Vous êtes sur la page 1sur 5

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Available online at:

Volume 13, No 2, Oktober 2017 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/index

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN ACUTE CORONARY SYNDROME


DENGAN CHEST PAIN DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Dewi Rachmawati
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Malang
rachmawati_dewi13@yahoo.com

Abstract
Key word :Acute Emergency nurses’s somehow actually routine use of supplemental oxygen
Coronary theraphy in chest pain patient because of acute coronary syndrome is done,
Syndrome, Chest without know that routine oxygen theraphy may potentially cause harm. The
Pain, Emergency used method was by collecting and analyzing related textbook and articles with
Unit, Oxygen the use of supplemental oxygen theraphy in chest pain patient because of acute
Therapy coronary syndrome. The literatures were obtained from textbook and
electronic articles such as ScienceDirect, World Health Organization, Google
Scholar, PubMed and ClinicalKey with textbook and article criteria that were
published from 2000 to 2015. The result is routine use of supplemental oxygen
theraphy for Acute Coronary Syndrome (ACS) with chest pain based on
physical assessment and level of oxygen saturation. The patient of ACS with
chest pain without sign and symtoms hypoxia or respiratory distress, syok and
heart failure with oxygen saturation ≥94% then without oxygen theraphy, if the
patient with one or all of sign and symtoms above with oxygen saturation
<94% then oxygen therapy can be given with initial administration is 4
L/minute and in titration until oxygen saturation ≥94% with administered more
than than 6 hours. The next reassessment is done to the patient. If the condition
of the airway patent, the patient can breathe spontaneously, normal breathing
(especially rhythm, depth and no respiratory muscle use), respiratory or
oxygenation problems minimally and oxygen saturation > 94% then oxygen
therapy can be given with nasal cannul 4-6L / minute or simple mask from 6-
10L / minute. If the patient is emergency condition with airway patent,
spontaneous breathing with adequate depth ventilation and requiring oxygen
in high concentrations may then be provided with a non-rebreathing mask. The
conclucion is routine use of supplemental oxygen theraphy in acute coronary
syndrom with chest pain not recommended and the oxygen theraphy can be
given if the patient with oxygen saturation <94% or sign and symtoms hypoxia
or respiratory distress, breathlessness, syok and heart failure

PENDAHULUAN Acute Coronary Sydrome (Erhardt et al, 2002;


Chest pain adalah salah satu alasan Sabatine & Cannon, 2010).
utama pasien datang ke unit gawat darurat. Acute coronary syndrome (ACS)
Chest pain ini dapat disebabkan oleh berbagai adalah kegawatan penyakit jantung yang
penyebab bisa jantung (cardiac) dan bukan bersifat progresif mencangkup ST-segment
jantung (non cardiac). Di unit gawat darurat elevation myocardial infaction (STEMI) dan
proporsi terbanyak penyebab chest pain adalah non-St-segment elevation myocardial
cardiac sebanyak 45% dan diikuti penyebab infarction (NSTEMI) dan unstable angina.
noncardiac seperti muskuloskletal 14% dan Chest pain pada ACS ini karena rupturenya
psychiatric 8% (Erhardt et al, 2002). Dari plak arterosklerosis dan terdapatnya trombus
penyebab cardiac tersebut insiden terbanyak pada arteri koroner baik komplit maupun
(15%-25%) dari penyebab chest pain adalah partial. Kedaan ini akan menyebabkan
gangguan pengangkutan oksigen terutama di

