Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
bahwa proporsi kelahiran prematur dengan BBLR pada tahun 2001
berkisar antara 0,54% (NAD), dan 6,90% (Sumatera Utara) (Rahayu,
2011)
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi persalinan prematur?
2. Sebutkan klasifikasi persalinan prematur?
3. Apasajakah etiologi persalinan prematur?
4. Apa manifestasi klinik persalinan prematur?
5. Bagaiman patofisiologi persalian prematur?
6. Bagaimana dampak persalinan prematur?
7. Bagaimana komplikasi persalinan prematur?
8. Bagaimana persalinan penunjang pada pemeriksaan prematur?
9. Bagaimana penatalaksanaan persalian prematur?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa defenisi persalinan prematur
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari persalinan prematur
3. Untuk mengetahui etiologi persalinan prematur
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik persalinan prematur
2
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi persalian prematur
6. Untuk mengetahui dampak persalinan prematur
7. Untuk mengetahui komplikasi persalinan prematur
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada persalinan prematur
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan persalian prematur
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
lain sehingga penyebab prematuritas tidak dapat diterangkan, maka
penyebab persalinan prematur ini disebut idiopatik.
b. Iatrogenik/elektif
Perkembangan teknologi kedokteran dan perkembangan etika
kedokteran menempatkan janin sebagai individu yang mempunyai hak
atas kehidupannya (fetus as a patient), sehingga apabila kelanjutan
kehamilan diduga dapat membahayakan janin, janin akan dipindahkan
ke dalam lingkungan luar yang dianggap lebih baik dari rahim ibunya
sebagai tempat kelangsungan hidupnya.Kondisi tersebut juga disebut
Elective preterm.
Keadaan ibu yang sering menyebabkan persalinan prematur elektif
seperti preeklamsi berat dan eklamsi, perdarahan antepartum (plasenta
previa dan solusio plasenta), korioamnionitis, penyakit jantung yang
beraat atau penyakit paru/ginjal yang berat. Selain keadaan ibu,
keadaan janin juga dapat menyebabkan persalinan prematur dilakukan
adalah gawat janin (hipoksia, asidosis atau gangguan jantung janin),
infeksi intrauterine, pertumbuhan janin terhambat (IUGR) serta
isoimunisasi rhesus
2. Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO (2013) membagi persalinan
prematur menjadi tiga kategori berdasarkan umur kehamilan, yaitu:
a. extremely preterm bila kurang dari 28 minggu\
b. very preterm bila kurang dari 32 minggu
c. moderate to late preterm antara 32 dan 37 minggu
C. Etiologi Persalinan Prematur
Persalinan prematur dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Cunningham, et.al., (2004) menyatakan bahwa penyebab persalinan
prematur dapat dibagi menjadi:
1. Komplikasi medis dan obstetric
Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan prematur disebabkan oleh
hal-hal yang berkaitan dengan komplikasi medis atau obstetrik tertentu
misalnya pada kasus-kasus perdarahan antepartum atau hipertensi dalam
5
kehamilan yang sebagian besar memerlukan tindakan terminasi saat
kehamilan preterm. Akan tetapi, 2/3 dari kejadian persalinan prematur
tidak diketahui secara jelas penyebabnya karena persalinan prematur pada
kelompok ini terjadi persalinan yang spontan atau idiopatik (Feryanto,
2011).
2. Faktor gaya hidup
Perilaku seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang
kurang baik selama kehamilan, serta penggunaan obat seperti kokain atau
alkohol telah dilaporkan memainkan peranan penting pada kejadian
prematur dan hasil akhir bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et
al, 2004).
Penyalahgunaan alkohol tidak hanya dikaitkan dengan kelahiran
prematur melainkan dengan peningkatan cedera otak pada bayi yang lahir
prematur. Konsumsi alkohol yang berlebihan selama kehamilan dapat
memengaruhi perkembangan fetus dan harapan hidup neonatus. Wanita
yang mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas per hari dapat
meningkatkan risiko persalinan prematur sementara jika mengosumsi
akohol kurang dari 4 gelas tiap miggu tidak memberikan efek
meningkatkan risiko persalinan premature (Offiah, Donoghue, dan Kenny,
2012).
