Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BIDANG KEGIATAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
DIUSULKAN OLEH:
Ketua Pelaksana
Anggota pelaksana :
Winda Gusya Dwiana 1611B0272
Windi Lukita Sari 1611B0273
Nur Aini Sulis Tiyani 1611B0256
Rahyuni Paulina T. 1611B0314
Siti Meltiana Kase 1611B0316
Abdul Manan Dato 1611B0283
Riki D. Sabuna 1611B0261
Yorhan Jonson S. 1611B0321
Menyetujui
Ketua Pelaksana Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan
Ners
(Dr.H.Sandu Siyoto,S.Sos.,SKM,.M.Kes)
NIP. 19700 216199203 1 00 7
Abstrak
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan dengan judul “Pertolongan Pertama Pada Korban Acute Coronary Syndrome”.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
laporan ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
pembaca.
Wasalamualaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi terjadi pengurangan aliran darah ke
jantung secara mendadak. Beberapa gejala dari sindrom ini adalah tekanan di dada
seperti serangan jantung, sesak saat sedang beristirahat atau melakukan aktivitas fisik
ringan, keringat yang berlebihan secara tiba-tiba (diaforesis), muntah, mual, nyeri di
bagian tubuh lain seperti lengan kiri atau rahang, dan jantung yang berhenti mendadak
(cardiac arrest). Umumnya mengenai pasien usia 40 tahun ke atas walau pada saat ini
terdapat kecenderungan mengenai usia lebih muda.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengetahuan
masyarakat dalam melakukan pertolongan pertama saat terjadi kejadian Acute
Coronary Syndrome
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kemampuan masyarakat dalam melakukan tindakan pertolongan
pertama pada Acute Coronary Syndrome
b. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi pada
masyarakat
c. Mengetahui perbedaan tingkat ketrampilan sebelum dan sesudah edukasi pada
masyarakat
D. Manfaat
1. Bagi Keilmuan
Menambah referensi pembelajaran terutama pada bidang kegawatdaruratan dan
manajemen pembelajaran terkait Acute Coronary Syndrome
2. Bagi mahasiswa
Menambah pengalaman mahasiswa dalam melakukan tindakan pertolongan pertama di
bidang keperawatan, khususnya dalam bidang kegawatdaruratan
5. Bagi Masyarakat
Dengan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada masyarakat
tentang basic life support khususnya pada mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian
Acute coronary syndrome (ACS)/ Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan
suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan spektrum
penyakit arteri koroner yang bersifat trombotik. Kelainan dasarnya adalah
aterosklerosis yang akan menyebabkan terjadinya plaque aterom. Pecahnya plaque
aterom ini akan menimbulkan trombus yang nantinya dapat menyebabkan iskemik
sampai infark miokard (Achar, et al., 2005). Bagian dari spektrum acute coronary
syndrome (ACS) adalah unstable angina pectoris (UAP), ST elevation myocardial
infarction (NSTEMI) dan non ST elevation myocardial infarction (NSTEMI) (Alwi,
2009). STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang ditampilkan, terjadi peningkatan
baik frekuensi, lama nyeri dada dan tidak dapat di atasi dengan pemberian nitrat, yang
dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu yang disertai Infark Miokard Akut
dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur
plak aterosklerosis yang tak stabil (Pusponegoro,2015).
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan kegawatan jantung yang terjadi karena
adanya ruptur atau erosi dari plak aterosklerosis yang memiliki gambaran berupa angina
pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris/UAP), infark miokardium akut (IMA)
baik dengan peningkatan segmen ST (ST segmen elevation myocardial infarction/
STEMI) maupun tanpa peningkatan segmen ST (non ST segmen elevation myocardial
infarction/NSTEMI).
1.1.2 Faktor Risiko
Faktor risiko seseorang untuk menderita ACS ditentukan melalui interaksi dua
atau lebih faktor risiko. Faktor risiko ACS dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor
yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang
dapat dimodifikasi antara lain seperti: merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes
mellitus, stress, diet tinggi lemak, dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor-faktor risiko ini
masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik
Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain seperti: usia, jenis
kelamin, suku/ras, dan riwayat penyakit (Bender, et al., 2011).
1.1.3 Etiologi
Masalah yang sesungguhnya pada SKA terletak pada penyempitan pembuluh darah
jantung (vasokontriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh 4 hal yaitu :
1.1.4 Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak
dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh
proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya
trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah
koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat
pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner.
Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan
oksigen yang berhenti sekitar 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis
(infark miokard). Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh
darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat
dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena proses
hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel
(perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak
mengalami koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena
obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat
diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan
(IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi,
takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai
plak aterosklerosis.
Pathway
1. Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina
yang bertambah dari biasa.
2. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin
timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal.
3. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-
kadang disertai keringat dingin.
1. Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala di epigastrium dengan
ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar.
2. Nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang
sering ditemukan pada NSTEMI.
4. Gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah diketahui
dengan baik.
5. Gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan,
epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar
pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
2. Sifat nyeri seperti rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
3. Penjalaran biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan.
5. Gejala yang menyertai seperti mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,
cemas dan lemas.
a. Anamnesis
Diagnosis adanya suatu ACS harus ditegakkan secara cepat dan tepat dan
didasarkan pada tiga criteria, yaitu: gejala klinis nyeri dada spesifik, gambaran EKG
(elekrokardiogram), dan evaluasi biokimia dari enzim jantung. Kriteria World Health
Organization (WHO) diagnosis acute myocardial infarction dapat ditentukan antara lain
dengan: 2 dari 3 kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Riwayat nyeri dada dan penjalarannya yang berkepanjangan (lebih dari 30 menit)
3. Peningkatan enzim jantung (paling sedikit kali 1,5 kali nilai batas atas normal),
terutama CKMB dan troponin T/I mulai meningkat pada 3 jam dari permulaan
sakit dada IMA dan menetap 7-10 hari setelah IMA. Troponin T/I mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas tinggi sebagai petanda kerusakan sel miokard dan
prognosis (Nawawi, et al., 2005).
- Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan.
- Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan
lemas.
- Hati-hati pada pasien diabetes melitus, kerap pasien tidak mengeluh nyeri dada
akibat neuropati diabetik.
2. Elektrokardiografi
A. Evaluasi Awal
Berdasarkan kualitas nyeri dada, anamnesa dan pemeriksaan fisik terarah serta
gambaran EKG, pasien dikelompokan menjadi salah satu dari: STEMI, NSTEMI dan
kemungkinan bukan SKA.
B. Penanganan Awal
D. Agen Antiplatelet
Peran aktivasi dan agregasi platelet merupakan target utama pada penanganan
pasien SKA. Pemberian antiplatelet dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi
iskemia akut dan kejadian aterotrombosis berulang.
2. Antikoagulan
Pasien dengan SKA non ST elevasi memiliki risiko tinggi untuk berulangnya
iskemia setelah fase awal. Oleh sebab itu, prevensi sekunder secara aktif sangat penting
sebagai tatalaksana jangka panjang, yang mencakup :
1. Perbaikan gaya hidup seperti berhenti merokok, aktivitas fisik teratur, dan
diet.
2. Penurunan berat badan pada pasien obesitas dan kelebihan berat badan
overweight.
1.1.10 Komplikasi
Dapat terjadi tromboembolus akibat kontraktilitas miokard berkurang.
Dapat terjadi gagal jantung kongestif apabila jantung tidak dapat memompa keluar
semua darah yang diterimanya.
Distrimia adalah komplikasi tersering pada infark.
Distrimia adalah syok kardiogenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam
waktu lama.
Dapat terjadi ruptur miokardium selama atau segera setelah suatu infark besar.
Dapat terjadi perikarditis, peradangan selaput jantung (biasanya berapa hari setelah
infark).
Setelah IM sembuh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel
miokardium yang mati.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
G. Kepanitiaan
a. Moderator :
Tugas : Memimpin dan mengatur jalannya penyuluhan
b. Penyaji : Rahyuni Paulina Taek
Tugas : Menyampaikan materi penyuluhan dan memandu senam
c. Fasilitator :
Tugas : Memfasilitatori jalannya penyuluhan
d. Observer :
Tugas : Mengawasi jalannya penyuluhan
e. Dokumentasi :
Tugas : Dokumentasi jalannya penyuluhan
H. Metode : Ceramah dan tanya jawab
I. Media :
Alat Jumlah
LCD 1
Laptop 1
Kamera 2
Son Audio 1
J. Setting Tempat :
Peserta Peserta
DOKUMENTASI
FASILITATOR,
OBSEVATOR,
Peserta Peserta
MODERATOR
K. Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan penyuluhan dan media 30 menit.
b. Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan
dalam penyuluhan yaitu : Kamera.
c. Pengorganisasian lengkap.
2. Evaluasi Proses
a. 100% peserta antusias.
b. 100% peserta mengikuti dari awal hingga akhir.
c. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan oleh pemateri.
d. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan oleh pemateri dan
mengikuti senam dengan semangat.
e. Selama proses penyuluhan berlangsung, 80% peserta sangat berpartisipasi
dalam menjawab pertanyaan dari pemateri.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mengerti 80%, tentang materi yang telah disampaikan, dan
melakukan gerakan senam dengan sangat baik. bentuk dari partisipasi peserta yaitu
dengan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh pemateri selama proses
penyuluhan dan peserta dapat menjawab secara lisan pertanyaan yang diajukan oleh
penyaji dengan baik dan bena
BAB IV
ANGGARAN BIAYA
A. Anggaran Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya
1. Print Laporan Rp. 2.000.000
2. Jilid Rp. 500.000
3. Snack Konsumsi Rp. 1.000.000
4. Pembelian Hadiah Rp. 500 .000
5. Print Leaflet Materi Rp. 1.000.000
Rp. 5.000.000
Jumlah
B. Jadwal Kegiatan
Bulan
No
Jenis Kegiatan Mei Mei Mei
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi Judul
2. Mengerjakan Proposal
3. Meminta Surat Pengantar untuk
Penyuluhan
4. Mengirimkan Surat pengantar
ke tempat penyuluhan
5. Penyuluhan