114
Vol. 13, 2017 pemberian terapi oksigen… 115

area jantung sehingga terjadi penurunan sehingga meningkatkan oksigenasi pada


perfusi arteri koroner yang berakibat jaringan jantung yang mengalami iskemik atau
terjadinya iskemik bahkan sampai kematian memperbaiki ketidakseimbangan oksigen di
sel jantung atau infark apabila terjadi blok atau jantung (Metcalfe, 2012; Finamore &
trombus total. Dari fenomena tersebut pasien Kennedy, 2013). Didukung oleh teori yang
akan mengalami nyeri dada (chest pain) yang dikemukakan oleh Wijesinghe et al (2009)
menetap atau mungkin bisa hilang pada saat dalam Metcalfe (2012) yang menyatakan
istirahat (Metcalfe, 2012; Finamore et al, bahwa pemberian oksigen pada pasien dengan
2013). iskemik myocard akan menurunkan ukuran
Chest pain merupakan gejala umum infak miokard dan meningkatkan outcome
yang ditunjukkan pasien dengan ACS. Chest pada pasien. Akan tetapi evidance yang bisa
pain biasanya berkaitan dengan keadaan life- mendukung pernyataan tersebut hanya sedikit.
threathening yang dapat menimbulkan henti Kesimpulan tentang rasional dari pemberian
jantung mendadak dan mempunyai mortalitas oksigen, didasarkan pada penelitian yang
yang tinggi. Didunia, ACS merupakan digeneralisasikan dari model binatang dimana
penyebab kematian terbanyak penyakit tidak kurang mampu untuk menggambarkan
menular. Menurut World Health Organization keadaan klinis pada manusia. Sehingga semua
(2008) diperkirakan lebih dari 7 juta orang intervensi atau terapi yang ada tidak
meninggal dunia setiap tahunnya dan didasarkan pada kemanfaatan intervensi
merupakan 12,8% penyebab kematian dari tersebut tetapi hanya merupakan suatu expert
seluruh kematian global setiap tahun. opinion, based on anecdotal evidance dan
Sedangkan di Indonesia berdasarkan Riset merupakan suatu tradisi yang sudah lama
Kesehatan Dasar (2007) prevalensi penderita (Meier et al, 2013; Wijesinghe et al, 2009;
ACS adalah 7,2% dan menduduki peringkat Finamore, et al 2013).
ketiga penyebab kematian setelah stroke. Pada saat ini pemberian oksigen berdasarkan
banyak meningkat. tradisi lama pada semua pasien dengan gejala
Penanganan yang tepat merupakan ACS tidak direkomendasikan berdasarkan
salah satu upaya untuk menurunkan angka evidance based terbaru. Pemberian oksigen
kematian pasien chest pain penyebab utama secara rutin pada semua pasien chest pain
ACS. Penanganan ini terutama dilakukan oleh penyebab ACS dapat berpotensial
perawat di instalasi gawat darurat yang membahayakan pasien karena pemberian
berperan sebagai first responder dengan oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen
melakukan initial management segera sebagai arteri karena efek dari coronary artery tone
upaya pertolongan untuk menurunkan nyeri dan juga dapat menyebabkan hiperoxia yang
dan menurunkan kematian pada 2 jam pertama dapat menurunkan aliran darah di arteri
serangan. Initial management dalam koroner. Efek yang lain pada jantung adalah
penanganan ACS ini disebut MONA, yang dapat menurunkan cardiac output, stroke
merupakan kependekan dari Morphine, volume dan meningkatkan systemic vascular
Oksigen, Nitrat atau nitrogliserin dan aspirin resistance serta tekanan darah (Wijesinghe et
(ACLS, 2015). al, 2009; Shuvy et al, 2013). Sehingga
Oksigen merupakan salah satu bagian berdasarkan guidelines ACC/AHA 2007
dari MONA untuk menurunkan nyeri dada merekomendasikan oksigen digunakan untuk
(chest pain) pada pasien ACS. Pemberian memperbaiki saturasi oksigen arteri
oksigen secara rutin pada pasien dengan acute (SaO2<90%) dan direkomendasikan diberikan
chest pain penyebab ACS sudah dilakukan pada semua pasien unstable angina/NSTEMI
sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Tradisi dan STEMI tanpa komplikasi dalam 6 jam
dari pemberian oksigen rutin ini juga didukung pertama gejala. Sedangkan menurut O’Connor
oleh AHA (American Heart Association) dari et al dalam AHA (2010) dan Advanced
tahun 1975-2005 yang merekomendasikan Cardiac Life Support (2010)
intervensi tersebut dan American College of merekomendasikan pemberian oksigen hanya
Cardiology sampai tahun 2007. Dengan pada uncomplicated ACS dengan
rasional dari tradisi pemberian terapi oksigen oxyhemoglobin saturasi ≤94% atau terdapat
ini adalah ketika terjadi penurunan aliran darah tanda dan gejala distress pernafasan dan syok.
pada jantung, pemberian oksigen akan Bagaimanapun sampai saat ini, di IGD
meningkatkan tekanan perfusi koroner pemberian oksigen secara rutin atau reguler
Rachmawati, D Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 116

