Vous êtes sur la page 1sur 12

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR

RSUD SANGKULIRANG
Jl. Wana Bhakti Desa Benua Baru Ulu Kec. Sangkulirang Kab. Kutai Timur Kode Pos 75684
Telepon 0852-4828-4818 Email : rsu.sangkulirang@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANGKULIRANG
NOMOR :

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANGKULIRANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANGKULIRANG,

Menimban : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


g Sakit Umum Daerah Sangkulirang maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Farmasi yang bermutu
tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Umum
Daerah Sangkulirang dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sangkulirang sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah
Sangkulirang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Sangkulirang tentang Kebijakan
Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Sangkulirang.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017


tentang Perubahan Penggolongan Narkotika;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan
dan Pelaporan Narkotika;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
12. Keputusan Bupati Kutai Timur Nomor 821/0183/Bkpp/II/2017
Tentang Pelantikan dan Pengangkatan Kembali dalam
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator dan Jabatan
Pengawas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur
Tahun 2017.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SANGKULIRANG TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
INSTALASI FARMASI.

Kesatu : Kebijakan pelayanan Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah


Sangkulirang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak dapat terpisahkan dari Keputusan
Direktur ini.

Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan pelayanan


Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sangkulirang
dilaksanakan oleh Tim Farmasi Terapi dan Kepala Bidang
Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah Sangkulirang.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di :Sangkulirang
Pada tanggal :
Direktur,

dr. Said Muchdar Bin Smith


NIP. 19820116 200903 1 006
Lampiran : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sangkulirang
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANGKULIRANG

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
menggunakan sistem manajemen satu pintu yang aman, bermutu, bermanfaat
dan terjangkau.
2. Pelayanan kefarmasian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan rumah sakit yang komprehensif dan berorientasi kepada pelayanan
pasien meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dan pelayanan farmasi klinik.
3. Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan farmasi di rumah sakit.
4. Instalasi farmasi rumah sakit dipimpin oleh apoteker, berijazah sarjana farmasi
yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, yang telah memiliki surat tanda registrasi apoteker (STRA) dan surat
ijin praktek apoteker.
5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan farmasi terhadap pelayanan kesehatan.
6. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
7. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan
administrasi.
8. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat (PIO),
konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat
(MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO) dan dispensing sediaan steril.
9. Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai, sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang telah ditetapkan, efektifitas dan keamanan, harga dan ketersediaan di
pasaran.
10. Formularium rumah sakit disusun berdasarkan formularium nasional dan
usulan dari masing-masing kelompok staf medis fungsional yang diputuskan
dalam rapat Panitia Farmasi dan Terapi, revisi dilakukan sekurang-kurangnya
1 kali selama 1 tahun.
11. Pelayanan obat untuk pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengacu
pada formularium nasional dengan penentuan harga sesuai e-catalog, jika
tidak tersedia maka menggunakan obat yang masuk formularium Rumah
Sakit.
12. Perencanaan sediaan farmasi,alat kesehatan,dan bahan medis habis pakai:
a. Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
b. Perencanaan kebutuhan tersebut dibuat dalam jumlah besar dibuat sekali
dalam satu tahun dan dibagi dalam perencanaan bulanan.
c. Pelaksanaan perencanaan melibatkan Tim Farmasi dan Terapi, Instalasi
farmasi, pengendali kegiatan dan pihak lain yang terkait.
13. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
a. Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencaaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu.
b. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan peraturan
yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Sangkulirang.
14. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 )
a. Pengadaan bahan berbahaya dilakukan oleh Bagian Pengadaan secara
rutin atas dasar permintaan dari unit-unit rumah sakit sesuai kebutuhan.
b. Pengadaan dilakukan kepada distributor resmi pemegang B3 dilengkapi
dengan MSDS ( Material Safety Data Sheet) bahan B3 tersebut.
c. Penyimpanan B3 di tempatkan tersendiri dan disesuaikan dengan
persyaratan masing-masing B3 dan diberi tanda khusus.
15. Penerimaaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus meneliti keadaan barang kiriman sesuai spesifikasi pesanan (jumlah,
jenis bentuk sediaan, dosis, tanggal kadaluarsa, kondisi barang apakah rusak
atau tidak dan harga).
16. Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (high alert medication)
a. Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD)
penyimpanannya terpisah serta membatasi akses dan diberi tanda high
alert.
b. Obat high alert disimpan di gudang farmasi, pelayanan farmasi, ruang
rawat inap, Instalasi Gawat Darurat.
17. Pencampuran sediaan injeksi didelegasikan kepada apoteker/perawat yang
memiliki sertifikat pelatihan pencampuran obat dengan teknik aseptis.
18. Pengelolaan Gas Medis:
a. Kepala instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap
pengelolaaan Gas Medis dan untuk pelaksanaannya dilakukan oleh
bidang Sarana dan Prasarana Rumah Sakit.
b. Pendelegasiaan pengelolaaan diketahui oleh Direktur Rumah Sakit
19. Penyimpanan sediaan farmasi,alat kesehatan,dan bahan habis pakai:
a. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasiaan. Monitoring suhu penyimpanan dilakukan oleh
petugas shift pagi dan shift malam.
b. Pengawasan obat dan penggunaan obat dilakukan dimasing-masing
satelit, untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di ruangan maka pengawasan dan penggunaan obat menjadi
tanggung jawab kepala ruangan.
c. Pelabelan dilakukan secara akurat terhadap obat-obatan dan bahan kimia
yang digunakan untuk menyiapkan obat dan hasil pengemasan kembali,
yang berisi informasi tentang nama sediaan, komposisi, dan tanggal
pengemasan atau pembuatan serta waktu kadaluarsa.
d. Instalasi tidak menyimpan obat radioaktif, obat untuk keperluan investigasi
serta obat sampel.
20. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
a. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dari gudang berdasarkan pada permintaan bagian pelayanan.
b. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dari bagian pelayanan berdasarkan pada permintaan tiap unit yang wajib
melampirkan resep atau form amprahan.
c. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
mengikuti sistem barang yang masuk dahulu dikeluarkan terlebih dahulu
(FIFO) dan/atau yang kadaluarsa terlebih dahulu (FEFO).
d. Pendistribusian ke semua unit dilakukan tiap hari bergantung pada
permintaan tiap unit.
e. Distribusi sediaan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan dengan
sistem resep perorangan.
f. Distribusi sediaan farmasi untuk pasien rawat inap dengan sistem unit dosis
untuk pemakaian satu hari.
21. Penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai:
a. Penghapusan dilakukan pada sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak dan mutu
tidak memenuhi standar
b. Sistem penarikan/recall untuk obat kadaluarsa dilakukan dengan
melaporkan obat obat yang akan kadaluarsa untuk 6 bulan yang akan
datang. Petugas pelayanan akan menginformasikan obat tersebut kepada
dokter untuk diresepkan terlebih dahulu.
c. Jika memungkinkan diretur ke distributor maka dilakukan retur distributor.
d. Obat yang kadaluarsa dikarantina ditempat khusus, dilakukan pencatatan
yang kemudian untuk dimusnahkan.
e. Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dilakukan secara periodik terhadap barang yang rusak dan atau
kadaluarsa.
22. Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dimaksudkan menjaga kontinuitas ketersediaan serta mutu produk.
23. Pengawasan penggunaan obat dan pengamanan obat dilakukan oleh kepala
Instalasi Farmasi beserta Tim Farmasi dan Terapi meliputi kesesuaian
penggunaan obat dengan formularium dan pengawasan terhadap
penggunaan obat dan bahan medis habis pakai baru.
24. Penarikan kembali sediaaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai:
a. Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan terhadap :
1) Permintaan produsen atau instruksi instansi pemerintah yang
berwenang. Tindakan penarikankembali dilakukan segera (2x24
jam) setelah diumumkan instruksi untuk penarikan kembali.
2) Obat kadaluarsa
3) Obat rusak
b. Obat Recall selanjutnya dapat dikembalikan kepada distributor farmasi
dan atau dilakukan pemusnahan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
25. Pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai:
a. Pelaporan dilakukan dalam bentuk stock opname yang dilakukan secara
periodik tiap 6 bulan sekali.

