Vous êtes sur la page 1sur 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK PEKERJA


Di Ajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Dosen Pembimbing: Arif Wicaksono

Di Susun Oleh Kelompok 4A:

KELAS E

1. Sesty Emray ( 20160118 )


2. Rizkyani Aliffiyah F ( 201601172 )
3. Samuel Gaiteborbir ( 201601175 )
4. Salwa Aini ( 201601182 )
5. M. Muamar K ( 201601189 )

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Adapun judul Makalah ini yang penulis ambil adalah “MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK PEKERJA Ucapan terima kasih tidak
lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ilmiah ini, di antaranya :

a. Bapak Dr. Muhammad Sajidin, S.Kep. M.Kes, selaku Ketua STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
b. Ibu Ana Zakiyah M. Kep., selaku Ketua Prodi S1 Ilmu Keperawatan
c. Bapak Arif Wicaksono selaku dosen pembimbing
d. Teman-teman yang telah membantu dan bekerja sama sehingga tersusun makalah ini.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan saran
yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.

Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan terima
kasih atas perhatiannya.

Mojokerto, 21 Mei 2019

Penyusun

2
Daftar isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
1.2 Tujuan .............................................................................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORI .................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Kesehatan Kerja .......................................................................................................... 6
2.2 Tujuan Kesehatan Kerja .................................................................................................................. 8
2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja................................................................................................... 8
2.4 Masalah Kesehatan Kerja ............................................................................................................... 8
2.5 Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja ................................................................. 9
2.6 Kecelakaan kerja .......................................................................................................................... 10
2.7 Indikator Kesehatan ..................................................................................................................... 12
2.8 Program peningkatan kesehatan ................................................................................................. 12
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas .................................................................................... 14
BAB III....................................................................................................................................................... 15
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ......................................................................................... 15
BAB IV ....................................................................................................................................................... 24
PENUTUP.................................................................................................................................................. 24
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 24
4.2 Saran .............................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas bukan sebagai suatu unit yang homogen, melainkan campuran dinamis dari
beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagi kesamaan tempat, isu, dan masalah
yang memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah
kelompok usaha kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam
kepentingan, bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha
kerja merupakan salah satu area komunitas yang perlu diperhatikan kesejahteraan
kesehatannya. Bidang yang mencakup keselamatan kerja dalam keperawatan disebut
Occupation Health Nurses (OHN) atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK). Penyakit
umum pada pekerja antara lain TB paru, penyakit jantung, ISPA, kecacatan, PPOK, patah
tulang, dislokasi sendi. Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumoconiosis dan
dermatosis. Pneumoconiosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala
seperti batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit dan hanya
bersifat mengurangikeluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotic, gizi ditingkatkan, juga
jika kanker diberi obat sitostatika. Upaya prefentif: skrining, promosi kesehatan,
penggunaan alat pelindung masker, kaca mata, subsitusi untuk menyaring debu seperti
cerobong asap, water spray, dan exhauste. Penyebab penyakit akibat kerja, antara lain
Faktor fisik meliputi: Kebisingan, Suhu, Kelembapan udara, Kecepatan angina, Getaran,
Radiasi, Tekanan udara. Faktor kimia meliputi: Gas, Uap, debu, Fume, Kabut, Asap.
Faktor biologis meliputi: Bakteri, Virus, Jamur, Cacing. Faktor fisiologis meliputi: Sikap
dan cara kerja, Jam kerja, Istirahat, Shift kerja, Lembur. Faktor mental meliputi: Suasana
kerja, Hubungan antara pekerjaan, Pengusaha. Upaya yang dilakukan agar higiene
lingkungan kerja menjadi baik adalah sebagai berikut: Subsitusi, yaitu mengganti bahan
yang berbahaya dengan yang kurang atau tidak berbahaya, Isolasi, mengisolasi proses-
proses berbahaya dari perusahaan, Ventilasi umum, mengalihkan udara sebanyak
hitungan ruan kerja, Ventilasi keluar setempat, menghisap udara dari suatu ruang
kerjaagar bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialihkan keluar, Alat pelindung
4
perorangan, misalnya masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, penutup telinga, dan
pakaian pelindung, Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala, Informasi
sebelum bekerja, Pendidikan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja. 1,1 juta
meninggal karena kecelakaan & PAK 160 juta PAK per tahun Perkiraan WHO (1995) :
40 – 50 % penduduk dunia mempunyai resiko kecelakaan/PAK 120 juta kecelakaan kerja
per tahun. Depkes (1989)(nurul, 2014)

