Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak kelapa sawit
terbesar didunia. Peranan Indonesia dalam produksi minyak dunia sangat besar
sehingga industri kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat, karena
pentingnya kelapa sawit bagi kebutuhan manusia juga berpotensi dalam
meningkatkan pendapatan devisa negara, menciptakan lapangan pekerjaan dan
mensejahterakan masyarakat. Kelapa sawit (Elaeeis guineensiss Jacq) merupakan
tanaman tahunan dari suku pinang – pinangan Palm seperti halnya kelapa dalam,
tanaman ini berasal dari negeri Guenea di benua Afrika Barat yang dikenal
dibeberapa negara dengan sebutan Oil Palm atau Afican Oil Palm (Inggris), Aceite
de palma (Spanyol), Oilepalm Van Guinea (Belanda), Elaeis de Guinee
(Perancis), Oelpalme atau Guineische Palmae (Jerman) dan Palmeire Andim
(Portugis).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
Belanda tahun 1848, kemudian tanaman kelapa sawit mulai dikembangkan dan
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia tahun 1911 hingga sekarang. Kelapa
sawit sebagai kebutuhan pangan yang dibutuhkan bagi manusia dalam memenuhi
kebutuhan minyak pangan sehari - hari. Permintaan minyak kelapa sawit semakin
meningkat akibat dari terus bertambahnya angka pertumbuhan populasi manusia
di dunia. Permintaan akan minyak kelapa sawit yang terus meningkat ini
mendorong wilayah Kalimantan Barat untuk melakukan perluasan areal kelapa
sawit. Faktanya dengan adanya perluasan areal kelapa sawit ini lahan – lahan yang
akan digunakan akan semakin habis terpakai, padahal dengan produktivitas yang
tinggi dalam satuan hektar dapat menghemat penggunaan lahan.
Berdasarkan data publikasi Badan Pusat Statistik (2014), luas areal yang
ditanami tanaman kelapa sawit di wilayah Kalimantan Barat mencapai. Rerata
produktivitas kelapa sawit yang dihasilkan 3-4 ton per hektar, hasil tersebut relatif
masih rendah. Apabila dilakukan perbaikan pada tahapan pembibitan kelapa
sawit, sejumlah pihak memperkirakan potensi hasilnya bisa mencapai 8,6 ton per
hektar (Henson,1990 dalam Kariasa dan Ardana, 2015).
Luas tanah PMK khususnya di Kalimantan Barat sekitar 8.367.807 ha
(Badan Pusat Statistik, 2010). Dilihat dari luasnya tanah PMK ini berpotensi
untuk pengembangan lahan pertanian khususnya tanaman kelapa sawit. Namun
tanah PMK ini tergolong tanah yang memiliki beragam permasalahan diantaranya,
memiliki kemasaman tanah yang tinggi dan kandungan unsur hara N, P, K, Ca,
Mg, S, dan Mo yang rendah dan juga mengandung unsur Al yang tinggi, dimana
dapat menyebabkan pemberian pupuk P, banyak yang terfiksasi dan tidak tersedia
bagi tanaman serta dapat meracuni tanaman (Hairiah, 1994).
Perbaikan pada tahapan pembibitan di Pre-Nursery dapat dilakukan
dengan kegiatan intensifikasi dengan penggunaan benih unggul. Benih unggul
diperoleh dari hasil Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Kelebihan benih ini
dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi. Kemampuan Benih unggul untuk
memproleh produktivitas yang tinggi tentunya juga tidak telepas dari perbaikan
dari kegiatan ekstentifikasi dengan memperbaiki tingkat kesuburan media tumbuh.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak
sapi yang berbentuk padat maupun cair. Pupuk kandang sapi berperan dalam
memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Selain itu dapat meningkatkan
daya simpan air lebih lama, meningkatkan ketersediaan hara lebih tinggi serta
memperbaiki sistem aerasi dan draenasi tanah PMK menjadi lebih baik sebagai
media tumbuh tanaman. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Kimia dan
Konservasi Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
(2016), pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini mengandung 2.15%
N, 0. 0,80% P, 0.30 % K, 2,39% Ca dan 0,28 Mg.
CMA dapat berasosiasi pada akar tanaman. Bagi tanaman inang
pemanfaatan CMA dapat meningkatkan serapan hara Fosfor, air, memperbaiki
kualitas tanaman dan meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Uraian dari beberapa hal diatas mendorong penulis mengambil
alternatif dalam melakukan percobaan. Diharapkan pemberian pupuk kandang
sapi dan CMA, dapat mengatasi permasalahan yang ada pada tanah PMK yang
dapat menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berkualitas baik dan
siap untuk ditanam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah
Tanah berasal dari bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum. Tanah
adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah
sangat berperan bagi semua kehidupan di bumi karena mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup
dan bergerak (Wikipedia, 2012). Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan
penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga
dapat tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang
lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah (Tan, 1995).

