Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
“GOUT ARTHRITIS”
Disusun Oleh
Kelompok :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Gout Artritis dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik
masalah secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat
dilihat terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah
penyakit tidak menular salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu
penyakit kronis yang paling banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat
(Diantri dan Candra, 2013).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64
tahun 45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi
yang sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout,
osteoritis, dan remothoid arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data
penulis di desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang pada
bulan desember 2015 terdapat 1,90% penduduk yang menderita gout arthritis.
Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung
lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin
atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Purin adalah zat alami yang
merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan
RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri
oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat purin
yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai
100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh
(makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh
melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat
akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko penyakit asam urat.
(Noviyanti, 2015).
BAB II
TINJAUAN TEORI TENTANG
KEPERAWATAN KOMUNITAS
b. Tujuan Khusus
C. Sasaran
a. Individu
c. Kelompok Khusus
a. Ibu hamil
c. Balita
e. Usia lanjut
d. Dan lain-lain
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
d. Penitipan balita
d. Masyarakat
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
2) Peningkatan gizi
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
3. Upaya Kuratif
4) Perawatan payudara
4. Upaya Rehabilitatif
5. Upaya Resosialitatif
10) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
G. Model Pendekatan
C. Etiologi
a. Faktor internal
Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau factor
dari luar. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan
karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
b. Faktor eksternal
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan
metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia
diatas 40 tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu,
asam urat bisa disebabkan oleh penyakit darah, penyakit sumsum tulang
dan polisitemia, konsumsi obat-obatan, alkohol, obesitas, diabetes mellitus
juga bisa menyebabkan asam urat.
D. Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari
7,0 mg/dl) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan
peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Kalau kristal
urat mengendap dalam sebuah sendi, respons inflamasi akan terjadi dan
serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang ulang, penumpukan
kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap di bagian perifer
tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal)
dengan penyakit renal kronis yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat
dapat timbul (Smeltzer, 2002).
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik
menunjukkan bahwa faktor faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan
reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan
imunoglobulin yang terutama berupa IgG. IgG akan meningkatkan fagositosis
kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas imunologik (Smeltzer,
2002).
Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat
setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah
menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause, kadar urat serum meningkat seperti pada laki-laki.
Ada prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu
dasar genetik dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah faktor yang agaknya
memengaruhi timbulnya penyakit ini termasuk diet, berat badan, dan gaya
hidup.
Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak
dionati. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Nilai normal asam
urat serum pada laki-laki adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah
4,0 ± 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang
dengan gout. Dalam tahapan ini pasien tidak menunjukan gejala-gejala selain
dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia
asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut. Tahap kedua adalah
artritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsofalangeal. Artritis bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda-
tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat demam dan peningkatan jumlah
leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma, obat-obatan
(diuretik), alkohol, atu stres emosional. Tahap ini biasanya mendorong pasien
untuk mencari pengobatan segera. Sendi-sendi lainnya juga dapat terserang,
termasuk sendi jari-jari tangan, lutut, mata kaki, pergelangan tangan, dan siku.
Serangan gout akut biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan
waktu 10-14 hari.
Tahap ketiga setelah serangan gout akut, adalah tahap interktiris. Tidak
dapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan
sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam
waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku, pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut
artritis gout dapat terjadi dalam tahap ini.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat akan bertambah
buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam interstitum medula,
papila, dan piramid, sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Batu
ginjal asma urat juga dapat terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout. Batu
biasanya berukuran kecil, bulat, dan tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi
(Kowalak, 2002).
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari gout athritist meliputi :
1. Akut
Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung
cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki dan biasanya bersifat
monoartikular. Ada kalanya serangannyeri di sertai kelelahan, sakit kepala
dan demam ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015).
Serangan akut ini dilukiskan sebagai sembuh beberapa hari sampai
beberapa minggu, bila tidak terobati, rekuren yang multipel, interval antara
serangan singkat dan dapat mengenai beberapa sendi (Tehupeiory, 2006
dalam Widyanto, 2014 ). Ketika serangan artritis gout terjadi eritema yang
luas di sekitar area sendi yang terkena dapat terjadi. Meskipun serangan
bersifat sangat nyeri biasanya dapat sembuh sendiri dan hanya beberapa
hari. Setelah serangan terdapat interval waktu yang sifatnya asimptomatik
dan disebut juga stadium interkritikal (Sunkureddi et al, 2006 dalam
Widyanto, 2014).
2. Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda
radang akut ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015). Namun pada aspirasi
sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses
peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Keadaan ini dapat
terjadi satu atau beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10 tahun tanpa
serangan akut. Apabila tanpa penanganan yang baik dan pengaturan asam
urat yang tidak benar, maka dapat timbul serangan akut lebih sering yang
dapat mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih berat (Tehupeiory, 2006
dalam Widyanto, 2014)
3. Kronis
Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat)
dalam jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki ( Junaidi,
2006 dalam Dianati, 2015). Tofus terbentuk pada masa artritis gout kronis
akibat insolubilitas relatif asam urat. Awitan dan ukuran tofus secara
proporsional mungkin berkaitan dengan kadar asam urat serum. Bursa
olekranon, tendon achilles, permukaan ekstensor lengan bawah, bursa
infrapatelar, dan heliks telinga adalah tempat-tempat yang sering
dihinggapi tofus. Secara klinis tofus ini mungkin sulit dibedakan dengan
nodul rematik. Pada masa kini tofus jarang terlihat dan akan menghilang
dengan terapi yang tepat (Carter, 2006 dalam Widyanto 2014).
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang paling utama untuk gout arthritis yaitu pemeriksaan
cairan sinovial. Pada pemeriksaan ini menunjukkan adanya kristal
monosodium urate (MSU). Identifikasi kristal MSU dianggap sebagai standar
emas untuk diagnosis (Saigal & Abhishek, 2015). Diagnosis dapat
dikonfirmasi melalui aspirasi persendian yang mengalami inflamasi akut atau
dicurigai topus (Sholikah, 2014).
Diagnosis artritis gout dilakukan sesuai dengan kriteria dari The American
College of Rheumatology (ACR) yaitu terdapat kristal urat dalam cairan sendi
atau tofus dan/atau bila ditemukan 6 dari 12 kriteria yaitu, Inflamasi
maksimum pada hari pertama, serangan akut lebih dari satu kali, artritis
monoartikuler, sendi yang terkena berwarna kemerahan, pembengkakan dan
nyeri pada sendi metatarsofalangeal, serangan pada sendi metatarsofalangeal
unilateral, adanya tofus, hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari
7,5 mg/dl) , pada foto sinar-X tampak pembengkakan sendi asimetris dan kista
subkortikal tanpa erosi, dan kultur bakteri cairan sendi negatif (Widyanto,
2014).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan adalah kombinasi pengistirahatan sendi dan terapi
makanan/diet. Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus disuruh umtuk
meninggikan bagian yang sakit untuk menghindari penahanan beban dan
tekanan yang berasal dari alas tempat tidur dan memberikan kompres dingin
untuk mengurangi rasa sakit.
Terapi makanan mencakup pembatasan makanan dengan kandungan purin yang
tinggi, alkohol serta pengaturan berat badan. Perawat harus mendorong pasien
untuk minum 3 liter cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan calculi
ginjal dan perintahkan untuk menghindari salisilat.
Pola diet yang harus diperhatikan adalah :
1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :
Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang,
sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam
kaleng.
2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :
Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering,
kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun
pepaya, kangkung.
3. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :
Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
4. Bahan makanan yang diperbolehkan :
a. Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam
jumlah terbatas).
b. Semua jenis buah-buahan.
c. Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol.
d. Semua macam bumbu.
5. Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan
makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.
6. Batasi konsumsi lemak.
7. Banyak minum air putih.
8. Obat obat penurun kadar asam urat terdiri dari :
a. Kelompok urikosurik yaitu probenesid, sulfinpirazon, bensbromaron,
azapropazon.
b. Kelompok xanthine oxydase yaitu : allopurinol. (Pudiyono, 2011).
H. Komplikasi
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis gout meliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi.
Sitokin, kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi
akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan
sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang.
A. Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor positif dan negative
yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun strategi untuk
pomosi kesehatan.
