstrak rimpang lengkuas
dengan dosis 500 mg/KgBB 30 menit setelah diberi
perlakuan dengan karagenin)
2.3 Analisis Data
Hasil yang diperoleh dari uji efek antiinflamasi yaitu data volume kaki tikus sebelum dan
setelah perlakuan dengan karagenin 1%. Data volume edema yang akan diolah yaitu selisih antara
volume kaki sebelum dan sesudah perlakuan dengan karagenin 1%, atau dapat dihitung dengan
rumus berikut:
Vu = Vt - Vo
Keterangan:
Vu : Volume edema pada kaki tikus tiap waktu
Vt : Volume edema kaki tikus setelah diberi perlakuan dengan karagenin 1% pada waktu
tertentu
Vo : Volume kaki tikus sebelum diberi perlakuan dengan karagenin 1%
Berdasarkan data volume udem lalu dihitung nilai AUC (Area Under Curve), yaitu luas
rata-rata daerah di bawah kurva yang menggambarkan hubungan antara volume udem rata-rata
dengan waktu pengambilan data. Nilai AUC dapat dihitung dengan rumus berikut:
tn
Vt n−1 + Vt n
AUCtn−1 = (t n − t n−1 )
2
Keterangan :
Vtn-1 :rata- rata volume udem pada tn-1

5
Vtn : rata-rata volume udem pada tn
Untuk mengetahui nilai presentase daya antiinflamasi (penghambatan volume udem) yang
didasrkan dari persen penurunan udem dapat dihitung dengan rumus berikut:
AUCk − AUCp
%DAI = x100%
AUCk
Keterangan :
AUCk : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kontrol negatif
AUCp : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kelompok
perlakuan pada tiap individu.
Analisis statistik hasil penelitian untuk tahap awal dilakukan dengan tes dengan kruskal
Wallis, untuk mengetahui perbedaan pada semua kelompok perlakuan. Kemudian, dilanjutkan
dengan uji Moses extreme reaction untuk mengetahui perbedaan antara 2 kelompok perlakuan.
Program komputer yang digunakan untuk mengolah data yaitu Microsoft Excel dan SPSS versi 23.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui identitas dan keaslian dari tanaman yang
akan diuji. Berdasarkan surat keterangan nomor 698/A.E-1/LAB.BIO/XII/2017 yang terdapat pada
Lampiran 1, hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang dikumpulkan merupakan
tanaman lengkuas (A. galanga).

3.2 Hasil Pembuatan EERL


Metode yang digunakan dalam pembuatan EERL yaitu dengan maserasi menggunakan
etanol 96% sebagai pelarut. Pelarut dipilih berdasarkan sifat dari metabolit sekunder yang diduga
memiliki aktivitas antiinflamasi salah satunya yaitu zerumbon yang merupakan golongan
seskuiterpen. Seskuiterpen memiliki kelarutan dalam penyari polar seperti etanol (Saifudin, 2014).
Sebanyak 217,39 gram berat kering simplisia diperoleh dari 2 kg berat basah dari rimpang lengkuas
setelah pengeringan dalam lemari pengering selama 3 hari. Ekstrak kental yang diperoleh
memenuhi kriteria jika rendemen tidak kurang dari 16%b/b, dan hasil pemeriksaan kadar air tidak
lebih dari 7,7% (BPOM RI, 2004). Berdasarkan tabel 2 rata-rata persentase rendemen ekstrak yang
diperoleh yaitu sebesar 19,09% dan rata-rata persentase kadar air yang diperoleh yaitu 3,84%,
sehingga dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh memenuhi kriteria.

6
Tabel 1. Hasil persentase rendemen dan kadar air EERL
EERL Bobot simplisia % rendemen % Kadar air
(gram)
Sampel 1 150,07 19,11 7,49
Sampel 2 150,10 19,07 0,18
Rata-rata 19,09 3,84

