Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
TINJAUAN TEORI
1
2
3. Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindkaan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstrasi forcep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
1.1.5 Diagnosis
Menurut Manuaba (2012:421) untuk dapat mengatakan diagnosis gawat
janin dapat di tetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Denyut jantung
Denyut jantung janin normal antara 120-160 kali per menit sehimgga bila
terjadi gawat janin akan menimbulkan perubahan denyut jantung janin sebagai
berikut ini :
a. Meningkat 160 kali permenit (tingkat permulaan)
b. Mungkin jumlah sama dengan normal tapi tidak teratur
c. Jumlah menurun dibawah 100 kali permenit apalagi bila disertai irama
yang tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin. Karena
terjadi rangsangan nervous X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani
membuka.
1.1.6 Penanganan
Menurut Winkjosastro (2008:190) prinsip dasar yang perlu diingat dalam
resusitasi ini adalah :
1. Menciptakan lingkungan yang baik dan mengusahakan tetap bebasnya jalan
nafas.
2. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi dengan usaha
pernafasan buatan.
3. Memperbaiki asidosis yang terjadi.
4. Menjaga agar peredaran darah tetap baik.
4
b. Riwayat antenatal
Faktor penyebab asfiksia: gangguan his (tetania uteri-hipertoni), turunnya
tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta previa dan
solusio plasenta, asokontriksi arterial : hipertensi pada hamil dan gestosis
preeklampsia-eklampsia dan gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio
plasenta (Manuaba, 2012:421).
c. Riwayat natal
Bayi dilahirkan dengan jenis partus biasa (normal/spontan) yaitu bayi lahir
dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2008:180).
d. Riwayat post natal
Asuhan pascaresusitasi yaitu biasanya dilakukan kontak kulit di dada ibu
(metode kanguru), bayi berada di bawah radian heater (jika tersedia)
(Saifuddin 2006:M-120). Bayi bisa dalam keadaan soanosis (biru) atau
sukar bernafas diberikan oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong
(Saifuddin 2006:M-121).
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Kebutuhan minum BBLC:
60 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Hari pertama :
8
(60−30)𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Hari kedua :
8
150 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Begitu seterusnya sampai maksimal :
8
Bayi akan lapar setiap 2-4 jam sepanjang hari. Bayi hanya memerlukan
ASI atau susu formula selama 6 bulan pertama (Varney, 2001:897).
2) Tidur/istirahat
Bayi perlu banyak tidur (Varney, 2001:897). Dalam 2 minggu pertama
setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3
bulan rata-rata tidur 16 jam sehari (Marmi, 2012: 81)
10
3) Eliminasi
BAB : Bayi mempunyai feces lengket berwarna hitam kehijauan
selama dua hari pertama, ini disebut mekoneum. Feces
bayi yang diberi ASI akan berubah warna jadi hijau-emas,
lunak dan terlihat seperti bibit (seedy). Bayi yang diberi
susu formula memiliki feces berwarna coklat gelap, seperti
pasta atau padat. Bayi akan BAB 1 sampai 4 kali per hari
(Varney, 2001:897).
4) Personal hygiene
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK
harus diganti popoknya minimal 4- 5 kali/ hari (Marmi, 2012: 80).
Bungkus bayi dengan kain lunak, kering dan selimuti dan pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas (Saifuddin, 2006:M-122).
2. Data obyektif
a. Keadaan umum
Pada asfiksia, bayi tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir.
(Winkjosastro, 2008: 144)
b. Tanda-tanda vital menurut Varney (2001:891) :
Dalam keadaan asfiksia diketahui:
Suhu : < 36oC
Nadi : < 100 x/menit
Pernafasan : frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dada
ke dalam atau merintih (Saifuddin, 2009:M-121).
c. Pengukuran antropometri
1) Lingkar kepala 33-38 cm. Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian
melingkari kepala kembali ke dahi (Marmi, 2012: 55)
2) Sirkumferensia suboccipito bregmatika 32 cm.
3) Sirkumferensia mento occipito 34 cm (Wiknjosastro,2007:119).
11
4) Lingkar dada 30-38 cm. Ukur lingkar dada dari daerah dada ke
punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua
putting susu) (Marmi, 2012: 55)
5) Lingkar lengan ± 11 cm.
6) Panjang badan 48-52 cm (Pusdiknakes, 1992:72).
7) Berat badan 2500-4000 gram.
Berat badan janin kecil dari usia kehamilannya dapat menimbulkan
asfiksia sedang sampai berat (Manuaba, 2012:440).
d. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput, hematoma
(Winkjosastro, 2008)
Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung.
Mulut : Sianosis (Saifuddin, 2006: M-120).
Leher : kerusakan persendian tulang leher (Manuaba, 2012:493).
Dada : frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dada ke
dalam atau merintih (Saifuddin, 2006:M-121). Apneu(sukar
bernafas) (Saifuddin, 2009:P-88).
Jantung : frekuensi denyut jantung krang dari 100x/menit bahkan detak
jantung tidak dapat terdeteksi (Saifuddin, 2006:P-88).
Integumen : sianosis sentral atau sianosis perifer (Saifuddin, 2009:P-88).
e. Keadaan neuromiskuler
Berdasarkan criteria neurologic pada bayi normal adalah; a) posisi bayi frog
psotion (fleksi pada ekstremitas atas dan bawah), b) Reflek moro positif dan
harus simetris, c) reflek hisap positif pada sentuhan palatum mole, d) refleks
menggenggam positif (Marmi, 2011: 70).
Refleks : gerakan naluriah untuk melindungi bayi.
1) Refleks gabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan
jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada
4 samapi 5 ketukan pertama.
