Vous êtes sur la page 1sur 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Acne Vulgaris.”

Kami menyadari bahwa tulisan dari makalah ini jauh dari kesan sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Kami juga
tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, jika pada makalah ini ada
kesalahan cetak, susunan, dan sistematika yang lolos dari pengamatan kami. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Blitar, 23 Maret 2018

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan bagian terluar yang melindungi bagian tubuh yang didalam.
Perawatan diri terutama kulit sangat diperlukan agar kulit tetap utuh, jika perawatan kulit
tidak teratur dapat menyebabkan berbagai kelainan kulit diantaranya akne vulgaris. Akne
vulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada
remaja dan dapat sembuh sendiri. Umumnya insiden terjadi pada usia 14 – 17 tahun pada
wanita dan 16 – 19 tahun pada pria. Penyebab dari akne vulgaris ini ada bermacam-
macam diantaranya stress, ras , hormonal cuaca dan lain – lain.
Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia remaja
ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak. Keadaan
ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi
beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan
kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara
penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya,
kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia.
1.1 Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti presentasi diharapkan agar dapat memahami tentang asuhan
keperawatan acne vulggaris.
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa/I dapat :
a) Menjelaskan pengertian acne vulgaris
b) Menjelaskan anatomi dan fisiologi dari kulit
c) Menjelaskan etiologi dan patofisiologi acne vulgaris
d) Menjelaskan manifestasi klinik acne vulgaris
e) Menjelaskan diagnosis acne vulgaris
f) Menjelaskan penatalaksanaan dan pencegahan acne vulgaris
g) Menjelaskan asuhan keperawatan acne vulgaris
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi
Acne vulgaris atau biasa disebut juga dengan jerawat adalah peradangan kronik
folikel filosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada
daeah-faerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung (Ilmu Penyakit Kulit, Marklali Harahap, 2000).
Acne Vulgaris merupakan penyakit peradangan menahun folikel poisebaseus yang
umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Akne vulgaris rentan dan paling
sering ditemukan pada daerah wajah, leher dan badan bagian atas.( Suddart and Brunner
2000).
Acne merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. (SylviaA.
Pric, 2006).
Acne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik pada kelenjarsebasea
yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupakomedo, papul,
postul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya.

Klasifikasi Acne Vulgaris

Lesi Akne Vulgaris meliputi :


1. Komedo
Ada 2 tipe :
- Tertutup (atau ‘kepala putih’) : lebih mudah diraba dari pada dilihat, berupa papula
yang sangat kecil dengan titik atau penonjolan ditengah. Paling banyak terdapat di dahi
dan pipi.
- Terbuka (atau’kepala hitam’) : adalah folikel rambut yang tertutup dan melebar tetapi
tidak jelas apa penyebab bercak-bercak hitam yang khas itu. Lesi peradangan yang sudah
sembuh akan meninggalkan banyak bintik hitam terutama pada bahu dan tubuh bagian
atas.
2. Papula dan Pustula
Papula dan pustula dikenal baik sebagai bintik-bintik kecil berwarna merah atau pustula
dengan dasar yang kemerahan. Keluhannya adalah adanya rasa gatal atau sampai terasa
sakit sekali. Papula cepat sekali timbul sering hanya dalam beberapa jam dan kemudian
biasanya berkembang menjadi pustula sesudah beberapa hari menghilang.
3. Nodul dan kista
Dengan makin bertambah parahnya keadaan dan semakin bertambah dalamnya
peradangan maka makin bertambah besarlah lesi yang dapat dilihat dan diraba yang
berakibat pada terbentuknya nodul dan kista yang sangat dalam.
Pada kebanyakan pasien hanya timbul beberapa saja, tetapi pada beberapa orang bisa
sangat banyak, keadaan ini disebut dengan istilah “akne konglobata”
4. Jaringan parut (Scar)
Perjalanan akhir dari proses peradangan pada akne adalah terbentuknya parut, yang akan
menjadi penderitaan sepanjang hidup bagi remaja–remaja yang malang. Tanda yang khas
adalah terbentuknya jaringan parut yang kecil, berbentuk seperti “butiran es” dan dalam,
sedangkan pada kasus yang berat dapat terjadi perubahan yang besar, yaitu terjadinya
atrofi atau pembentukan keloid

