Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HARGA DIRI RENDAH DIRI KRONIK

A. Konsep Dasar Konsep Diri


1. Pengertian
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart,
2006).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini:
a) Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan
sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi
secara berkesinambungan dengan perspsi dan pengalaman baru.
b) Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Sering juga disebut
bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c) Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas pribadi adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.
Menurut Sunaryo (2004) identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang
bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri
dan menjadi satu kesatuan yang utuh.
d) Peran Diri (Self Role)
Menurut Stuart (2006), peran diri merupakan serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai
kelompok sosial.
Menurut Sunaryo (2004), peran diri adalah pola perilaku, sikap nilai, dan aspirasi
yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat.
e) Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006).
Menurut Sunaryo (2004) aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi
orang lain dan mendapat penghagaan dari orang lain.

2. Rentang Respon
Rentang respon individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat sebagai berikut:
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada
dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya,penampilan peran serta
identitas dirinya secara positif.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan
putus asa.
Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai indentifikasi msa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.

B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya persaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a) Situational, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami/istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu.
b) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat.

1. Etiologi
Dalam tinjaun life span histori klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada
masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau
pergaulan. Harga diri rendah sering muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009).
Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
sebagai berikut:
a) Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua, harapan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan oranrtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b) Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun.

3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik


Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik adalah sebagai
berikut:
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktifitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain itu dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah
yaitu terlihat kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat
dengan suara nada lemah.

4. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik


Batasan karakterristik menurut Nanda - I (2012), yaitu:
a. Bergantung pada pendapat orang lain.
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa.
c. Melebih-lebihkan umpan negatif tentang diri sendiri.
d. Secara berlebihan mencari penguatan.
e. Seringkali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
f. Enggan mencoba situasi baru.
g. Enggan mencoba hal baru.
h. Perilaku bimbang.
i. Kontak mata kurang.
j. Perilaku tidak asertif.
k. Sering kali mencari penegasan.
l. Pasif.
m. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
n. Ekspresi rasa bersalah.
o. Ekspresi rasa malu.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Klien yang mengalami Harga Diri Rendah Kronik menyebabkan klien merasa sukar
berhubungan dengan orang lain dan tidak mempunyai kemandirian. Untuk itu, perawat harus
mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat menerima dan mengevaluasi perasaan
sendiri sehingga dapat memakai dirinya sendiri secara terapeutik dalam merawat klien dan
meningkatkan harga diri klien untuk memberikan motivasi klien.
1. Pengkajian
Tahap pertama pengkajian meliputu faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda dan
tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Menurut (yosep 2009), faktor predisposisi terjadi.a hargadiri rendah adalah penolakan
orangtua yang tidak reallitis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab yang personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realitis.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) stressor pencetus juga dapat berasal dari sumber internal atau
eksternal seperti:
1). Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksakan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
2). Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang di harapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan
b. Transisi peran situasi
c. Transisi peran sehat – sakit.
c. Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah kronik
sebagai berikut:
1) Mengkritik diri sendiri dan orang lain;
2) Penurunan produktivitas;
3) Destruktif yang diarahkan pada orang lain;
4) Gangguan dalam berhubungan;
5) Rasa diri penting yang berlebihan;
6) Perasaan tidak mampu;
7) Rasa bersalah;
8) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan;
9) Perasaan negatif tantang tubuhnya sendiri;
10) Ketegangan peran yang dirasakan;
11) Pandang hidup yang pesismis;
12) Keluhan fisik;
13) Pandangan hidup yang bertentangan;
14) Penolakan terhadap kemampuan personal;
15) Destruktif terhadap diri sendiri;
16) Pengurangan diri;
17) Menarik diri secara sosial;
18) Penyalahgunaan zat;
19) Menarik diri dari realitas;
20) Khawatir.
d. Sumber Koping
Menurut Stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya,
mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:
1) Aktivitas olahrga dan aktivitas di luar rumah;
2) Hobi dan kerajinan tangan;
3) Seni yang ekspresif;
4) Kesehatan dan perawatan diri;
5) Pendidikan atau latihan;
6) Pekerjaan, vokasi, atau posisi;
7) Bakat tertentu;
8) Kecerdasan;
9) Imajinasi dan kreatifitas;
10) Hubungan interpersonal.
e. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) mekanisne koping termasuk pertahanan koping jangka pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Jangka pendek:
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri.
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara.
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu.
Jangka panjang:
1) penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan dengan
gangguan konsep diri sebagai berikut:
1. Gangguan gambaran diri
a. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan harga diri rendah
b. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan defisit perawatan diri
2. Gangguan identitas diri
a. Gangguan identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran
b. Gangguan identitas diri berhubungan dengan keracunan obat yang
dimanifestasikan dengan control impuls yang kacau dan hilang
3. Gangguan penampilan peran
a. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan harga diri
a. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistik
b. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri terlalu tinggi

