Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya muncul macam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Islam mengatur hubungan hamba
dengan Rabbnya dan hubungan antar hamba dengan keserasian dan keselarasan yang
sempurna. Di antara hubungan antar hamba yang diatur dan diperhatikan Islam adalah
hubungan bertetangga, karena hubungan bertetangga termasuk hubungan kemasyarakatan
yang penting yang dapat menghasilkan rasa saling cinta, kasih sayang dan persaudaraan
antar mereka.

Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konserpsi dan
prinsip-prinsip yang dapat memberikan solusi yang konkret dalam memecahkan problem
hidup betetangga ini.

Oleh sebab itulah akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan
manusia dalam pergaulan dengan sesamanya. Masalah akhlak bertetangga bagi seorang
muslim sudah seharusnya menjadi tuntunan hidup bersama dengan orang lain dalam satu
lingkungan sosisal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Kewajiban?
2. Apa Saja Kewajiban Kepada Tetangga ?
3. Apa Saja Batasan Tetangga ?
4. Bagaimana Cara Memuliakan Tetangga ?
5. Apa Saja Balasan Bagi Orang Yang Menyakiti Tetangga ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Kewajiban
2. Mengetahui Kewajiban Kepada Tetangga
3. Mengetahui Batasan Tetangga
4. Mengetahui Cara Memuliakan Tetangga
5. Mengetahui Balasan Bagi Orang Ynag Menyakiti Tetangga

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewajiban

2
Kata wajib menurut ilmu akhlak adalah sesuatu yang diperintahkan oleh hati
nurani untuk berbuat. Sebab segala perbuatan yang bersumber dari hati nurani, maka
perbuatan itu adalah perbuatan yang baik dan benar. Perbuatan yang tidak sesuai
dengan hati nurani, atau meninggalkan perasaaan suci dari hati nuraninya, maka
perbuatan itu akan tercela dan terkutuk, sehingga dia sering kali dikatakan sebagai
seseorang yang tidak punya sopan santun, tidak tahu adat, tak punya rasa
kemanusaiaan, dan lain-lainnya. Kewajiban kita merupakan hak dari orang lain, maka
apabila kewajiban ini tidak dilaksanakan akan mengakibatkan orang lain tidak
mendapatkan haknya.
Di dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk zoon politicon, manusia tidak
lepas dari keterkaitan antara hak dan kewajiban. Karena diantara keduanya itu saling
bertimbal balik satu sama lain. Contohnya saja seperti hak Allah atas manusia,
menjadi kewajiban manusia terhadap Allah. Kemudian hak anak-anak untuk di didik
menjadi hak kewajiban dari orang tua untuk mendidik anak-anaknya.
Seringkali ditemukan dalam masyarakat, bahwa masyarakat sering
mengedepankan sifat egoistic. Karena selalu memperhatikan hak-haknya saja tanpa
mengingat bahwa ia memiliki kewajiban yang harus ditunaikannya. Lalu, mana yang
harus di dahulukan antara hak dengan kewajiban?
Dalam penyelidikan ethika, apabila seseorang mendahulukan haknya dan
menangguhkan kewajibannya, maka berakibat tidak ada yang akan memberikan
haknya. Mengapa? Sebab semua orang akan menuntut haknya dipenuhi terlebih
dahulu sebelum melaksanakan kewajibannya. Maka apabila kita lebih menuntut dan
mengedepankan hak kita, maka segala urusan akan menjadi stagnasi, terbengkalai dan
tidak akan selesai. Sebaliknya apabila yang berkewajiban melaksanakan
kewajibannya tanpa menunggu apa yang menjadi hak kita terpenuhi, maka tanpa
ditunggu pun orang yang berhak akan mendapatkan haknya, sebab hak tersebut telah
diberikan oleh orang yang melaksanakn kewajibannya tersebut. contohnya saja,
kewajiban seorang muslim terhadap muslim lain salah satunya yaitu apabila bertemu
ucapkan salam. Maka masing-masing diantaranya jika menuntut haknya terlebih dulu
untuk diberi salam akan terjadi negnegan dan saling membisu satu sama lain atau
bahkan saling menggerutu dalam hati betapa sombongnya dia. Hal tersebutlah yang
memicu adanya bibit-bibit pertengkaran. Akan tetapi, lain halnya jika masing-masing
diantaranya saling melaksanakan kewajibannya untuk memberi salam, yang terjadi