2.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama yaitu:
1. Lapisan epider
Lapisan paling luar dari kulit yang terdiri dari :
A. Stratum korneum (lapisan tanduk):lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas
beberapa lapis sel-sel gepeng,tidak berinti , terjadi proses pelepasan sel tanduk yang
ber langsung setiap hari, tapi tidak Nampak.paling tebal telapak kaki, paling tipis
muka dan kelopak mata.
B. Stratum lusidium : terdiri dari 2-3 lapis , mengandung sel gepeng tidak berinti,
mengandung keratohiyalin (yang membarikan minyak pada kulit ),sel mengkilat
,tidak berwarna.
C. Stratu granulosum:lapisan keratohiyalin/melanosit ,terdiri dari 2-3 lapis sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya.
D. Stratum spinosum (stratum malphigi):memiliki protoplasma yang jernih karena
banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah
E. Stratum basale: lapisan epidermis paling dalam ,terdiri atas sel-sel berbentuk kubus
yang tersusun vertikel pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar
,mengandung mitosis dan berfungsi reproduksi kulit.
2. Lapisan dermis : lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis
,yang terdiri atas lapisan elastis dan vibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut.secara garis besar dibagi menjadi dua bagian :
A. Pars papilare: bagian yang menonjol ke epidermis , berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
B. Pars retikulare: yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan , bagian ini terdiri
atas serabut-serabut penunjang misalnya : serabut kolagen ,elastin dan retikulin .
3. Lapisan subkutis : jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel adipose ,dimana pada jaringan
adipose ini berfungsi sebagai cadangan lemak/makanan .lapisan sub kutis mengandung
ujung saraf / pembuluh darah dan pembuluh getah baning.

ADNEKSA KULIT
Adneksa kulit (pelengkap kulit) terdiri atas kelenjar-kelenjar,kulit, rambut dan kuku.
1. Kelenjar pada kulit
A. Kelenjar keringat( glandula sudorifera ),ada 2 macam kelenjar keringat yaitu
o Kelenjar ekrim
- Terdapat pada seluruh lapisan luar kulit
- Menghasilkan keringat (air, natrium, plasma darah ) akibat reaksi kenaikan suhu ba
o Kendalikan oleh saraf simpatis
o Kelenjart apokrin
- Terdapat daerah aksila, skrotum, labia mayora,bermuara pada folikel ranbut
- Memproduksi keringat
B. Kelenjar palit (kelenjar subasea
- Terdapat diseluruh badan, terutama muka, leher, badan bagian atas dan kepala
- Berhubungan dengan folikel rambut
- Secret: sebum
- Hiperaktivitas sebum meningkat
- Berkaitan dengan seks hormone
Berfungsi
1) Memperkecil evaporasi
2) Meminyaki kulit dan rambut
3) Melindungi dari zat kimia
4) Bakteriostatik
2. Rambut
Tumbuh dalam epidermis, terdiri atas akar rambut yang terbenam dalam kulit dan batang
rambut yang merupakan bagian yang berada diluar kulit. Ada 2 macam tipe
A. Lanugo merupakan rambut halus tidak mengandung pigmen
B. Rambut terminal : kasar dan banyak pigmen, mempunyai medulla
 Ada fase siklik yaitu : anagen selama 2-6 tahun kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari,
telogen berlangsung selam beberapa bulan
 Warna rambut dipengaruhi oleh pembuluh darah pada kulit, lemak, pigmen kulit
(melanin), ras, hormon, radiasi.
3. Kuku
- Bagian terminal lapisan tanduk
- Bagian yang terbenam disebut akar kuku (nail root), bagian terbuka di atas jaringan
lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nail plate), paling ujung disebut kuku
bebas
- Kecepatan tumbuh kuku 1 mm perminggu