b. Pencataan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dan bahan


medis habis pakai dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Secara manual dicatat pada kartu stok untuk gudang dan pelayanan
farmasi.
2) Secara komputer pada dokumen pencatatan untuk persediaan di
pelayanan farmasi.
26. Pelaporan narkotika psikotropika dilakukan dengan cara rumah sakit
menyusun dan mengirimkan laporan bulanan mengenai pemasukan dan
pengeluaran obat narkotika dan psikotropika. Laporan dikirim selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya secara online (SIPNAP). Jika SIPNAP
online tidak terkoneksi maka pelaporan dilakukan secara manual.
27. Pelaporan pelayanan kefarmasian bulanan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur dan Dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Timur setiap
3 bulan.
28. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi yang mempunyai
SIP di RSUD Sangkulirang, kepada apoteker dalam bentuk tertulis untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
29. Peresepan narkotika harus disertai resep asli, nama dokter, nama dan alamat
pasien serta tanda tangan dokter, resep tidak boleh diulang. Resep narkotika
hanya boleh dilayani untuk pasien yang terdaftar di RSUD Sangkulirang.
30. Peresepan:
a. Pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai kebutuhan kondisi pasien (termasuk jika perlu) berdasarkan
permintaan dokter yang ditulis yang ditulis dalam lembar resep.
b. Pelayanan resep yang bersifat segera/CITO dilayani terlebih dahulu.
c. Dokter yang berhak menulis resep ditetapkan sebelum dilakukan
penyaluran dan pemberian obat meliputi persyaratan administratif,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis.
d. Petugas farmasi yang diijinkan melakukan telaah resep adalah apoteker.
e. Jika terdapat hal yang harus dikonfirmasi berkaitan dengan telaah resep
mengenai kelengkapan resep, resep tidak terbaca, interaksi obat dan hal
lainnya, petugas farmasi menghubungi penulis resep untuk mendapatkan
solusi.
f. Penyimpanan resep dan copy resep minimal 5tahun.
g. Resep dan copy resep yang lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan dengan
cara dibakar dan dibuat berita acara.
h. Pencatatan penggunaan obat yang digunakan pasien selama perawatan
dilakukan oleh tenaga keperawatan pada formulir catatan keperawatan
pemberian obat.
i. Pemesanan bahan medis habis pakai dilakukan oleh manager ruang.
j. Permintaan obat secara verbal/telepon dilakukan Tulis Lengkap, Baca
Ulang dan Konfirmasi.
31. Polifarmasi adalah jika dalam satu lembar resep terdiri lebih dari 5 obat maka
dikatakan polifarmasi.
32. Pelayanan Instalasi Farmasi:
a. Pelayanan farmasi meliputi pelayanan gudang dan pelayanan apotek.
b. Dalam pelayanan pasien yang dirawat inap dan rawat jalan baik petugas
RSUD Sangkulirang yang berkaitan dengan pelayanan farmasi maupun
pasien diharapkan menggunakan prosedur ini, dengan jam pelayanan
sebagai berikut:
1) Pelayanan Farmasi rawat jalan jam 08.00-14.00
2) Pelayanan Farmasi rawat inap selama 24 jam
3) Pelayanan Farmasi IGD selama 24 jam
4) Pelayanan satelit IBS jam 24 jam
c. Pelayanan Farmasi Klinik meliputi Pelayanan Informasi Obat, Konseling
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Ronde/visite pasien, Pemantauan
Terapi Obat, Monitoring Efek Samping Obat dan Evaluasi Penggunaan
Obat.
33. Pendistribusian
a. Sistem distribusi yang berlaku diantaranya
1) Pendistribusian resep perorangan sesuai kebutuhan kondisi pasien
(Individual prescription) untuk pasien rawat jalan.
2) Pendistribusian untuk pasien rawat inap secara unit dosis perhari.
3) Persediaan bahan medis habis pakai untuk keperluan tindakan di tiap
unit sesuai permintaan dalam form amprahan.