3. Intervensi Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik


Nama Klien : Diagnosa Medis:
Ruang : No. CM :
No Diagnosa Perencanaan
Tgl Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Harga diri 1. Klien dapat 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
rendah membina bersahabat percaya dengan percaya merupakan
kronik hubungan menunjukkan mengungkapkan Prinsip dasar untuk kelancaran
saling rasa senang, ada Komunikasi Terapeutik. hubungan interaksi
percaya kontak mata, mau a.Sapa klien dengan ramah selanjutnya.
berjabat tangan, baik verbal maupun non
mau menjawab verbal.
salam, klien mau b.Perkenalkan diri dengan
duduk sopan.
berdampingan c.Tanyakan nama lengkap
dengan perawat, klien dan nama
mau panggilan yang disukai
mengutarakan klien.
masalah yang d.Jelaskan tujuan
dihadapi. pertemuan.
e.Jujur dan menepati janji.
f.Tunjukkan sifat empati
dari menerima klien apa
adanya.
g.Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
h.Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki.

2. Klien dapat 2. Klien 2.1Diskusikan kemampuan Diskusikan tingkat


mengidentifi mengidentifikasi dan aspek positif yang kemampuan klien
kasi kemampuan dan dimiliki klien. seperti menilai realitas,
kemampuan aspek positif kontrol diri atau
dan aspek yang yang integrotas ego sebagai
positif yang dimiliki: dasar asuhan
dimiliki  Kemampuan keperawatan.
yang dimiliki 2.2Setiap bertemu klien Reinforcement positif
klien hindarkan dari memberi akan meningkatkan
 Aspek positif nilai negatif. harga diri.
keluarga 2.3Utamakan memberi Pujian yang realistis
 Aspek positif pujian yang realistik. tidak menyebabkan
lingkungan yang melakukan kegiatan
dimilki klien hanya karena ingin
mrndapat pujian.

3. Klien dapat 3. Klien menilai 3.1Diskusikan dengan klien Keterbukaan dan


menilai kemampuan yang kemampuan yang masih pengertian tentang
kemampuan dapat digunakan dapat digunakan selama kemampuan yang
yang sakit. dimiliki adalah
digunakan prasarat untuk
berubah.
3.2Diskusikan kemampuan Pengertian tentang
yang dapat dilanjutkan kemampuan yang
penggunaan. dimiliki diri motivasi
untuk tetap
mempertahankan
penggunaannya.

4. Klien dapat 4. Klien membuat 4.1Rencanakan bersama Klien adalah individu


(menetapka rencana kegiatan klien aktifitas yang dapat yang bertanggung
n) kegiatan harian dilakukan setiap hari jawab terhadap dirinya
sesuai sesuai kemampuan: sendiri.
dengan  Kegiatan mandiri
kemampan  Kegiatan dengan
yang bantuan sebagian
dimiliki  Kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total
4.2Tingkatkan kegiatan Klien perlu bertindak
yang sesuai dengan secara realistis dalam
toleransi kondisi klien. kehidupannya.
4.3Beri contoh cara Contoh peran yang
pelaksanaan kegiatan dilihat klien akan
yang boleh klien memotivasi klien
lakukan. untuk melaksanakan
kegiatan.