4. Otot
- Otot jantung
- Otot rangka
- Otot polos

5. Pembuluh darah
- Terdapat pada lapisan dermis (stratum papilarfis dan stratum retikularis )
- Jumlah darah yang bersirkulasi lewat kulitdalam kondisi normal: 450 ml/menit
- Peningkatan sirkulasi darah ke kulit panas meningkat ke kulit kehilangan panas
dari tubuh meningkat pula
6. Pembulu saraf
- Ujung syaraf motorik untuk menggerakkan sel otot yang terdapat pada kulit
- Syaraf sensorik berguna untuk menerima rangsang dari luar
FUNGSI KULIT
a. Proteksi
Menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis dan mekanik.
b. Absorpsi
- Untuk respirasi
- Absorpsi dipengaruhi oleh tebal kulit, kelembaban, metabolisme.
c. Ekskresi
- Mengeluarkan sisa metabolism
d. Persepsi
- Mengandung ujung ujung saraf sensorik didermis dan subkutis
e. Pengaturan suhu tubuh
- Mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah
f. Pembentukan pigmen
Melanosit
g. Keratinisasi
Mengandung: kertinosit, sel langerhans, melanosit
h. Pembentukan vit. D
i. Tempat penyimpanan air

2.3 Etiologi

Berbagai faktor. Penyebab akne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik,
endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari
kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes),
kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh:
1. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya acne. Acne yang keras
selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.
2. Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium acnes,
Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang
terpenting yakni C. Acnes yang bekerja secara tidak langsung.
3. Herediter
Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit
(glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,
kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.
4. Hormon
Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar
palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testes dan
kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertamabah
besar dan produksi sebum meningkat.
Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James didapatkan bahwa konsentrasi
testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak
menderita akne.Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat
pada penderita akne.
Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi
sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar
hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.
Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik tak mempunyai efek terhadap
efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi,
akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.
5. Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada
musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit.
Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas
dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada dibagian dalam kelenjar palit.
Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu
menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.
Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak ada
perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim panas
tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan
yang sangat lembab dan panas tersebut.
6. Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui.
Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga
terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori
lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi
hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam
sabun pun meningkat.
7. Kosmetik
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus dalam waktu
lama, dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari
komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang
sering menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka seperti bedak dasar
(faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan
krem malam. Yang mengandung bahan-bahan, seperti lanolin, pektrolatum, minyak
tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butil stearat, lauril alcohol, dan
bahn pewarna merah D &C dan asam oleic). Jenis kosmetika yang dapat
menimbulkan akne tak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya.
2.4 Patofisiologi
PATWAY
3. Hereditas Bakterimia Iklim Sebum Hormon Psikis Kosmetik
4.
5.
6. Terbentuknya trigliserida dalam sebum
7.
8.
9. Asam lemak bebas Flora folikel
10.
11. Produksi & kekentalan sebum
12.
13. Keratinisasi Folikel
14.
15. Sumbatan saluran pilosebasea
16.
17. Reaksi radang
18.
19. Papul, pustul, nodus, kista
20.
21. Jaringan parut hiperpigmentasi
22.
23.
24. Black komedo White komedo
25.
26.
27.
28.
29. Resiko Nyeri Gangguan Kerusakan Integritas
Tinggi Citra Tubuh Kulit
a. Infeksi
Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, keratinisasi dalam folikel yang
biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar untuk lepas
dari saluran folikel tersebut.
b. Produksi sebum meningkat oleh kelenjar sebasea yang menyebabkan
meningkatnya unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab meningkatnya
lesi akne.
c. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi
folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada proses patogenesis
penyakit.
d. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan dalam proses kemotaktik
inflamasi serta pembentukan ensim lipolitik pengubah fraksi lipit sebum.
e. Terjadi respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang
memperberat akne
f. Peningkatan hormon androgen ,anabolic, kortiikosteroid, serta ACTH yang
mungkin menjadi faktor penting pada peningkatan kelenjar sebasea.
g. Terjadi stres yang dapat memicu peningkatan kelenjar sebasea baik secara
langsung atau melalui ranggsangan terhadap kelenjar hipofisis.
h. Faktor lain : usia, ras, cuaca/iklim, familial, makanan yang secara tidak langsung
dapat memicu peningkatan proses patogenesis tersebut.
Selama usia kanak-kanak,kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada
dasarnya tidak berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin
khususnya hormon-hormon androgen. Dalam usia pubertas hormon androgen
menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta
mensekresi suatu minyak alami yaitu sebum yang merembes naik hingga puncak
filokel rambut dan mengalir keluar dari permukaan kulit. Pada remaja yang
berjerawat, stimulasi androgenic akan meningkatkan daya responsive kelenjar
sebasea hingga akne terjadi ketika duktus polisebasea tersumbat oleh tumpukan
sebum. Bahan yang terbentuk ini akan membentuk komedo.

