Vous êtes sur la page 1sur 2

Pentingnya Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga pendidikan yang


menciptakan sumber daya manusia agar memiliki keterampilan yang sesuai dengan keahlian
tertentu. Tujuan khusus pendidikan SMK menurut UU No 20 tahun 2003, ayat (1) adalah
Menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi
lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Mengacu hal tersebut, pembelajaran di
sekolah khususnya kegiatan praktik di bengkel memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengembangkan keterampilan siswa sebagai bekal untuk kerja di dunia industri.

Sekolah Menengah Kejuruan, merupakan sekolah vokasi dengan segala macam


kompleksitas resiko dan bahaya kerja yang dialami oleh siapa saja yang berada di lingkungan
kerja maupun di lingkungan sekolah. Berada di sekolah seolah-olah berada di pabrik,
beragam kegiatan praktek dilaksanakan di bengkel, laboratorium, dan workshop-workshop
sekolah. Beragam potensi bahaya akan mengancam setiap pekerja (guru, siswa, teknisi,
laboran dan pegawai tata usaha) yang berada di lingkungan kerja SMK. Ada lima faktor yang
berpotensi menimbulkan bahaya, yaitu: Faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor
ergonomi, dan faktor psikologis. Faktor fisik yang menimbulkan resiko kerja adalah getaran,
bunyi, tekanan radiasi, pencahayaan, dan cuaca ekstrim. Bunyi dan getaran yang melebihi
100 dB dan terpapar lebih dari 4 jam bisa menimbulkan gangguan pendengaran. Apabila
selalu menggunakan mesin yang bergetar, akan dapat menimbulkan gangguan pada jaringan
tubuh. Faktor kimia yang berasal dari bahan-bahan pembersih, pemutih dapat mengancam
guru dan siswa di tempat kerja. Faktor biologi yang berkaitan dengan sanitasi sekolah,
apabila toilet tidak dibersihkan sesuai standar dapat menumbulkan bau yang mengganggu
kenyamanan. Faktor resiko ergonomi disebabkan karena kebiasaan kerja, contoh guru yang
setiap hari melatih siswa untuk mengelas, dalam posisi membungkuk akan mengalami sakit
punggung. Faktor psikologis diantaranya adalah guru yang memiliki beban kerja lebih,
suasana lingkungan yang tidak kondusif, kelelahan, dapat memicu penyakit seperti stress
Kurangnya pengetahuan dan kecerobohan yang dilakukan saat praktik , ketidak disiplinan,
tidak membaca jobsheet dan kurang tegasnya guru menindaklanjuti pelanggaran K3 dapat
menimbulkan efek yang sangat fatal ( kecelakaan kerja).

Pengendalian resiko kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu:
Teknisi yang terdiri dari Eliminasi yaitu penghilangan sumber bahaya, subtitusi yaitu
mengganti dengan bahan yang berbahaya, isolasi yaitu proses kerja yang berbahaya
disendirikan, enclosing yaitu memagari sumber bahaya, ventilasi, dan maintenance.
Administratif terdiri dari monitoring lingkungan kerja, pendidikan dan pelatihan, labeling,
pemeriksaan kesehatan, rotasi kerja, sanitasi yang bersih. Alat pelindung diri terdiri dari topi
pengaman, pelindung telinga, Face shield, masker, respirator, sarung tangan, sepatu.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan saat
praktik di sekolah, salah satunya adalah Sistem Manejemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3). Yang dimaksud dengan SMK3 adalah bahagian dari sistem manejemen
keseluruhan yang meliputi stuktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan,
prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan kesehatan kerja agar
tercipatanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. SMK3 penting diterapkan di
sekolah khususnya di SMK karena penerapannya akan membawa dampak psikologis yaitu
menghilangkan rasa kepanikan dan kecemasan, memberi rasa bahagia saat mengajar,
menimbulkan kreatif dan inovatif. Beberapa program sebagai tindak lanjut SMK3 adalah :
membuat komitmen yang dituangkan dalam visi dan misi sekolah, membentuk tim khusus
yang bertanggung jawab untuk menjalankan K3, tim melakukan identifikasi potensi bahaya,
penilaian, dan pengendalian resiko, memberikan pelayanan dan pelatihan secara berkala
untuk meningkatkan kinerja tim, Tim membuat perencanaan K3 sesuai dasar hukum yang
berlaku, melakukan analisis resiko di lingkungankerja, tahap pelaksanaan K3 dilakukan
berdasarkan sumber daya manusia, prasarana dan kegiatan, melakukan pemantauan dan
pengukuran terhadap yang sudah dilakukan, melakukan audit. Selama ini persepsi K3 di
SMK dibahas sebatas bagaimana mengelola pekerjaan di laboratorium/ bengkel/ worhshop
dengan baik sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Keselamatan kesehatan kerja di
SMK belum dijadikan suatu kebijakan mutu maupun komitmen bersama. Saatnya SMK
membudayakan K3 dalam setiap aspek kegiatannya dengan memasang rambu-rambu K3 di
lingkungan sekolah. Pemasangan rambu-rambu evakuasi, rambu-rambu penggunaan alat
pelindung, rambu-rambu keselamatan kerja, penyediaan alat pemadam api setiap ruangan,
dan tersedianya kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Vous aimerez peut-être aussi