Faktor usia juga diduga berhubungan dengan kejadian persalinan
prematur. Wanita usia muda cenderung mempunyai pasangan seksual yang
lebih banyak dan infeksi pada vagina, sementara wanita usia yang lebih
tua cenderung mengalami kontaksi uterus yang irregular, seperti mioma
(Chalermchockcharoenkit, 2002).
3. Faktor genetic
Kelahiran prematur juga diduga sebagai suatu proses yang terjadi
secara familial karena sifat persalinan prematur yang berulang dan
prevalensinya yang berbeda-beda antar ras (Cunningham et al, 2004).
6
4. Infeksi cairan amnion dan korion
Infeksi koriamnion yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
telah muncul sebagai penyebab kasus pecah ketuban dini dan persalinan
prematur. Proses persalinan aterm diawali dengan aktivasi dari fosfolipase
A2 (PLA-2) yang melepaskan bahan asam arakidonat dari selaput amnion
janin sehingga meningkatkan penyediaan asam arakidonat benas untuk
sintesis prostaglandin. Banyak mikroorganisme yang menghasilkan
fosfolipase A2 sehingga mencetuskan persalinan prematur. Endotoksin
bakteri (liposakarida) dalam cairan amnion merangsang sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan prostaglandin yang memicu persalinan
(Cunningham, 2004). Drife dan Magowan dalam Prawirohardjo (2011)
menyatakan bahwa proses persalinan prematur yang dikaitkan dengan
infeksi diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari
aktivasi monosit. Berbagai sitokin termasuk interleukin-1, tumor
nekrosing faktor (TNF), dan interleukin 6 adalah produk sekretorik yang
dikaitkan dengan persalinan prematur. Sementara itu, Platelet Activating
Factor (PAF) yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik
pada aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga dihasilkan dari paru dan
ginjal janin. Dengan demikian janin memerankan peran sinergik dalam
mengawali proses persalinan prematur yang disebabkan oleh infeksi.
Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membran melalui
pengaruh langsung dari protease.
Sedangkan Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi
selama kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan prematur yang
dibagi dalam dua faktor, yaitu:
1. Janin dan plasenta
a. perdarahan trimester awal
b. perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)
c. ketuban pecah dini (KPD)
d. pertumbuhan janin terhambat
e. cacat bawaan janin
7
f. kehamilan ganda/gemeli
g. polihidramnion
2. Ibu
a. penyakit berat pada ibu
b. diabetes mellitus
c. gizi ibu
d. preeklamsia/hipertensi
e. infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
f. penyakit infeksi dengan demam
g. stress psikologik
h. kelainan bentuk uterus/serviks
i. riwayat persalinan prematur/abortus berulang
j. inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
k. pemakaian obat narkotik
l. trauma perokok berat
m. kelainan imunologik/kelainan resus
D. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda persalinan prematur,yaitu:
1. Kram seperti ketika dating bulan atau rasa sakit pada punggung bawah
2. Kram perut dengan atau tampa diare
3. Rasa tertekang pada perut bagian baewah, terasa berat atau seperti bayi
yang mendorong kebawah
4. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali
dalam waktu 10 menit.
5. Perdarahan
6. Perasaaan menekan daerah servik
7. Pemeriksaan servik menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm
dan penipisan 50-80
8. Presentasi janin rendah, sampai mencapai ischiadika
9. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
pretem
8
10. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
E. Patofisiologi Persalinan Prematur
Persalinan prematur dapat terjadi secara spontan atau karena ada indikasi.
Persalinan prematur secara spontan dapat terjadi pada selaput ketuban yang
masih intak atau karena ketuban pecah dini (preterm premature rupture of
fetal membranes). Persalinan prematur atas indikasi bisa tejadi karena kondisi
yang terjadi pada ibu ataupun janin. Kondisi pada ibu yang sering
menginduksi adalah kejadian preeklampsia, plasenta previa sedangkan pada
janin adalah karena pertumbuhan janin terhambat. Namun, kedua kondisi ini
dapat terjadi secara bersamaan. Dari semua kasus persalinan prematur yang
terjadi, 25% terjadi atas indikasi dan 75% terjadi secara spontan dimana 45%
dengan selaput ketuban yang masih intak dan 30% dengan kasus ketuban
pecah dini (Romero, 2007).