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik dari akne fulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi :
Komedo terbuka dan tertutup, papula, pustule dan lesi nodulo kistik. Tempat
predileksi akne vulgaris yaitu pada muka, bahu, dada bagian atas, punggung bagian
atas, leher, lengan atas dan glutea, kadang terkena erupsi kulit polimorfi.akne vulgaris
dapat disertai gatal dan nyeri.
Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang
ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam mengandung unsur
melanin sehingga disebut komedo hitam,sedang bila berwarna putih karena letaknya
lebih dalam sehingga tidak mengadung unsur melanin disebut sebagai komedo putih
atau komedo tertutup.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan histopatologis
memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang
kronis di sekitar folikel sebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada
kista, radang sudah menghilang di ganti dengan jaringan ikat pembatas massa
cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang
lepas.
b. Pemeriksaan mikrobiologis
terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis
penyakit dapat dilakukan laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk
tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.
c. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids)
Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan
karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk
menurunkannya.
2.7 Penatalaksanaan
1. Non-Farmakologi
a. Perawatan muka
Pemakaian sabun bakteriostatik dan deterjen tidak dianjurkan, bahkan
pemakaian sabun berlebihan bersifat aknegenik dan dapat menyebabkan akne
bertambah hebat.
Menurut Plewig Kligman tak terbukti bahwa muka kurang di cuci akan
bertambah hebat atau terlalu seing mencuci muka ada gunanya. Mencuci
muka hanya menghilangkan lemak yang ada dipermukaan kulit, tetapi tidak
mempengaruhi lemak yang ada di dalam folikel.

b. Pemakean kosmetik dan bahan kimia


Bahan-bahan yang bersifat aknegenik lebih berpengaruh pada
penderita akne. Bahan ini dapat membentuk komedo lebih cepat dan lebih
banyak pada kulit penderita akne. Sebaiknya pasien dianjurkan untuk
menghentikan pemakaian kosmetik yang tebal dan hanya memakai kosmetik
yang ringan, yang tidak berminyak serta tidak mengandung obat (non
medicated).

c. Emosi dan faktor psikosomatik


Pada orang-orang yang mempunyai predisposisi akne stress dan emosi
dapat menyebabkan eksaserbasi atau aknenya bertambah hebat. Perlu pula
dianjurkan untuk tidak memegang-megang, memijit dan menggosok akne,
sebab dapat menyebabkan keadaan yang disebut “ akne mekanika”.

2. Farmakologi
a. Obat-obat Topikal
1) Retinoid topical meliputi:
 Tetrinoin (as.retinoat) gel,krim,solusia:0,01-0,1%
 Isotetrion gel
 Adapalen gel,krim solusio:0,1%
 Tazaroten gel, krim:0,05-0,1%

2) Agen keratolitik
 Sulfur 3-10%
 As. Salisilikum
 Resorsinol

3) Agen antibiotic
 Eritromisin gel, solusio 1%
 Klindamisin gel, solusio 1%
 Benzoil peroksida gel 2,5-5%

b. Obat-obat Sistemik
1) Agen antibiotik, dengan anjuran pengobatan selama 3 bualn. Alternative
pengobatan meliputi:
 Tetrasiklin 3 x 250 mg/hari-2 x 500 mg/hari
 Doksisiklin 2 x 50-100 mg/hari
 Lymecycline 1 x 150-300 mg/hari
 Minosiklin 2 x 20-100 mg/hari
 Klindamisin 2-3 x 150-300 mg/hari
 Eritromisin 2-3 x 500 mg/hari
 Linkomisin 2-3 x 250-500 mg/hari

2) Terapi hormone
Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg

2.8 Komplikasi
Komplikasi potensial yang dapat terjadi pada akne vulgaris meliputi :
a) Pembentukan sikatrik.
b) Infeksi.