3
adalah timbulnya kakraban dan kemesraan antara satu sama lain serta membuat tali
silaturahmi diantaranya menjadi lebih kuat.1
Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa di dalam agama Islam
tidak ada suatu perintah pun untuk menuntut haknya terlebih dahulu. Yang ada adalah
perintah untuk melaksanakan kewajiban dan memberi hak kepada orang lain. Baik itu
bersifat perintah maupun larangan, dalam ajaran Islam ditujukan agar hak semua
pihak terpenuhi. Seperti Firman Allah yang dijumpai dalam Q.S.Al-Fatihah ayat 5:

‫إعيياَّتك نتسعبنند توإعيياَّتك نت س‬


‫ستتععيِنن‬

Artinya : “hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
kami memohon pertolongan.

Meskipun di dalam ayat tersebut tidak tertulis secara harfiah, tetapi


banyaksecara tersirat dijumpai anjuran untuk lebih mendahulukan pelaksanaan
kewajiban daripada haknya. Dalam ayat tersebut mengapa tidak Iyyaka nasta’iinu wa
iyyaka na’budu (dibalik), susunan ayat itu merupakan suatu mukjizat yang memberi
makna kepada kia manusia apa yang benar dan apa yang baik.

Menyembah (ibadah) adalah kewajiban manusia kepada Allah, sedangkan


meminta tolong (isti’aanah) adalah hak manusia lepada Allah, setelah melaksanakan
kewajiban.

Hikmah yang terkandung dalam mendahulukan kata na’budu daripada


nasta’iinu adalah supaya kita lebih mendahulukan kewajiban dari pada hak kita.
Baru, setelah kewajiban kita telah dilaksanakan, kita boleh menuntut apa yang telah
menjadi hak kita tetapi masih harus dengan cara yang baik. Menuntut hak diantara
sesama makhluk pada dasarnya dalah karena orang tidak melaksanakan
kewajibannya.

B. Macam-Macam Kewajiban

Yang wujud ada dua macam : Wujud yang wajib (al-Wajibul wujud) yaitu
Allah Khaliqul-‘aalam, wujud yang mungkin (al-mumkinul-wujud) yaitu alam
semesta (cosmos;baik macro cosmos maupun micro-cosmos/manusia) makhluk.
Kewajiban-kewajiban manusia dalam hidup ini diarahkan kepada yang wujud,
yang garis besarnya terhadap : 1) Khalik dan 2)Makhluk. Kewajiban kepada

1 Rachmat Jatnika,Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta:Pustaka Panjimas,1992) Hlm.119-122

4
khaliknya dalam hubungan vertikal, dan kewajiban kepada makhluknya dalam
hubungan horizontal. Makhluk tuhan ada yang berupa manusia dan alam jagat raya.
Manusia terdiri dari : 1)Diri Sendiri dan 2) Orang lain. Orang lain mulai dari
yang terdekat seperti Ibu dan Ayah, kemudian Kakak dan Adik serta famili, sampai
yang terjauh seluruh manusia, yang bersifat kemanusiaan.
Untuk memudahkan penguraiannya, kewajiban manusia menurut arahnya
dapat dususun sebagai berikut :

1. Kewajiban terhadap diri sendiri

2. Kewajiban terhadap tuhan khaliqul alam

3. Kewajiban terhadap manusia lain dan alam semesta

Pembagian ini tidaklah merupakan susunan sistematika yang absolut, melainkan dapat
diatur dengan sistem lain yang isinya sama yaitu kewajiban terhadap semua yang
wujud, dimana manusia memiliki ketergantungan kepadanya.2

