Vous êtes sur la page 1sur 8

TUGAS ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II

KELOMPOK 8
ELISA AGUSTINA (K1A015009)
DANI SYAIFUL AKBAR (K1A017010)
IDA AYU MADE WIDI RAHAYU BRAHAMI P. (K1A017026)
SAHSIATUN ASHUFIAH (K1A017045)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
1. Jelaskan bagaimana mekanisme terjadinya kontraksi dan relaksasi otot-otot
ekstrimitas bawah saat zohri berlari !

Penjelasan bagaimana kontraksi dan relaksasi otot ekstremitias bawah saat


zohri berlari secara garis besar terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut
(Guyton,2011) :

1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke


ujungnya pada serabut otot
2. Di setiap ujung, saraf inenyekresi zat neurotransmiter, yaitu asetilkolin, dalam
jumlah sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membran serabut otot untuk
membuka banyak kanal kation "berpintu asetilkolin" melalui molekul protein
yang terapung pada membran.
4. Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium
untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Hal ini menyebabkan
depolarisasi setempat yang kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium
berpintu listrik (voltagegated sodium channels). Peristiwa ini akan menimbulkan
suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran
listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium,
yang telah tersimpan di dalam retikulum ini.
7. Ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang
menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasikan
proses kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca2+ dan ion ini tetap disimpan dalam
retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion
kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti
Berikut penjelasan secara detail mekanisme kontraksi dan relaksasi otot
ekstrimitas bawah saat zohri berlari. Ketika otot berkontraksi, akan mengalami
perambatan sepanjang sarkolema dan ke dalam tubulus T, potensial aksi otot
menyebabkan kanal pelepasan Ca2+ dalam retikulum sarkoplasma terbuka dan
melepaskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke dalam sarkoplasma. Di sana, ion berikatan
dengan troponin. Troponin kemudian menggerakkan tropomiosin menjauh dari
tempat pengikatan-miosin pada aktin.(Tortora,2017). Serat otot rangka yang
berkontraksi dihasilkan dari interaksi antara thick dan thins filamen dalam sarkomer.
Mekanisme kontraksi otot rangka menurut teori pergeser filamen, yaitu (Martini,
2012):
1. Siklus Kontraksi dimulai
Siklus kontraksi melibatkan serangkaian langkah yang saling terkait. Siklus
dimulai dengan peristiwa listrik di sarcolemma yang memicu pelepasan ion
kalsium dari terminal cisternae dari retikulum sarcoplasmic (SR). Ion kalsium ini
memasuki zona tumpang tindih.
2. Active-Site Exposure
Ion kalsium mengikat troponin dalam kompleks troponin-tropomiosin.
Molekul troponin kemudian berubah posisi, menggulung molekul tropomyosin
menjauh dari situs aktif pada aktin.
3. Cross-Bridge Formation
Setelah situs aktif terpapar, kepala myosin yang diberi energi melekat pada
tempat pengikatan miosin di aktin dan melepaskan gugus fosfat yang telah
mengalami hidrolisis. Ketika melekat pada aktin selama kontraksi, kepala miosin
disebut jembatan silang (Cross-Bridge).
4. Myosin Head Pivoting
Setelah pembentukan jembatan silang, energi dilepaskan ketika kepala
myosin berporos ke arah garis M. Tindakan ini disebut power stroke.
5. Cross-Bridge Detachment
ATP berikatan dengan kepala myosin, memutus jembatan silang antara
kepala myosin dan molekul aktin. Situs aktif sekarang terbuka dan dapat
membentuk jembatan silang lain.
`
6. Myosin Reactivation
ATP menyediakan energi untuk mengaktifkan kembali kepala myosin dan
mengembalikannya ke posisi semula. Seluruh proses diulang selama konsentrasi
ion kalsium tetap tinggi dan cadangan ATP mencukupi.

Siklus kontraksi berulang bersamaan ATPase miosin menghidrolisis molekul


ATP yang baru berikatan, dan berlangsung terus sepanjang ATP tersedia dan kadar
Ca2+ dekat filamen tipis cukup tinggi. Cross-bridge terus berotasi bolak-balik
bersamaan dengan setiap power stroke, yang menarik filamen tipis ke arah garis M.
Karena siklus kontraksi berlanjut, gerakan cross-bridge menggunakan tenaga yang
menariik discus Z ke arah masing-masing, dan sarkomer memendek. Selama
kontraksi otot maksimal, jarak antara dua discus Z dapat berkurang sampai sejauh
separuh panjang saat istirahatnya. Discus Z pada akhirnya menarik sarkomer
disebelahnya, dan seluruh serat otot memendek (Tortora,2017).
2. Apa perbedaan mekanisme kontraksi dan relaksasi otot ekstremitas bawah saat
Zohri berlari dengan kontraksi otot pembuluh darah ?
Otot ekstremitas bawah merupakan otot – otot yang digunakan saat beraktifitas
seperti berjala, maupun berlari. Otot ekstremitas bawah dapat dikatakan sebagai otot
rangka. Mekanisme kontraksi otot rangka yaitu melibatkan filamen aktin dan filamen
miosin serta Ca2+ dan ATP.
- Pertama, kepala miosin akan mengikat ATP sebagai sumber energi untuk
terjadinya kontraksi.
- Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik
dan menggunakan energi yang timbul dari pemecahan ATP tersebut.Setelah
mendapat energi dari ATP, kepala miosin akan mengait (berikatan dengan)
aktin.
- Terjadi pelepasan ADP dan fosfat anorganik yang menyebabkan kepala
miosin bergerak sehingga menggerakkan aktin.
- Kepala miosin yang menangkap ATP baru akan menyebabkan kepala miosin
melapaskan diri dari aktin dan siklus akan berulang kembali.

