Vous êtes sur la page 1sur 25

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Asfiksia


1.1.1 Pengertian
1. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir (Winkjosastro, 2008:146)
2. Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba,
2012:421).
1.1.2 Gambaran klinis
Menurut Saifuddin (2009:347) ada 2 macam asfiksia yaitu asfiksia primer
dan asfiksia sekunder.
1. Asfiksia primer ialah bayi lahir tidak menangis, pernafasan bayi berhenti,
denyut jantung juga mulai menurun dan tonus neuromuscular berkurang secara
berangsur-angsur.
2. Asfiksia sekunder ialah bayi lahir langsung menangis tetapi semakin lama bayi
akan bernafas megap-megap, denyut jantung terus menurun, dan tekanan darah
bayi mulai menurun serta bayi menjadi lemas.
1.1.3 Menurut Saifuddin (2009:347) klasifikasi asfiksia yaitu:
1. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
2. Asfiksia sedang (Nilai APGAR 4-6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 x/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis
respirasi lambat, tidak teratur.
3. Asfiksia ringan ( Nilai APGAR 7-8)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 x/menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif, seluruh badan merah, menangis kuat, respirasi baik.

1
2

Nilai APGAR menurut Manuaba (2012:421) yaitu


Skor 0 1 2

A: Appearence Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


ekstremitas biru kemerah-merahan
(warna kulit)

P: Pulse Tidak ada < 100 >100


(frekuensi
jantung)

G: Grimance Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, batuk/


(reaksi terhadap mimik bersin
rangsangan)

A: Activity Lumpuh Ekstremitas dalam Gerakan aktif


(tonus otot) fleksi sedikit

R: Respiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat


(usaha nafas) teratur

Sumber: Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.


Jakarta: EGC
1.1.4 Etiologi
Menurut Winkjosastro (2005:710) faktor yang dapat menimbulkan gawat
janin (asfiksia) adalah:
1. Gangguan sirkulasi menuju janin
a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat), simpul tali pusat,
tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah dan kehamilan lewat waktu.
b. Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu
a. Gangguan his (tetania uteri-hipertoni).
b. Turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta
previa dan solusio plasenta.
c. Vasokontriksi arterial : hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-
eklampsia
d. Gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio plasenta
3

3. Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindkaan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstrasi forcep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
1.1.5 Diagnosis
Menurut Manuaba (2012:421) untuk dapat mengatakan diagnosis gawat
janin dapat di tetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Denyut jantung
Denyut jantung janin normal antara 120-160 kali per menit sehimgga bila
terjadi gawat janin akan menimbulkan perubahan denyut jantung janin sebagai
berikut ini :
a. Meningkat 160 kali permenit (tingkat permulaan)
b. Mungkin jumlah sama dengan normal tapi tidak teratur
c. Jumlah menurun dibawah 100 kali permenit apalagi bila disertai irama
yang tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin. Karena
terjadi rangsangan nervous X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani
membuka.
1.1.6 Penanganan
Menurut Winkjosastro (2008:190) prinsip dasar yang perlu diingat dalam
resusitasi ini adalah :
1. Menciptakan lingkungan yang baik dan mengusahakan tetap bebasnya jalan
nafas.
2. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi dengan usaha
pernafasan buatan.
3. Memperbaiki asidosis yang terjadi.
4. Menjaga agar peredaran darah tetap baik.
4

Menurut Winkjosastro (2008:180) tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi


dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Tindakan umum
a. Melakukan penilaian
Sebelum bayi lahir:
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir:
1) Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap ?
2) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?
b. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
Dilakukan bila Bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau
bernapas megap-megap dan atau tonus otot tidak baik. Sambil memulai
melakukan langkah awal:
1) Beritahukan ibu dan keluarga, bayi mengalami kesulitan bernafas dan
akan segera ditolong.
2) Mintalah salah seorang keluarga mendampingi Ibu untuk memberi
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
Tahap I: langkah awal
Langkah awal diselesaikan dalam waktu <30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru
lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas
spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:
1) Jaga bayi tetap hangat:
a) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada diatas perut ibu atau sekitar
45 cm dari perineum.
b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka,
potong tali pusat.
c) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang
telah digelar di tempat resusitasi.
d) Jaga bayi tetap diselimuti dengan wajah dan dada terbuka dan di bawah
pemancar panas
5