C. Kewajiban Kepada Tetangga

Tetangga adalah keluarga-keluarga yang berdekatan dengan rumah kita yang


perlu mendapatkan perhatian khusus dalam akhlaq. Tetangga pula merupakan sahabat
kita yang paling dekat setelah anggota keluarga kita sendiri. dialah yang lebih
mengetahui suka duka kita dan dia pula orang yang lebih cepat dapat memberikan
pertolongan pertama jika terjadi suatu kesulitan terhadap diri kita, dibandingkan
dengan keluarga kita yang berada ditempat jauh. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila dalam beberapa hal kita lebih dekat dengan tetangga kita dibandingkan
dengan keluarga kita sendiri.
Oleh karena itu, pentingnya kita untuk memelihara suatu situasi dan kondisi
yang baik dalam lingkungan tetangga, karena apabila semua orang yang bertetangga
memiliki hubungan yang baik, maka dapat dikatakan baik pulalah lingkungan
tersebut. sebaliknya apabula antarsesama itu tidak saling akur bahkan sampai saling
menjahati, maka rusaklah lingkungan yang dibuatnya.
Mengingat hal tersebut, maka menyadarkan kita tentang betapa pentingnya
membina hubunga yang baik dengan tetangga. Maka dalam etika Islam pula telah
mengajarkan prinsip-prinsip dan kewajiban-kewajiban apa saja yang harus kita bina
sebaik-baiknya dalam lingkungan orang yang bertetangga.
2 Id.at 125.

5
Rasulullah Saw bersabda, dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Al-Bukhari tentang tetangga.

‫ت أوننهه وسيهووررثههه‬
‫صنينرني رباَنلـْوجاَرر وحنتىَّ ظونونن ه‬
‫وماَ وزاَول رجنبررنيهل يهنو ر‬

“Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa


tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625)

Hadist ini menunjukan bahwa kedudukan tetangga hampir sama dengan keluarga
yang menjadi ahli waris, karena dekatnya hubungan tetangga dalam kehidupan
bermasyarakat dan hidup bertetangga. Oleh karena itu,apabila di suatu rumah
terdapat suatu musibah, maka hendaknya tetanggalah yang memberikan pertolongan
terlebih dahulu, karena ia meruakan kerabat terdekat. 3

Kemudian, dalam Al-Quran pula telah diperintahkan untuk berbuat baik dan
menghormati tetangga yang menjadi kewajiban orang muslin sebagaimana firman
Allah dalam Surah An-Nisa ayat 36 :

ِ‫او ووول تهنشررهكواَ برره وشنينئاَ وورباَنلوواَلرودنيرن إرنحوساَنناَ ووبررذيِ اَنلقهنربوىىَّ وواَنليووتاَومىىَّ وواَنلوموساَركيرن وواَنلوجاَرر رذي‬ ‫وواَنعبههدواَ ن‬
‫ب ومنن وكاَون‬ ِ‫او ول يهرح ب‬‫ت أونيوماَنههك نم ْ إرنن ن‬ ‫ب وواَنبرن اَلنسربيرل وووماَ وملووك ن‬ ‫ب رباَنلوجنن ر‬ ‫صاَرح ر‬ ‫ب وواَل ن‬‫اَنلقهنربوىىَّ وواَنلوجاَرر اَنلهجنه ر‬
َ‫همنخوتاَنل فوهخونرا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.


Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang
bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”
(QS. An Nisa: 36)

Syaikh Abdurrahman As-Said menjelaskan ayat ini : “tetangga yang lebih dekat
tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah semestinya seseorang mempererat
hubungannya terhadap tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah
dengan sedekah,dakwah,lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak
memberikan gangguan baik perkataan maupun perbuatan” (Tafsir As-Saidi 1/177)

3 Hamzah Yaqub,Etika Islam, (Bandung: CV Diponegoro,1993), Hlm.155

6
Bagaimana tanggung jawab seseorang kepada tetangganya dalam kehidupan materi,
Hadist Rasulullah Saw Riwayat Al-Bukhari dari Ibny Zubair, Rasulullah bersabda :

‫س اَنلـْهمنؤرمهن اَنلذ ن‬
‫يِ يونشبوهع وووجاَهرهه وجاَئرعِع إولىَّ وجننبرره‬ ‫لوني و‬

“Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya


kelaparan” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 18108, dishahihkan Al Albani
dalam Silsilah Ash Shahihah 149)

Hadist itu menunjukan bagaimana kewajiban bertetangga harus memperhatikan


kehidupanya jangan sampai tetangga dalam kelaparan sedangkan kita hidup dalam
kecukupan.

