Vous êtes sur la page 1sur 8

PENGARUH PENGERJAAN TERHADAP

SIFAT MATERIAL
MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

Yang diampu oleh

Dr. Eddy Sutadji, M.Pd

PENYUSUN :

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK MESIN

S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

APRIL 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Pengaruh Pengerjaan Terhadap Sifat Material” ini sesuai dengan petunjuk,
kemampuan, serta ilmu pengetahuaan yang penulis miliki.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi penulis,
umumnya bagi siapa saja yang membacanya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 15 Pebruari 2017

Penulis
BAB II PEMBAHASAN

Konsep Dasar Proses Manufaktur adalah suatu cara atau proses yang diterapkan untuk merubah
bentuk suatu benda. Manufaktur sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik. Tujuan proses
manufaktur adalah untuk menghasilkan komponen-komponen yang menggunakan material
tertentu dengan mempertimbangkan bentuk, ukuran dan strukturnya. Proses ini sangat
berhubungan erat dengan dunia permesinan. Dimana bidang permesinan memegang peranan
penting dalam kemajuan teknologi di dunia. Menurut sisi ekonomi pengertian proses manufaktur
adalah aktivitas nilai tambah, dimana konversi bahan menjadi produk menambah nilai dengan
materi aslinya. Perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur bertujuan untuk menghasilkan
nilai tambah dan mereka melakukannya dengan cara yang paling efisien. Dimulai dengan desain
produk, bahan, tenaga kerja, dan peralatan yang interaktif faktor dalam manufaktur yang harus
dikombinasikan dengan benar (terintegrasi) untuk mencapai biaya rendah, kualitas unggul, dan
tepat waktu pengiriman. Produksi juga merupakan suatu proses untuk mengubah bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi sehingga meningkatkan nilai guna dari bahan
tersebut.
Macam macam proses manufacturing
1. Proses machinning
2. Proses forming
3. Proses casting
4. Proses welding
5. Proses joining

1. Proses Pemesinan (machining) Proses pemesinan adalah suatu proses produksi dengan
menggunakan mesin perkakas, dimana memanfaatkan gerak relatif antara pahat dengan
benda kerja sehingga menghasilkan material sisa berupa geram. Proses pemesinan bisa
juga didefenisikan sebagai suatu proses pemotongan benda kerja yang menyebabkan
sebagian dari material benda kerja terbuang dalam bentuk geram sehingga terjadi
deformasi plastis yang menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi geometris
yang diinginkan. Contoh produk yang dapat dibuat dengan proses pemesinan adalah
poros idler,leveling block dan lain-lain. Proses Pembentukan (forming) Proses
pembentukan adalah proses produksi dengan pemberian beban terhadap material hingga
terjadi deformasi plastis sehingga terbentuk produk sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang di inginkan. Contohnya adalah pengerolan (rolling) penempaan, dan lain- lain.
Proses Pengecoran (casting) Proses pengecoran adalah proses produksi berupa penuangan
logam cair ke dalam cetakan sehingga terbentuk produk sesuai dengan cetakan yang ada.
Proses penuangan/pengecoran merupakan proses tertua yang dikenal manusia dalam
pembuatan benda logam. Contoh produk yang dapat dibuat dengan proses ini adalah
pahat, paku, dan lain-lain.
2. Pembentukkan (Forming)
Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara
memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis. Pada Metal Forming sendiri
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Hot working
adalah pembentukan logam dengan diatas suhu rekristalisasinya yaitu 0,6 kali titik cair
material itu sendiri.

Keunggulan:
Deformasi dapat dipakai mengubah secara drastic bentuk logam tanpa takut akan retak
atau diperlukan gaya yang sangat besar.Mengurangi atau menghilangkan
ketidakhomogenan kimiawi. Pori-pori dapat dilas atau direduksi ukurannya selama
deformasi

Kelemahan:
Suhu tinggi dari hot working meningkatkan reaksi logam dengan sekitarnya.Toleransi
yang miskin karena pemendekan termal dan kemungkinan pendinginan yang tidak
uniform.

b. Cold working
adalah proses pembentukan logam dimana temperaturnya dibawah suhu
rekristalisasinya.yaitu 0,3 kali titik cair logam tersebut.