pada pasien chest pain karena ACS tetap Ketika ada pasien datang dengan chest
dilakukan tanpa melihat apakah pasien pain et. causa ACS di UGD maka perawat
mengalami hipoxia atau tanda-tanda distres harus segera melakukan assessment dan
pernafasan, syok dan saturasi oksigen ≤94%. pemeriksaan SpO2. Berdasarkan hasil
Pemberian oksigen ini tetap didasarkan pada assessment jika pasien tidak terdapat tanda-
tradisi intervensi yang lama tanpa melihat tanda hipoxia atau distress pernafasan, syok
evidance based terbaru atau pembaharuan dari dan heart failure dan SpO2≥94% maka tidak
intervensi tersebut. Oleh karena itu akan perlu diberikan terapi O2, apabila pasien
dibahas lebih detail terkait pemberian terapi terdapat salah satu atau ketiga tanda tersebut
oksigen pada pasien dengan chest pain et dan SpO2 <94% maka terapi oksigen dapat
causa ACS berdasarkan evidance based diberikan dengan awal pemberian adalah 4
terbaru di unit gawat darurat. L/menit dan di titrasi sampai SpO2 ≥94%
dengan lama pemberian tidak boleh lebih dari
METODE 6 jam karena dapat berpotensial
Metode yang digunakan dalam membahayakan pasien (Finamore & Kennedy,
literature review ini adalah mengumpulkan 2013; O’Connor, 2010). Selanjutnya dilakukan
dan melakukan analisa textbook dan artikel reassessment ulang terhadap pasien. Apabila
yang terkait dengan pemberian terapi oksigen kondisi airway paten, pasien dapat bernafas
pada pasien dengan chest pain dengan spontan, pernafasan normal (terutama irama
penyebab acute coronary syndrome. Sumber dan kedalamannya serta tidak ada penggunaan
literature review ini diperoleh dari textbook otot bantu pernafasan), masalah pernafasan
dan artikel elektronik seperti ScienceDirect; atau oksigenasi minimal dan SpO2 >94% maka
World Health Organisation, Google Scholar, terapi oksigen dapat diberikan dengan nasal
PubMed dan ClinicalKey dengan kriteria cannul 4-6L/menit atau simple mask mulai 6-
textbook dan artikel yang dipublikasi selama 10L/menit. Jika pasien dalam kondisi gawat
periode 2000-2015. darurat dengan airway paten, pernafasan
spontan dengan kedalaman ventilasi yang
HASIL adekuat dan membutuhkan oksigen dalam
Berdasarkan O’Connor (2010) dalam konsentrasi tinggi maka dapat diberikan
American Heart Association Guidelines for dengan Non-Rebreathing mask (Finamore &
Cardiopulmonary Resuscitation dan Kennedy, 2013). Dilakukan observasi ulang
Emergency Cardiovascular Care (ECC) 15-60 menit kemudian, apabila SpO2<94% dan
(2010) penanganan awal ACS dirumah sakit masih terdapat masalah oksigenasi maka
dimulai ketika pasien datang di instalasi Gawat naikkan pemberian oksigen sampai respon
darurat. Initial management chest pain pada pasien membaik, tidak ada masalah oksigenasi
ACS meliputi pemberian oksigen terutama dan SpO2>94%.
pada saturasi oksigen <94% dengan pemberian
awal 4 liter/menit, pemberian aspirin dan PEMBAHASAN
nonsteroidal (obat anti-inflamasi) pada semua Pada pasien chest pain karena acute
pasien dengan dosis awal 160-325 mg, nitrat coronary syndrom pemberian oksigen masih
(nitrogliserin) diberikan sublingual atau spray menjadi suatu yang diperdebatkan.
sampai 3 kali dosis pemberian sampai nyeri Berdasarkan tradisi yang lama semua pasien
berkurang dan morphine diberikan jika nyeri chest pain karena ACS selalu diberikan
dada atau ketidaknyaman menetap atau tidak oksigen tanpa melihat apakah pasien hipoxia,
berespon terhadap nitrat. Di IGD untuk syok atau terlihat tanda-tanda distress
memudahkan dalam mengingat maka disingkat pernafasan. Sehingga keadaan ini dapat
dengan MONA. berpotensi membahayakan pasien. Beberapa
Pemberian oksigen di instalasi gawat akibat dari pemberian oksigen secara rutin
darurat pada pasien ACS didasarkan pada pada pasien ACS dijelaskan sebagai berikut:
rekomendasi AHA 2010 yang menyatakan pertama, dengan banyaknya O2 didalam darah
bahwa oksigen harus diberikan pada pasien yang berikatan dengan Hb akan meningkatkan
Uncomplicated ACS dengan arterial oxygen-haemoglobin dissociation yang juga
oxyhemoglobin saturation <94% atau terdapat berdampak pada peningkatan aliran O2 ke
gejala breathlessness, tanda hearth failure, jaringan yang secara otomatis akan
syok hipoxia atau distress pernafasan.
Vol. 13, 2017 pemberian terapi oksigen… 117