Dalam masalah pendidikan sikap dan perbuatan baik itulah yang baik untuk
diterapkan. Dengan sikap dan perbuatan yang baik, dengan menolong pada
kesusahannya dengan memberi atau mengantarkan makanan yang diperkirakan dia
suka, dengan memberi oleh-oleh dari bepergian kalau ada, semuanya itu yang
merupakan didikan kepada tetangga untuk berbuat sebagaimana yang telah kita
perbuat. Sekurang-kurangnya dengan sikap saling menghormati dan bersikap baik,
maka tetangga pun akan bersikap baik dan menghormati.

Kemudian, ketika kita bertetangga tentu tidak selalu berjalan sebagaimana


yang kita harapkan. Maka apabila suatu waktu berbuat yang menjengkelkan,
janganlah sekali-kali membuat tindakan balasan seperti menghukum dengan
perbuatan yang tidak baik. apalagi melabrak atau memprotes dan memarahi
tetangga. Hal itu akan mengakibatkan buruknya situasi hidup bertetangga sehingga
ketenangan dalam bermasyarakat akan luntur dengan sendirinya. Padahal,
dimanapun kita berada kalau kita berikap sama akan menebabkan situasi yang
setidak-tidaknya hampir sama. Karenanya lebih baik kita balas dengan perbuatan
baik, yang pada suatu waktu tetangga akan merasa bahwa kamu selalu
memperlakukan dia dengan baik sebagai tetangganya. Dan apabila hati nuraninya
muncul, diapun akan tersadar dengan sendirinya bahwa berbuat baik kepada
tetangga merupakan suatu keharusan.

7
Berkunjung di waktu hari Raya Idul Fitri atau menengok di kala tetangga
sakit umpamanya adalah suatu tindakan kebaikan dan sekaligus merupakan tindakan
pendidikan tidak langsung dengan sesama tetangga. Kemudian apabila kita memiliki
tamu terhormat atau mengadakan jamuan, maka alangkah baiknya apabila kita juga
mengajak tetangga untuk ikut hadir, ikut merasakan nikmat jamuan dan dengan
tamu terhormat. Hal terakhir ini apabila keadaan memungkinkan,yaitu apabila
tetangga dalam keadaan tidak sibuk atau apabila dirasa hal itu akan
menyenangkannya.

Selain yang ditunjukkan oleh Al-Quran, perlu kiranya memperhatikan pula sikap yang
sudah menjadi adat-istiadat masyarakat setempat.

D. Pembagian Tetangga

Para ulama membagi tetangga menjadi tiga macam :

a. Pertama, tetangga muslim yang masih mempunyai hubungan kekeluargaan. Tetangga


semacam ini memiliki tiga hak; sebagai tetanga, hak Islam, dan hak kekerabatan.
b. Kedua, tetangga muslim saja. Tetangga semacam ini mempunyai dua hak; hak sebagai
tetangga dan hak islam.
c. Ketiga, tetangga kafir. Tetangga semacam ini hanya mempunyai satu hak saja, yaitu
sebagai tetangga saja.

Rasulullah Saw bersabda, ”Demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah tidaklah
beriman!” kemudian beliau ditanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Orang
yang tetangganya tidak aman dari kejelekannya (kejahatannya).” (HR.Bukhari dan Muslim).

Berkata Syekh Utsaimin,”Hadist ini menjadi dalil haramnya memusuhi tetangga,baik


dengan perkataan atau perbuatan. Bentuk gangguan kepada tetangga dengan perkataan,
misalnya membuat suara gaduh atau mengucapkan perkataan yang menyebabkan kesedihan
hatinya, membunyikan radio dan televisi keras-keras, atau semacamnya. Bahkan
melantunkan ayat suci Al-Quran sekalipun (dengan tape recorder atau membaca sendiri)
apabila menyebabkan tetangga terganggu, itu termasuk perbuatan yang menyakiti mereka.
Adapun bentuk menganggu dengan perbuatan misalnya membuang sampah di depan
rumahnya, membuat sempit jalan masuk ke rumahnya, atau hal-hal lain yang sekiranya
merugikan mereka.

8
Rasulullah SAW, ditanya tentang dosa-dosa besar di sisi Allah. Beliau menyebutkan
tiga macam,” Menjadikan Allah sebagai tandingan, padahal dialah yang menciptakan kita,
membunuh anak karena takut dia akan makan harta kita, dan menzinai istri tetangga.