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui pengertian dari pekerja dan upaya kesehatan kerja.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari pekerja.
3. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada pekerja.
4. Untuk mengetahui indikator kesehatan pada pekerja.
5. Untuk mengetahui program kesehatan pada pekerja.

2. Tujuan khusus
Untuk menganalisa asuhan keperawatan yang sesuai dengan format keperawat
komunitas dengan mengambil satu masalah dari sekian banyak masalah kesehatn yang
muncul pada kelompok pekerja

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja


Higiene perusahaan, merupakan spesialisasi dalam ilmu higiene beserta praktiknya
dengan mengadakan penilaian pada faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan
perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya digunakan untuk koreksi lingkungan
perusahaan, dengan menitikberatkan pada pencegahan agar pekerja dan masyarakat terhindar
dari bahaya akibat kerja.
Kesehatan kerja, merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan
masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produk perusahaan.
Secara filosofi, kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan, yang meliputi tenaga kerja baik jasmani maupun rohani dan hasil karya dan
budaya menuju masy adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan secara keilmuan, kesehatan kerja
adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan,
pencemaran dan penyakit.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja,
mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutaman teknologi yang sudah
maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan
kerja adalah dari dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada
umumnya (Su’mamur, 2009). (sulistyorina, 2016)

6
Faktor – faktor yg mempengaruhi kesehatan tenaga kerja, antara lain 1) beban kerja :
fisik, mental, 2) lingkungan kerja : fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikologi, 3) kapasitas
kerja : ketrampilan, kesegaran jasmani, status kesehatan, usia,
Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan
kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2. Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja.
3. Care, efficiency increasing, dan productivity balance tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
5. Meningkatkan semangat dalam bekerja.
6. Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran.
7. Perlindungan masyarakat luas.
8. Pemeliharaan dan peningkatan higiene sanitasi perusahaan.
Pelayanan Kesehatan Kerja Per Menakertrans No.03/1982 :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan lingk kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitair
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan thd peny umum & PAK
7. P3K
8. Pelatihan Petugas P3K
9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi
10. Rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK
11. Pembinaan thd tenaga kerja yg punya kelainan
12. Laporan berkala
Pemusatan perhatian terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat
dilakukan berbagai upaya antara lain mengenal, mencegah adanya gangguan kesehatan,
mendiagnosis, mengobati penyakit yang ada, dan merehabilitasi. Dari sisi lingkungan kerja,
disamping penerapan ergonomi dilakukan pengontrolan, membandingkan dengan standar,
pemantauan, evaluasi dan koreksi (Maurits, 1999).

7
Program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dikelompokkan dalam dua
pokok pelaksanaan, yaitu :
a. Pelayanan terhadap manusianya
b. Pelayanan terhadap lingkungan kerjanya.

2.2 Tujuan Kesehatan Kerja


Tujuan kesehatan kerja antara lain :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
3. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
4. Menjamin proses produksi berjalan lancer

2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal
cara/metoda kerja, proses kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan
pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun kesejahteraan
sosialnya.
2. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