5. Klien dapat 5. Klien melakukan 5.1Beri kesempatan kepada Memberikan


melakukan kegiatan sesuai klien untuk mencoba kesempatan kepada
kegiatan kondisi sakit dan kegiatan yang telah klien mandiri dirumah.
sesuai kemampuannya direncanakan.
kondisi sakit 5.2Beri pujian atas Reinforcement positif
keberhasilan klien. akan meningkatkan
harga dri.
5.3Diskusikan kemungkinan Memberikan
pelaksanaan dirumah. kesempatan kepada
klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

6. Klien dapat 6. Klien 6.1Beri pendidikan Mendorong keluarga


memanfaatk memanfaatkan kesehatan pada keluarga untuk mampu merawat
an sitem sistem pendukung tentang cara merawat klien mandiri dirumah.
pendukung yang ada klien dengan harga diri
yang ada dikeluarga rendah kronik.

6.2Bantu keluarga memberi Support system


dukungan selama klien keluarga akan sangat
dirawat. berpengaruh dalam
mempercepat proses
penyembuhan.
6.3Bantu keluarga Meningkatkan peran
menyiapkan lingkungan serta keluarga dalam
dirumah. merawat klien
dirumah.

Contoh Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik dalam bentuk Strategi
Pelaksanaan
PASIEN KELUARGA
NO
SP1P SP1K
1 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
yang dimiliki klien. dalam merawat klien dirumah.
2 Membantu klien menilai kemampuan klien yang Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri
masih dapat digunakan. rendah yang dialami klien beserta proses terjadinya.
3 Membantu klien memilih atau menetapkan Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan harga
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan diri rendah.
kemampuan klien.
4 Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan
dipilih. harga diri rendah.
5 Memberikan pujian yang wajar terhadap Memberi kesempatan kepada keluarga untuk
keberhasilan klien. mempraktikkan cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
6 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegitan harian.
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
2 Melatih klien melakukan kegiatan lain yang langsung kepada klien harga diri rendah
sesuai dengan kemampuan klien
3 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP3K
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
dan membuat jadwal aktifitas dirumah termauk
minum obat (discharge planning)
Menjelaskan follow up klien setelah pulang

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Contoh implementasi dan evaluasi keperawatan harga diri rendah kronik
Nama Klien : Diagnosa Medis:
Ruang : No. CM :
Hari/ No. Diagnosa Diagnosa Rencana Implementasi
Evaluasi keperawatan
Tgl Keperawatan keperawatan Keperawatan Keperawatan
Senin 1 Harga diri SP1P harga Melakukan SP1P harga S: “walaikumsalam sus”
23 Juli rendah kronik diri rendah diri rendah kronik “saya bisa menyapu
2012 kronik  Mengidentifikasi dan mengaji sus”
09.15 kemampuan dan “sekarang saya ingin
aspek positif yang melakukan latihan
dimiliki pasien menyapu”
 Membantu pasien “pertama, siapkan
menilai kemampuan alatnya, sapu,
pasien yang masih seroknya, dan kotak
dapat digunakan sampah. Ambil
 Membantu pasien sapunya lalu kita sapu
memilih/menetapkan baru kita masukkan
kegiatan yang akan keserokan dan
dilatih sesuai dengan dibuang kekotak
kemampuan pasien sampah”
“saya ingin latihan
menyapu setiap hari
jam 10 pagi susu”
O:-klien melakukan
latihan menyapu
-klien kooperatif
-kontak mata baik
A: SP1P tercapai
P: Perawat:
- Lanjutkan SP2P harga
diri rendah kronik pada
pukul 10.00 di ruang
perawatan pasien
Klien:
- Motivasi klien untuk
melakukan latihan
menyapu sesuai jadwal
kegiatan pada pukul
10.00
Senin 1 Harga diri SP2P harga Melakukan SP2P S:”walaikumsalam sus”
23 Juli renah kronik diri rendah harga diri rendah “baik sus, saya selalu
2012 kronik kronik mengaji setelah
10.00  Mengevaluasi jadwal shalat”
kegiatan harian “waktu perayaan
 Melatih pasien Maulid Nabi
melakukan kegiatan Muhammad kemarin
lain yang sesuai saya mengaji didepan
dengan kemampuan undangan”
klien “pertama wudhu,
 Menganjurkan pakaian rapi, ambil Al
pasien memasukkan Qur’an lalu mengaji”
kedalam jadwal “saya akan terus
kegiatan harian berlatih setiap hari
setelah selesai shalat 5
waktu”
O:- Klien kooperatif
 Klien latihan
mengaji
 Kontak mata baik
A: SP2P teratasi
P: Perawat:
 Lanjutkan SP Budaya
harga diri rendah
kronik pada pukul
13.00 diruang
perawatan pasien.
Klien:
 Motivasi klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal kegiatan
harian, latihan
menyapu pukul 10.00
dan latihan mengaji
sehabis shalat 5 waktu
SP 1 pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, memilih
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Fase Orientasi
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan Tina hari ini? Tina terlihat segar”.
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah
Tina lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Tina lakukan
di Rumah Sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau
20 menit?”.
Fase Kerja
“Tina, apa saja kemampuan yang Tina miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya yaa!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Tina lakukan? Bagaiman dengan
merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci piring?”. “Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang Tina miliki”.
“Tina, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
Rumah Sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua... sampai 5 (misalnya
masih ada 3 yang bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di Rumah Sakit ini”.
“Sekarang coba Tina pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di Rumah Sakit ini”.
“Ooo..yang nomor 1, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapihkan tempat tidur Tina”. “Mari kita lihat tempat tidur Tina. Coba lihat,
sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau rapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Baguss,,,! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari arah atas , yaa bagus!. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapikan, dan letakkan sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah kaki, baguss!”.
“Tina sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan, bedakan
dengan sebelum dirapihkan? Bagus”.
“Coba Tina lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Tina lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan”.
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat
tidur? Yach, Tina ternyata bnayak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di Rumah
Sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah Tina praktekkan dengan
baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang”.
“Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian Tina. Mau berapa kali sehari kita
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis
istirahat jam 16.00”.
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Tina masih ingat kegiatan apa lagi
piring..kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi didapur ruangan
ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa yaa...”.