Dalam hadits lain disebutkan “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
janganlah menyakiti tetangganya.” Syeikh Utsaimin berkata, “Oleh karena itu, haram
seseorang menyakiti tetangga-tetangganya dengan bentuk apapun. Apabila dia melakukan hal
itu, dia tidak termasuk orang yang beriman. Artinya, dia tidak melakukan sikap seorang
mukmin dalam masalah ini karena dia menyelisihi sikap yang benar.”

Kita wajib menjaga hak-hak tetangga dan berbuat baik kepada mereka sesuai dengan
kemampuan; dan haram hukumnya memusuhi mereka dengan model dan bentuk apapun.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaknya dia berbuat baik pada tetangganya.” 4

E. Batasan Tetannga

Mengenai batasan tetangga Aisyah RA berkata :

‫ب وووعرن اَنلونووزاَرعري رمنثلوهه‬


‫وعنن وعاَئروشةو وحبِد اَنلرجوواَرر أونربوهعوون وداَنراَ رمنن هكرل وجاَنر ب‬

“ batas tetangga itu ialah 40 rumah dari setiap penjurunya (40 dari barat rumah kita, 40
rumah dari timur kita, 40 rumah dari utara rumah kita, 40 dari selatan rumah kita).” Pendapat
Al Auzai pun seperti itu, demikian pula hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Al
Hasan Al Basri.

Setiap tetangga yang paling dekat ke pintu rumah kita berhak mendapatkan perlakuan
yang baik dan mulia dari kita karena dialah yang paling dekat tempat tinggalnya dengan kita.
Menurut Ibn Al Mundziri, bahwa tetangga itu tidak terbatas pada yang dekat saja, sedangkan
menurut kebanyakan ulama bahwa jika seseorang meninggal berwasiat kepada tetangganya,
maka wasiat itu dapat diberikan kepada tetangga yang berdekatan dan yang tidak berdekatan.
Kemudian menurut Abu Hanifah berbeda dengan mereka, menurutnya wasiat itu hanya
pantas diberikan kepada tetangga yang berdekatan (Tafsir Qurtubi, V;148).

4 4
Rosihon Anwar.Akidah Akhlak. Bandung: 2008. Hlm 239

9
F. Cara Memuliakan Tetangga

Sesungguhnya cara memuliakan tetangga tidak terbatas pada satu macam saja, sebab
banyak cara memuliakan tetangga sesuai dengan keadaan tetangga yang bersangkutan,
sebagaimana berbedanya keadaan yang memuliakan. Ada yang kaya ada juga yang fakir, ada
yang hidup penuh kemudahan dan ada juga yang hidup susah, ada yang menjadi kerabat
(dekat) ada juga yang bukan kerabat (tetangga jauh) dan sebagainya. Ada yang mencakup
semua, antara lain ialah, menghendaki bagi setiap tetangga melakukan kebaikan apa saja
sesuai dengan kemampuan, dan mencegah supaya tidak mengganggunya dengan gangguan
apapun juga.

Abu Hurairah r.a. mengatakan, Rasulullah pernah bersabda :

‫ ُهلل ُهلللياَ ُهللهنلساَلء ُهللالاميسلهلماَ ه‬:‫صللىَّ ُهللاا ُهلللعللييهه ُهلللولسلللم ُهللـ ُهللليقا يوال ُهلل‬
‫ت ُهللل‬ ‫ ُهلللكاَلن ُهللاللنهبيي ُهلل ل‬:‫ضلي ُهللاا ُهلللعيناه ُهللقاَلل ُهلل‬
‫عن ُهللأبي ُهللاهلرييلرلةلر ه‬
(‫ ُهلل ُهلل)رواه ُهللالبخاَري ُهللومسلم‬.‫لتيحهقلرلن ُهلللجاَلرةة ُهلللهلجاَلرهتلهاَ ُهلللولليو ُهللهفيرلسلن ُهلللشاَة‬

Dari Abu Haurairah r.a. berkata, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Wahai para wanita
muslimah, janganlah ada seorang tetangga yag meremehkan hadiah tetangganya meskipun
kikil (kaki) kambing.” (Bukhari dan Muslim)