B. Pupuk Organik
Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik
maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur tanah
dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam
keadaan factor keliling atau keadaan yang baik (Sutejo dan Kartasapoetra, 1987).
Pupuk organik ialah zat organik yang digunakan sebagai pupuk organik dalam
pertanian. Pupuk kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menambahkan
zat dan nutrien, seperti nitrogen yang ditangkap bakteri dalam tanah.
Organisme yang lebih tinggi kemudian hidup dari jamur dan bakteri dalam rantai
kehidupan yang membantu jaring makanan tanah (Wikipedia, 2012).
Pupuk kandang merupakan salah satu contoh pupuk organik yang berasal
dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa
makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam
tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar
sertakandungan haranya (Sangatanan dan Sangatanan, 1989). Pupuk organik yang
dikembalikan melalui pupuk kandang selain sebagai sumber bahan organik tanah
juga sebagai sumber hara bagi pertumbuhan tanaman (Ende dan Taylor, 1969).
Bahan organik memegang peranan penting pada tanah tropis, karena hampir
semua unsur terdapat didalamnya (Agboola, 1974) Pupuk kandang biasanya
terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25 P2O5 dan 0,5 K2O (Allison, 1973). Pupuk
kandang sapi padat dengan kadar air 85% megandung 0,4% N; 0,2% P2O5 dan
0,5% K2O dan yang cair dengan kadar 95% mengandung 1% N; 0,2% P2O5 dan
0,1% K2O. proses perombakan bahan organik pada tahap awal bersifat hidrolisis
karena proses ini berlangsung dengan adanya air dan enzim hidrolisa ekstra
selluler yang menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dan mudah larut dalam
air sehingga mikrooragnisme dapat memanfaatkannya terutama dalam kondisi
aerobik. Perombakan selanjutnya dalam kondisi aerobik dengan hasil akhir CO2
dan H2O. Dalam kondisi anaerobik hasil samping adalah asam asetat, asam
pripionat, asam laktat, asam butirat dan asam format serta alcohol dan gas CO2,
H2O dan methan (CH4) (Sugito, et al, 1995).
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas


Tanjungpura Pontianak. Waktu penelitian berlangsung selama 4 bulan, dimulai
dari sejak penanaman sampai tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu tanggal 25
November 2016 sampai tanggal 25 maret 2017. Bahan dan alat yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu benih kelapa sawit, tanah podsolik merah kuning, pasir,
polybag ukuran 12 x 23 cm dengan daya tampung 3 kg, paranet 75%, plastik UV,
pupuk kandang sapi, CMA stock, pupuk dasar yang digunakan yaitu urea dan
pupuk phonska dengan perbandingan 15 – 14 – 6 - 4, dan pestisida yang
digunakan insektisida berupa matador.
Alat yang digunakan yaitu alat pertanian cangkul dan parang, alat
laboratorium berupa oven, tabung reaksi, mikroskop, cawan petridist, Erlenmeyer,
cover glass, saringan, ayakan, timbangan analitik, kertas saring, gunting, alat ukur
penggaris, meteran, termometer, higrometer, dan alat tambahan berupa ember,
gembor, kantong plastik, paku palu, drum, papan, alat dokumentasi, dan alat tulis.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua Faktor perlakuan, faktor pertama 3 taraf
perlakuan dan faktor kedua 2 taraf perlakuan. sehingga didapat 6 kombinasi
perlakuan yang terdiri dari 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 tanaman sampel
sehingga tanaman berjumlah 96. Perlakuan yang diberikan yaitu faktor pertama
p1= tanah + pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 200 g/polybag setara (10%), p2 =
Tanah + Pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 600 g/polybag setara (30%), p3 =
Tanah + Pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 1000 g/polybag setara (50%). Faktor
kedua pemberian CMA 10 g/polybag yaitu m1= dengan CMA dan m0 = tanpa
CMA. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi tinggi bibit, jumlah
daun, diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering akar, berat kering
tajuk dan persentase infeksi akar (%). Selain itu dilakukan pula pengamatan
terhadap kondisi lingkungan meliputi : suhu udara, dan kelembaban udara relatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil variabel pengamatan diantaranya tinggi tanaman dan jumlah daun
serta parameter pengamatan terhadap diameter batang, volume akar, panjang akar,
berat kering akar, berat kering tajuk dan presentase akar terinfeksi adalah sebagai
berikut:

1. Tinggi Tanaman (cm)


Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kelapa
sawit pada umur 4 – 18 mst, sedangkan pemberian CMA juga berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit kelapa sawit pada umur 14 dan 16 mst, serta interaksi antara
keduanya juga berpengaruh tehadap tinffi bibit pada umur 16 dan 18 mst.
Selanjutnya untuk mengetahui masing – masing perbedaan perlakuan interaksi
antara pupuk kandang sapi dan CMA maka dlakukan uji Beda Nyata Jujur yang
hasilnya dapat dilihat Tabel 1.
Tabel 1. Uji BNJ Pengaruh Interaksi antara Pupuk Kandang Sapi dan CMA
terhadap Rerata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 14, 16, dan 18 MST.

14 mst
Pupuk Kandang CMA Rerata
Sapi (%) M0 M1
10 20,65 a 21,20 a 20,93
30 12,16 b 14,11 b 13,14
50 13,55 b 19,92 b 16,74
BNJ 5% 1,49 1,22
Rerata15,46 18,41
16 mst
Pupuk Kandang CMA Sapi (%)
Rerata
M0 M1
10 24,06 a 24,81 a 24,43
30 15,12 b 17,08 b 16,10
50 16,56 b 23,63 a 20,09
BNJ 5% 1,72 1,41
Rerata18,58 21,84
18 mst
Pupuk Kandang CMA Sapi (%)
Rerata
M0 M1
10 28,68 a 27,58 ab 28,13
30 20,31 c 20,22 c 20,27
50 21,26 bc 28,51 a 24,89
BNJ 5% 3,01 2,45
Rerata 23,42 25,44
Keterangan :Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %.

2. Jumlah Daun (helai)


Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah
daun bibit kelapa sawit pada umur 4, 12, dan 16 mst, faktor CMA juga
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit umur 4, 8, dan 16 mst
dan juga interaksi antara pupuk kandang sapi dan CMA yang berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun umur 12 mst. Selanjutnya untuk melihat perbedaan
perlakuan masing-masing interaksi antara pupuk kandang sapi dan CMA terhadap
jumlah daun maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat
dilhat pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji BNJ Interaksi antara Pupuk Kandang Sapi dan CMA terhadap
Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada umur 12 mst.

Pupuk Kandang Sapi (%) Jumlah Daun (Helai) Rerata


M0 M1
10 4,18 b 4,56 ab 4,37
30 4,37 b 4,37 b 4,37
50 4,50 b 4,93 a 4,72
BNJ 5%0,17 0,14
Rerata4,35 4,63
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %.