SP II pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien
Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum,bagaimana perasaan Tina pagi ini? Wah tampak careh”
“Bagaima Tina, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi?
Bagus(kalu sudah di lakukan , kalu belum bantu lagi).
‘Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat kegiatan apa itu Tina?”
“Ya benar, kita akan latihan memcuci piring di dapur ruangn ini”
“Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur “
Fase kerja
“Tina, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersikan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air utuk
membilas. Tina bisa menggunakan air yang mengalir dari kren ini . oh iya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan”
“Sekarang saya perlihatkan dulu carannya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia. Tina ambil satu piring kotor , lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah”
“Kemudian Tina bersihkan piring kotor tersebut menggunakan sabut/tapes yang sudah
diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai di sabuni , bilas dengan air sampai tidak
ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah itu Tina bisa mengerikan piring
yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedih di dapur. Nah selesai”
“Sekarang coba Tina yang melakukan”
“Bagus sekali, Tina dapat mempraktekan cuci piring deangan baik. Sekarang dilap
tangannya “
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Tina setelah latihan cuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini di masukan menjadi kegiatan sehari-hari Tina.
Mau brapa kali kegiatan cuci piring? Bagus skali Tina mencuci piring tiga kali setelaj
makan”
“Besok kita akan latihan unatuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
“Mau jam berapa? Sama dengan sekarang?sampai jumpa”

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang di hadapi keluarga dalam perawatan