Anas bin Malik mengatakan Rasululla SAW bersabda,

‫س ىٰالنهمنؤهمهن ىٰالهذني ىٰيجنشبجهع ىٰجوججاَهرهه ىٰججاَئنعع ىٰإهلل ىٰججنبههه‬


‫لجني ج‬
“Tidak beriman kepadaku orang yang tidur malam dalam keadaan kenyang sedangkan
tetangganya disisinya kelaparan, dan dia pun mengetahui atau menyadarinya.” (HR Thabrani
dan al Bazzar dengan isnad hasan)

Imam Al Ghazali berkata, secara ringkas berkenaan dengan hak tetangga itu antara lain :

1. Harus memulainya dengan mengucapkan salam.


2. Banyak berbicara dengannya.
3. Jangan bertanya mengenai keadannya sebab hal itu kerap membingungkan mereka.
4. Menjenguk yang sakit.
5. Bertakziah kepada yang kena musibah.
6. Menyertainya ketika mendapat musibah.
7. Ikut merasakan senang jika mereka senang.
8. Memaafkan kekurangan dan kekeliruannya.
9. Tidak mengintip dan membuka rahasianya.
10. Tidak menyempitkannya dengan mengenakan batang kayu ke rumah atau dindingnya,
tidak menumpahkan air di depan rumahnya dan tidak menyempitkan jalan menuju
rumahnya.

10
11. Menutup aib dan kesalahannya dan tidak membukanya.
12. Tidak lengah dan memperhatikan dan memantau rumahnya ketika mereka bepergian
13. Tidak mendengar pembicarannya.

Inilah antara lain ringkasan dari apa yang dikatakan Imam Al Ghazali, Imam Qurtubi
dan Ibn Hajar Al Asqalani, dengan sedikit perubahan bahasa. Hak tetangga itu lebih besar dan
lebih penting jika mereka itu seorang anak yatim, janda, fakir atau miskin, atau orang yang
sudah tua renta dan tidak ada yang mengurus lagi.

G. Balasan Bagi Orang yang Menyakiti Tetangga

Anas bin Malik r.a mengatakan bahwa Rasulullah saw. Bersabda :

:‫ ُهللهقيلل ُهلل‬.‫ا ُهللل ُهللاييؤهمان‬ ‫ ُهلل” ُهلللو ه‬:‫ضلي ُهللاا ُهلللعيناه ُهللألن ُهللاللنهبلي ُهللصلىَّ ُهللا ُهللعليه ُهللوسلم ُهللقاَلل ُهلل‬
‫ ُهلللو ه‬.‫ا ُهللل ُهللاييؤهمان‬ ‫لعين ُهللأبي ُهلل ا‬
‫شلرييحح ُهلللر ه‬
(‫ ُهللاللهذي ُهللل ُهللليأَلمان ُهلللجاَارها ُهلللبلواهئقااه ُهلل" ُهلل) ُهللرواه ُهللالبخاَري ُهلل‬:‫ا ُهلل؟ ُهللقاَلل ُهلل‬
‫لمين ُهلللياَ ُهلللراسيولل ُهلل ه‬

“Mukmin itu ialah orang yang dapat mengamankan manusia yang lain, dan muslim ialah
yang dapat menyelamatkan orang-orang Islam lain dari gangguan lidahnya dan tangannya, al
muhajir ‘yang hijar’ itu ialah yang meninggalkan kejahatannya, demi Zat yang jiwaku ada
dalam genggaman tangannya, tidak sempurna iman seorang hamba yang tidak mengamankan
tetangganya dari gangguan kejahatannya.” (H.R.Imam Ahmad, Abu Ya’la, dan al Bazzar,
Isnad hadis Ahmad itu Jayid atau bagus)

