Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini dikehidupan kita begitu banyak penyakit
yang berada disekitar kita,baik itu dari yang ringan hingga pada yang
berat.tetapi dimasyarakat Iuka tetap menjadi primadona daIam sakit terhadap
kehidupan manusia.
Iuka teIah menjadi penyakit yang menghantui kita,biIa tidak berhati-
hati maka kita dapat mengaIami Iuka pada tubuh kita. Luka merupakan suatu
kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau
pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap
berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut
dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait
dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan
dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-
sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya
luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan
penampilan.
1
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Masalah
a. Apakah pengertian Iuka?
b. Apa saja jenis–jenis Iuka?
c. Bagaimana perawatan terhadap Iuka,?
d. Apa saja bentuk dan pengobatan dari Iuka?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Iuka
b. Untuk mengetahui apa saja jenis Iuka
c. Menjelaskan apa saja pengobatan dan perwatan dari Iuka
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan[ R. Sjamsu Hidayat, 1997]. Menurut
Koiner dan Taylan luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari
kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,
tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.
Mekanisme terjadinya luka :
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. LukaBakar(Combustio)
3
Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka:
1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya
menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase
tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar
1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk
insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka10%17%.
4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganismepadaluka.
4
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
5
o Regenerasi jaringan yang rusak jika mungkin
o Penempatan kembali komponen jaringan oleh jaringan konektivus
Iuka kronik
B. Penyebab Luka
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan
dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi,
mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan
sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab
dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
• Trauma
• Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
• Gigitan binatang atau serangga
• Tekanan
• Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
• Immunodefisiensi
• Malignansi
• Kerusakan jaringan ikat
• Penyakit metabolik, seperti diabetes
• Defisiensi nutrisi
• Kerusakan psikososial
• Efek obat-obatan
6
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka dengan multifaktor.
C. Merawat Iuka
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa
atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang
dapat merusak permukaan kulit.
1. Luka bersih
a. Persiapan alat :
Alat steril :
1) Duk steril
2) Instrumen set ( 2 set)
3) Sarung tangan
4) Bethadin 10 %
5) Sofratul
6) Kain kasa
7) Alkohol
1) Bengkok
2) Tempat kotoran
3) Tempat larutan lysol / saflon
4) Pembalut
5) Gunting perban
6) Plester / Hepafik
7) Perlak pengalas
7
Semua ditempat pada troli perawatan
b. CARA KERJA :
2. Luka basah
a. Persiapan alat
Set steril yang terdiri atas :
1) Pembungkus
2) Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
3) Tempat untuk larutan
4) Larutan anti septic
5) 2 pasang pinset
6) Gaas untuk menutup luka.
8
Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti :
1) extra balutan dan zalf
2) Gunting
3) Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
4) Plester atau alat pengaman balutan
5) Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
6) Bensin untuk mengeluarkan bekas plester
b. Prosedur Kerja
1) Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab
pertanyaan pasien.
2) Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3) Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4) Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan
hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien
jika perlu.
5) Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa
dipasang pada sisi tempat tidur.
6) Angkat plester atau pembalut.
7) Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit
dengan hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika
perlu.
8) gunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi
pasien.
9) Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10) Buka set steril
11) Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12) Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan
sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas
9
dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat
gaas dan satu untuk memegang drain.
13) Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14) Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung
pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan
pinset dijauhkan dari daerah steril.
15) Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas
dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih
rendah daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles,
bersihkan dari insisi kearah drain :
• Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah
keluar
• Jika ada drain bersihkan sesudah insisi
• Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer,
bersihkan dari tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan
melingkar.
16) Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17) Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat
steril.
18) Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19) Amankan balutan dengan plester atau pembalut
20) Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21) Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor.
22) Bersihkan alat dan buang sampah dengan baik.
23) Cuci tangan
24) Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat
yang bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan
luka dan respon pasien.
10
3. Membersihkan Daerah Drain
Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari
daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah
memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak
mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat
dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas
yang lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.
11
D. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi
dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian
dari proses penyembuhan.
Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun
beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran
dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan (Taylor, 1997).
12
e. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme
f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda
asing tubuh termasuk bakteri.
13
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang
24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan
sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF
bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori
ini sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari
ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel
jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah
pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar
yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen
adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan
luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu
sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah
yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan.
Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa
fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna
merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah
pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin
14
dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi
kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.
a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.
Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat
mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
b. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh.
Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan
lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
c. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab
infeksi.
d. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki
sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka
lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan
lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan
pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi
atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
15
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
e. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka
secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
f. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah),
yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(“Pus”).
g. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai
darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini
dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi
akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
h. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan
gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga
akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
i. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
j. Obat
16
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik
yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. Steroid :
akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan. Antibiotik : efektif diberikan
segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang
spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravascular.
17
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.
Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah
faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4
– 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan
steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk
segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
18
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya
berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan
jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena
efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai
normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam
asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka
karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka
dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang
dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan.