pesien di rumah ,menjelaskan tentang pengertiaan , tanda dan gejalaharga diri rendah ,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan
kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat
Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum!”
“Bagaimana keadaan Bapak / Ibu pagi ini?”
“ Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap –cakap tentang cara merawat Tina? Berapa
lama waktu Bapak /Ibu ? 30 menit? Baik mari kita duduk di ruangan wawancara”
Fase Kerja:
“Apa yang Bapak /Ibu ketahu tentang masalah Tina?
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Tina memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Tina sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan bawah dirinya paling bodoh sedunia. Bila keadaan Tina terus-menerus
seperti itu, Tina bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalTina jadi malu
bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, Bapak/Ibu mengeri apa yang di maksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali Bapak /Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bawah masalah Tina dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawataan yang baik untuk Tina”
Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama (kalu sama dengan kemampun yang di
katakan Tina)
“Tina itu telah berlatih dua kegiataan yaitu merapikan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu Bapak/Ibu dapat mengingatka Tina
untuk melakukan kegiataan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-
alatnyaya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat.
Ajak juga memberi tanda cek list pada jadwal kegiataan”
“Setelah itu setelah Tina sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, Bapak/Ibu tetep perlu
memantau perkembangan Tina, jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi Bapak/Ibu dapat membawah Tina ke Puskesmas”
“Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekaan cara memberikan pujian kepada Tina”
“Temui Tina dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian dengan
mengatakan: Bagus sekali Tina, kamu sudah semakin terampil Bagus sekali Tina, sudah
semakin terampil mencuci piring”
“Coba Bapak/Ibu praktekan sekarang.Bagus”
Fase Terminasi:
“Bagaiman perasaan Bapak/Ibu setelah percakapan ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang di hadapi Tina dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali Bapak/Ibu menjelaskan dengan baik. Nah setiap Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu.Nanti di rumah juyga demikian”
“Bagaimna jika kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan memberi pujian
pujian langsung kepada Tina”
“Jam berapa Bapak/Ibu datang?baik saya tunggu sampai jumpa”

SP 2 Keluarga : Melatih kelarga memperaktekan cara merawat pasien denganmasalah


harga diri rendah langsung kepada pasien
Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum Pak/Bu
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/ibu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu ?”
“Baik, hari ini kita akan mempraktekannya langsung kepada Tina “
“ Waktunya 20 menit “
“Sekarang mari kita temui Tina”
Fase kerja :
Assalamu’alaikum Tina. Bagaiman perasan Tina hari ini?”
“Hari ini saya dating bersama oenga tua Tina seperti yang sedah saya katakan
sebelumnya, orang tua Tina juga ingin merawat Tina agar Tina cepat pulih”(kemudian
saudarah berbicarah kepada keluarga seperti berikut )
“Nah Bapak/Ibu,sekarang Bapak/Ibu sudah bisa mempraktekan apa yang sudah kita
lakukan beberapa hari yang lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak
Bapak/Ibu” (saudarah mengobservasi keluara memperaktekan cara merawat pasien
separti yang dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)
“Bagaimana,perasaan Tina setelah berbincang-bincang dengan orang Tua Tina?”
“Baiklah sekarang saya dan orang tua Tina ke rungan perawat dulu”
(saudarah dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga )
Fase Terminasi :
“Bagaimana, perasaan Bapak/Ibu setelah kita praktek tadi?”
“Mulai sekarang Bapak /Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Tina”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bpak/Ibu melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang
Pak/Bu”
”Assalamu’alaikum”

SP 3 Keluarga : Membuat perencaan pulang bersama keluargga


Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu”
“Karena pagi ini Tina sudah oleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tina
selama di rumah”
Fase Kerja :
“Bapak/Ibu ini jadwal kegiantaan Tina selama di rumah sakit. Coba perhatikan, apakah
semua dapat di lakukan di rumah?Bapak/Ibu,jadwal yang telh di buat selama Tina di
rawat di rumah sakit tolong di lanjutkan di rumah,baik jadwal kegiataannya maupuan
jadwal minum obatnya”

“Hal-hal yang perlu di perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di tampilkan oleh
Tina selama di rumah Misalnya kalu Tina harus terus- menerus menyalakan diri sendiri
dan berpikir negatif terhadap diri sendiri menolak minum obat atau atau memperlihatkan
perilaku yang membahayakan orang lain. Jika ada ang terjadi hubungi perawat kiki di
puskesmas indera puri, puskesmas terdekat di rumah Bapak/Ibu,ini nomor telfon
puskesmasnya (0651)554xxx
“Selanjutnya perewat Kiki tersebut yang akan memamtau perkembangan Tina selam
dirumah”
Fase Terminasi
“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang belum jelas ini jadwal kegiatan Tina untuk di bawah
pulang. Ini surat rujuakan untuk perawat Kiki di PKM Indera Puri. Jangan lupa kontrol
ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.silakan selesaikan
administrasinya”

Vous aimerez peut-être aussi