Vous êtes sur la page 1sur 12

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR ABDOMEN

FASILITATOR : HASRIANY, S. Kep, Ns, M.Kep

OLEH : KELOMPOK 2

ANGGOTA:

 ARWAN ADI PUTRA 1501050  RABIATUL ADAWIYA SLAMAT 1501030


 DARMAWANSYAH 1501052  CINDY INDRIANI 1501007

 ANUGRAH CIPTA DWIJAYA 1501047  FATMAWATI 1501013

 ULIL AMRI 1501045  SITI HAERATI 1501041

 FARDI P 1401040  NURJANNAH FIKIH 1501025

 DARNO SYAWAL 1301093  RISKA AWALINA 1501038


 NURHIJRATUN 1501024

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR


PRODI S1 KEPERAWATAN
2017
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR ABDOMEN

A. Pengkajian
1. Identitas : Nama, No RM, Usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, tanggal masuk RS,
pendidikan, penanggung jawab sebagai penanda identitas klien
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Keluhan Utama :
1) Mulai timbul keluhan :
2) Sifat keluhan :
3) Lokasi :
4) Keluhan Lain yang menyertai :
5) Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan /mengurangi keluhan :

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1) Apakah pernah mendeita penyakit yang sama : -
2) Bila pernah dirawat di RS mana : -
3) Alergi : alergi terhadap apa : -
a. Reaksi :-
b. Tindakan : -
B. Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Pencernaan
A. Inspeksi
a) Pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh.
b) Inspeksi cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan.
c) Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk
melemaskan/relaksasi otot- otot abdomen.
d) Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
e) Pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan warna
abdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola vena, dan striae
serta bayangan vena dan pergerakkan abnormal.
f) Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
g) Perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau penegangan. Bila
abdomen tampak menegang, minta pasien untuk berbalik kesamping dan inspeksi
mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga-iga dan panggul, tanyakan
kepada pasien apakah abdomen terasa lebih tegang dari biasanya.
h) Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan memasang tali/
perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah simpul dikedua sisi tali/
perban untuk menandai dimana batas lingkar abdomen, lakukan monitoring, bila
terjadi peningkatan perenggangan abdomen, maka jarak kedua simpul makin
menjauh.
i) Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
j) Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan peristaltik
atau denyutan aortik.

B. Palpasi
 Abdomen
a) Posisi pasien berbaring terlentang dan pemeriksa disebelah kanannya
b) Lakukan palpasi ringan di tiap kuadran abdomen dan hindari area yang telah
diketahui sebelumnya sebagai titik bermasalah, seperti apendisitis.
c) Tempatkan tangan pemeriksa diatas abdomen secara datar, dengan jari- jari
ekstensi dan berhimpitan serta pertahankan sejajar permukaan abdomen.
d) Palpasi dimulai perlahan dan hati-hati dari superfisial sedalam 1 cm untuk
mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal atau adanya massa.
e) Bila otot sudah lemas dapat dilakukan palpasi sedalam 2,5 – 7,5 cm, untuk
mengetahui keadaaan organ dan mendeteksi adanya massa yang kurang jelas
teraba selama palpasi
f) Perhatikan karakteristik dari setiap massa pada lokasi yang dalam, meliputi
ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri, denyutan dan gerakan
g) Perhatikan wajah pasien selama palpasi untuk melihat adanya tanda/ rasa tidak
nyaman
h) Bila ditemukan rasa nyeri, uji akan adanya nyeri lepas, tekan dalam kemudian
lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan melepaskan
tekanan.
i) Minta pasien mengangkat kepala dari meja periksa untuk melihat kontraksi
otot-otot abdominal
 Hepar
a) Posisi pasien tidur terlentang.
b) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
c) Letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada kanan posterior pasien
pada iga kesebelas dan keduabelas dan tekananlah kearah atas.
d) Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala /
superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis
klavikular di bawah batas bawah hati.
e) Kemudian tekanlah dengan lembut ke dalam dan ke atas.
f) Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi hati saat abdomen
mengempis.
 Kandung Empedu
a) Posisi pasien tidur terlentang.
b) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
c) Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dibawah dada kanan posterior pasien
pada iga XI dan XII dan tekananlah kearah atas.
d) Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala /
superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis
klavikular di bawah batas bawah hati.
e) Kemudian tekan lembut ke dalam dan ke atas.
f) Mintalah pasien menarik napas dan coba meraba tepi hati saat abdomen
mengempis.
g) Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.
h) Bila diduga ada penyakit kandung empedu, minta pasien untuk menarik napas
dalam selama palpasi.
 Limpa
a) Posisi pasien tidur terlentang
b) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
c) Letakkan secara menyilang telapak tangan kiri pemeriksa di bawah pinggang
kiri pasien dan tekanlah keatas.
d) Letakkan telapak tangan kanan dengan jari-jari ektensi diatas abdomen
dibawah tepi kiri kostal.
e) Tekanlah ujung jari kearah limpa kemudian minta pasien untuk menarik napas
dalam.
f) Palpasilah tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah kearah tangan pemeriksa
g) Apabila dalam posisi terlentang tidak bisa diraba, maka posisi pasien
berbaring miring kekanan dengan kedua tungkai bawah difleksikan.
h) Pada keadaan tertentu diperlukan Schuffner test
 Aorta
a) Posisi pasien tidur terlentang
b) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
c) Pergunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan.
d) Palpasilah dengan perlahan namun dalam ke arah abdomen bagian atas tepat
garis tengah.
 Pemeriksaan Asites
a) Posisi pasien tidur terlentang.
b) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
c) Prosedur ini memerlukan tiga tangan.
d) Minta pasien atau asisten untuk menekan perut pasien dengan sisi ulnar tangan
dan lengan atas tepat disepanjang garis tengah dengan arah vertikal.
e) Letakkan tangan pemeriksa dikedua sisi abdomen dan ketuklah dengan tajam
salah satu sisi dengan ujung- ujung jari pemeriksa.
f) Rasakan impuls / getaran gelombang cairan dengan ujung jari tangan yang
satunya atau bisa juga menggunakan sisi ulnar dari tangan untuk merasakan
getaran gelombang cairan.
 Colok Dubur
Pemeriksaan abdomen dapat diakhiri dengan colok dubur (sifatnya kurang
menyenangkan sehingga ditaruh paling akhir).Pemeriksaan ini dapat dilakukan
pada pasien dalam posisi miring (symposisi), lithotomi, maupun knee-
chest.Pemeriksaan dapat dilakukan dengan satu tangan maupun dua tangan
(bimanual, satu tangannya di atas pelvis).Colok dubur perlu hati-hati karena sifat
anus yang sensitif, mudah kontraksi.Oleh karena itu colok dubur dilakukan
serileks mungkin menggunakan lubrikasi.Sebaiknya penderita kencing terlebih
dahulu. Pada posisi lithotomi diagnosis letak kelainan menggunakan posisi jam
yakni jam 3 sebelah kanan, jam 9 sebelah kiri, jam 6 ke arah sacrum dan jam 12
ke arah pubis.