Abu Hurairah r.a mengatakan ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw.
melaporkan tetangganya. Rasulullah Saw menyuruhnya untuk bersabar, seraya bersabda,
“pergilah (pulanglah) dan bersabarlah.” Dia mendatangi Rasulullah Saw sampai dua atau tiga
kali, selanjutnya Rasulullah Saw bersabda,”pergilah lalu lemparkan barangmu di jalan.” Dia
pun melakukannya, sehingga orang-orang melewatinya dan menanyakannya, lalu dia
memberitahukan mengenai tetangganya, maka mereka pun mengutuknya (mereka berkata,
semoga Allah mengutuknya) sedang yang lainnya mendoakan kejelekan bagi tetangganya itu.
Lalu datang pula tetangganya, seraya berkata,”Pulanglah karena sesungguhnya kami tidak
akan mendapatkan apa yang kamu benci.” (HR.Abu Dawud, lafadznya dari dia, Ibn Hibban
dalam sahihnya dan Iman Hakim, beliau mengatakan hadist ini sahih menurut syarat muslim)

Dari hadist-hadist di atas, kita mengetahui hukumnya menyakiti tetangga, betapa


buruk dampaknya dan betapa besar kerugiannya, sehingga pantas jika sedikit sekali manusia
yang selamat dari perbuatan seperti itu. Perbuatan yang namanya ghibah (mengumpat),

11
namiimah (mengadu domba), mencela, menghina, lebih banyak terjadi antartetangga, baik
tetangga dalam keluarga tempat tinggal maupun tetangga luar. Setiap orang yang berdekatan
dengan kita selama waktu yang cukup panjang, itu adalah jaar (tetangga) kita. Setiap kita
mempunyai hak yang harus kita terima dan mempunyai kewajiban yang harus kita lakukan
terhadap orang lain.

Berikut ini hadits yang menerangkan bahwa menyakiti tetangga itu dosanya berlipat
ganda, sebab merupakan kejahatan, pengkhianatan, dan tidak tahu budi (terhadap tetangga),
serta tidak berterima kasih atas segala kebaikan tetangganya. Tetangga merupakan orang
pertama yang mengetahui apa yang terjadi dengan kita. Dengan kedudukan tetangga seperti
itulah maka siapa yang mengkhianati kepercayaan tetangganya maka dosanya berlipat sampai
sepuluh kali lipat daripada orang lain. Berikut inilah hadits yang dimaksud.

Rasulullah saw. bersabda kepada sahabatnya, “Apakah yang kamu ketahui tentang
perbuatan zina ?” Mereka menjawab, “Perbuatan zina itu diharamhakan Allah dan Rasulnya
dan diharamkan sampai kiamat nanti.” Berkata perawi (Miqdad bin al Aswad r.a.) maka
Rasulullah saw. bersabda, “Berzina dengan sepuluh wanita lebih ringan daripada berzina
dengan seorang tetangga.” Lalu belaia bertanya lagi, “Apa yang kamu ketahui mengenai
sariqah atau mencuri ?” Mereka menjawab,” Allah dan Rasulnya telah mengharamkannya
dan mencuri itu tetap haram.” Rasulullah saw bersabda, “Mencuri dari sepuluh rumah lebih
ringan bagi seorang daripada mencuri daripada satu rumah tetangganya.” (HR. Imam Ahmad)
5

BAB III

5 5
Hasan Ayub. Etika Islam. Bandung: 1994. Hlm 374-378

12
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang
dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan islam ternyata mempunyai hak dan
kewajiban yang harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama,
namun secara khas adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan
keluarga tentunya tidak sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga
sesama muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan
dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan rasa aman dan
nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu.

Kita menyadari, bahwa terwujudnya suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
unsur tetangga sebagai saudaraterdekat keluarga dan kerabat sendiri. Tetangga sebagai
saudara terdekat mempunyai tempat dan perhatian khusus dalamIslam, sehingga baik
buruknya bertetangga merupakan ukuran iman seseorang. Syaikh Abu Muhammad bin Abi
Jamrah mengatakan: “ Memelihara hubungan dengan tetangga termasuk bagian dari
kesempurnaan iman”

Karena itu sebagai umat Islam yang baik kita harus bisa memberikan hak-hak tetangga kita
dan berbuat baik kepada mereka.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Yaqub, Hamzah. 1993. Etika Islam, Bandung: CV Diponegoro.

2. Jatnika, Rachmat. 1992. Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), Jakarta: Pustaka
Panjimas.

3. Anwar, Rohison. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.


4. Ayub, Hasan. 1994. Etika Islam, Bandung: Trigenda Karya,

14

Vous aimerez peut-être aussi