2.4 Masalah Kesehatan Kerja


Perkiraan ILO (1999) :
Penyakit/gangguan kes :
1. Gangguan visus : petani, nelayan
2. Gangguan pendengaran : penyelam, pandai besi
8
3. Kelainan paru : penyelam, perajin batu bata
4. Kelainan kulit : petani dan nelayan
Masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktifitas antara lain:
1.Penyakit umum pada p'ekerja antara lain kusta, TB paru, penyakit jantung, kanker,
kecacatan, dan lain-lain.
2.Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumokoniosis dan dermatosis.
Pneumokoniosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala seperti batuk,
sesak napas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit dan hanya bersifat
mengurangi keluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotik, gizi ditingkatkan, juga jika
kanker diberi obat sitostatika. Upaya preventif meliputi skrining, promosi kesehatan,
penggunaan alat pelindung masker, kaca mata, substitusi untuk menyaring debu seperti
cerobong asap, water spray, dan exhauster.
3.Gizi buruk, Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten hal ini
disebabkan:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota keluarga
c. Pola hidup yang salah
d. Stok bahan makanan yang tidak ada

2.5 Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan
menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya secara baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

9
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll) dapat merupakan
beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh
bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga faktor-faktor
pelayanan kesehatan. (Mikheev 1986).

2.6 Kecelakaan kerja


Menurut Dale S. Beach yang dikutip oleh Malthis dan Jackson (2006) kecelakaan adalah
kejadian yang tidak diharapkan yang menggangu jalannya kegiatan.
Menurut Moekijat (2010), beberapa kondisi yang membahayakan atau faktor
penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah :
1. Perlengkapan yang perawatannya kurang baik.
2. Perlengkapan kerja yang sudah rusak atau tidak layak pakai.
3. Prosedur yang membahayakan pekerja pada mesin atau perlengkapan kerja lainnya.
4. Tempat penyimpanan yang melebihi muatan.
5. Penerangan yang kurang memadai (terlalu redup atau menyilaukan).
6. Vertilasi atau saluran udara yang tidak baik.
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yakni peristiwa-
peristiwa yang terjadi secara kebetulan, kondisi yang membahayakan dan tindakan yang
membahayakan. Akan tetapi kondisi fisik dan mental seseorang juga turut menimbulkan
kecelakaan kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan
kerja yaitu dengan menggunakan pendekatan dasar terhadap pencegahaan kecelakaan kerja
dimana bergantung pada tiga-E. Enginering dimana suatu pekerjaan harus direncanakan
terlebih dahulu, education karyawan diberikan pendidikan untuk memahami bagaimana
pentingnya keselamatan dalam bekerja, enforcement dimana para karyawan menaati
peraturan-peraturan yang ada .

10
Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan
unsafe condition (faktor lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80%-85% kecelakaan
disebabkan oleh unsafe action.
1. Unsafe action
Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut :
a. Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja, yaitu :
b. Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah
c. Cacat fisik
d. Cacat sementara
e. Kepekaan panca indera terhadap sesuatu
f. Kurang pendidikan
- Kurang pengalaman
- Salah pengertian terhadap suatu perintah
- Kurang terampil
- Salah mengartikan SOP (standart operational procedure) sehingga mengakibatkan
kesalahan pemakaian alat kerja.
g. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai wewenang
h. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlianya
i. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura – pura
j. Mengangkut beban yang berlebihan
k. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja

2. Unsafe Condition
Unsafe Condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut :
a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai
b. Ada api di tempat bahaya
c. Pengamanan gedung yang kurang standar
d. Terpapar bising
e. Terpapar radiasi
f. Pencahayaan dan ventilisasi yang kurang atau berlebihan
g. Kondisi suhu yang membahayakan

11
h. Dalam keadaaan pengamanan yang berlebihan
i. System peringatan yang berlebihan
j. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya
2.7 Indikator Kesehatan
Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab masalah keselamatan kerja adalah:

1. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:


a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.