C. Auskultasi
a) Pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi.
b) Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala.
c) Letakkan kepala stetoskop sisi diafragma di daerah kuadran kiri bawah. Berikan
tekanan ringan, minta pasien agar tidak berbicara. Bila mungkin diperlukan 5
menit terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak
adanya bising usus.
d) Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak ada bising usus
dan perhatikan frekwensi/karakternya.
e) Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan dengan sistematis
dan dengarkan tiap kuadran abdomen.
f) Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi desiran
dibagian epigastrik dan pada tiap kuadran diatas arteri aortik, ginjal, iliaka,
femoral dan aorta torakal. Pada orang kurus mungkin dapat terlihat gerakan
peristaltik usus atau denyutan aorta.

D. Perkusi
 Abdomen
Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul pada saat
melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah kulit.Organ berongga
seperti lambung, usus, kandung kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak
terdapat pada hati, limfa, pankreas, ginjal.

 Perkusi Batas Hati


a) Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi kanan pasien.
b) Lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser
perlahan keatas, sampai terjadi perubahan suara dari timpani menjadi pekak,
tandai batas bawah hati tersebut.
c) Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
d) Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga kanan.
e) Batas hati bagian atas terletak antara celah tulang iga ke 5 sampai ke celah
tulang iga ke 7.
f) Jarak batas atas dengan bawah hati berkisar 6 – 12 cm dan pergerakan bagian
bawah hati pada waktu bernapas yaitu berkisar 2 – 3 cm.
 Perkusi Lambung
a) Posisi pasien tidur terlentang.
b) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
c) Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian
epigastrium kiri.
d) Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