3.2 Hasil Analisis Kualitatif Zerumbon dengan Kromatografi Lapis Tipis


Komponen utama minyak atsiri dari ekstrak rimpang lengkuas yaitu zerumbon dengan
kadar 44.9% (Taylor et al., 2011). Sebagian besar keluarga Zingiberaceae diketahui memiliki
kandungan zerumbon dalam minyak atsirinya. Zerumbon merupakan metabolit sekunder golongan
seskuiterpen monosiklik yang memiliki aktivitas dalam menghambat inflamasi dan nyeri (Somchit
et al., 2012). Identifikasi non spesifik senyawa terpenoid yaitu dengan mengamati bercak yang
terbentuk pada lempeng silica gel254 nm kromatografi lapis tipis yang disinari lampu UV 254,
terbentuk bercak warna ungu dengan fluoresensi hijau pada lempeng (Saifudin, 2014).
Perbandingan fase gerak yang terbaik diperlukan agar diperoleh jumlah bercak yang
banyak, sehingga optimasi fase gerak perlu dilakukan. Berdasarkan hasil optimasi diperoleh
perbandingan fase gerak antara heksan dan etil asetat yaitu 4:6. Hasil elusi dengan KLT (Gambar 1)
menunjukkan adanya 2 totolan yang tingginya hampir sejajar, rf yang diperoleh yaitu 0,81. Secara
kualitatif, adanya totolan yang sejajar pada plat antara standar dan ekstrak mengindikasikan adanya
senyawa zerumbon dalam EERL.

EERL (kanan),
zerumbon (kiri)
Gambar 1. Perbandingan elusi EERL (kanan) dan standar zerumbon (kiri) menggunakan KLT dengan fase
gerak heksan dan etil asetat (4:6), jarak elusi 9 cm.

7
3.3 Hasil Uji Pola Inflamasi
Sebelum dilakukan pengujian utama perlu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji pola
inflamasi, yang bertujuan untuk mengetahui induksi karagenin secara subplantar dapat memberikan
efek udem pada kaki kiri tikus sehingga dapat diukur dan diketahui pola udem yang terbentuk.
Karagenin secara luas digunakan sebagai permodelan untuk menginduksi udem pada uji
eksperimental dengan hewan tanpa menyebabkan perlukaan atau kerusakan jaringan (Sini et al.,
2010). Injeksi karagenin memicu reaksi inflamasi yang khas dan dapat diukur dengan mudah.
Karagenin merupakan polisakarida yang akan melepaskan mediator inflamasi karena dikenali tubuh
sebagai substansi asing (Necas dan Bartosikova, 2013). Udem yang ditimbulkan dari induksi
karagenin terjadi secara akut (Singh et al., 2008). Udem yang dihasilkan dapat bertahan selama 6
jam dan berangsur-angsur turun dalam 24 jam setelah induksi karagenin (Baghdikian et al., 1997).
Karagenin terdiri atas 3 jenis yakni iota, kappa, dan lambda. Karagenin tipe lamda memiliki
karakteristik paling mudah larut dan dapat membentuk massa gel yang baik (Almutairi et al., 2013),
maka dari itu dipilih karagenin tipe lamda dalam penelitian ini.
Sebanyak 3 hewan uji digunakan untuk pengujian ini, dengan durasi pengamatan volume
udem selama 6,5 jam dan pengamatan tiap 30 menit. Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa
udem dimulai berselang 1 jam dari penginduksian karagenin 1% dan volume udem maksimal terjadi
pada 2,5 jam setelah proses penginduksian. Diketahui bahwa onset dari Na diklofenak yaitu 30-45
menit (Brogden et al., 1980). Sehingga berdasarkan grafik pola inflamasi dan onset maka dapat
ditentukan waktu pemberian Na diklofenak sebagai kontrol positif yakni berselang 30 menit dari
pemberian karagenin. Pemberian jeda dimaksudkan agar terjadi penghambatan sebelum terjadi
udem maksimal, sehingga dapat diketahui potensi ekstrak dalam menghambat proses inflamasi.
Apabila perlakuan dilakukan sebelum penginduksian dengan karagenin dikhawatirkan efek dari
EERL maupun Na diklofenak telah habis sebelum durasi udem berakhir sehingga kemungkinan
efeknya sudah tidak optimal.
1,00
Rata-rata Volume Udem

0,80 0,72
0,62 0,62 0,62
0,55 0,50
0,60 0,47
0,37
(mL)

0,32 0,28
0,40 0,25 0,28 0,25
0,20 0,12

0,00
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5
-0,20
Waktu (jam)

Gambar 2. Grafik volume udem kaki tikus yang diinduksi karagenin 1% dengan volum 0,1mL secara
subplantar (n=3)

8
3.4 Hasil Uji Aktivitas Antiinflamasi EERL
Pengujian aktivitas antiinflamasi EERL menggunakan 12 hewan uji, dengan 4 kelompok
perlakuan. Kelompok terdiri atas kontrol positif yang diberikan Na diklofenak dengan dosis 10
mg/kgBB secara oral, kontrol negatif yang diberi perlakuan CMC Na 0,5% secara oral, kelompok
perlakuan ekstrak dosis 200 mg/kgBB dan kelompok perlakuan ekstrak dosis 500 mg/kgBB.
Kelompok perlakuan dengan Na diklofenak dan EERL diberikan setengah jam setelah induksi
karagenin 1%, dan dilakukan pengamatan dengan mengukur volume udem kaki tikus selama 7 jam
dengan waktu pengambilan data tiap 30 menit.
Berdasarkan grafik pada Gambar 3, kedua ekstrak menunjukkan volume udem rata-rata
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Na diklofenak dan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kontrol negatif (CMC-Na) karena tidak memiliki aktivitas antiinflamasi. Sehingga dapat
diketahui bahwa EERL memiliki aktivitas menghambat inflamasi namun potensinya tidak sebaik
kontrol positif. Rata-rata volume udem tiap pada perlakuan dosis 200mg/kgBB lebih rendah jika
dibandingkan dengan perlakuan dosis 500mg/kgBB. Hal tersebut mengndikasikan bahwa perlakuan
dosis 200mg/kgBB memiliki potensi penghambatan udem yang lebih baik daripada perlakuan dosis
500mg/kgBB.

0,50
0,45
Volume Udem (mL)

Kontrol Positif
0,40
0,35
0,30 Kontrol Negatif
0,25
0,20 Ekstrak Lengkuas
0,15 200 mg
0,10 Ekstrak Lengkuas
0,05 500 mg
0,00
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8
Waktu (jam)
Gambar 3. Grafik rata-rata volume udem terhadap waktu pada uji antiinflamasi EERL dosis 200 mg/KgBB dan
Dosis 500 mg/KgBB, kontrol positif Na diklofenak dan kontrol negatif CMC-Na 0,5% dengan volume pemberian
2,5mL/200gBB

Na diklofenak memiliki aktivitas dalam menghambat siklooksigenase, sehingga dipilih


sebagai kontrol positif karena ekstrak yang diuji memiliki aktivitas dalam menghambat COX. Salah
satu senyawa yang terkandung dalam rimpang lengkuas yaitu zerumbon memiliki aktivitas
antiinflamasi yang potensial. Zerumbon diketahui memiliki potensi dalam menghambat inflamasi
menyerupai piroksikam (Somchit et al., 2012). Isolat galangin dari ekstrak rimpang lengkuas juga
memiliki aktivitas pada COX-2 yang mirip dengan Na diklofenak (Honmore et al., 2016).

9
Piroksikam dan Na diklofenak sama-sama memiliki aktivitas dalam menghambat siklooksigenase,
namun memiliki perbedaan pada indikasinya. Piroksikam diindikasikan untuk terapi osteoartritis
dan artritis reumatoid, sedangkan Na diklofenak digunakan untuk indikasi yang lebih luas seperti
dismenore primer, terapi artritis reumatoid akut dan kronis, osteoartritis dan nyeri akut (Aberg et
al., 2009).
Data yang diperoleh diolah berdasarkan analisis non parametrik, karena data diperoleh
hanya dari 3 sampel dengan SD yang besar. Dilakukan analisis data persentase DAI dengan Kruskal
Wallis untuk mengetahui perbedaan pada setiap kelompok perlakuan. Hasil uji beda untuk
perlakuan dengan Na diklofenak, EERL dosis 200mg/KgBB dan dosis 500mg/KgBB dengan uji
Kruskal Wallis diperoleh nilai p = 0,027 yang berarti terdapat perbedaan antar kelompok perlakuan.
Analisis statistik dilanjutkan dengan uji Moses extreme reaction untuk mengetahui perbedaan antara
2 kelompok perlakuan, diperoleh hasil p = 0,00 yang bermakna bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara 2 kelompok perlakuan yang diuji. Berdasarkan Tabel 3 terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan EERL dosis 200mg/kgBB
dan 500mg/kgBB.