meningkatkan pembentukan active oxygen menyelamatkan nyawa dengan mencegah


species (ROS). akibat serius dari disfungsi oksigen seperti
ROS ini akan menstimulasi proses kerusakan jaringan, otak dan ginjal serta yang
inflamasi pada otot jantung dan merusak terparah adalah sampai dapat menyebabkan
elektron transport mitokondria yang kematian. Dibuktikan oleh penelitian RCT
berdampak matinya sel-sel jantung. Selain itu Wilson & Channer (1997) dalam Metcalfe
ROS ini menstimulasi terjadinya vasokontriksi (2012) pada 42 pasien yang mengalami IMA
pembuluh darah yang dapat meningkatkan dengan onset 24 jam teridentifikasi hipoxia
tahanan sistemik pembuluh darah sehingga dan berdasarkan evidance dianjurkan untuk
menyebabkan penurunan stroke volume dan diberikan oksigen. Hasilnya kelompok yang
cardiac output yang pada akhirnya terjadi diberikan oksigen 31% yang mengalami
gagal jantung (Shuvy et al, 2013). Kedua, hipoxemia dan kelompok yang tidak diberikan
pemberian O2 yang terus-menerus tanpa oksigen 70% yang mengalami hipoxemia.
memperhatikan saturasi oksigennya, Sehingga secara jelas pada kondisi hipoxia
berdasarkan Metcalfe (2012) menemukan pemberian oksigen merupakan suatu hal yang
bahwa konsentrasi O2 yang tinggi dapat terpenting dan tidak bisa terbantahkan
menurunkan aliran darah di jantung dan (Metcalfe, 2012).
pemberian O2 secara rutin pada pasien stabil
ischemic heart disease mungkin potensial KESIMPULAN
membahayakan pasien. Sehingga dapat Chest pain adalah salah satu keluhan
disimpulkan meskipun diberikan oksigen tetap yang sering ditunjukkan pasien ketika datang
dilaporkan terjadi iskemik miokad karena di instalasi gawat darurat. Salah satu penyebab
penurunan aliran darah koroner (Wijesinghe et chest pain yang mengancam nyawa dan harus
al, 2009). dilakukan manajemen dengan segera adalah
Ketiga, berdasarkan beberapa acute coronary syndrome (ACS). Manajemen
penelitian O2 tidak memberikan efek yang chest pain karena ACS di IGD yang paling
menguntungkan pada kestabilan darah dan awal dilakukan adalah initial management.
lebih bersifat membahayakan. Terapi oksigen Initial Management ini terdiri atas pemberian
pada pasien normoxaemic (SaO2>90%) dengan Oksigen, Aspirin, nitrat atau nitrogliserin dan
IMA dapat menurunkan CO dan stroke volume Morphine. Pemberian oksigen masih menjadi
serta meningkatkan sistemic vascular resistane perdebatan dalam manajemen chest pain et
(SVR). Pada penelitian lain yang terpisah causa ACS. Berdasarkan tradisi setiap pasien
pemberian O2 100% pada pasien ACS dapat yang datang dengan chest pain terutama
meningkatkan produksi asam laktat yang karena ACS, pemberian terapi oksigen
kemungkinan dapat menurunkan aliran merupakan tindakan rutin yang wajib
koroner sehingga iskemik semakin meluas. diberikan. Tradisi pemberian terapi oksigen ini
Keempat, pemberian oksigen dapat dapat menimbulkan potensial resiko yang
menurunkan aliran darah pada sinus koroner berbahaya pada pasien dan tidak terdapat
baik pada pasien dengan ACS maupun subjek evidance based yang kuat dalam mendukung
sehat dan meningkatkan pertahanan koroner. tradisi tersebut. Sehingga terbentuk evidance
Peningkatan pertahanan koroner akan based terbaru dalam pemberian terapi oksigen.
menstimulasi terjadinya vasokontriksi yang Berdasarkan AHA 2010 pemberian terapi
akan ditambah lagi adanya efek vasokontriktor oksigen secara rutin tidak direkomendasikan
dari oksigen yang akan menyebabkan keadaan dan terapi oksigen diberikan jika pasien
yang lebih berbahaya karena diameter arteri memiliki SpO2 <94% atau disertai tanda
koroner lebih sempit yang dapat menyebabkan distress pernafasan/hipoxia, breathlessness,
terjadinya trombosis serta kematian jantung gejala heart failure dan syok.
mendadak (sudden cardiac death) (Shuvy et al,
2013). DAFTAR PUSTAKA
Sebaliknya, pada situasi kegawatan
oksigen merupakan suatu hal darurat, dengan ACLS (2015). "Using the Acute Coronary
adanya hipoksia berpengaruh besar terhadap Syndromes Algorithm for
mortalitas sehingga dibutuhkan identifikasi Managing the Patient." ACLS
disaat yang tepat terhadap hipoxia. Oleh online.
karena pada keadaan emergency oksigen dapat
Rachmawati, D Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 118