INTERVENSI (NIC)
(NANDA) (NOC)
Domain 12. Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri 1400 :
Kelas 1 . Kenyamanan Fisik selama 2x24 jam maa diharapkan pasien  Lakukan pengkajian nyeri kompetensi yang
Diagnosa.00133 mampu : meliputi lokasi, karakteristik,
Nyeri Kronis b.d Infiltrasi Tumor 1. Kontrol nyeri (1605) : konsep/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Batasan Karateristik :  160502 mengenali kapan nyeri atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
1. Ekspresi wajah nyeri (mis. Mata terjadi  Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
kurang bercahaya, tampak kacau,  160504 menggunakan tindakan dilakukan dengan pemantauan yang tepat
gerakan mata berpencar, pengurangan (nyeri) tanpa  Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
meringis) analgesik mengenai nyeri
2. Hambatan kemampuan  160509 mengenali apa yang  Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
meneruskan aktivitas terkait dengan gejala nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis, tidur,
sebelumnya  160511 melaporkan nyeri yang nafsu makan, perasaan, hubungan,
3. Keluhan tentang intesitas terkontrol performa kerja dan tanggung jawab peran)
mengunakan standar skala nyeri 2. Nyeri : efek yang mengganggu  Gali bersama pasien karena faktor-faktor
(mis, skala analog visual, skala (2101): yang dapat menurunkan atau memperberat
penilaian numeric)  120127 meringankan nyeri
4. Perubahan pola tidur ketidaknyamanan  Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan
 210119 tidak ada gangguan dalam menangani nyerinya dengan cepat
rutinitas  Berikan individu penurun nyeri yang
 210113 tidak ada gangguan optimal dengan peresepan analgesik
pergerakan fisik  Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil
 210129 tidak ada gangguan pada atau jika keluhan pasien saat ini berubah
aktivitas hidup sehari-hari signifikan dari pengalaman nyeri
sebelumnya
Domain 2. Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi 1100 :
Kelas 1. Makan selama 2x24 jam maka diharapkan pasien  Tentukan status gizi pasien dan
Diagnosa. 00002 mampu : kemampuan pasien untuk memenuhi
Ketidakseimbangan nutrisi : 1. Status nutrisi: asupan makanan dan kebutuhan gizi
Kurang dari kebutuhan tubuh b.d cairan:  Identifikasi (adanya) alergi atau
ketidak mampuan mencerna  Asupan makanan secara oral intoleransi makanan yang dimiliki
makanan, ketidakmampuan sepenuhnya adekuat pasien
mengabsorbsi nutrien, kurang  Asupan cairan intravena  Tentukan jum;ah kalori dan jenis nutrisi
asupan makanan. sepenuhnya adekuat yang dibutuhkan untuk memenuhi
Batasan karateristik : 2. Status nutrisi: asupan nutrisi persyaratan gizi
1. Cepat kenyang setelah  Asupan kalori sepenuhnya  Ciptakan lingkungan yang optimal pada
makan adekuat saat mengkomsumsi makan (mis,
2. Kram abdomen  Asupan protein sepenuhnya bersih, berventilasi, santai, dan bebas
3. Kurang minat pada makanan adekuat dari bau yang menyengat)
4. Nyeri abdomen  Asupan lemak sepenuhnya  Tawarkan makanan ringan yang padat
5. Penurunan berat badan adekuat gizi
dengan asupan makan tidak  Asupan karbohidrat sepenuhnya  Monitor kalori dan asupan makanan
adekuat adekuat  Berikan arahan, bila diperlukan.
Domain 9. Koping atau toleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan kecemasan 5820 :
stres selama 2x24 jam maa diharapkan pasien  Gunakan pendekatan yang tenang dan
Kelas 2. Respon koping mampu : menyakinkan
Diagnosa .00146 ansietas b.d Tingkat kecemasan (1211) :  Berada di sisi klien untuk meningkatkan
perubahan besar (mis, status  121105 Perasaan gelisah rasa aman dan mengurangi ketakutan
kesehatan)  121117 Rasa cemas yang  Dorong keluarga untuk mendampingi
Batasan karateristik : disampaikan secara lisan ringan klien klien dengan cara yang tepat
1. Gelisah  121129 Gangguan tidur tidak ada  Identifikasi pada saat terjadi perubahan
2. Penurunan produktivitas  121131 Perubahan pada pola tingkat kecemasan
3. Perasaan tidak adekuat makan tidak ada  Berikan aktivitas pengganti yang
4. Distres bertujuan untuk mengurangi tekanan
5. Gelisa  Bantu klien mengidentifikasi situasi
6. Gugup yang memicu kecemasan
7. Kesedihan yang mendalam  Dukung penggunaan mekanisme koping
8. Ketakutan yang sesuai
9. Peka  Instruksikan klien untuk menggunakan
10. Ragu teknik relaksasi
11. Putus asa  Atur penggunaan obat-obatan untuk
12. Sangat khawatir mengurangi kecemasan secara tepat
 Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
kecemasan.
Domain 2. Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor cairan 4130 :
Kelas 5. Hidrasi selama 2x24 jam maka diharapkan pasien  Tentukan faktor-faktor resiko yang
Diagnosa. 00028 mampu : mungkin menyebabkan
Resiko kekurangan volumen cairan Keseimbangan cairan (0601) : ketidakseimbangan cairan (misalnya,
Faktor resiko . kehilangan volumen  060107 Keseimbangan intake dan paskah operasi, poliuria, muntah, dan
cairan aktif output dalam 24 jam tidak diare)
terganggu  Tentukan apakah pasien mengalami
 060109 Berat badan stabil tidak kehausan atau gejala perubahan cairan
terganggu  Monitor berat badan
 060117 Kelembanan membran  Monitor asupan dan pengeluaran
mukosa tidak terganggu  Catat dengan akurat asupan dan
 060115 Kehausan tidak terganggu pengeluaran (misalnya, asupan oral,
antibiotik, cairan yang diberikan dengan
obat-obatan, muntah)
 Rekam inkomtinensia pada pasien yang
membutuhkan asupan dan pengeluaran
akurat
 Monitor membran mukosa dan respon
haus
 Berikan cairan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).


Nursing Interventions Classification (NIC). Yogyakarta: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Yogyakarta: Elsevier.

Vous aimerez peut-être aussi