Sasaran dari sosialisasi ini adalah tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, kader masyarakat, serta perwakilan dari setiap elemen dimasyaraka
(PKK, karang taruna, dan lainnya).
Pada tahap pengkajian terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah prioritas.
a. Data Inti
- Usia yang beresiko
- Pendidikan
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Agama
- Keyakinan
- Nilai- nilai
- Riwayat komunitas yang merupakan stressor timbulnya gangguan.
b. Data subsistem
- Physical environment
Perumahan yan dihuni penduduk, penerangan, sirkulasi, kepadatannya
merupakan stressor bagi penduduk.
- Education
Status pendidikan, sarana pendidikan apakah dapat digunakan untuk
peningkatan pengetahuan.
- Safety dan transportation
Pelayanan perlindungan, kebakaran, polisi, sanitasi. Transportasi : berupa
jalan dan sarana angkutan dilingkungan tempat tinggal apakah tidak
menimbulkan stress.
- Politics and government
Politik dan kebijakan pemerintah, (tingkat RT, RW, Lurah, Camat, dan
lain- lain ) apakah cukup menunjang sehingga memudahkan kounitas
mendapat pelayanan berbagai bidang termasuk kesehatan.
- Health and social service
(PKK, Karang taruna, panti , LKMD, Posyandu dan lain-lain ) apakah
tersedia untuk melakukan deteksi dini pada gangguan / merawat /
memantau apabila gangguan sudah terjadi.
- Communication
(Formal : koran, radio, TV ; informal : papan pengumuman, posterdan
sebagainya )apakah sarana komunikasi dapat dimanfaatkan di
komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait
dengangangguan kesehatan, misalnya televisi, radio, koran, leaflet
yang diberikan kepada komunitas.
- Economics
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan UMR ( Upah Minimum Regional / individu/ bulan ) dibawah
atau diatas sehingga upaya pelayanan, misalnya anjuran untuk
konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
- Recreation
Apakah tersedia sarana , kapan saja dibuka, biayanya apakah terjangkau
oleh komunitas.Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk mengurangi stress
LANGKAH PENGKAJIAN
B. Analisa data
Tujuan dari analisa data :
- Menetapkan kebutuhan komunitas
- Menetapkan kekuatan
- Mengidentifikasi pola respon kesehatan
- Mengidentifikasi kecenderungan pengguanaan pelayanan kesehatan
N PERENCANAAN
O Masalah Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Rencana
kesehatan keperawatan keperawata
1 Penyakit Ketidakmampuan Setelah Agar supaya Setelah lansia mampu -Jelaskan
Gout mengenal dilakukan keluarga, diberikan menjelaskan kepada kel
Arthritis masalah Gout penyuluhan masyarakat, penyuluhan tentang dan lansia
Arthritis tentang Gout pihak-pihak keluarga,dan pengertian, tentang
berhubungan Arthritis yang berada lansia dapat tanda, gejala pengertian
dengan kurang keluarga,dan di lingkungan menjelaskan dan penyebab Arthritis ta
pengetahuan lansia akan tempat inggal tentang penyakit gejala dan
keluarga tentang mengerti dan mengetahui tanda, gejala Gout Arthritis penyebab
penyakit Gout mengetahui dan mengerti dan penyebab penyakit
Arthritis dan tentang tanda, gejala penyakit
penangannya tanda, gejala dan penyebab Gout Arthritis
dan penyebab penyakit
penyakit Gout Arthritis
Gout Arthritis
PENUTUP
Kesimpulan
Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama
(asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau
eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Purin adalah zat alami yang
merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA.
Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh
dan purin yang didapatkandari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi
oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia
hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%.
Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi
penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
menimbulka risiko penyakit asam urat. (Noviyanti, 2015).
. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan
karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. Adapun
faktor lain terjadinya proses penyimpangan metabolisme yang umumnya
berkaitan dengan faktor usia.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Notebook.
Syukri M. 2007. Asam Urat dan Hiperuresemia. Majalah Kedokteran
NusantaraVolume 40 No. 1 Maret 2007.
Arya, RK & Jain, V. 2013. Osteoarthritis of the Knee Joint. Journal Indian
Academy of Clinical Medicine. Vol 14. No 2. Page 154-162.