Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Petunjuk antisipasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu anticipatory guidance. Bila dilihat
dari arti harfiah, anticipatory berarti lebih dulu, guidance berarti petunjuk. Jadi, petunjuk antisipasi
bisa diartikan petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat
mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat tumbuh dan
Petunjuk antisipasi dapat digunakan oleh orang tua sebagai pedoman untuk mendidik dan
mengasuh anak pada masa balita karena disesuaikan dengan kemampuan pertumbuhan dan
perkembangannya. Setiap tahapan mempunyai petunjuk antisipasi yang berbeda dengan tahapan
berikutnya, sehingga anak dapat melewati tahapan tumbuh kembangnya dengan baik.
Dengan demikian, dalam upaya memberikan bimbingan dan arahan pada masalah-masalah
yang kemungkinan timbul pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak, ada petunjuk-
petunjuk yang perlu dipahami oleh orang tua. Orang tua dapat membantu mengatasi masalah anak
pada setiap fase pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara yang benar dan wajar.
1. Memahami adanya proses penyesuaian orang tua dengan bayinya, terutama pada ibu yang
2. Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang mempunyai
kebutuhan dan memahami bagaimana bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui
tangisan.
3. Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan adanya
4. Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan orang tuanya.
5. Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi lingkungan.
bayinya, yaitu dengan rasa persahabatan dan mengamati respon sosial anak, misalnya,
dengan tertawa/tersenyum.
7. Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan kesehatan bagi bayi,
1. Menyiapkan orang tua adanya ketakutan bayinya terhadap orang yang belum dikenal
(Stranger anxiety).
2. Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan ayah dan ibunya dan
4. Menganjurkan menggunakan suara yang negative dan kontak mata daripada hukuman
badan sebagai suatu disiplin bila tidak berhasil gunakan satu pukulan pada kaki atau
tangannya.
5. Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian ketika bayinya
7. Menganjurkan orang tua untukl meninggalkan bayinya beberapa saat dengan pengganti ibu
yang menyusui.
1. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku pada masa
balita, terutama negatifistik dan ritualism. Negatifistik adalah perilaku yang bertentangan
dengan kebiasaan.
2. Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan secara bertahap penyapihan dari
3. Menyediakan makanan camilan/selingan di antara dua waktu makan dan rasa yang disukai,
4. Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaan minum malam memakai botol yang
merupakan penyebab utama gigi berlubang dan perilaku menunda yang memperlambat jam
tidur.
5. Menyiapkan orang tua untuk mencegah bahaya yang potensial terjadi di rumah, seperti
kecelakaan kendaraan bermotor dan bahaya/kecelakaan jatuh. Berikan saran yangb sesuai
disiplin yang lembut dan cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan ledakan amarah serta
menekankan pada keuntungan yang positif dari disiplin yang tepat atau sesuai.
7. Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik halus, motorik kasar,
3. Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi dan tipe kebersihan di rumah serta
orang tua tentang negatifistik anaknya. Menekankan bahwa negatifistik adalah aspek
penting dari perkembangan self assertion (penonjolan/tuntutan diri) dan independen, serta
6. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti ada kegelapan atau suara keras dan
kebiasaan seperti membawa selimutnya atau menghisap jari. Menekankan bahwa ha ini
7. Menyiapkan orangtua akan adanya tanda-tnda regerasi pada waktu anak mengalami stres.
8. Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah dari orang tuanya di
10. Menunjukan harapan adanya perubahan pada anaknya di tahun mendatang, seperti lingkup
perhatiannya yang luas dan berkurangnya negatifistik, serta adanya perhatian untuk
1. Mendiskusikan pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan
2. Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training terutama terhadap harapan-
harapan yang realistis dan sikap menghadapi keadaan-keadaan, seperti mengompol atau
pemahaman terhadap waktu, dan ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang
lain.
4. Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan alasan yang
5. Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan anak pada siang hari (play
group).
