Vous êtes sur la page 1sur 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Mata kuliah : Praktikum Fisiologi Tumbuhan

“ PLASMOLISIS ”

OLEH :

NAMA : ANGGA DWI SAPUTRA

NIM : 4163341007

JURUSAN : BIOLOGI

PROGRAM : PENDIDIKAN BIOLOGI

KELOMPOK : 4 (EMPAT)

Tgl.Pelaksanaan : 22 Februari 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
I. JUDUL : OSMOSIS DAN DIFUSI

II. TUJUAN :

1.Untuk mengetahui plasmolisis dan proses terjadinya


2.Untuk mengetahui penyebab terjadinya plasmolisis pada sel
3.Untuk mengetahui deplasmolisis dan proses terjadinya
4.Untuk mengetahui penyebab terjadinya deplasmolisis pada sel
5.Untuk mengetahui hubungan anatara deplasmolisi dan plasmolisis dengan difusi
III. TINJAUAN TEORI

Plasmolisis terjadi karena perbedaan konsentrasi larutan atau tekanan osmotik antara
larutan di dalam sel dan dilingkungannya. Jika tekanan osmotik larutan atau cairan di dalam
sel lebih tinggi dari cairan di luarnya maka akan terjadi endosmosis yaitu masuknya air
kedalam sel yang dapat menyebabkan sel terisi penuh oleh air dan bahkan akan menyebabkan
lisis pada sel tersebut. Sebaliknya jika tekanan osmotik atau konsentrasi larutan di dalam sel
lebih rendah dari larutan di lingkungannya maka akan terjadi eksosmosis yaitu keluarnya
cairan didalam sel yang dapat menyebabkan membran plasma terlepas dari dinding sel yang
disebut dengan plasmolisis (Buana, 2011).

Difusi merupakan proses fisik yang dapat diamati dengan beberapa tiap molekul.
Sebagai contoh, ketika cat warna di tempatkan dalam air molekul zat warna dan molekuair
bergerak dalam berbagai arah, yang arahnya dari daerah dengan konsentrasi lebih rendah.
Akhirnya, zat warna larut dalam air, menghasilkan larutan berwarna (Rachmadiarti,
2007:69). Kecepatan difusi tergantung pada kekompakan partikel yang menyusunnya. Pada
medium cair kita kenal adanya dua macam kepekatan larutan yaitu hipertonik dan hipotonik
(Lelono, 2002:22).

Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa keluarnya cairan sel melalui membrane sel
akibat dari pengaruh gradient konsentrasi. Peristiwa plasmolisis ini terjadi jika sel
dimasukkan ke dalam larutan yang hipertonis terhadap plasma sel, menyebabkan air
merembes ke luar dinding sel. Hal ini terjadi karena deficit tekanan difusi di dalam suatu sel
lebih rendah dari deficit tekanan difusi yang ada di sekitar sel, sehingga air akan
meninggalkan sel sampai deficit tekanan difusi di dalam dan deficit tekanan difusi di luar sel
sama besar (Yatim, 1996:202).
Peristiwa plasmolisis ini terjadi karena adanya perpindahan molekul dari kerapatan
rendah ke kerapatan tinggi. Perpindahan molekul ini dinamakan osmosis. Osmosis
merupakan bagian dari transport pasif. Secara umum perpindahan molekul atau ion melewati
membrane terdiri atas 2 macam, yaitu:
1. Transport pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi sel.
Perpindahan tersebut terjadi secara spontan, dari konsentrasi tinggi ke rendah. Contohnya
difusi, osmosis dan difusi terfasilitasi.
a. Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsetrasi (kerapatan) tinggi ke
konsentrasi rendah, tanpa menggunakan energi. Secara spontan, molekul zat dapat
berdifusi hingga dicapai kerapatan yang sama dalam suatu ruangan, misalnya setetes
parfum akan menyebar ke seluruh ruangan (difusi gas didalam medium udara),
molekul sesendok gula akan menyebar ke seluruh volume air di gelas meskipun
tanpa diaduk (difusi zat padat di dalam medium air), hingga kerapatan zat itu merata.
b. Osmosis adalah perpindahan ion atau molekul dari kerapatan rendah ke kerapatan
tinggi dengan melewati suatu membran. Osmosis dapat didefinisikan sebagai difusi
lewat membran. Tekanan osmosis dapat diukur dengan suatu alat yang bernama
osmometer (Kimbal, 1983:123).