9
dapat memicu kontraksi miometrium, perubahan matrix ekstraselular yang
berhubungan dengan pendataran serviks dan aktivasi membran desidua
(Romero, 2007). Infeksi merupakan salah satu penyebab persalinan prematur.
Mikroorganisme ataupun produk yang dihasilkan dapat memicu inflamasi
pada cairan amnion dan korioamnion (Cunningham et al, 2004).
10
imatururitas jaringan pada janin salah satu dampaknya terjadilah maturitas
paruh yang menyebabkan resiko cedera pada janin.
Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan
ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat
kehamilan.
F. Dampak Persalinan Prematur
Permasalahan pada persalinan prematur bukan saja pada kematian
perinatal, melainkan bayi prematur sering disertai kelainan, baik kelainan
jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang
sering terjadi adalah: RDS (Respiratory Distress Syndrome), perdarahan
intra/periventrikular, NEC(Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko-
pulmoner, sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka
panjang sering berupa serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat
berupa disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik
(Prawirohardjo, 2011).
Bayi yang lahir sebelum 32 minggu memiliki risiko yang sangat besar
akan kematian dan kesehatan yang buruk di masa kehidupannya, begitu
juga dengan bayi yang lahir di antara 32 sampai 36 minggu masih tetap
memiliki masalah kesehatan dan perkembangan dibandingkan bayi yang
dilahirkan cukup bulan (Institute of Medicine, 2006).
Komplikasi pada persalinan prematur terjadi karena sistem organ yang
masih imatur yang masih belum siap untuk mendukung kehidupan di
lingkungan ekstrauterin. Inflamasi dan pengeluaran sitokin yang
mencetuskan parsalinan prematur diduga sebagai patogenesis chronic lung
disease, NEC(Necrotizing Entero Cilitis), ROP(Rethinopathy of
Prematurity), dan kerusakan pada brain white matter ( Behrman dan Butler,
2007).
Pada ibu yang mengalami persalinan premature biasanya jarang
ditemukan komplikasi. Komplikasi yang terjadi lebih ke aspek psikologis
ibu,seperti stress,takut jika hamil lagi dan kekhawatiran akan kehamilannya
11
jika ibu tersebut hamil lagi. Jika persalina premature diakibatkan oleh
infeksi, infeksi yang terjadi mengakibatkan sepsis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan HB
Yaitu untuk mengetahui apakah pasien mengalami anemia atau
tidak,HB normal 11 gr%
2. Pemeriksaan protein Urine
Yaitu dilakukan untuk mangetahui preeklamsi
3. USG
Dilakukan untuk mengetahuio taksiran berat janin, posisi janin,dan
letak plasenta
4. Amniosentesi
Untuk melihat kematangan beberapa organ janin seperti rasio lesitin
sfigomielin, surfaktan dll.
H. Penatalaksanaan Persalinan Premature
Beberapa langka yang dapat dilakukan pada persalinan premature terutama
mencegah mordibitas dan mortalitas neonates pretem adalah:
1. Menghambat proses persalian premature dengan pemberian tokolisis
2. Pemberian kortikosteroid untuk pematangan surfaktan paruh janin
3. Bila perlu dilakukakn pencegahaan terhadap infeksi.
4. Merencanakan cara persalinan prematur yang aman dan dengan trauma yang
minimal.
5. Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-bayi prematur
(Fadlun dan Feryanto, 2013).
12
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah DM menyebabkan
hidramnion,hipertensi,
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang perlu dikaji seperti penyakit hipertensi dalam
kehamilan,penyakit paru,penyakit jantung dan diabetes
gestasional,anemi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data yang perlu ditanyakan apakah dari keluarga ibu ada riwayat
hipertensi DM karena penyakit tersebut merupakan penyebab
persalinan premature
3. Pengkajian Pola Gordon
a. Persepsi kesehatan dan Pola manajemen
13
Sering bak biasanya dialami oelh ibu yang menderita DM, ibu
biasanya merasa kandung kemihnya penuh.