2.9 Pencegahan
Akne dapat dikendalikan dan sikatrik dapat dicegah, dengan terapi
bijaksana yang diteruskan sampai proses penyakit menghilang spontan, Ditujukan
untuk mencegah pembentukan mikrokomedo, melalui pengurangan hyperkeratosis
folikel, produksi sebum, populasi. Pengendalian awal memerlukan waktu paling
sedikit 4-8 minggu juga penting untuk memperhatikan pengaruh emosional berat pada
akne.
a) Diit rendah lemak dan Karbohidrat.
b) Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran dan
jasad renik.
c) Hidup sehat dan teratur
d) Cukup istirahat
e) Olahraga sesuai kondisi tubu
f) Penggunaan kosmetik secukupnya
g) Hindari polusi debu
h) Hindari pemencetan
i) Memberikan informasi secukupnya pada penderita mengenai penyebab, perjalanan
penyakit dan lamanya pengobatan.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Anamnesis
1. Identitas Klien, meliputi :
a. Nama/Nama panggilan :
b. Tempat tgl lahir/usia :
c. Jenis kelamin :
d. A g a m a :
e. Pendidikan :
f. Alamat :
g. Tgl/jam masuk :
h. Tgl pengkajian :
i. Diagnosa medic :
j. Rencana terapi :

Dalam melakukan pengkajian anamnesis, perawat perlu menggali persepsi


pasien mengenai faktor-faktor yang memicu peningkatan intensitas akne atau
yang membuat lesi semakin parah, seperti makanan dan minuman, gesekan
atau tekanan dari pakain seperti kerah baju, helm, tali helm atau pita kepala,
atau trauma akibat upaya untuk memijet keluar komedo dengan tangan.Adanya
ketidaksesuaian atau kesalahan persepsi dari pasien tentang faktor-faktor
tersebut dapat menjadi data dasar dalam memberikan intervensi keperawatan
pada masalah keperawatan penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.
B. Riwayat penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan adanya keluhan lain yaitu
efek sekunder dari peradangan, seperti misalnya gatal yang berlebihan, masalah
plain pada kulit yang dialami.
2. Riwayat Penyakit terdahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu diperlukan sebagai sarana dalam
pengkajian preoperative, serta penting untuk ditanyakan mengenai adanya program
pengobatan akne atau pasien berusaha mengobati sendiri dengan berbagai produk
komersial yang terdapat di pasaran. Buat daftar lengkap yang memuat nama-nama
preparat kosmetik, krim, obat, pelembap kulit, dan preparat akne yang dibeli di
toko-toko obat, serta baru saja digunakan oleh pasian harus di peroleh.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat keluarga di perlukan untuk mengetahui apakah dari
keluarga ada yang mempunyai penyakit acne vulgaris.
4. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan akan nyeri hebat atau
akibat respons pembedahan. Pada beberapa pasien juga didapatkan mengalami
ketidakefektifan koping berhubungan dengan perubahan peran dalam keluarga.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit : dengan mengamati dan mendengarkan ,perawat dapat mengetahui
bagaimana persepsi klien tentang kulitnya
2. Kaji persepsi pasien tentang penyakitnya, orang muda yang satu mungkin
menganggap lesi yang kecil sebagai cacat yng tidak bisa dioleransi sementara
remaja yang lain memandang kelainan yang lebih luas sebagai hal yang normal.
Pada remaja dalam tahun tahun formatif perkembangan merupakan orang yang
rentan dan perlu didekati serta perhatian ketika mereka berupaya untuk
mengatasi akne.
3. Kaji kegiatan seksual dan metode kontrasepsi yang digunakan pada wanita usia
produktif khususnya jika pengobatan akne tersebut meliputi pemakaian
isotretinoin yang diketahui memiliki sifat-sifat teratogenik.
4. Kaji persepsi pasien tentang fektor-faktor yang memicu peningkatan intensitas
akne atau yang membuat lesi semakin parah, seperti makanan dan minuman,
gesekan dan tekanan dari pakaian , trauma akibat upaya untuk memijat keluar
komedo dengan tangan.
5. Inspeksi komedo : komedo yang tertutup tampak seperti papula kecil yang agak
menonjol, sedangkan komedo yang terbuka akan terlihat agak menonjol dengan
pemadatan bagian tengah folikel.
6. Palpasi : nyeri tekan pada daerah akne yang meradang.
7. Catat ciri-ciri lesi inflamatori seperti Papula, pustule, nodus dan kista.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit
2. Nyeri
3. Gangguan citra tubuh
4. Kurang pengetahuan
5. Resiko infeksi