(Walker. D, 1996)
Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang
tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan
hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi
luka menyatu.
19
klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley
& Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na
dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel
darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam
beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %.
Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini
sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999).
Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar
luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah
didapat dan harga relatif lebih murah
(http://rpromise.com/woundcare/)
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk
garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan
non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan
bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut
secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer.
Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan
ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau
selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri
gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa.
Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu
(Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine
iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan
konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar
akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan
20
balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri
pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
E. Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid,
hydrogel, dan film transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan
terhadap air yang membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid
menyerap eksudat dan melindungi lingkungan dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban
pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan
nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi
oklusive, berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan
ini dan termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap
lembab.
Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi
sebagai berikut:
• Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang
• Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka
terinfeksi
• Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung
penyembuhan luka
• Menambal bagian luka terutama bagian yang mati
Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan
atau pembalut kasa yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu
menciptakan tingkat kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari
penelitian menyatakan bahwa tingkat kelembaban mendukung kesehatan
21
kulit, kelembaban memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses
penyembuhan. Konsep inilah yang disebut dengan ”moist wound healing.”
22
a. Foam/Busa
Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada
tahap awal masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan
drainase. Balutan busa nyaman dan lembut bagi kulit dan dapat digunakan
untuk pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan ketebalan dari busa
tersebut sangat bervariassi, dengan atau tanpa perekat pada permukaannya.
Contoh :
23
absorben/penyerap lainnya. Bila dikenakan pada luka, drainase dari luka
berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk membentuk
seperti gel yang menciptakan lingkungan yang lembab untuk penyembuhan
luka. Balutan hidrokoloid ada dalam bermacam bentuk, ukuran, dan
ketebalan, dan digunakan pada luka dengan jumlah drainase sedikit atau
sedang. Balutan jenis ini biasanya diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung
pada metode aplikasinya, lokasi luka, derajad paparan kerutan-kerutan dan
potongan-potongan, dan inkontinensia. Balutan hidrokoloid tidak biasa
digunakan pada luka yang terinfeksi.
Contoh :
d. Hydrogels
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel. Gel
akan memberi rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan meningkatkan rasa
nyaman pasien. Gel sangat baik menciptakan dan mempertahankan
lingkungan penyembuhan luka yang moist/lembab dan digunakan pada jenis
luka dengan drainase yang sedikit. Gel diletakkan langsung diatas permukaan
luka, dan biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa) untuk
mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung
penyembuhan luka.
Contoh :
24
e. Hydrofibers
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau
balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa
bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid.
Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka
untuk membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir dari
permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang
sedang atau banyak, dan luka yang dalam dan membutuhkan balutan
sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka yang kering sepanjang
kelembaban balutan tetap dipertahankan (dengan menambahkan larutan
normal salin). Balutan hidrofiber dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada
jumlah drainase pada luka.
Contoh :
f. Alginates
Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang
laut. Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan
hidrofiber merupakan tipe produk yang sama. Paa kasus ini, alginate akan
menjadi lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate juga digunakan pada luka
dengan drainase sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan pada luka
yang kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan
dibalut, atau dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.
25
Contoh :
g. Gauze
Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau
kombinasi dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan
berlubang, tergantung pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering
digunakan untuk membungkus, seperti balutan basah lembab normal saline.
Kasa katun kasar, seperti balutan basah lembab normal saline, digunakan
untuk debridement non selektif (mengangkat debris dan atau jaringan yang
mati). Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau
campuran bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat,
besar, lunak, dan lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa saline
hipertonik kering digunakan untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang
mendukung penyembuhan. Produk lainnya berisi petrolatum atau elemen
penyembuh luka lainnya dengan indikasi yang sesuai dengan tipe lukanya.
Dengan memahami hal tersebut diatas maka perawat dapat memilih balutan
yang tepat untuk digunakan saat merawat luka.
Transparan Film
Contoh:
26
3. Memilih Balutan yang ideal
Pada tahun 1979 Tumer menggambarkan balutan yang ideal dengan
karakteristik sebagai berikut:
• Dapat mengangkat eksudat yang berlebihan dan toksin
• Kelembaban tinggi pada permukaan luka
• Memungkinkan pertukaran gas
• Memberikan insulasi termal
• Melindungi terhadap infeksi sekunder
• Bebas dari partikel-partikel dan komponen toksik
• Tidak menimbulkan trauma saat mengangkat/mengganti balutan
Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi
magis ”one-size-fits-all”. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk
memahami karakteristik dari perbedaan balutan dan penggunaannya sesuai
dengan perkembangan fase penyembuhan luka, karakteristik luka, dan faktor
risiko dari pasien yang mempengaruhi penyembuhan dan ketrampilan dari
perawat itu sendiri.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Seorang perawat yang baik adalah seorang perawat yang tau, mengerti
dan professional dalam melakukan tugasnya demi kesembuhan pasien. Maka
dari itu pengetahuan tentang luka dan cara penanganannya harus dapat benar-
benar dikuasai oleh perawat.
28