Keunggulan
Tidak di perlukan panas, Permukaan akhir lebih halus. Kontrol dimensi lebih
bagus,tidak memerlukan permesinan lanjutan.
Kelemahan:
Memerlukan gaya yang besar. Diperlukan perangkat yang lebih berat dan kuat.
Permukaan logam harus bersih bebas sisik.

c. Warm working
adalah proses pembentukan dimana temperaturnya berada diantara Hot workig dan
cold working.
3. Pengecoran merupakan salah satu ilmu
pengetahuan tertua yang dipelajari oleh umat
manusia. Walaupun telah berumur sangat tua,
ilmu pengecoran logam terus berkembang
dengan pesatnya. Pengecoran adalah suatu
proses manufaktur yang dimana logam dicairkan
dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan
kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan
dibuat untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri
akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang
memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah logam cair
memenuhi rongga dan kembali ke bentuk padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan
hasil cor dapat digunakan untuk proses sekunder.
Ada 4 ciri-ciri dari pengecoran yaitu:
1. selalu terdapat aliran logam cair kedalam rongga cetak.
2. terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam
dalam cetakan.
3. material cetakan sangat berpengaruh dalam proses maupun hasil pengecoran.
4. selalu terjadi pembekuan logam dari kondisi cair menjadi padat

Untuk menghasilkan produk yang bagus maka diperlukan pola yang berkualitas
tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan lainnya.
Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya, dalam proses
pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di sekitar pola yang dibatasi rangka cetak
kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai kepadatan tertentu. Pada
lain kasus terdapat pula cetakan yang mengeras/menjadi padat sendiri karena reaksi
kimia dari perekat pasir tersebut. Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian atas dan bagian bawah sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola
akan dapat dicabut dengan mudah dari cetakan. Selain itu, ada bagian lain yang
namanya inti. Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, inti biasanya terbuat dari pasir
kuarsa yang dicampur dengan Airkaca (Water Glass / Natrium Silikat), dari campuran
pasir tersebut dimasukan kedalam kotak inti, kemudian direaksikan dengan gas CO2
sehingga menjadi padat dan keras. Inti diseting pada cetakan. Kemudian cetakan
diasembling dan diklem.
Setelah cetakan dibuat dan diasembling, bahan-bahan logam seperti ingot, scrap, dan
bahan paduan, dilebur di bagian peleburan, hal ini bertujuan untuk meleburkan dan
membuat campuran yang homogen. Setelah logam cair dan homogen maka logam
cair tersebut dituang ke dalam cetakan. Dan ditunggu hingga cairan logam tersebut
membeku karena proses pendinginan. Setelah cairan membeku, cetakan dibongkar.
Pasir cetak, inti, dan benda tuang dipisahkan. Pasir cetak bekas masuk ke instalasi
daur ulang, inti bekas dibuang, dan benda tuang diberikan ke bagian fethling untuk
dibersihkan dari kotoran dan dilakukan pemotongan terhadap sistem saluran pada
benda tersebut. Setelah fethling selesai apabila benda perlu perlakuan panas maka
diproses di bagian perlakuan panas.
Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran adalah logam
besi bersama-sama dengan aluminium, kuningan, perak, dan beberapa material non
logam lainnya

Pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau
tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan
teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja,
bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk
mengisi nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-
bagian yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama
dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih
baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan
memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan
disekitarnya. Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya
banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-
macam penngetahuan.
Karena itu didalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih
bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan
sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan,
bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan
atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari
40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam
yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut.
B. Klasifikasi pengelasan

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang
las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional
cara-cara pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi
berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya.
Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik,
las kimia, las mekanik dan seterusnya.
Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas
dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali. Diantara kedua cara
klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih banyak digunakan karena itu
pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja. Berdasrkan
klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan
tekan dan pematrian.
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair
dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
2. pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian
ditekan hingga menjadi satu.
3. pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak
turut mencair.

Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000 sampai
3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan
pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah
dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan
teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi
yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang
lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-
konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup
pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat dilas.
Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam
masyarakat industri modern.
Klasifikasi pengelasan ditinjau dari sumber panasnya atau sumber energinya. Pengelasan dapat
dibedakan tiga:
A. Pengelasan mekanik
B. Pengelasan istrik
C. Pengelasan kimia
Sedangkan menurut cara pengelasan yang sudah di jelaskan di atas, dibedakan menjadi tiga
bagian besar:
A. Pengelasan tekanan (Pressure Welding)
B. Pengelasan Cair
C. Fusion Welding (pematrian)
Fusion welding adalah proses penyambungan logam dengan cara mencairkan logam yang
tersambung.
Jenis-jenis Fusion Welding antara lain :
A. Oxyacetylene Welding
B. Electric Arc Welding
C. Shield Gas Arc Welding- TIG- MIG- MAG- Submerged Welding
D. Resistance Welding
F. Electron Beam Welding
G. Laser Beam Welding
H. Plasma Welding
Carbon Arc Welding adalah proses untuk menyatukan logam dengan menggunakan panas dari
busur listrik, tidak memerlukan tekanan dan batang pengisi (filler metal) dipakai jika perlu.
Carbon Arc Welding banyak digunakan dalam pembuatan aluminium.

macam macam las


2.1 las busur listrik

Las busur listrik adalah cara pengelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai
sumber panas pencair logam. Klasifikasi las busur listrik yang digunakan hingga saat ini dalam
proses pengelasan adalah las elektroda terbungkus.
Prinsip pengelasan las busur listrik adalah sebagai berikut :
Arus listrik yang cukup padat dan tegangan rendah bila di alirkan pada dua buah logam yang
konduktif akan menghasilkan loncatan elektroda yang dapat menimbulkan panas yang sangat
tinggi mencapai suhu 500 0C sehingga dapat mudah mencair kedua logam tersebut. Pengelasan
adalah suatu proses dimana bahan dengan jenis yang sama di gabungkan menjadi satu sehingga
terbentuk suatu sambungan struktur adalah las cair(fusion welding). Las cair ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber panas yang digunakan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. las gas : las gas oksi asitelin (oxyyatilene gas welding OAW)
2. las busur : las busur tungsten gas (gas tungsten arc welding/ GTAW)
las busur logam gas (gas metal arc welding/GMAW)
las busur elektroda terbungkus (shield metal arc welding/ SMAW)
las busur rendam (submerged arc welding/ SMAW)
las terak listrik (electrosiag welding/ESW)
las busur plasma (electron beam welding/EBW)
3. las sinar : las sinar electron (electron beam welding/EBW)
energi tinggi las sinar laser (laser beam welding)

Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses penyambungan
logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas pada las
listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja.
Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-
sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik.
Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair,
setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan.
Jenis sambungan dengan las listrik ini merupakan sambungan tetap.
Penggolongan macam proses las listrik antara lain, ialah :
1. Las listrik dengan Elektroda Karbon, misalnya :
• alas listrik dengan elektroda karbon tunggal
• Las listrik dengan elektroda karbon ganda.
Pada alas listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik yang terjadi diantara ujung
elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan
mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi
atau elektroda yang berselaput fliksi.
Las Listrik dengan Elektroda Logam, misalnya :
• Las listrik dengan elektroda berselaput,
• Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas),
• Las listrik submerged.
• Las listrik dengan elektroda berselaput
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan.

Proses Penyambungan

Proses penyambungan adalah proses mengabungkan dua atau lebih bendakerja menjadi satu
kesatuan. Proses penyambungan (joining) yang paling banyak dipakai adalah proses pengelasan
(welding). Selain itu proses penyambungan yang sering dipakai dalam soldering, brazing,
adhesive (bahan perekat), keling (rivetting) serta sambungan tidak tetap dengan mengunakan
baut dan mur.

Proses pengelasan juga dapat dibedakan menjadi dua kategori proses yaitu fusion welding dan
solid-state welding. Yang termasuk pada kategori fusion welding antara lain las karbit
(oxyacetylene), gas-tungsten arc welding, plasma-arc welding shielded-metal arc welding, dan
submerged-arc welding. Sedangkan yang termasuk kategori solid-state welding antara lain
adalah las titik (spot welding), friction welding, seam welding, stud welding dan flash welding.

Vous aimerez peut-être aussi