2) Atur posisi bayi


a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit
ekstensi dengan mengganjal bahu.
3) Isap lender
Gunakan alat pengisap lendir DeLee dengan cara sbb :
a) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
b) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada
waktu memasukkan.
c) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 3 cm ke
dalam mulut atau lebih dari 2 cm kedalam hidung) karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba
berhenti bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan bola karet pengisap lakukan dengan cara sbb :
a) Tekan bola di luar mulut dan hidung
b) Masukkan ujung pengisap ke mulut dan lepaskan tekanan pada bola
(lendir akan terisap)
c) Untuk hidung, masukkan ke dalam lubang hidung sampai cuping
hidung dan lepaskan
4) Keringkan dan rangsang taktil
a) Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang
bayi baru lahir mulai bernapas.
b) Rangsang taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL
mulai bernafas. Caranya adalah dengan Menggosok
punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan. ganti kain
ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering di bawahnya lalu
selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan
dada agar bisa memantau pernapasan bayi.
5) Atur kembali posisi kepala bayi menjadi posisi sedikit ekstensi
6

6) Lakukan penilaian bayi.


Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau
megap-megap. Bila bayi bernapas normal maka lakukan asuhan pasca
resusitasi. Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas mulai lakukan
ventilasi bayi.
2. Tindakan khusus
Menurut Wiknjosastro (2008: 144) tindakan khusus ventilasi adalah tahapan
tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas
spontan dan teratur. Langkah – langkah:
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
b. Ventilasi 2 kali:
1) Lakukan tiupan/ pemompaan dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal
tabung dan sungkup atau remasan awal balon dan sungkup penting
untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernapas.
2) Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi
mengembang,
Bila tidak mengembang:
a) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
b) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
c) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan
lakukan pengisapan.
Lakukan tiupan 2 kali atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm
air,bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.
c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali, dalam 30 detik,
dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan atau
7

menangis. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau


peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap lalu
1) Lihat dada bawah apakah ada retraksi
2) Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
1) Jangan ventilasi lagi
2) Letakkan bayi dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu pada dada ibu dan
lanjutkan asuhan BBL. Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan
kehangatan.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi
d. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas:
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang
bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap:
Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau
menangis, hentikan ventilasi bertahap, kemudian lakukan asuhan
pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap/ tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali
dalam 30 etik, kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30
detik.
e. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi:
1) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan
mengapa
2) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
3) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
4) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
5) Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung.
6) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
8

7) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian nilai ulang napas dan


nilai denyut jantung.
3. Asuhan pasca resusitasi
Asuhan pasca resusitasi menurut wiknjosastro 2008:162 adalah sebagai
berikut:
a. pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b. pemantauan dan perawatan tali pusat
c. bila nafas bayi dan kulit bayi normal, berikan bayi kepada ibunya.
d. Pencegahan hipotermia
e. Pemberian vit. K1
f. Pencegahan infeksi
g. Pemeriksaan fisik
h. Lakukan pencatatan dan pelaporan
Perawatan Bayi Baru Lahir Setelah Resusitasi menurut Varney 2008: 902:
Setelah resusitasi berhasil, bayi yang mengalami asfiksia harus diobservasi dengan
seksama untuk mengatahui adanya efek akibat iskemia dan asidosis metabolic serta
untuk mengetahui stabilitas suhu, tekanan darah yang adekuat, glukosa darah dan
elektrolit serum, serta pengeluaran urine yang adekuat. Glukosa harus diberikan
sebagai profilaksis, dengan rute pemberian harus bergantung pada beratnya
asfiksia. Asidosis metabolic mungkin perlu diobati dengan obat-obatan seperti
natrium bikarbonat. Ultrasonografi, EEG, atau pemindaian CT otak bayi yang
diresusitasi digunakan untuk menindaklanjuti bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia berat.
1.2 Konsep dasar asuhan kebidanan asfiksia
1.2.1 Pengkajian
1. Data subyektif
a. Identitas Bayi
Diperlukan sebagai alat pengenal yang efektif harus untuk memudahkan
identifikasi bayi meliputi nama bayi, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
nama orang tua, umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
agama. (Saifuddin, 2009 : N-35).
9