3.3 Intervensi
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Integritas Penyembuhan Luka : Pengecekan Kulit
Kulit, Primer Aktivitas-aktivitas :
Kerusakan Indikator : 1. Periksa kulit dan selaput
1. Memperkirakan lendir terkait dengan
kondisi kulit adanya kemerahan,
2. Memperkirakan kehangatan ekstrim,
kondisi tepi luka edema atau drainase
3. Pembentukan 2. Amati warna, kehangatan,
bekas luka bengkak, pulsasi, tekstur,
edema,dan ulserasi pada
ekstremitas
3. Gunakan alat pengkajian
untuk mengidentifikasi
pasien yang berisiko
mengalami kerusakan
kulit ( misalnya, Skala
Braden )
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor kulit untuk
adanya ruang dan lecet
6. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan yang
berlebihan dan
kelembapan
7. Monitor infeksi, terutama
dari daerah edema
2. Nyeri Akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Indikator : Aktivitas-aktivitas :
1. Mengenali kapan 1. Lakukan pengkajian nyeri
nyeri terjadi komprehensif yang
2. Menggambarkan meliputi lokasi,
faktor penyebab karakteristik, durasi,
3. Menggunakan kualitas, intensitas, atau
tindakan beratnya nyeri dan faktor
pencegahan pencetus.
4. Menggunakan 2. Observasi adanya
analgesic yang petunjuk non verbal
direkomendasikan mengenai
5. Mengenali apa ketidaknyamanan
yang terkait terutama pada mereka
dengan gejala yang tidak dapat
nyeri berkomunikasi secara
6. Melaporkan nyeri efektif.
yang terkontrol 3. Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
4. Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengetahuan nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri.
5. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri.
6. Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri.
7. Evaluasi pengalaman
nyeri di masa lalu yang
meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri
menyebabkan disability
atau ketidakmampuan atau
kecatatan dengan tepat.