2.8 Program peningkatan kesehatan


Program ini dilaksanakan denganpendekatan menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi
pelayanan preventif, promotif,kuratif dan rehabilitatif.
1. Pelayanan Preventif.
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja,
penyakitmenular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin
atau tempatkerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang
memadai dantidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja
tetap sehat. Kegiatannya antara lain meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:
- Pemeriksaan awal/sebelum kerja.
- Pemeriksaan berkala.
- Pemeriksaan khusus.
b. Imunisasi.
c. Kesehatan lingkungan kerja.
d. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.
e. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.
12
f. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman
(pengenalan,pengukuran dan evaluasi).
2. Pelayanan Promotif.
Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik
danmental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada
tenaga kerjayang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja,
mempertinggi efisiensi dandaya produktifitas tenaga kerja. Kegiatannya antara lain
meliputi:
a. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
c. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
d. Perbaikan status gizi.
e. Konsultasi psikologi.
f. Olah raga dan rekreasi.
3. Pelayanan Kuratif.
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat
kerjadengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan
umumnyaserta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular
dilingkungan pekerjaan.Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah
memperlihatkan gangguankesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya
cepat sembuh dan mencegahkomplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun
teman kerjanya. Kegiatannya antara lain meliputi:
a. Pengobatan terhadap penyakit umum.
b. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

4. Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan
parahyang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja
secarapermanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang baisanya mampu
dilakukansehari-hari. Kegiatannya antara lain meliputi:

13
a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang
masihada secara maksimal.
b. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
c. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja
yangcacat akibat kerja.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
“Contoh kasus”
Kelompok pekerja bangunan “pabrik sarung tangan” merupakan salah satu kelompok
pekerja yang terdiri dari 65 orang dengan jenis kelamin laki-laki, usia bervariasi tapi lebih
dari 18 tahun. Alasan didirikan pabrik sarung tangan ini dikarenakan untuk salah
pembangunan jenis usaha dan diharapkan dapat turut meningkatkan pendapatan warga
setempat dengan memberi lapangan pekerjaan baru. Salah satu bentuk pengkajian yang
dilakukan adalah observasi dan wawancara langsung dengan pekerja. Dari hasil wawancara
para pekerja didapatkan data yakni ada 1 pekerja yang sedang menderita patah tulang pada
tangan kiri sedang di tangani di Rumah sakit, beberapa pekerja mengeluhkan lecet-lecet di
bagian kaki dan tangan dan 1 pekerja pernah terpeleset. Dari hasil observasi didapatkan
bahwa hampir semua pekerja tidak memakai pelindung tali pengikat untuk keamanan
selama bekerja, sebagian besar pekerja berumur 35 tahun, 85% pekerja tidak memakai alat
pelindung kepala, 80% tidak memakai alat pelindung kaki, dan 95% pekerja tidak
menggunakan alat pelindung tangan. Saat bekerja para pekerja terkadang tidak
memperdulikan keselamatan pribadi, seperti saat ada pekerjaan naik keatas atap bangunan,
pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri. Para pekerja mengatakan bahwa pihak
pabrik pernah menyediakan masker untuk para pekerja, akan tetapi persediaan sudah lama
habis setelah itu para pekerja tidak menggunakan masker lagi. Para pekerja mengatakan
tidak mempunyai biaya untuk membeli alat pelindung diri berupa helm sebagai pelindung
kepala atau sepatu sebagai pelindung kaki, dll. Para pekerja tidak memperdulikan
keselamatannya diri sendiri.

Sub Aspek Komponen Kajian Metode

15
Aspek Sumber w o a sd
Kajian Data
Inti / 1. Histori a. Kapan mulai bekerja Pekerja 
core b. Usia mulai bekerja
c. Alasan bekerja
d. Pengalaman pekerja

2. Demografi a. jenis kelamin Pekerja 


b. usia
c. pendidikan
d. jenis pendidikan
e. kecelakaan kerja
f. kematian akibat kerja
g. jumlah tanggungan,
h. pekerjaan sampingan pekerja
i. kebiasaan pekerja
j. jenis olahraga
Sub 1. Lingkungan a. Iklim/cuaca Masyarakat 
system Fisik b. Suhu ruangan sekitar,
c. Tingkatan kebisingan, pekerja,
d. paparan zat kimia serta
e. Penataan ruangan kerja pemilik
f. Penataan eksterior perusahaan perusahaan.
g. Pengaruh penataan terhadap pek
erja
h. Dampak lingkungan fisik
terhadap pekerja
2. Pendidikan a. Program pendidikan bagi perkerja 
pekerja dan keluarga
b. Jenjang karir dan pendidikan