b. Riwayat antenatal
Faktor penyebab asfiksia: gangguan his (tetania uteri-hipertoni), turunnya
tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta previa dan
solusio plasenta, asokontriksi arterial : hipertensi pada hamil dan gestosis
preeklampsia-eklampsia dan gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio
plasenta (Manuaba, 2012:421).
c. Riwayat natal
Bayi dilahirkan dengan jenis partus biasa (normal/spontan) yaitu bayi lahir
dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2008:180).
d. Riwayat post natal
Asuhan pascaresusitasi yaitu biasanya dilakukan kontak kulit di dada ibu
(metode kanguru), bayi berada di bawah radian heater (jika tersedia)
(Saifuddin 2006:M-120). Bayi bisa dalam keadaan soanosis (biru) atau
sukar bernafas diberikan oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong
(Saifuddin 2006:M-121).
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Kebutuhan minum BBLC:
60 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Hari pertama :
8
(60−30)𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Hari kedua :
8
150 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Begitu seterusnya sampai maksimal :
8
Bayi akan lapar setiap 2-4 jam sepanjang hari. Bayi hanya memerlukan
ASI atau susu formula selama 6 bulan pertama (Varney, 2001:897).
2) Tidur/istirahat
Bayi perlu banyak tidur (Varney, 2001:897). Dalam 2 minggu pertama
setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3
bulan rata-rata tidur 16 jam sehari (Marmi, 2012: 81)
10

3) Eliminasi
BAB : Bayi mempunyai feces lengket berwarna hitam kehijauan
selama dua hari pertama, ini disebut mekoneum. Feces
bayi yang diberi ASI akan berubah warna jadi hijau-emas,
lunak dan terlihat seperti bibit (seedy). Bayi yang diberi
susu formula memiliki feces berwarna coklat gelap, seperti
pasta atau padat. Bayi akan BAB 1 sampai 4 kali per hari
(Varney, 2001:897).

BAK : Bayi BAK 4-5 kali/hari (Varney, 2001:897).


Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7- 10 x sehari.

4) Personal hygiene
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK
harus diganti popoknya minimal 4- 5 kali/ hari (Marmi, 2012: 80).
Bungkus bayi dengan kain lunak, kering dan selimuti dan pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas (Saifuddin, 2006:M-122).
2. Data obyektif
a. Keadaan umum
Pada asfiksia, bayi tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir.
(Winkjosastro, 2008: 144)
b. Tanda-tanda vital menurut Varney (2001:891) :
Dalam keadaan asfiksia diketahui:
Suhu : < 36oC
Nadi : < 100 x/menit
Pernafasan : frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dada
ke dalam atau merintih (Saifuddin, 2009:M-121).
c. Pengukuran antropometri
1) Lingkar kepala 33-38 cm. Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian
melingkari kepala kembali ke dahi (Marmi, 2012: 55)
2) Sirkumferensia suboccipito bregmatika 32 cm.
3) Sirkumferensia mento occipito 34 cm (Wiknjosastro,2007:119).
11

4) Lingkar dada 30-38 cm. Ukur lingkar dada dari daerah dada ke
punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua
putting susu) (Marmi, 2012: 55)
5) Lingkar lengan ± 11 cm.
6) Panjang badan 48-52 cm (Pusdiknakes, 1992:72).
7) Berat badan 2500-4000 gram.
Berat badan janin kecil dari usia kehamilannya dapat menimbulkan
asfiksia sedang sampai berat (Manuaba, 2012:440).
d. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput, hematoma
(Winkjosastro, 2008)
Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung.
Mulut : Sianosis (Saifuddin, 2006: M-120).
Leher : kerusakan persendian tulang leher (Manuaba, 2012:493).
Dada : frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dada ke
dalam atau merintih (Saifuddin, 2006:M-121). Apneu(sukar
bernafas) (Saifuddin, 2009:P-88).
Jantung : frekuensi denyut jantung krang dari 100x/menit bahkan detak
jantung tidak dapat terdeteksi (Saifuddin, 2006:P-88).
Integumen : sianosis sentral atau sianosis perifer (Saifuddin, 2009:P-88).
e. Keadaan neuromiskuler
Berdasarkan criteria neurologic pada bayi normal adalah; a) posisi bayi frog
psotion (fleksi pada ekstremitas atas dan bawah), b) Reflek moro positif dan
harus simetris, c) reflek hisap positif pada sentuhan palatum mole, d) refleks
menggenggam positif (Marmi, 2011: 70).
Refleks : gerakan naluriah untuk melindungi bayi.
1) Refleks gabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan
jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada
4 samapi 5 ketukan pertama.
12