Tabel 2. Nilai AUC, %DAI hasil uji aktivitas antiinflamasi EERL dan hasil uji statistik %DAI dengan moses
extreme reaction
Perlakuan Nilai AUC Persen Daya Antiinflamasi
(mL.jam) x̄ ±SEM x̄ ±SEM
Kontrol Negatif (CMC Na 0,5%) 2,52±0,3 -
Kontrol Positif (Na diklofenak
0,92±0,07 63,46±2,32 b, c
10mg/kgBB)
EERL dosis 200 mg/kgBB 1,73±0,03 31,22±1,7 a, c
EERL dosis 500 mg/kgBB 2,05±0,04 18,49±0,8 a, b
Keterangan :
x̄ : Rata-rata AUC a
berbeda bermakna (p<0,05) dengan kontrol positif
SEM :Standard Error of Mean b
berbeda bermakna dengan EERL dosis 200 mg/KgBB
c
berbeda bermakna dengan EERL dosis 500mg/KgBB

Dari hasil pada tabel 3, diketahui bahwa Na diklofenak memiliki nilai AUC yang paling
kecil diantara kelompok uji dan persen daya antiinflamasinya menunjukkan nilai yang paling besar
diantara kelompok uji. Persen daya antiinflmasi dari kedua dosis ekstrak memiliki nilai yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan Na diklofenak. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai AUC yang
semakin kecil maka persen daya antiinflamasinya semakin besar. Pengobatan antiinflamasi
dikatakan berhasil jika setidaknya terjadi penghambatan inflamasi sebesar 50% (Moore et al.,
1998). Berdasarkan data pada tabel 3 hasil untuk persentase DAI yang diperoleh yaitu untuk EERL
dosis 200mg/KgBB sebesar 31,22% dan untuk dosis 500mg/KgBB diperoleh 18,49%. Sehingga

10
dapat dikatakan bahwa EERL memiliki aktivitas penghambatan udem, akan tetapi memiliki efek
antiinflamasi yang rendah karena nilai %DAI yang kurang dari 50%.
Rendahnya potensi EERL dalam menghambat inflamasi kemungkinan karena kandungan
zerumbon sebagai senyawa yang potensial sebagai agen antiinflamasi rendah. EERL dengan dosis
500mg/KgBB memiliki persentase penghambatan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
dosis 200mg/KgBB. Kepekaan hewan uji terhadap dosis perlakuan dapat mempengaruhi efektivitas
penghambatan inflamasi. Sehingga perlu dilakukan optimasi dosis dengan rentang yang lebih
bervariasi untuk mengetahui aktivitas penghambatan inflamasi yang optimal dari EERL.
Kandungan metabolit sekunder yang bervariasi dapat memberikan efek yang berlainan yang dapat
mempengaruhi potensi penghambatan inflamasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut terkait isolasi senyawa dalam rimpang lengkuas yang potensial dalam menghambat inflamasi.

4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa
EERL mengandung zerumbon dan memiliki potensi menghambat inflamasi dengan persentase DAI
untuk dosis 200 dan 500 mg/kgBB masing-masing sebesar 31,22% dan 18,49%. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terkait optimasi dosis untuk mengetahui aktivitas penghambatan inflamasi
yang optimal, serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait isolasi senyawa yang poten dalam
memberikan efek dalam menghambat inflamasi.

PERSANTUNAN
Terimakasih diucapkan kepada Ibu Arifah Sri Wahyuni, M.Sc., Apt selaku pembimbing
skripsi dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan artikel ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J. A., Lacy, C. F., Amstrong, L. L., Goldman, M. P. And Lance, L. L. 2009, Drug
Information Handbook, 17th Edition, Lexi-comp for the American Pharmacist Association
Almutairi, Fahad M., Gary G Adams, Mehmet S. Kök, Christopher J. Lawson, Roland Gahler,
Simon Wood, 2013, An Analytical Ultracentrifugation Based Study on the Conformation of
Lambda Carrageenan in Aqueous Solution, Carbohydrate Polymers, 97, 203–9.
Baghdikian B., Lanhers M.C., Fleurentin J., Olliver E., Maillard C., Balansard G., Mortier F., 1997,
An Analytical Study, Anti-inflammatory and Analgesic Effects of Harpagophytum procumbens
and Harpagophytum zeyheri, Planta Med, 63(2):171-6.
BPOM RI, 2004, Monografi Ekstrak Tanaman Obat Indonesia Volume 1, Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Brogden R.N., Heel R.C., Pakes G.E., Speight T.M. and Avery G.S., 1980, Diclofenac Sodium: A