3. Gangguan Citra tubuh Peningkatan Harga Diri


Citra Tubuh Indikator: Aktivitas-aktivitas :
1. Gambaran 1. Monitor pernyataan pasien
internal diri mengenai harga diri
2. Kesesuaian antara 2. Tentukan kepercayaan diri
realitas tubuh dan pasien dalam hal penilaian
ideal tubuh diri
dengan 3. Bantu pasien untuk
penampilan tubuh menemukan penerimaan
3. Penyesuaian diri
terhadap 4. Dukung dalam melakukan
perubahan konrak mata pada saat
tampilan fisik berkomunikasi dengan
4. Deskripsi bagian orang lain
tubuh yang 5. Dukung pasien untuk
terkena ( dampak terlibat dalam memberikan
) afirmasi positif melalui
5. Sikap terhadap pembicaraan pada diri
penggunaan sendiri dan secara verbal
strategi untuk terhadap diri setiap hari
meningkatkan 6. Bantu pasien untuk
penampilan mengidentifikasi respon
6. Kepuasan dengan positif dari orang lain
penampilan tubuh 7. Jangan mengkritisi (
pasien ) secara negative
8. Bantu pasien untuk
mengatasi bullying atau
ejekan
9. Sampaikan/ungkapkan
kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi situasi.
4. Kurang Pengetahuan :Proses Pengajaran : Proses Penyakit
Pengetahuan Penyakit Aktivitas-aktivitas :
Indikator 1. Kaji tingkat pengetahuan
1. Karakter spesifik pasien terkait dengan
penyakit proses penyakit yang
2. Faktor penyebab spesifik
dan faktor yang 2. Jelaskan patofisiologi
berkontribusi penyakit dan bagaimana
3. Faktor resiko hubungannya dengan
4. Efek fisiologis anatomi dan fisiologi,
penyakit sesuai kebutuhan
5. Tanda dan gejala 3. Review pengetahuan
penyakit pasien mengenai
6. Strategi untuk kondisinya
meminimalkan 4. Jelaskan tanda dan gejala
perkembangan yang umum dari penyakit,
penyakit sesuai kebutuhan
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab , sesuai
kebutuhan
6. Identifikasi perubahan
kondisi fisik pasien
7. Beri informasi kepasa
keluarga atau orang yang
penting bagi pasien
mengenai perkembanagan
pasien, sesuai kebutuhan
8. Perkuat informasi yang
diberikan dengan anggota
tim kesehatan lain, sesuai
kebutuhan
5. Resiko Control Resiko: Proses Perlindungan Infeksi
Infeksi Infeksi Aktivitas-Aktivitas :
Indikator : 1. Monitor adanya tanda-
1. Mencari tanda dan gejala infeksi
informasi terkait sistemik dan local
control infeksi 2. Monitor kerentanan
2. Mengidentifikasi terhadap infeksi
faktor resiko 3. Batasi jumlah pengunjung
infeksi yang sesuai
3. Mengenali faktor 4. Periksa kondisi setiap
resiko individu sayatan bedah atau luka
terkait infeksi 5. Dapatkan kultur yang
4. Mengetahui diperlukan
konsekuensi 6. Anjurkan asupan cairan
terkait resiko dengan tepat
infeksi 7. Instruksikan pasien untuk
5. Mengetahui minum anti biotic yang
perilaku yang diresepkan
berhubungan
dengan resiko
infeksi
6. Mengidentifikasi
resiko infeksi
dalam aktivitas
sehari-hari
7. Mengidentifikasi
tanda dan gejala
BAB IV

APLIKASI KASUS SEMU

4.1 Contoh Kasus

Nama : Nn. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Bangsa/Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Karya Jaya no.22 Kertapati, Sumatera Selatan
Tanggal Pemeriksaan : 26 Mei 2014

A. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Bintil Kemerahan pada wajah sejak 3 minggu yang lalu.
2. Keluhan Tambahan : Rasa gatal pada bintil kemerahan.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sekitar 3 minggu yang lalu timbul bintil kemerahan pada wajah yang
disertai rasa gatal. Awalnya bintil kemerahan timbul pada bagian pipi sebelah kiri
dan berjumlah satu sebesar biji kacang hijau. Bintil tersebut terasa gatal dan nyeri
saat dipegang. Bintil tidak berisi cairan. 1 hari kemudian bintil kemerahan
bertambah banyak tetapi masih di bagian pipi kiri. Bintil tersebut terasa gatal
dan pasien menggaruk-garuk bintilnya tersebut.Semakin hari bintil kemerahan
bertambah banyak dan juga menjalar ke seluruh wajah.Bintil sebesar kacang hijau
dan ada yang berwarna putih di ujungnya. Bintil terasa semakin ;gatal dan nyeri.