3. Parameter Pengamatan (Diameter Batang, Volume Akar, Panjang Akar, Berat


kering Akar dan Berat Kering Tajuk dan Presentase Akar Terinfeksi (%).
Pengaruh pupuk kandang sapi dan CMA terhadap pertumbuhan bibit kelapa
sawit pada media tanah PMK pada parameter pengamatan yang meliputi diameter
batang dan parameter akar meliputi: volume akar, panjang akar, berat kering akar,
dan berat kering tajuk. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian pupuk
kandang sapi berpengaruh nyata terhadap variabel diameter batang, panjang akar,
volume akar, berat kering bagian atas, berat kering bagian bawah, dan berat kering
tajuk, pemberian CMA berpengaruh tidak nyata terhadap variabel pengamatan
dan interaksi antara pupuk kandang sapi dan CMA juga berpengaruh tidak nyata
terhadap semua variabel pengamatan tersebut. Selanjutnya untuk melihat
perbedaan perlakuan pupuk kandang sapi terhadap parameter pengamatan
diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering akar dan berat kering
tajuk maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat dilhat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Uji BNJ Pengaruh Pupuk Kandang Sapi terhadap Diameter Batang,
Panjang Akar, Volume Akar, Berat Kering Akar dan Berat Kering Tajuk.

Pupuk Kandang DB(cm)3 VA(cm3) PA(cm) BKA(g) BKT(g)


Sapi (%)
10 1,19 b 7,91 b 26,75 b 0,96 b 1,87 b
30 1,50 a 11,38 a 32,50 a 1,46 a 2,67 ab
50 1,54 a 12,01 a 34,62 a 1,57 a 3,35 a
BNJ 5% 0,18 2,28 4,56 0,37 0,68
Keterangan :Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris atau kolom
menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %.
DB = Derajat Bebas AT = Akar Terinfeksi DB =
Diameter Batang VA = Volume Akar
PA= Panjang Akar BKA = Berat Kering Akar BKT =
Berat Kering Tajuk

4. Presentase Akar Terinfeksi (%)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian CMA sebanyak 10g/
polybag berpengaruh nyata terhadap akar terinfeksi bibit kelapa sawit.
Selanjutnya untuk melihat perbedaan perlakuan masing-masing perlakuan pupuk
kandang sapi dan CMA terhadap presentase akar terinfeksi bibit kelapa sawit
maka dilanjutkan dengan analisis uji Beda Nyata Jujur (BNJ), dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Uji BNJ Pengaruh CMA Terhadap Persentase Akar Terinfeksi Pada
Akar Bibit Kelapa Sawit (%).

CMA Akar Terinfeksi (%)


Tanpa CMA 1,33 b
Dengan CMA 87,75 a
BNJ 5% 2,85
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang beda pada satu kolom berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 5 .

B. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umur 14, 16, dan 18 mst
media tanam bibit yang diberi bahan organik 50% pupuk kandang sapi dengan
diberi CMA, berbeda nyata dengan pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak
30% dengan diberi CMA. Namun pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 10%
menghasilkan jumlah daun yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk
kandang sapi 50% dengan diberi CMA.
Pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 10% dengan diberi CMA
merangsang CMA lebih efektif dalam menyerap unsur hara P. hal ini diduga pada
perlakuan pupuk kandang sapi 10% dengan 50% menghasilkan tinggi bibit yang
hampir sama. Namun diduga ketersediaan unsur hara P lebih sedikit pada pupuk
kandang sapi 10% dibanding yang diberi pupuk kadang sapi sebanyak 50%.
Artinya CMA efektif meningkatkan ketersediaan unsur hara dan mengabsorbsi
unsur hara yang diperlukan bagi perkembangan tanaman Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Same (2011) bahwa pada lahan marginal yang miskin unsur
hara CMA mampu meningkatkan penyerapan hara makro (terutama P) dan hara
mikro melalui hifa eksternalnya.
Hasil ini dibuktikan bahwa pertumbuhan tinggi bibit yang diberi CMA,
pertambahan tinggi bibit mencapai 2 – 3 cm dalam dua minggu sekali,
pertumbuhan ini terjadi dimulai saat umur bibit 12 – 18 mst. Sedangkan tanpa
diberi CMA hanya diperoleh rerata pertambahan tinggi bibit 1,5 – 2 cm dalam 2
minggu sekali. Pada akhir penelitian tinggi bibit yang diperoleh dengan perlakuan
yang diberi CMA tinggi bibitnya mencapai 27,85 cm. Hasil ini lebih baik bila
dibandingkan dengan standar pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berasal dari
data Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2011) dimana saat umur 4 bulan rerata tinggi
bibit kelapa sawit mencapai 25 cm.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan interaksi antara pupuk kandang sapi
dan CMA berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah daun, bertambahnya
jumlah daun berkaitan dengan kemampuan tanaman dalam melakukan proses
fotosintesis, hubungannya dengan fotosintesis ditentukan berdasarkan tingkatan
serapan hara dan ketersediaan hara dan air didalam tanah. Interaksi yang nyata
antara pupuk kandang sapi dan CMA yang mempengaruhi jumlah daun terjadi
pada umur 12 mst.
Hasil Penelitian ini rerata jumlah daun yang diperoleh dari interaksi
perlakuan pupuk kandang sapi 10% dengan diberi CMA jumlah daun yang
dihasilkan yaitu 4,93 helai daun. Hasil tersebut lebih efektif walaupun
menghasilkan jumlah daun bibit yang tidak berbeda jauh dengan perlakuan 50%
pupuk kandang sapi dengan diberi CMA. Hal tersebut diduga CMA tidak dapat
bekerja secara aktif pada pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 50%
disebabkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman juga lebih tinggi
dibanding dengan perlakuan lainnya. Sejalan dengan pendapat Schramm (1966)
dalam Purwaningsih (2015), mengatakan bahwa inokulum yang berlimpah
bukanlah faktor penentu keberhasilan asosiasi CMA dengan perakaran tanaman.
Pada akhir penelitian yang diberi pupuk kandang sapi 10% dengan diberi CMA
jumlah daun yang dihasilkan mencapai 6,43 helai daun. Hasil tersebut lebih baik
bila dibandingkan dengan standar pertumbuhan bibit kelapa sawit. Dikatakan
menurut data Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2011) bahwa pada umur 4 bulan
jumlah daun yang dihasilkan dengan rerata mencapai 4,25 helai daun.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pupuk kandang
sapi berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan bibit. variabel
pengamatan diantaranya diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering
akar dan berat kering tajuk. Variabel tersebut yang dihasilkan dengan pupuk
kandang sapi yang diberi sebanyak 30% berbeda tidak nyata dengan 50% dan
berbeda nyata dengan pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 10%. Pemberian
pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 50% menghasilkan semua variabel
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 30% namun diperoleh jumlah rerata
pengamatan yang lebih baik.
Hasil pengamatan diperoleh dari perlakuan 50% yaitu 1,54 mm diameter
batang, 12,01 volume akar, 34,62 cm panjang akar, 1,57 g berat kering akar dan
3,35 g berat kering tajuk. hasil ini lebih baik bila dibanding dengan standar
pertumbuhan bibit kelapa sawit. Secara keseluruhan pupuk kandang sapi yang
diberi sangat membantu dalam merubah kualitas tanah PMK menjadi lebih baik.
Sejalan dengan pendapat Yuniarti (2012) mengatakan dimana pemberian pupuk
kandang sapi dosis yang tertinggi yaitu 225 g/polybag memberikan rerata tertinggi
pada berat basah, berat bagian atas, berat bunga dan keliling bunga, pemberian
pupuk kandang sapi 150 g/polybag memberikan rerata tertinggi pada volume akar
dan jumlah daun. Selain itu pupuk kandang sapi menyebabkan kualitas media
tanam yang dihasilkan menjadi lebih baik terutama kondisi aerasi dan draenasi,
juga mengakibatkan kondisi tanah menjadi lebih subur. Berdasarkan hasil analisis
Laboratorium Sifat Kima dan Kesuburan Tanah di Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak, pupuk kandang sapi yang digunakan didalam penelitian
ini mengandung unsur hara yang diantaranya 2.15% N, 0. 0,80% P, 0.30 % K,
2,39% Ca dan 0,28 Mg.
Semakin tinggi pupuk kandang sapi yang diberi maka akan semakin tinggi
juga kandungan unsur hara yang tersedia didalam pupuk kandang sapi yang
diperlukan bagi perkembangan vegetatif tanaman. Hasil penelitian ini sejalan
dengan pendapat oleh Sarief dan Suyono (1981) dikatakan unsur hara merupakan
salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Ditambahkan oleh Foth (1991), bahwa pertumbuhan yang baik itu tidak hanya
memerlukan unsur-unsur hara dalam bentuk yang dikehendaki tanaman, tetapi
juga harus dalam keadaan yang seimbang dalam jumlah yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Kondisi suhu di lahan penelitian berkisar 28 dan 290 Celcius sedangkan
kelembaban berikisar 79% - 85% sehingga mendukung tumbuh bibit kelapa sawit,
namun terdapat beberapa sampel tanaman yang tumbuhnya abnormal seperti helai
daun mengkerut dan bibit tampak kerdil serta adanya sampel tanaman yang
terkena penyakit dengan ciri awal dengan strip kuning bergaris putih kekuningan
seperti pita pada helai daun hingga menjadi layu fusarium.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh takaran pupuk kandang sapi dan
CMA terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pre-nursery pada media tanah
PMK dapat disimpulkan bahwa :
1. Interaksi dengan takaran 10% pupuk kandang sapi dengan diberi CMA
memberikan pengaruh yang efektif menghasilkan tinggi bibit kelapa sawit
dan jumlah daun lebih baik.
2. Takaran pupuk kandang sapi sebanyak 50% dapat meningkatkan
perkembangan diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering
akar, dan berat kering tajuk.
DAFTAR PUSTAKA