11
Review of its Pharmacological Properties and Therapeutic Use in Rheumatic Diseases and
Pain of Varying Origin, Drugs, 20 (1), 24–48. TBruton L., Chabner B. and Knollman B., 2011,
Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutic, 12th ed., The McGraw-Hill
Companies, USA.
Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia Volume 1, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Honmore V.S., Kandhare A.D., Kadam P.P., Khedkar V.M., Sarkar D., Bodhankar S.L., Zanwar
A.A., Rojatkar S.R. dan Natu A.D., 2016, Isolates of Alpinia officinarum Hance as COX-2
inhibitors: Evidence from anti-inflammatory, antioxidant and molecular docking studies,
International Immunopharmacology, 33, 8–17.
Kirana C., Mcintosh, Graeme H, Record, Ian R dan Jones, Graham P., 2017, Antitumor Activity of
Extract of Zingiber aromaticum and Its Bioactive Sesquiterpenoid Zerumbone, Nutrition and
cancer, 45(2), 218–225.
Lakhan, S.E., Ford, C.T. dan Tepper, D., 2015, Zingiberaceae extracts for pain : a systematic
review and meta-analysis. Nutrition Journal, pp.1–10. Available at: www.biomedcentral.com.
Lee J., Kyoung A. K., Seonhui J., Sung Geum L., Hi Joon P., Nam Jae K. dan Sabina L., 2009,
Anti-inflammatory, anti-nociceptive, and anti-psychiatric effects by the rhizomes of A.
officinarum on complete Freund’s adjuvant-induced arthritis in rats. Journal of
Ethnopharmacology, pp.258–264.
Moore, R. A., Carroll, D., Wiffen, P. J. dan Mcquay, H. J., 1998, Quantitive systematic review of
topically applied, pp. 333–338.
Necas, J. dan Bartosikova, L., 2013,‘Carrageenan : a review, Veterinarni Medicina, pp. 187–205.
Saifudin A., 2014, Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Teknik Pemurnian,
Deepublish, Yogyakarta.
Singh A., Malhotra S. dan Subban R., 2008, Anti-inflammatory and analgesic agents from Indian
medicinal plants, International Journal of Integrative Biology, 57–72.
Sini JM, Yaro AH, Ayanwuyi LO, Aiyelero OM, Mallum SM, Gamaniel KS, 2010, Antinociceptive
and antiinflammatory activities of the aqueous extract of the root bark of Combretumsericeum
in rodents. African Journal of Biotechnology, 8872–8876
Smyth, E.M. & FitzGerald, G. a., 2012, The Eicosanoids: Prostaglandins, Thromboxanes,
Leukotrienes, and Related Compounds.
Somchit M.N., Mak J.H., Bustamam, A.A., Zuraini A., Arifah A.K., Adam Y. dan Zakaria Z.A.,
2012, Zerumbone isolated from Zingiber zerumbet inhibits inflammation and pain in rats,
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, pp.177–180.
Syarif A., Estuningtyas A., Setiawati A., Muchtar A., Arif A., Bahry B., Suyatna F. D., dan Dewoto
H. R., 2012, Farnakologi dan Terapi edisis 5, Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
Taylor P., Arambewela L.S.R., Arawwawala M.,Owen N.L. dan Jarvis B., 2011, Volatile Oil of
Alpinia galanga Willd of Sri Lanka, Journal of Essentialoil Research, pp.8–10.
Winter, C.A., Risley, E.A., Nuss, G.W., 1962, Carrageenan induced edema in hind paw of the rats
as an assay for anti-inflammatory drugs, Proceedings of the Society for Experimental Biology
and Medicine 111, 544–547.
Wohlmuth, H., 2008. Phytochemistry and pharmacology of plants from the ginger family,
Zingiberaceae. Southern Cross University.

12

Vous aimerez peut-être aussi