Pada masa ini, petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun kesulitannya lebih sedikit dibanding
lingkungan terdekat dengan kurang menekankan alasan-alasannya, maka pada masa ini, adanya
proteksi pagar dan penutup stop kontak harus disertai dengan penjelasan secara verbal dengan
Masuk sekolah menjelang usia lima tahun adalah bentuk perpisahan dari rumah baik orang
tua maupun anakny, sehingga orang tua mungkin perlu bantuan untuk adaptasi terhadap perubahan
ini, terutama bagi ibu yang tinggal dirumah/tidak bekerja. Anak mulai masuk taman kanak-kanak
masyarakat atau mengembangkan karier. Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini adalah
sebagai berikut.
a.Umur 3 Tahun
1. Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
4. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang berlebihan dalam hal ini
6. Memberi gambaran pada usia 3,5 tahun ketika anak menjadi kurang koordinasi motorik
dan emosional, menjadi tidak aman, menunjukan emosi yang ekstrim, dan perkembangan
mereka sehingga refleksi dari emosi tidak aman dan ketakutan kehilangan cinta.
8. Mengingatkan kepada orang tua bahwa keseimbangan pada usia tiga tahun akan berubah
9. Mengantisipasi selera makan menetap dengan lebih luas dalam pemilihan makanan.
b.Umur 4 Tahun
1. Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif termasuk aktivitasa motorik
2. Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan orang tua.
4. Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama seperti menempatkan anak
7. Mendiskusikan disiplin.
8. Menyiapkan orang tua meningkatkan imajinasi usia empat tahun yang memperturutkan
kata hatinya dalam “tinggi bicaranya” (bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak
lebih dekat dengan ibunya dan anak perempuan dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak
11. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan menganjurkan mereka
c.Umur 5 Tahun
1. Memberikan pengertian bahwa usia lima tahun merupakan periode tenang di banding masa
sebelumnya.
Suatu tugas yang besar pada usia balita adalah toilet training atau pendidikan menjadi
ceria/bersih. Kontrol volunter dari spingter ani dan urethra dicapai pada waktu anak dapat berjalan
dan biasanya terjadi antara usia 18-24 bulan. Namun, faktor kesiapan psikofisiologis sangat
Anak harus mampu mengenali dorongan untuk melepaskan atau menahan dan mampu
untuk mengkomunikasikannya kepada ibunya. Pada waktu ini, anak sudah bisa menguasai
kemampuan motorik yang utama, dapat berkomunikasi dengan jelas, memiliki lebih sedikit konflik
antara tuntutan diri sendiri dengan negativisik, dan menyadari kemampuannya untuk
Tanggung jawab perawat adalah menolong orang tua guna mengidentifikasikan kesiapan
anaknya untuk toilet training. Latihan miksi biasanya dicapai sebelum defekasi karena ini
merupakan aktivitas reguler yang dapat diduga. Sementara, defekasi merupakan suatu sensasi yang
lebih besar daripada miksi, yang dapat menimbulkan perhatian dari si anak.
Pada waktu malam, latihan buang air kecil (miksi) menjadi tidak sempurna/lrngkap sampai
usia 4-5 tahun. Di siang hari ngompol dapat juga terjadi terutama pada saat aktivitas bermain
menyita penuh perhatian anak, sehingga bila mereka tidak diingatkan maka mereka akan terlambat
Pada anak laki-laki, mampu untuk berdiri dan meniru ayahnya setelah diajarkan mengenai
Beberapa teknik dianjurkan untuk anak yang koperatif, seperti menggunakan pispot
“portable” yang memberikan perasaan aman pada anak, atau pispot portable yang berada pada satu
tempat dengan kloset yang digunakan sehari-hari. Apabila pispot tidak tersedia, anak dapat duduk
atau jongkok di atas toilet dengan bantuan. Perkuat toilet training dengan memotivasi anak untuk
duduk pada pispot dalam jangka waktu yang relatif lama. Anak dianjurkan untuk meniru orang
Salah satu tugas mayor masa toddler adalah toilet training. Kontrol volunter sfingter dan uretra
terkadang dicapai kira-kira setelah anak berjalan, mungkin antara usia 18 dan 24 bulan. Namun,
diperlukan faktor psikofisiologis kompleks untuk kesiapan. Anak harus mampu mengenali urgensi
untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu mengomunikasikan sensasi ini kepada
orang tua. Selain itu, mungkin ada berbagai motivasi yang penting untuk memuaskan orang tua
Biasanya, kesiapan fisiologis dan psikologis belum lengkap sampai anak berusia 18 sampai 24
bulan. Pada saat ini, anak telah menguasai mayoritas keterampilan motorik kasar yang penting,
mampu berkomunikasi dengan pintar, jarang mengalami konflik dengan negativisme dan
pernyataan diri, dan menyadari kemampuan untuk mengontrol tubuh dan memuaskan orang tua.