Burls, A., Emparanza, J, I., Quinn, T., Cabello,


J.B., 2009. Oxygen use in acute O’Connor, et al. (2010). "Part 10: Acute
myocardial infarction: an online Coronary Syndromes 2010
survey of health professionals’ American Heart Association
practice and beliefs. Emergency Guidelines for Cardiopulmonary
Medicine Journal 27 (4), 283–286, Resuscitation and Emergency
<http://emj.bmj.com/content/27/4/ Cardiovascular Care." Circulation
283.abstract>(accessed 07/10/15). 122: S787–S817.
Cameron, et al. (2015). Textbook of Adult O’Driscoll, B., Howard, L., Davison, A., 2008.
Emergency Medicine. Fouth. British Thoracic Society
Philadelpia, Churchill Livingstone guidelines for emergency oxygen
Elsevier. use in adult patients.
Cline, et al. (2012). Cardiovascular Diseases. http://thorax.bmj.com/content/63/
Tintinalli's Emergency Medicine Suppl_6/vi1.extract (accessed
Manual Rebbecchii. New York 08.10.15).
American College Of Emergency RIset Kesehatan Dasar. 2007. Badan
Physicians. Penelitian dan Pengembangan
Chew DP, Aroney CN, Aylward PE, Kelly Kesehatan Kementerian Kesehatan
AM, White HD, Tideman PA, et R
al.2011 Addendum to the National Sabatine and Christopher (2010). Approach to
Heart Foundation of the Patient with Chest Pain.
Australia/Cardiac Society of Cardiology. Philadelpia.
Australia and New Zealand Scottish Intercollegiate Guidelines Network
Guidelines for the management of Guidelines, 2007. AcuteCo ronary
acute coronary syndromes (ACS). Syndromes. A National Clinical
Heart, Lung & Circulation Guideline. <http://
2011;20:487–502. www.sign.ac.uk/pdf/sign93.pdf>
Erhardt, et al. (2002). "Erhardt (Chairman), J. (accessed 16.12.10).
Herlitz (Secretary), L. Bossaert, Shuvy, et al. (2013). "Oxygen therapy in acute
M. Halinen,M. Keltai, R. Koster, coronary syndrome: are the
C. Marcassa, T. Quinn and H. van benefits worth the risk." European
Weert." Task Force on the Heart Journal: 1-6.
Management of Chest Pain Wijesinghe, et al. (2009). "Routine use of
European Heart Journal 23: , oxygen in the treatment of
1153–1176. myocardial infarction: systematic
Finamore, et al. (2013). "UNDERSTANDING review." Heart 95: 198-202.
THE ROLE OF OXYGEN IN
ACUTE CORONARY
SYNDROMES." J Emerg Nurs
39(4): e45-e49.
Guyton and Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta, EGC
Karnath, et al. (2004). "Chest Pain :
Differentiating Cardiac From
Noncardiac Causes." Hospital
Physician 20: 24-38.
Meier, et al. (2013). Oxygen therapy in acute
myocardial infarction – good or
bad? 2013. USA Cochrane
Library.
Metcalfe, M. (2012). "Improving the safety of
oxygen therapy in the treatment of
acute myocardial infarctions."
International Emergency Nursing
20: 94– 97.

Vous aimerez peut-être aussi