16
c. Penghargaan terhadap
pendidikan pekerja dan keluarga
d. Fasilitas pendidikan di
perusahaan
e. Jenis pendidikan yang diberikan

3. Keamanan a. Jenis fasilitas keamanan dan Pekerja dan 


dan transportasi pekerja dan pemilik
Transportas keluarga perusahaan
i b. Pemanfaatan fasilitas keamanan
dan transportasi bagi pekerja dan
keluarga
c. Dampak fasilitas keamanan dan
transportasi bagi pekerja dan
keluarga

4. Politik dan a. Jenis aturan perusahaan bagi Pekerja 


Pemerintah pekerja dan keluarga
an b. Efektifitas aturan perusahaan
bagi pekerja dan keluarga
c. Perlindungan pemerintah
terhadap pekerja dan keluarga
d. Situasi politik dan pengaruh
terhadap pekerja dan keluarga

5. Pelayanan a. Jenis pelayanan umum dan Masyarakat 


Umum dan kesehatan bagi pekerja dan sekitar,
Kesehatan keluarga (sarana olahraga, pekerja dan
klinik, RS, sarana penyaluran pemilik
hobi/bakat) perusahaan

17
b. Kondisi sarana umum dan
kesehatan
c. Pemanfaatan fasilitas umum dan
kesehatan bagi pekerja dan
keluarga
d. Dampak pelayanan umum dan
kesehatan terhadap pekerja dan
keluarga

6. Komunikasi a. Jenis sarana komunikasi yang Pekerja dan 


diberikan perusahaan pemilik
b. Cara pemanfaatan sarana perusahaan
komunikasi
c. Acara yang berhubungan dengan
pertemuan direksi, pekerja dan
keluarga (formal/informal)
d. Dampak sarana komunikasi bagi
pekerja dan keluarga

7. Ekonomi a. Penghasilan pekerja Pekerja 


(berdasarkan UMR/kelayakan
hidup)
b. Efektifitas penghasilan dalam
mengatasi keuangan keluarga
pekerja
c. Bentuk bonus, atau tambahan
penghasilan yang diberikan
perusahaan
d. Tingkat kesejahteraan pekerja
dan keluarga

18
8. Rekreasi a. Jenis rekreasi yang diberikan Pekerja 
perusahaan
b. Pemanfaatan rekreasi
perusahaan bagi pekerja dan
keluarga
c. Jenis rekreasi yang dilakukan
oleh pekerja dan keluarga selain
dari perusahaan
d. Jadwal rekreasi/frekuensi
rekreasi
e. Dampak rekreasi terhadap
motivasi bekerja

Morbid Kecelakaan a. Jenis APD yang tersedia Pekerja dan 


itas kerja b. Pemahaman tentang penggunaan pemilik
APD pada pekerja perusahaan
c. Efektivitas Penggunaan APD
saat bekerja
d. Tersedianya peralatan P3K
e. Dampak penggunaan APD
terhadap keselamatan kerja
pekerja

19
B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds: - lingkungan
· para pekerja mengatakan bahwa 1 yang tidak
pekerja yang sedang menderita terorganisasi.
patah tulang pada tangan kiri - kurangnya
sedang di tangani di Rumah sakit, alat pelindung
beberapa pekerja mengeluhkan diri (APD)
lecet-lecet di bagian kaki dan
tangan dan 1 pekerja pernah
terpeleset.