2) Refleks hisap
Benda menyentuh bibir bayi disertai refleks menelan. Tekanan pada
mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat
dan cepat. Dilihat pada waktu bayi menyusu.
3) Refleks mencari (rooting)
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. Misalnya mengusap
pipi bayi dengan lembut: bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita
dan membuka mulutnya.
4) Refleks genggam (Palmar gasp)
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle,
normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan
bayi ditekan : bayi akan mengepalkan tinjunya.
5) Refleks Babinski
Gores telapak kaki ke arah atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak
kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari kaki
hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.
6) Refleks moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
7) Refleks melangkah
Bayi menggerak-gerakkan tungkainya dalam satu gerakan bejalan atau
melangkah jika diberikan dengan cara memegang lengannya sedangkan
kakinya dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dan keras.
8) Refleks merangkak
Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan
kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar.
9) Refleks toning leher atau “fencing”
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan
ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bial kepala bayi ditolehkan ke
satu sisi selagi istirahat. Respon ini dapat tidak ada atau tidak lengkap
segera setelah lahir.
13

10) Refleks ekstruksi


Bayi baru lahir menjulurkan lidahnya keluar bila ujung lidah disentuh
dengan jari atau putting (Marmi, 2011: 70-72). Jika kekuatan menghisap
kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju
(Saifuddin, 2009:M-121).
3. Analisa Data
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi terhadap diagnose, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan intrepetasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnose, atau masalah adalah
pengolahan data dan analisa dengan menggabungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta (Purwanti, 2012: 81).
1.2.2 Diagnosa kebidanan
Bayi baru lahir, usia < 5 menit, jenis kelamin laki-laki/perempuan, lahir
spontan/dengan tindakan, aterm/prematur/postmatur, dengan AS 0-3 (asfiksia
berat), AS 4-6 (asfiksia sedang), keadaan umum lemah.
Dengan kemungkinan masalah :
1. Potensial terjadinya gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan post
asfiksia.
2. Potensial terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya perpindahan intra
uterin ke ekstra uterin.
3. Potensial terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan
dengan reflek menghisap lemah.
4. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
bayi.
5. Potensial terjadinya hipoglikemi sehubungan dengan metabolisme yang
meningkat.
6. Potensial terjadinya gangguan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan
dengan tidak dilakukannya IMD.
Prognosa baik/ buruk.
14

1.2.3 Perencanaan
Diagnosa : Bayi baru lahir, usia < 5 menit, jenis kelamin laki-
laki/perempuan, lahir spontan/dengan tindakan,
aterm/prematur/postmatur, dengan AS 0-3 (asfiksia berat), AS
4-6 (asfiksia sedang), keadaan umum lemah.
Tujuan : keadaan bayi menjadi lebih baik dan asfiksia teratasi.
Kriteria : -TTV normal
a. Bayi bergaerak aktif
b. Bayi menangis kuat
c. Bernafas spontan dan teratur (30-60 x/menit)
d. Warna kulit kemerahan
e. Denyut nadi > 100 kali/menit
f. Ada respon batuk/bersin terhadap refleks
Intervensi menurut (Wiknjosastro, 2008: 144):
a. Beritahu ibu bahwa bayi telah lahir namun harus dilakukan tindakan
yaitu resusitasi awal / HAIKAP.
R/ ibu mengerti tindakan yang akan dilakukan.
b. Hangatkan bayi dengan menyelimuti dengan handuk/ kain dan
nyalakan lampu 60 watt dengan jarak 60 cm.
R/ mencegah hipotermi
c. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
R/ jalan nafas tidak terganggu
d. Isap atau bersihkan jalan nafas dengan penghisap lender delee.
R/ Membersihkan jalan nafas
e. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka / dada/ perut/
punggung.
R/ memberikan rangsangan supaya dapat berusaha bernafas.
f. Atur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan.
R/ jalan nafas tidak terganggu
15

g. Lakukan penilaian,
1) Bila menangis spontan dan pernafasannya 30-60 x/ menit lakukan
perawatan BBL pasca resusitasi
2) Bila tidak menagis spontan, lakukan ventilasi percobaan 2x lalu
dilanjutkan dengan ventilasi definitive sebanyak 20x/ 30 detik
selama 2 menit menggunakan tabung dan sungkup atau balon dan
sungkup. Bila berhasil lakukan perawatan BBL pasca resusitasi.
Bila tidak berhasi atau bayi belum menangis maka rujuk untuk
dilakukan pijat jantung.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
1. Masalah I : Gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia.
Tujuan : Neonatus dapat bernafas normal
Kriteria :- Pernafasan normal 40-60 x/menit
- Irama nafas teratur
- Bayi menangis kuat
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Letakkan bayi telentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher
sedikit tenengadah / ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas
bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
R/ jalan nafas tidak terganggu
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
R/ jalan nafas tidak terganggu
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar
gas darah arteri.
R/ Kebutuhan O2 terpenuhi
2. Masalah II : Resiko terjadi hipotermi sehubungan dengan adanya proses
persalinan yang lama ditandai suhu tubuh dibawah 36ºC
Tujuan : Neonatus dalam kondisi hangat
Kriteria : - Tubuh bayi kemerahan
16

- Akral dan tubuh bayi hangat


- Suhu tubuh normal 365ºC - 375ºC
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Letakkan bayi telentang diatas pemancar panas.
R/ mencegah hipotermi
b. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan
bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
R/ kondisi neonatus tetap hangat
c. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian infus glukosa 5% bila ASI
tidak mungkin diberikan.
R/ pemenuhan kebutuhan nutrisi
3. Masalah III : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
Tujuan : Neonatus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara adekuat
Kriteria : - Reflek rooting, sucking, swallowing baik
- Kebutuhan cairan (susu) dapat di konsumsi
- Peristaltik usus (+) 6-12 kali /menit
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Lakukan observasi BAB dan BAK (jumlah, frekuensi, dan konsistensi).
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
b. Monitor turgor dan mukosa mulut.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
c. Monitor intake dan output.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Beri PASI atau ASI sesuai kebutuhan.
R/ pemenuhan kebutuhan nutrisi
e. Lakukan control berat badan setiap hari.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
(Wiknjosastro, 2008: 144)
17

4. Masalah IV : Resiko terjadinya infeksi sehubungan dengan penurunan


daya tahan tubuh bayi.
Tujuan : Neonatus dalam kondisi sehat
Kriteria : - Suhu tubuh tidak meningkat (normal 365ºC - 375ºC)
- Gerak aktif
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan kebidanan
R/ Mencegah infeksi
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ menghindarkan dari kuman dan bakteri
c. Pakai baju khusus / skort waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
R/ Mencegah infeksi
d. Lakukan perawatan tali pusat minimal 2 kali sehari.
R/ Mencegah infeksi dan menghindari perdarahan
e. Jaga kebersihan (badan, pakaian, dan lingkungan bayi)
R/ bayi nyaman dan terlindungi dari infeksi
f. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal.
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
g. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
R/ bayi nyaman dan terlindungi dari infeksi
h. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic.
R/ mencegah terjadinya infeksi
5. Masalah V :Resiko terjadi hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme
yang meningkat.
Tujuan : Bayi tidak hipotermi
Kriteria : - Bayi dalam kondisi hangat
- TTV dalam batas normal
- Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian
nutrisi.
18