12
2) Refleks hisap
Benda menyentuh bibir bayi disertai refleks menelan. Tekanan pada
mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat
dan cepat. Dilihat pada waktu bayi menyusu.
3) Refleks mencari (rooting)
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. Misalnya mengusap
pipi bayi dengan lembut: bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita
dan membuka mulutnya.
4) Refleks genggam (Palmar gasp)
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle,
normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan
bayi ditekan : bayi akan mengepalkan tinjunya.
5) Refleks Babinski
Gores telapak kaki ke arah atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak
kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari kaki
hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.
6) Refleks moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
7) Refleks melangkah
Bayi menggerak-gerakkan tungkainya dalam satu gerakan bejalan atau
melangkah jika diberikan dengan cara memegang lengannya sedangkan
kakinya dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dan keras.
8) Refleks merangkak
Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan
kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar.
9) Refleks toning leher atau “fencing”
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan
ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bial kepala bayi ditolehkan ke
satu sisi selagi istirahat. Respon ini dapat tidak ada atau tidak lengkap
segera setelah lahir.
13
1.2.3 Perencanaan
Diagnosa : Bayi baru lahir, usia < 5 menit, jenis kelamin laki-
laki/perempuan, lahir spontan/dengan tindakan,
aterm/prematur/postmatur, dengan AS 0-3 (asfiksia berat), AS
4-6 (asfiksia sedang), keadaan umum lemah.
Tujuan : keadaan bayi menjadi lebih baik dan asfiksia teratasi.
Kriteria : -TTV normal
a. Bayi bergaerak aktif
b. Bayi menangis kuat
c. Bernafas spontan dan teratur (30-60 x/menit)
d. Warna kulit kemerahan
e. Denyut nadi > 100 kali/menit
f. Ada respon batuk/bersin terhadap refleks
Intervensi menurut (Wiknjosastro, 2008: 144):
a. Beritahu ibu bahwa bayi telah lahir namun harus dilakukan tindakan
yaitu resusitasi awal / HAIKAP.
R/ ibu mengerti tindakan yang akan dilakukan.
b. Hangatkan bayi dengan menyelimuti dengan handuk/ kain dan
nyalakan lampu 60 watt dengan jarak 60 cm.
R/ mencegah hipotermi
c. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
R/ jalan nafas tidak terganggu
d. Isap atau bersihkan jalan nafas dengan penghisap lender delee.
R/ Membersihkan jalan nafas
e. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka / dada/ perut/
punggung.
R/ memberikan rangsangan supaya dapat berusaha bernafas.
f. Atur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan.
R/ jalan nafas tidak terganggu
15
g. Lakukan penilaian,
1) Bila menangis spontan dan pernafasannya 30-60 x/ menit lakukan
perawatan BBL pasca resusitasi
2) Bila tidak menagis spontan, lakukan ventilasi percobaan 2x lalu
dilanjutkan dengan ventilasi definitive sebanyak 20x/ 30 detik
selama 2 menit menggunakan tabung dan sungkup atau balon dan
sungkup. Bila berhasil lakukan perawatan BBL pasca resusitasi.
Bila tidak berhasi atau bayi belum menangis maka rujuk untuk
dilakukan pijat jantung.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
1. Masalah I : Gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia.
Tujuan : Neonatus dapat bernafas normal
Kriteria :- Pernafasan normal 40-60 x/menit
- Irama nafas teratur
- Bayi menangis kuat
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Letakkan bayi telentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher
sedikit tenengadah / ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas
bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
R/ jalan nafas tidak terganggu
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
R/ jalan nafas tidak terganggu
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar
gas darah arteri.
R/ Kebutuhan O2 terpenuhi
2. Masalah II : Resiko terjadi hipotermi sehubungan dengan adanya proses
persalinan yang lama ditandai suhu tubuh dibawah 36ºC
Tujuan : Neonatus dalam kondisi hangat
Kriteria : - Tubuh bayi kemerahan
16
O : Data Objektif
A : Assessment
P : Planning
BAB II
TINJAUAN KASUS
20
21
Implementasi :
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi bahwa bayi
memerlukan tindakan segera agar dapat bernafas spontan
2. Melakukan jepit, potong tali pusat tanpa diikat
3. Mengeringkan tubuh bayi dan hangatkan dengan kain bersih dan
kering dan menggunakan lampu 60watt berjarak 60 cm
4. Mengatur posisi kepala agar ekstensi dengan mengganjal 3 cm
5. Mengisap lendir dari mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap
lendir dee lee
6. Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering sambil melakukan
rangang taktil
7. Mengatur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan
8. Memasang O2 dengan nasal kanul
9. Melakukan pemantauan tanda bahaya bayi selama 15 menit pertama
dengan observasi tanda cyanosis dan suhu tubuh bayi tiap 2 jam
2.5 Evaluasi
Tanggal 01-08-2017 pukul 11.00 wib
S:-
O:
- KU baik
- Bayi menanggis kuat, bergerak aktif
- S : 36,7ºC, N : 120 x/menit, R : 45 x/menit
A : Bayi baru lahir usia 0 jam dengan asfiksia, masalah teratasi.KU baik,
prognosa baik.
P : lakukan observasi pasca resusitasi
- Pemantauan tanda bahaya bayi (megap-megap, merintih, demam,
kebiruan, kuning, kejang)
- Menjaga bayi agar tetap hangat
- Memberikan injeksi Vit.K dan salep mata tetrasiklin dan imunisasi
HB0
- Perawatan tali pusat
24
Petugas,
Siti Handriyani
25
DAFTAR PUSTAKA
Marmi, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Purwanti, Eni, 2012. Asuhan Kebidanan untuk Ibu Nifas, Cakrawala Ilmu:
Yogyakarta.
Saifudin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakrta : Yayasan Bina Pustaka
25