Do: Resiko jatuh


· Dari hasil observasi didapatkan
bahwa 85% pekerja tidak memakai
alat pelindung kepala, 80% tidak
memakai alat pelindung kaki, dan
95% pekerja tidak menggunakan
alat pelindung tangan. Saat bekerja
para pekerja terkadang tidak
memperdulikan keselamatan
pribadi, seperti saat ada pekerjaan
naik ketas atap bangunan,

C. Diagnosa
Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan yang tidak terorganisasi dan kurangnya alat
pelindung diri (APD) (Domain 11 kelas 2 (00155)

20
D. Perencanaan
No Diagnose kep. NOC NIC
DX
1 Resiko jatuh Level 1, Domain 4: Level 1, Domain 4: Keamanan
berhubungan pengetahuan tentang Level 2, Domain 4, kelas 5:
dengan lingkungan kesehatan dan perilaku. Manajemen resiko.
yang tidak Level 2, kelas T: Kontrol Level 3: Intervensi:
terorganisasi resiko dan keamanan.  Manajemen
(Domain 11 kelas Level 3, outcomes: lingkungan
2 (00155) kontrol resiko. - Ciptakan
lingkungan yang
Kriteria Hasil: aman.
- Meminta - Singkirkan
bantuan. bahaya
- Menempatkan lingkungan.
penghalang  Manajemen
untuk mencegah lingkungan:
jatuh. keselamatan
- Menggunakan - Modifikasi
pegangan tangan lingkungan
yang digunakan. untuk
- Menggunakan meminimalkan
alat bantu yang bahan berbahaya
benar. dan resiko.
- Monitor faktor - Gunakan
resiko peralatan
dilingkungan. perlindungan.
- Mengembangkan - Monitor
strategi yang lingkungan
efektif dalam terhadap

21
mengontrol terjadinya
resiko. peerubahan
- Menggunakan status
fasilits kesehatan keselamatan.
yang sesuai  Manajemen
dengan lingkungan:
kebutuhan. keselamatan pekerja.
- Menggunakan - Tentukan
system dukungan kebugaran
personal untuk pekerja untuk
mengurangi bekerja.
resiko. - Informasikan
tentang terkait
hak dan
kewajiban
mereka dibawah
peraturan
OSHA.
- Gunakan tanda
untuk
memperingatkan
para pekerja
terkait bahaya di
tempat kerja.
- Mulai lakukan
modifikasi
lingkungan
untuk
menghilangkan
atau

22
meminimalkan
bahaya.
- Inisiasi program
peningkatan
kesehatan di
tempat kerja
berdasarkan
pengkajian
resiko
pekerjaan.

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tenaga kerja atau pekerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
atau kegiatan baik fisik maupun non fisik didalam hubungan kerja maupun diluar hubungan
kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau
kebutuhannya sendiri. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kepasitas,
beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekitarnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja merupakan bidang khusus ilmu
kesehatan yang di tujukan kepada masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Kegunaannya untuk mencapai derajat keaehatan dan kesejahteraan tenaga kerja serta
meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya
produktivitas faktor manusia dalam produksi. Tugas keperawatan yang dapat dilakukan
oleh perawat industri meliputi kesehatan lingkungan kerja, kesehatan pekerjadan
keselamatan kerja.

4.2 Saran
Makalah ini membahas tentang keperawatan komunitas dengan berfokuskan pada tenaga
kerja. Sehingga dengan membahas ini, semestinya pekerja dapat menggunakan APD
dengan benar untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Bagi Perusahaan
Perusahaan yang menyelenggarakan program PKDTK (Promosi Kesehatan Dalam Tempat
Kerja) tentu lebih memperlihatkan kepada karyawannya bahwa mereka peduli terhadap
kesehatan pekerja. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Pekerja yang
puas dengan iklim kerja mereka tentu akan lebih loyal kepada perusahaan. Dengan
demikian,angka turn over pekerja akan semakin rendah. Akibatnya biaya untuk proses
rekruitmen dan pelatihan karyawan baru,akan berkurang. Pekerja sehat tentu akan lebih
produktif yang akan meningkatkan produktivitas perusahaan pada akhirnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

DKK, N. A. (2014). No Title. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LINGKUNGAN


KERJA, 43.
sulistyorina. (2016). No Title. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK
KERJA, 25.

25

Vous aimerez peut-être aussi