R/ pemenuhan kebutuhan nutrisi


b. Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan.
R/ mencegah hipotermi
c. Observasi gejala cardinal (suhu, nadi,respirasi).
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
6. Masalah VI :Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu
sehubungan dengan perawatan intensif.
Tujuan : Ibu tetap dekat dengan bayinya tanpa rawat gabung
Kriteria : - Ibu mengerti penjelasan tenaga medis
- Ibu memahami kondisis bayinya
Intervensi menurut Winkjosastro (2008:144) adalah
a. Jelaskan pada ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
R/ keluarga / ibu mengerti keadaan bayinya
b. Bantu orang tua / ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ keadaan psikologis lebih baik
c. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
R/ ibu lebih paham dan lebih nyaman
d. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi dengan kaca)
R/ hubungan interpersonal antara ibu dan bayi menjadi lebih baik
e. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi sehat.
R/ Bounding attachment terlaksana
1.2.4 Pelaksanaan
Standar implementasi menurut Kepmenkes RI
No.938/Menkes/SK/VIII/2007/ Tentang Asuhan Kebidanan,adalah sebagai Bidan
melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efesien dan
aman berdasarkan evidance base kepada klieb/pasien, dalam bentuk upayapromotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
1.2.5 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
19

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam


diagnosa dan masalah. Langkah evaluasi dalam asuhan kebidanan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP :
S : Data Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data


melalui anamnese.

O : Data Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil lab dan tes diagnostic lain


yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment

A : Assessment

Menggambarkan pendukomentasian hasil analisa data dan


interprestasi S dan O dalam suatu identifikasi .Diagnosa masalah
dan Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi


berdasarkan assessment
20

BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian data


Tanggal 01-08-2017 pukul 09.15 WIB
Ruang bersalin RSUD dr.Soeroto Ngawi
2.2.1 Data Subjektif
1. Biodata
Nama : Ny.I Tn.N By.Ny.I
Usia : 43 tahun 44 tahun 0 jam
Jenis kelamin : perempuan laki-laki laki-laki
Agama : islam islam islam
Suku/bangsa : jawa/indonesia jawa/indonesia jawa/indonesia
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Geneng, Ngawi
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayi ketika lahir tidak menangis dan begerak lemah
3. Riwayat kesehatan
Bayi lahir sungsang, ketika lahir tidak menangis, tidak bergerak. Setelah
dilakukan tindakan oleh bidan, bayi mulai menangis dan bergerak. Kemudian
bayi langsung dibawa ke rung NICU RSUD Soeroto Ngawi
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu dan keluarga bayi sehat, tidak ada yang menderita penyakit menular,
menurun dan menahun
5. Riwayat kebidanan
a. Hamil
Ibu selama hamil sehat, rutin periksa ke bidan sebanyak 11 kali, dari
bidan mendapat terapi vitamin C, kalsium dan Fe, diminum teratur sesuai
anjuran sampai menjelang persalinan. Selama hamil ibu tidak pernah

20
21

menderita demam, batuk/pilek, atau keluhan yang serius, selama dalam


kandungan, bayi mulai bergerak saat usia 5 bulan.
b. Persalinan
Ibu melahirkan tanggal 01-08-2017 pukul 09.15 WIB saat Uk 37-38
minggu, secara sungsang di RSUD Soeroto, ditolong bidan,laki-laki, BB
lahir 2300 gram, PB lahir 47 cm, baru lahir tidak menangis dan tidak
bergerak aktif.
2.2.2 Data objektif
Bayi kurang bulan, lahir tidak menangis, bergerak lemah, ketuban
mekoneal.
2.2 Diagnosa
By.Ny.I bayi baru lahir usia 0 jam, riwayat persalinan sungsang dengan
asfiksia sedang, keadaan umum lemah, prognosa buruk.
2.3 Perencanaan
Diagnosa : By.Ny.I bayi baru lahir usia 0 jam, riwayat persalinan sungsang
dengan asfiksia sedang, keadaan umum lemah, prognosa buruk.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan, masalah asfiksia dapat teratasi dan bayi
dapat bernafas spontan, teratur, masa transisi terlewati dengan baik.
Kriteria :
1. Keadaan umum baik
2. TTV normal
N:>100 kali/menit, S:36,5-37,5ºC, RR:40-60 kali/menit
3. Warna kulit kemerahan
4. Bayi bernafas spontan dan teratur
5. Bayi menangis kuat, bergerak aktif
6. Apgar skor 7-10
Intervensi :
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi bahwa bayi
memerlukan tindakan segera agar dapat bernafas spontan
R/ibu dan keluarga mengerti
22