14
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit atau prosedur invasif
C. Intervensi
15
kesehatan profesional farmakologis (relaksasi,
Mengakui gejala distraksi dll) untuk mengetasi
nyerimelaporkan nyeri..
pemantauan nyeri Berikan analgetik untuk
Tingkat nyeri mengurangi nyeri.
16
2 Ansietas a. Kontrol cemas Penurunan kecemasan
Indikator : Aktivitas:
Batasan karakteristik: Tenangkan klien
Scaning dan Pantau intensitas Jelaskan seluruh posedur
kewaspadaan kecemasan tindakan kepada klien dan
Kontak mata yang Menyingkirkan tanda perasaan yang mungkin muncul
buruk kecemasan pada saat melakukan tindakan
Ketidakberdayaan Mencari informasi untuk Berikan informasi diagnosa,
emosional cemas
17
dan prognosis
Sediakan pilihan yang realisis
tentang aspek perawatan saat
ini
Tentukan kemampuan klien
untuk mengambil keputusan
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola
gaya hidup atau perubahan
peran
3 Resiko infeksi Pengetahuan : Kontrol Manajemen Lingkungan
Faktor resiko: infeksi
Aktivitas:
Ketidakadekuatan
Indikator :
imunitas yang Mendeskripsikan Ciptakan lingkungan yang
spesifik/dibutuhkan. tanda-tanda dan gejala aman untuk pasien.
Pertahanan primer Mendeskripsikan Hindari objek yang berbahaya
tidak adekuat aktivitas-aktivitas dari lingkungan.
(misalnya: kerusakan meningkatkan daya Sediakan tempat tidur yang
kulit, kerusakan tahan terhadap infeksi bersih dan nyaman.
jaringan, penurunan Mendeskripsikan Kurangi rangsangan dari
aksi silia, stasis of tingkat keberhasilan lingkungan
body fluids, change diagnose infeksi Kontrol Infeksi
in pH secretions, Kontrol resiko Alokasikan dengan tepat
altered peristalsis)
Indicator: kekakuan pasien dengan
Pertahanan sekunder indikasi pedoman CDC.
Mengetahui resiko
tidak adekuat (
Bersihkan lingkungan sekitar
misalnya: penurunan Memperhatikan
setelah digunakan pasien.
kadar hemoglobin, factor resiko
Ganti peralatan pengobatan
leukopenia, lingkungan
18
suppressed Tentukan strategi pasien setiap
inflammatory control resiko yang protocol/pemeriksaan.
response) dibutuhkan Gunakan sabun anti mikroba
untuk mencuci tangan dengan
Deteksi resiko benar.
Meningkatnya Indicator: Cuci tangan sebelum dan
pemaparan sesudah melakukan perawatan
Mengenal tanda-
lingkungan terhadap pada pasien.
tanda dan gejala-
patogen Gunakan aturan umum.
gejala yang
Prosedur invasif Gunakan sarung tangan
menunjukkan
Kerusakan jaringan sebagai pengaman yang
adanya indikasi
umum.
resiko
Gunakan sarung tangan yang
Gunakan sumber
bersih.
untuk
Ajarkan pasien dan keluarga
mendapatkan
tentang tanda-tanda dan gejala
informasi tentang
infeksi dan kapan harus
adanya potensi
melaporkannya pada tim
resiko
kesehatan.
Integritas jaringan : Kulit
dan selaput lender Perlindungan Terhadap Infeksi
19
yang diharapkan keluarga bagaimana
mencegah infeksi.
Indikasi Kerja
20
kegiatan di uterus setelah
berkonsultasi dengan dokter.
Mencegah hyperstimulasi di
uterus dengan memberikan
oxytocin untuk mencapai
jumlah kontraksi yang cukup,
durasi, dan relaksasi.
Perawatan Perineal
Bantu kebersihan.
Menjaga perineum tetap
kering.
Memeriksa kondisi torehan
atau sobekan (ex :
episiotomy).
Gunakan kompres dingin
dengan baik.
Bersihkan perineum
sepenuhnya pada interval
tetap.
Memelihara kenyamanan
posisi klien.
Gunakan bantalan empuk
yang menyerap untuk
menyerap aliran secara tepat.
Catat karakteristik
pengaliran dengan tepat.
Memberikan pengobatan
nyeri dengan tepat.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
23