Salah satu tanggung jawab terpenting perawat adalah membantu orang tua mengidentifikasi tanda
Latihan defekasi biasanya selesai sebelum latihan berkemih karena latihan defekasi lebih teratur
dan lebih mudah diramalkan. Sensasi defekasi lebih kuat daripda berkemih, dan dapat menarik
perhatian anak. Nyatanya, latihan berkemih di malam hari belum bisa diselesaikan sampai usia 4
atau 5 tahun, dan bahkan penyelesaian latihan yang lebih dari usia tersebut masih normal (Luxem
Sejumlah teknik dalam dalam membantu ketika memulai latihan. Salah satunya adalah pemilihan
tempat duduk berlubang untuk eliminasi (potty chair) dan/atau penggunaan toilet. Tempat duduk
berlubang untuk eliminasi yang tidak ditopang oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman.
Menjejakkan kaki dengan kuat ke lantai juga memfasilitasi defekasi (Stark, 1994). Pilihan lain
adalah tempat duduk portabel yang diletakkan di atas toilet biasa, yang memudahkan transisi dari
kursi berlubang untuk eliminasi ke toilet biasa. Menempatkan bangku panjang yang kecil di bawah
kaki membantu menstabilkan posisi anak. Mungkin paling baik menempatkan kursi berlubang
untuk eliminasi di kamar mandi dan membiarkan anak mengamati ekskresinya ketika di bilas ke
dalam toilet untuk menghubungkan aktivitas ini dengan praktik yang biasa. Bila tidak tersedia
kursi berlubang untuk eliminasi, menghdapkan anak ke tangki toilet memberi dukungan tambahan.
Anak lelaki bisa memulai toilet training dalam posisi berdiri atau duduk di kursi berlubang untuk
eliminasi atau di WC (Gbr. 12-5). Meniru ayahnya selama masa prasekolah merupakan dorongan
Sesi latuhan harus di batasi pada 5 sampai 10 menit, orang tua harus menunggui anak, dan
kebiasaan sanitasi harus dilakukan setiap kali selesai eliminasi. Anak harus dipuji karena perilaku
kerja samanya dan/atau evakuasi yang berhasil. Memakaikan anak pakaian yang mudah dilepas;
menggunakan celana latihan, diapers berbentuk celana atau celana pendek; dan mendorong imitasi
dengan melihat orang lain adalah anjuran yang sangat membantu. Memaksa anak duduk di kursi
berlubang untuk eliminasi atau di WC dalam waktu yang lama, memukulnya bila pengeluaran
eliminasi tidak di tempatnya, dan cara kontrol negatif lainnya harus dihindari (Taubman, 1997).
Tetrjadinya eliminasi secara tidak sengaja di tempat yang tidak semestinya pada siang hari adalah
biasa, terutama selama periode aktivitas intensif. Anak kecil menjadi sangat bersemangat dengan
aktivitas bermain sehingga jika tidak diingatkan, mereka akan berlama-lama menahan eliminasi
sampai terlamat mencapai kamar mandi. Oleh karena itu mereka harus sering diingatkan dan di
antar ke toilet.
2.2.1 Mengkaji Kesiapan Toilet Training
a. Kesiapan Fisik
1. Kontrol volunter sfingter anal dan uretral, biasanya pada usia 18 sampai 24 bulan.
2. Mampu tidak mengompol selama 2 jam; jumlah popok yang basah berkurang; tidak
3. Defekasi teratur.
b. Kesiapan Mental
2. Keterampilan komunikasi verbal atau nonverbal untuk menunjukkan saat basah atau
3. Keterampilan kognitif untuk menirukan perilaku yang tepat dan mengikuti perintah.
c. Kesiapan Psikologis
2. Mampu duduk di toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa bergoyang atau terjatuh.
4. Ketidaksabaran akibat popok yang kotor oleh fasess atau basah; ingin untuk segera diganti.
d. Kesiapan Psikologis
3. Ketiadaan stres atau perubahan keluarga, seperti perceraian, pindah rumah, sibling baru,