34. Pemberian Obat


a. Obat diberikan oleh Apoteker dan dapat dimandatkan kepada tenaga
teknis kefarmasian penyedia dan untuk di ruangan keperawatan
didelegasikan kepada perawat PK II dan PK III.
b. Untuk semua pemberian obat parenteral dilakukan pengecekan ganda
c. Sebelum obat diserahkan pada pasien dilakukan pemeriksaan akhir
dengan menggunakan prinsip 7 benar
1) Benar pasien
2) Benar indikasi
3) Benar obat
4) Benar dosis
5) Benar rute pemberian
6) Benar waktu pemberian
7) Benar dokumentasi
d. Informasi yang diberikan pada saat pemberian obat sekurang-kurangnya
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari.
e. Pemberian obat kepada pasien disertai waktu pemberian obat.
35. Obat yang tidak tersedia di Rumah Sakit penyediaannya dapat dilakukan
melalui kerjasama dengan pihak lain yang sudah kerjasama dengan Rumah
Sakit Umum Daerah Sangkulirang.
36. Pelayanan untuk pasien dibedakan berdasarkan jenis penjamin, yaitu:
a. Pasien umum/bayar berpedoman pada formularium RSUD Sangkulirang
b. Pasien peserta JKN berpedoman pada Formularium Nasional
c. Perusahaan lain dan jaminan kecelakaan kerja berpedoman pada
perjanjian kerjasama yang dibuat perusahaan dengan RSUD
Sangkulirang.
37. Pemantauan terapi obat:
a. Kriteria pasien yang perlu dilakukan pemantauan terapi obat antara lain:
1) Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga
menerima polifarmasi.
2) Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
3) Pasien geriatri dan pediatri.
4) Pasien hamil dan menyusui.
5) Pasien dengan perawatan intensif.
6) Pasien yang menerima regimen kompleks diantaranya adalah
polifarmasi, variasi rute pemberian, variasi aturan pakai, cara
pemberian khusus.
7) Pasien yang mendapat terapi obat dengan resiko tinggi.
b. Pemantauan terapi obat dicatat dalam asuhan kefarmasian dan menjadi
dokumen rekam medis.
c. Hasil pemantauan terapi obat dikomunikasikan kepada dokter/tenaga
kesehatan lain dalam bentuk metode SOAP pada dokumen catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
37. Temuan Reaksi Obat Tidak Diharapkan (ROTD) dilakukan manajemen efek
samping oleh tim MESO Rumah Sakit
a. Monitoring efek samping obat di rumah sakit dilaksanakan khusus untuk
pasien yang di rawat inap dan rawat jalan.
b. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah obat
baru/obat yang baru masuk formularium rumah sakit atau obat yang terbukti
dalam literatur menimbulkan efek samping serius.
c. Pemantauan dan Pelaporan efek samping obat dikoordinasikan oleh Tim
MESO dan Tim Farmasi dan Terapi Rumah Sakit.
d. Petugas pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah
dokter, perawat dan apoteker penanggung jawab.
e. Laporan Efek Samping Obat dikirimkan ke Tim Farmasi dan Terapi untuk
dievaluasi.
f. Tim Farmasi dan Terapi melaporkan hasil evaluasi pemantauan efek
samping obat kepada Bidang Pelayanan dan menyebarluaskannya ke
seluruh Kelompok Staf Medis Fungsional / Instalasi / Unit Pelayanan di
rumah sakit sebagai umpan balik / edukasi.
g. Hasil evaluasi laporan efek samping obat dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengeluarkan obat dari formularium.

38. Insiden Keselamatan Pasien


a. Setiap insiden keselamatan pasien dilaporkan ke Komite Mutu
Keselamatan dan Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sangkulirang.
b. Insiden Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera, Kejadian Tidak
Diharapkan dan Kejadian Sentinel dalam waktu kurang dari 2×24 jam
dilaporkan ke Komite Mutu Keselamatan dan Kinerja Rumah Sakit Umum
Daerah Sangkulirang.
c. Kejadian Potensial Cedera segera dilaporkan ke Instalasi Farmasi untuk
segera dilakukan penyelesaian dan dilaporkan secara periodik setiap
bulan ke Komite Mutu Keselamatan dan Kinerja Rumah Sakit Umum
Daerah Sangkulirang.
39. Instalasi farmasi tidak memberikan pelayanan obat kemoterapi.
40. Pengaturan Obat Program
a. Obat Program merupakan obat hibah dari Kementrian Kesehatan.
b. Obat Program digunakan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
c. Obat Program dapat digantikan dengan obat non program dengan
pertimbangan resistensi/kontraindikasi/efek samping atau pertimbangan
tertentu.
d. Obat Program dilaporkan ke bidang yang terkait setiap bulan.

Ditetapkan di :Sangkulirang
Pada tanggal :
Direktur,

dr. Said Muchdar Bin Smith


NIP. 19820116 200903 1 006

Vous aimerez peut-être aussi