Dalam hal ini proses osmosis dapat membahayakan suatu sel. Sel yang mempunyai
sitoplasma pekat (berarti kerapatan airnya rendah), bila berada dalam kondisi hipotonik akan
kemasukan air hingga tekanan osmosis sel menjadi tinggi. Keadaan yang demikian dapat
memecahkan sel tersebut. Dikatakan bahwa sel itu mengalami lisis, yaitu hancurnya sel
karena rusaknya atau robeknya membran plasma. Sebaliknya, jika sel dimasukkan ke dalam
larutan hipertonik dibandingkan sel tersebut, maka air dalam sel akan mengalami osmosis
keluar sel. Sel akan mengalami krenasi yang menyebabkan sel berkeriput karena kekurangan
air (Rachmadiarti, 2007:71).

Pada sel tumbuhan, keluarnya air dalam sitoplasma ke luar sel menyebabkan volume
sitoplasma mengecil. Akibatnya, membran plasma akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa
lepasnya membran plasma dari dinding sel disebut plasmolisis. Plasmolisis yang parah
menyebabkan kematian sel.
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan
bersalinitas tinggi ataupun larutan pekat untuk menyebabkan ekosmosis. Plasmolisis adalah
suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan
ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu zat atau materi bisa keluar dari
sel, dan bisa masuk melalui membrannya (Alkatiri, 1996:13).
IV. Alat dan Bahan

a. Alat

No. Nama Alat Jumlah


1. Kaca objek 2 buah
2. Kaca penutup 2 buah
3. Pisau silet 1 buah
4. Pipet tetes 1 buah
5. Mikroskop 1 buah

b. Bahan

No. Nama Bahan Jumlah


1. Daun Rhoeo discolor Secukupnya

2. Air Secukupnya

3. Larutan gula Secukupnya

c. Prosedur Kerja
No. Prosedur Kerja
1. Iris tipis bagian bawah daun Rhoeo discolor yang berwarna ungu secara
melintang tanpa merusak sel yang akan diamati

2. Letakkan preparat tersebut di atas gelas obyek

3. Tetesi preparat tersebut dengan air, lalu tutup dengan gelas penutup
4. Amati sel daun Rhoeo discolor

5. Tetesi kembali daun yang ditetesi air tadi dengan larutan gula yang cukup
pekat

6. Amati kembali sel daun tersebut di bawah mikroskop

7. Amati perubahan yang terjadi

V. Hasil dan Pembahasan

A. Tabel Hasil Pengamatan

No Keadaan Sel Gambar Hasil Praktikum


1 Keadaan sel mula-mula tanpa
diberi perlakuan pada daun
Rhoe discolor dengan
menggunakan pembesaran 10 x

2 Keadaan sel setelah ditetesi


KNO3 pada daun Rhoe discolor
dengan menggunakan
pembesaran 10 x
3 Keterangan sel setelah ditetesi
air kembali pada daun Rhoe
discolor dengan menggunakan
pembesaran 10 x
B. Pembahasan
Keadaan sel mula-mula
Pada percobaan pertama, dari hasil percobaan didapatkan sel daun Rheo discolor yang
tidak diberi air dan larutan sukrosa terlihat normal atau sitoplasmanya masih berwarna ungu
utuh.
Keadaan sel setelah ditetesi Larutan Gula
Pada percobaan kedua, praktikan menyiapkan sayatan epidermis permukaan bawah
daun Rhoe discolor. Sayatan tersebut diletakkan diatas gelas benda dan menetesinya dengan
air, kemudian menutupnya dengan gelas penutup. Kemudian mengamati masing-masing
objek tersebut di bawah mikroskop. Setelah itu menetesi masing-masing objek dengan
larutan sukrosa. Praktikan mengamati proses terjadinya plasmolisis pada masing-masing
objek dalam kurun waktu tertentu di bawah mikroskop. Dari percobaan tersebut, diperoleh
hasil bahwa pada sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor yang ditetesi
larutan sukrosa mengalami plasmolisis, Pada bidang pandang dapat terlihat sel-sel yang
terplasmolisis maupun tidak terplasmolisis.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai
molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal ini terbukti
dengan keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang terkandung dalam daun
Rhoeo discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam larutan
sukrosa yang berbeda-beda tingkat atau nilai molaritasnya. Akibatnya, akan semakin banyak
sel yang keriput.
Jika sel tumbuhan diletakkan dalam larutan gula terkonsentrasi (hipertonik), sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan terger, sehingga menyebabkan terjadinya
proses plasmolisis, tekanan terus berkembang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane. Ada
beberapa mekanisme didalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipertonik.
Plasmolisis terjadi karena sel berada di dalam lingkungan yang hipertonik sehingga
protoplasma berosmosis keluar sel, jika keadaan ini dibiarkan terus-menerus maka protolema
tidak dapat mempertahankan bentuknya dan terlepas dari dinding sel. Protolema yang
terlepas dari dinding sel tersebut membentuk bulatan dengan pinggiran cekung maupun
cembung. Namun jika konsentrasi larutan berlebih dapat merusak protolema sehingga
bentuknya menjadi tidak beraturan. Sel yang tidak terplasmolisis dikarenakan konsentrasi
larutan tersebut belum memenuhi konsentrasi standar untuk berplasmolisis.
Keterangan sel setelah ditetesi air kembali
Pada percobaan ketiga, berdasarkan hasil pengamatan pada praktik plasmolisis pada
saat diteteskan air, kondisi sel daun Rhoe discolor dalam keadaan normal, terlihat bagian-
bagian sel berbentuk rongga segi enam dengan sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding
sel. Air yang diteteskan membentuk lingkungan isotonik baik di dalam maupun di luar sel,
sehingga bentuk sel normal.
Plasmolisis merupakan suatu proses terlepasnnya membran plasma dari dinding sel. Hal
tersebut dapat terjadi bila sel tumbuhan dimasukkan ke dalam cairan hipertonik (larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasiisi sel) maka terjadilah eksosmosis yaitu,
keluarnya air dari isi sel keluar membran. Karena volume isi berkurang dan dinding plasma
bersifat permeabel, maka antarmembran plasma dan dinding sel terisi oleh larutan dari luar.
Deplamolisis yaitu kembalinya sitoplasma ke dalam sel karena konsentrasi yang ada di luar
sel lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi yang di dalam sel (Morigan, 2011).