Bernhard, MR. 2008. Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi terhadap


Pertumbuhan Bibit Kelapa. Buletin Palma 34 : 33-41
BPS Kalimantan Barat. 2010. Kalimantan Barat Dalam Angka 2010. Kantor Biro
Pusat Statistik. Pontianak
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2003. Kalimantan Barat dalam angka,
BPS Kalbar Pontianak.
Foth, Hendry D. 1991.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Endang Dwi
Purbayanti. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Hairiah, K. 1994. Aluminium Tolerance of Mucena. A tropical leguminous cover
crop. Institute for soil Fertility Research (IB-DLO) RA Haren. Netherland.
Same Made 2011. Serapan Phospat Dan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada
Tanah Ultisol Akibat Cendawan Mikoriza Abuskula. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan Vol. 11 (2): 69-76 (2011).
Sarief, E,S,. dan A,D, Suyono. 1981. Ilmu Tanah Pertanian. Universitas
Pdjajaran.
Bandung.
yuniarti 2012. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Kubis Bunga Pada Tanah Gambut. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
PPKS, 2010. Teknologi Kultur teknis dan Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
PPKS, 2011. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Purwaningsih, S. 2015. Pengaruh Inokulasi Rhizobium Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Wilis Di Rumah Kaca. Jurnal
Berita Biologi vol 14 (1) : 69 -76 (2015).
Laboratorium, (2016). Kimia dan Konservasi Tanah. Fakultas Pertanian
universitas Tanjungpura. Pontianak.
Purwaningsih, S. 2015. Pengaruh Inokulasi Rhizobium Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Wilis Di Rumah Kaca. Jurnal
Berita Biologi vol 14 (1) : 69 -76 (2015).

Vous aimerez peut-être aussi