2. Lakukan jepit, potong tali pusat tanpa diikat


R/tali pusat tidak diikat dahulu karena untuk memasukkan obat jika
diperlukan
3. Keringkan tubuh bayi dan hangatkan dengan kain bersih dan kering
dan menggunakan lampu 60watt berjarak 60 cm
R/mencegah terjadinya hipotermi
4. Atur posisi kepala agar ekstensi dengan mengganjal 3 cm
R/posisi ekstensi untuk membuka jalan nafas agar tidak terganggu
5. Isap lendir dari mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap lendir
dee lee
R/mengeluarkan lendir yang menyumbat jalan nafas dan merangsang
bayi agar bernafas
6. Keringkan bayi dengan kain bersih dan kering sambil melakukan
rangang taktil
R/rangsangan taktil dapat memulai pernapasan bayi agar bayi dapat
bernapas lebih baik
7. Atur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan
R/posisi ekstensi efektif untuk membuka jalan nafas
8. Pasang O2 dengan nasal kanul
R/pemberian O2 pada paru-paru merupakan rangsangan untuk
relaksasi darah pulmonal dan merangsang bayi untuk bernafas spontan
dan teratur
9. Lakukan pemantauan tanda bahaya bayi selama 15 menit pertama
dengan observasi tanda cyanosis dan suhu tubuh bayi tiap 2 jam
R/apabila terjadi tanda bahaya dapat segera teratasi
2.4 Pelaksanaan
Tanggal 01-08-2017 pukul 09.20 WIB
Diagnosa : By.Ny.I bayi baru lahir usia 0 jam, riwayat persalinan sungsang
dengan asfiksia sedang, keadaan umum lemah, prognosa buruk
23

Implementasi :
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi bahwa bayi
memerlukan tindakan segera agar dapat bernafas spontan
2. Melakukan jepit, potong tali pusat tanpa diikat
3. Mengeringkan tubuh bayi dan hangatkan dengan kain bersih dan
kering dan menggunakan lampu 60watt berjarak 60 cm
4. Mengatur posisi kepala agar ekstensi dengan mengganjal 3 cm
5. Mengisap lendir dari mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap
lendir dee lee
6. Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering sambil melakukan
rangang taktil
7. Mengatur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan
8. Memasang O2 dengan nasal kanul
9. Melakukan pemantauan tanda bahaya bayi selama 15 menit pertama
dengan observasi tanda cyanosis dan suhu tubuh bayi tiap 2 jam
2.5 Evaluasi
Tanggal 01-08-2017 pukul 11.00 wib
S:-
O:
- KU baik
- Bayi menanggis kuat, bergerak aktif
- S : 36,7ºC, N : 120 x/menit, R : 45 x/menit
A : Bayi baru lahir usia 0 jam dengan asfiksia, masalah teratasi.KU baik,
prognosa baik.
P : lakukan observasi pasca resusitasi
- Pemantauan tanda bahaya bayi (megap-megap, merintih, demam,
kebiruan, kuning, kejang)
- Menjaga bayi agar tetap hangat
- Memberikan injeksi Vit.K dan salep mata tetrasiklin dan imunisasi
HB0
- Perawatan tali pusat
24

- Pemeriksaan fisik BBL

Petugas,
Siti Handriyani
25

DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes 2007, tentang Standar Asuhan Kebidanan. Dirgen Bina Upaya


Kesehatan Kemenkes RI 2011
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB Untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Marmi, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Purwanti, Eni, 2012. Asuhan Kebidanan untuk Ibu Nifas, Cakrawala Ilmu:
Yogyakarta.

Saifudin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakrta : Yayasan Bina Pustaka

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Varney, Helen, DKK. 2001. Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC.


2008. Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Gulardi H.2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

25

Vous aimerez peut-être aussi