Tekanan turgor merupakan tekanan yang ditimbulkan pada saat vakuola dan
protoplasma sel membesar ketika mengarbsorbsikan air. Akibat kehilangan turgor, sel-sel
menjadi lembek, dan tumbuhan menjadi layu. Jika tumbuhan layu dalam waktu yang lama,
kehancuran jaringan bahkan kematian tumbuhan dapat terjadi. Jika terlalu banyak air masuk
ke dalam sel, sel akan menggembung, bahkan mungkin dapat pecah. Sel mengalami turgor
penuh saat kembalinya sel dalam keadaan normal kembali atau mengembung secara penuh
dan mengalami penyatuan kembali sel-sel sitoplasma ke dinding sel setelah mengalami
plasmolisis atau disebut deplasmolisis.
Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi
larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi
ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di
luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel
mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air
tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel
kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan
adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
Salah satu hal yang perlu diketahui dari membrane sel setelah percobaan dilakukan
adalah bahwa membrane sel bersifat semi permeable. Dimana kita ketahui bahwa selektif
permeable adalah substansi-subtstansi tidak dapat melintasi membrane plasma secara
sembarangan. Membrane sel tersusun dari lipid bilayer dan protein transfer yang berperan
dalam transportasi sel. Lipid bilayer membentuk benteng yang kokoh untuk mencegah
molekul-molekul hidrofilik masuk. Lipid bilayer yang bersifat hidrobik menghalangi
transport ini dengan molekul polar yang bersifat hidrofilik. Molekul sangat kecil yang polar
tetapi tidak bermuatan juga dapat lewat melalui membrane dengan cepat. Contohnya air dan
etanel. Lipid bilayer tidak sangat permeable terhadap molekul pilar tak bermuatan yang lebih
besar seperti glukosa dan gula lain. Itulah sebabnya mengapa pada percobaan hanya air
(H2O) yang keluar dari sel, sedangkan molekul glukosa yang seharusnya berdifusi ke dalam
sel tidak termasuk ke dalam sel.
Hubungan konsentrasi dengan plasmolisis. Sel yang berada pada keadaan lingkungan
hipertonik yaitu konsentrasi tinggi menjadi semakin tinggi yaitu konsentrasi suatu bahan
semakin banyak sel yang terplasmolisis karena konsentrasi di dalam sel daun rhoeo discolor
lebih rendah dari lingkungan larutan glukosa yang konsentrasinya lebih tinggi, air dalam sel
terosmosis keluar sel dan hanya tinggal bagian – bagian dari pengamatan yang ada pada
sampel.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi plasmolisis yaitu:


1. Konsentrasi, meningkatanya konsentrasi suatau lautan kana menurunkan nilai
osmotiknya.
2. Ionisasi zat terlarut, potensial suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat, tetapi
ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada didalam larutan tersebut.
3. Suhu, potensial osmotic suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
4. Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan pertikel zat terlarut disebut
air hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan
menjadi lebih pekat.

Daftar Pustaka

Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Surabaya: Airlangga University Press
Buana, Eqi. Dkk. 2011. Struktur dan Inti Sel Rhoeo discolor Saat Normal dan Plasmolisis.
Regina : Bogor.

Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga


Kimbal, John W. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Parjatmo,Widjojo. 1987. Biologi Umum 1. Jakarta: Angkasa
Rachmadiarti, Fida. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Prees
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsito

Vous aimerez peut-être aussi