Pasien mengaku sebelum timbul bintil kemerahan, pasien rutin


menggunakan bedak sp, kemudian pasien berhenti menggunakan bedak tersebut
kemudian timbul bintil kemerahan di pipi kiri. Pasien tidak sedang dalam masalah
atau stress. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan. Pasien rutin
membersihkan muka 2 kali sehari. Pasien juga mengaku senang mengkonsumsi
gorengan. Kemudian pasien berobat ke poli kulit dan kelamin RSUD Palembang
Bari

4. Riwayat Penyakit Terdahulu


a. Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit

5. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
b. Riwayat asma tidak ada

6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tanda Vital
Kesadaran : kompos mentis
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
TD : Tidak Dilakukan
Kepala : normocephali
Mata : anemis (-) sklera ikterik (-)
Hidung : NCH (-) sekret (-/-)
Telinga : Nyeri tekan tragus (-)

4.2 Analisa Data

NO Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Sebum Integritas Kulit, Kerusakan
-Pasien mengatakan gatal
pada wajah sejak 3 minggu Terbentuknya trigliserida
yang lalu dalam sebum
DO :
-Terdapat bintil dan Flora folikel
kemerahan pada wajah
Keratinisasi folikel

Jaringan parut
hiperpigmentasi

Kerusakan jaringan
integritas kulit
2. DS : Terbentuknya trigliserida Nyeri Akut
-Pasien mengatakan nyeri dalam sebum
saat bintil yang ada di
wajah dipegang Asam lemak bebas
DO :
-P : saat dipegang Produksi dan kekentalan
-Q : tertusuk jarum sebum
-R : pipi bagian kiri
-S : 1-2 Sumbatan saluran
-T : saat dipegang pilosebasea

Reaksi radang

Merangsang reseptor nyeri

Nyeri

4.3 Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Integritas Kulit, Penyembuhan Luka : Pengecekan Kulit
Kerusakan Primer Aktivitas-aktivitas :
Dipertahankan pada skala : 8. Periksa kulit dan
3 selaput lendir terkait
Ditingkatkan pada skala : 1 dengan adanya
Indikator : kemerahan,
1. Memperkirakan ( kehangatan ekstrim,
kondidi kulit ) edema atau drainase
2. Memperkirakan ( 9. Amati warna,
kondisi tepi luka ) kehangatan, bengkak,
3. Pembentukan bekas pulsasi, tekstur,
luka edema,dan ulserasi
pada ekstremitas
10. Gunakan alat
pengkajian untuk
mengidentifikasi
pasien yang berisiko
mengalami kerusakan
kulit ( misalnya, Skala
Braden )
11. Monitor warna dan
suhu kulit
12. Monitor kulit untuk
adanya ruang dan lecet
13. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
yang berlebihan dan
kelembapan
14. Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema
2. Nyeri Akut Kontrol Nyeri
Dipertahankan pada skala :
3
Ditingkatkan pada skala : 2
Indikator :
1. Mengenali kapan
nyeri terjadi
2. Menggambarkan
faktor penyebab
3. Menggunakan
tindakan
pencegahan
4. Menggunakan
analgesic yang
direkomendasikan
5. Mengenali apa yang
terkait dengan
gejala nyeri
6. Melaporkan nyeri
yang terkontrol
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Akne vulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang
umumnya terjadi pada remaja, yang sering ditemukan pada daerah muka, leher
serta badan bagian atas. Hampir semua orang pernah mengalami penyakit ini
sehingga akne vulgaris ini disebut sebagai penyakit kulit yang timbul secara
fisiologis. Orang dengan akne vulgaris tidak perlu dirawat dirumah sakit, namun
ada beberapa macam terapi yang diberikan pada pasien akne vulgaris yakni :
pengobatan sistemik, pengobatan topical dan pembedahan. Sedangkan untuk
mencegah timbulnya akne dianjurkan beberapa hal yaitu : diet, perawatan kulit
dan memberikan informasi yang cukup kepada pasien mengenai penyebab
penyakit serta pencegahannya.
5.2 Saran
Dari hasil pembahasan diatas, maka disarankan agar dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan akne vulgaris harus diperhatikan
pendidikan kesehatan yang penting yakni: diet, perawatan diri dan menghindari
kosmetik berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddart edisi 8.
vol 3. Jakarta : EGC.
Harahap, Marwali, 2000. ilmu penyakit kulit, Jakarta : Hipokrates.

Widjaja, E.2000. Rosasea dan Akne Vulgaris Ilmu Penyakit Kulit Ed. Marwali Harahap.
Cetakan1. Hipokrates: Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi