Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Dendy Pratama Putra
H1A 014 014
PENDAHULUAN
Sama halnya dengan data di dunia, katarak juga nerupakan penyebab kebutaan
tertinggi di Indonesia. Banyaknya jumlah tersebut diketahui karena penderita tidak
mengetahui dirinya menderita katarak (51,6%), tidak memiliki biaya (11,6%), dan
takut untuk dioperasi (8,1). Dibandingkan dengan Negara subtropik lainnya,
penduduk Indonesia memiliki kecenderungan 15 kali lebih cepat menderita katarak.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Riskesdas, prevalensi kebutaan dan severe
1
low vision terbanyak ditemukan pada usia ≥75 tahun, perempuan, tidak sekolah,
pekerjaan petani/nelayan/buruh, bertempat tinggal di pedesaan dan sosial ekonomi
menengah ke bawah. Masih tingginya kejadian gangguan penglihatan dapat
disebabkan karena akses dalam mendapatkan pencegahan dan penanganan gangguan
penglihatab dab kebutaan dipengaruhi oleh keterbatasan secara financial, mobilitas
dan informasi mengenai hal tersebut (infodatin, 2014).4
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. SS
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Beleke
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal pemeriksaan : 08 April 2019
RM : 23 09 23
II. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama
Penglihatan kabur atau buram.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dating ke Poliklinik Mata RSUD Ttipat Gerung dengan keluhan
penglihatan kabur. Keluhan ini dirasakan sudah lama yaitu kurang lebih
sejak 1 tahun yang lalu dan dirasakan terjadi secara perlahan. Pasien
mengeluhkan silau apabila melihat cahaya, khususnya pada pagi dan siang
hari. Selain itu, pasien mengeluhkan penglihatannya juga seperti berkabut
atau melihat asap. Pasien juga mengeluhkan mata berair. Keluhan mata
nyeri dan kemerahan disangkal. Keluhan demam, lemas, pusing, mual, dan
muntah disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Riwayat
Diabetes mellitus disangkal. Pasien memiliki riwayat penggunaan
kacamata, dimana penglihatan pasien tidak membaik dengan kacamata
tersebut.
3
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki keluhan atau penyakit yang sama
dengan pasien. Keluarga pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan
hipertensi, sedangkan penyakit diabetes mellitus disangkal.
e. Riwayat Pengobatan
-
f. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat atau makanan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 170/100 mmHg
- Frekuensi napas : 20x/menit
- Frekuensi nadi : 89x/menit
- Suhu : 36,7°C
b. Status Ophthalmologis
No Pemeriksaan OD OS
1. Visus
- Sc 6/21 1/60
2. Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
3. Pergerakan Bola Mata Baik ke segala Baik ke segala
arah arah
4
4 Lapang pandang
5
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih, tampak Jernih, tampak
putih pada putih pada
bagian limbus bagian limbus
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
Massa (-) (-)
11. Bilik Mata Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Depan Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
12. Iris Warna Coklat Coklat
c. Pemeriksaan Penunjang
- Funduscopy
o Reflex fundus (+) dan tampak berwarna orange pada bagian
lateral dan hitam pada bagian medial.
d. Foto Pasien
6
Gambar kedua mata pasien
7
8
BAB III
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien di atas, didapatkan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah sebagai berikut.
SUBJECTIVE
a. Keluhan penglihatan buram atau kabur
b. Keluhan mata kiri silau saat melihat cahaya, terutama saat pagi dan siang
hari.
c. Kadang penglihatan seperti berkabut atau berasap.
d. Keluhan terjadi sejak lama dan perlahan.
OBJECTIVE
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :
Visus natural OD 6/21, visus OS 1/60 (visus tetap dengan pinhole).
Lensa OS keruh.
OD OS
9
b. Analisa Kasus
Pasien dengan keluhan penglihatan kabur dapat disebabkan karena adanya
kelainan atau gangguan pada media refraksi yaitu pada kornea sampai retina.