Relaksasi pada otot kerangka terjadi melalui transport aktif Ca2+ oleh retikulum
sarkoplasma yang menyebabkan tropomyosin menghalangi sisi aktif troponin
(Irianto,2012).

Otot pembuluh darah termasuk dalam otot polos. Mekanisme kerja otot polos
hampir sama dengan mekanisme kerja otot lurik. Pada otot polos terjadi peristiwa
sliding filament yang diakibatkan oleh keberadaan rangsangan asetilkolin.
Asetilkolin memicu ion kalsium yang disimpan dalam otot dilepaskan. Pelepasan
ion kalsium menyebabkan otot polos mengkerut (berkontraksi). Tahapan dalam
kontraksi otot polos yaitu :

- Rangsangan berupa senyawa kimia asetilkolin masuk ke dalam membrane sel


- Asetilkolin merangsang otot untuk melepaskan ion kalsium yang
disimpannya
- Ion kalsium berikatan dengan calmodulin, sejenis protein sitoplasma
- Komples antara kalsium dan calmodulin mengaktifkan myosin kinase,
kemudian mengaktifkan myosin
- Myosin aktif dan menempel dengan aktin sehingga terjadi kontraksi otot

Relaksasi pada otot polos terjadi melalui beberapa tahap, yaitu pelepasan ion Ca2+
dari calmodulin, transport aktif Ca2+ kedalam retikulum sarkoplasma dan keluar sel,
serta defosforilasi myosin menggunakan enzim fosforilase (Irianto,2012).

3. Apakah sumber energi utama yang dipakai saat zohri memenangkan kejuaraan
atletik asia seperti tertulis skenario di atas? Apa bedanya dengan pelari
marathon?

Berdasarkan kasus diatas zohri mencatatkan waktunya di kejuaraan atletik 10,13


detik untuk lari 100 meter. Oleh karena itu sumber energi utama yang dipakai oleh
zohri adalah kreatin fosfat, suatu molekul kaya energi yang ditemukan dalam serat-
serat otot. Enzim kreatin kinase (CK) mengatalisis transfer satu gugus fosfat energi
tinggi dari ATP ke kreatin, yang membentuk kreatin fosfat dan ADP. Tidak
memerlukan oksigen, menghasilkan 1 ATP per kreatinfosfat dan creatine. Simpanan
kreatin fosfat dan ATP bersama-sama memberikan cukup energi untuk otot -otot
berkontraksi secara maksimal selama sekita 15 detik. (Tortora,2017).

Sedangkan bedanya dengan pelari marathon dibutuhkan waktu lebih dari satu
jam untuk sampai ke finish, sehingga sumber energinya adalah glukosa, asam
piruvat, asam lemak bebas dari jaringan adiposa, asam amino dari katabolisme
protein. Durasi energinya yaitu per jam, memerlukan oksigen (respirasi aerob),
menghasilkan 32 ATP per glukosa, CO2 dan H2O (Marieb, 2016).

4. Sebutkan dan jelaskan karakteristik serabut otot yang tidak mudah lelah !

Dalam otot rangka, jenis serabut otot dikelompokkan menjadi tiga jenis
utama: (1) serabut oksidatif lambat, (2) serabut glikolitik-oksidatif cepat dan (3)
serabut glikolitik cepat. Tipe serabut otot yang tidak mudah lelah termasuk dalam
tipe serabut otot oksidatif lambat (SO, slow oxidative) yang memiliki diameter paling
kecil dan merupakan jenis serabut otot yang paling lemah (Tortora,2017). Dimana
energi yang digunakan untuk kontraksi yaitu metabolis secara aerobik menghasilkan
energi yang besar melalui glikolisis yang dibantu dengan oksigen, sehingga serabut
ini memiliki jumlah mitokondria yang lebih banyak dari jenis serabut yang lain. Ini
berasal dari besarnya jumlah persediaan kapiler yang menyuplai yang kaya akan
oksigen, sehingga membuat serabut berwarna merah yang dihasilkan dari myogoblin
yang melimpah. Myogoblin merupakan pigmen yang membantu menyimpan oksigen
dan membantu oksigen untuk berdifusi melalui sel-sel otot (Pearce,2006). Serabut
ini dikatakan “lambat” karena ATPase pada kepala miosin menghidrolisis ATP
relatif lambat dan sikus kontraksi berlangsung pada kecepatan lebih lambat daripada
serabut “cepat”. Sebagai akibatnya, serabut SO memiliki kecepatan kontraksi lambat.
Namun, serabut lambat sangat resisten terhadap kelelahan dan mampu berkontraksi
lama, terus-menerus selama beberapa jam (Tortora,2017).
DAFTAR PUSTAKA

Marieb Elaine N. and Katja Hoehn.2016. Human Anatomy dan physiology. Tenth Edition.
England: Person Education Limited.
Martini Frederic H., Robert B. Tallitsch, and Judi L. Nath. 2012. Human Anatomy. Ninth
Edition. USA: Pearson Education, Inc., publishing as Pearson Benjamin Cummings.

Irianto, Koes .2012. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Cetakan 2 . Bandung :
Alfabeta Cv.

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh
Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

Tortora, Gerard J., Bryan Derrickson. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi : Sistem
Organisasi, Sistem Penunjang & Gerak, & Sistem Kontrol Volume 1 Edisi 13.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Singapura:
Elsevier.

Vous aimerez peut-être aussi