Pasien pada mengeluhkan penglihatan kabur yang terjadi secara perlahan sejak
kurang lebih 1 tahun yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan silau apabila
melihat cahaya. Kacamata yang digunakan pasien tidak memperbaiki penglihatan
pasien. Peningkatan usia menyebabkan berbagai perubahan pada mata, termasuk
kornea. Warna putih pada sekitar limbus terjadi akibat dari degenerasi kornea.5
Pada pemeriksaan lensa mata ditemukan kekeruhan lensa pada mata kiri.
Kekeruhan pada lensa disertai keluhan penglihatan kabur perlahan dengan mata
yang tenang dapat disebabkan karena katarak. Umumnya, katarak merupakan
penyakit yang terjadi pada usia lanjut yang disebut sebagai katarak senilis, tetapi
katarak dapat juga disebabkan oleh kelainan kongenital, komplikasi penyakit
mata lain, trauma mata, penyakit sistemik, riwayat penyakit sistemik dan
penggunaan steroid yang lama. Banyak teori yang mengemukakan proses
terjadinya katarak senilis, tetapi secara garis besar menjelaskan bahwa katarak
senilis disebabkan karena degenerasi lensa berupa yang mengakibatkan
pengerasan pada nukleus lensa, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun.2,5
Katarak dapat terdiagnosis hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
saja. Pemeriksaan penunjang seperti slitlamp dan funduscopy dapat mendukung
diagnosa tersebut. Hasil funduscopy yang didapatkan yaitu pada refleks fundus
tampak gambaran warna orange pada bagian lateral (tidak keruh) dan hitam
(lensa keruh) pada bagian medial. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa
katarak pada pasien ini adalah katarak senilis imatur dengan kekeruhan lensa
sebagian.
10
c. Assessment
Diagnosis kerja: Katarak Senilis imatur OS.
Diagnosis ini diajukan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis tersebut antara lain
sebagai berikut.
- Usia 56 tahun.
- Keluhan penglihatan kabur yang terjadi lebih dari 1 tahun secara perlahan.
- Silau jika melihat cahaya dan penglihatan berkabut.
- Penurunan visus OD 6/21 dan OS 1/60 (ph tetap).
- Kekeruhan lensa OS.
- Funduscopy dengan hasil terdapat warna hitam pada refleks fundus yang
merupakan kekeruhan lensa.
d. Planning
1. Usulan pemeriksaan lanjutan
- Slitlamp
Pemeriksaan slitlamp dilakukan untuk mengetahui kondisi bagian
depan mata sampai lensa yang diperlukan untuk mendukung hasil
pemeriksaan yang lainnya.
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sistemik pasien
seperti gula darah dan darah lengkap pasien sebagai persyaratan
dilakukannya operasi katarak.
2. Tatalaksana
Operasi merupakan satu-satunya terapi atau terapi definitif katarak
yang dilakukan bila penurunan tajam penglihatan penderita sudah
mengganggu kegiatan sehari-hari atau menimbulkan gangguan penglihatan
yang signifikan dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, atau ada indikasi
lain untuk operasi. Operasi katarak dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yakni ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) dan ICCE (Intra
11
Capsular Cataract Extraction). Pada pasien ini akan dilakukan operasi teknik
ECCE dengan Phacoemulsification (PE). Selain itu, pasien dipersiapkan
untuk dilakukan implantasi lensa tanam (IOL: intraocular lens).
e. KIE
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
katarak.
2. Memberitahukan keluarga dan pasien untuk kontrol teratur jika sudah
didiagnosa katarak dan setelah dilakukan operasi untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
3. Memberitahukan keluarga dan pasien bahwa katarak merupakan gangguan
penglihatan yang dapat diperbaiki dengan operasi.
4. Memberikan informasi mengenai risiko, keuntungan, dan kerugian operasi
serta harapan yang sewajarnya dari hasil operasi.
f. Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Dubia ad bonam
3. Ad sanationam : Dubia ad bonam
12
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
13
Daftar Pustaka
14