Managemen Pasien Penderita Hernia Inguinoscrotal Besar Dasar Ulserasi
dengan Penyakit Jantung
Abstrak Hernia inguinal besar merupakan salah satu tantangan dalam bidang bedah, meskipun tidak jarang di negara maju namun jarang terdapat di UK. Kami mempersembahkan pasien dengan penyakit jatung disertai dengan hernia inguino-scrotal besar yang diperparah dengan ulkus scrotal. Kami akan menjabarkan penanganan medis dan penatalaksanaan bedah pada pasien ini. Pendahuluan Hernia ingunio scrotal besar dideskripsikan sebagai hernia yang meluas dibawah garis tengan dari paha bagian dalam dalam keadaan berdiri. Hampir semua pasien memiliki riwayat hernia selama beberapa tahun. Komplikasi penyakit ini meliputi penurunan mobilitas, inkaserasi dan obstruksi intestinal. Ulkus scrotum juga sering hal ini terjadi karena necrosis atau adanya gesekan. Gejala lainnya termasuk dan gangrene. Hernia tipe ini menjadi sebuah tantangan bedah mayor dan perencanaan operasi harus dibuat secara hati-hati. Laporan Kasus Pasien laki-laki 52 tahun yang berprofesi sebagai guru sejarah dating dengan keluhan pendarahan berulang dari ulkus di scrotumnya. 3 bulan sebelumnya dia menjalani operasi pengantian 2 katub jantung akibat dari penyakit jantung yang dideritanya sejak kecil. Iya diberi terapi warfarin post operasi. Pasien sudah memiliki penyakit hernia inguinalnya sejak 20 tahun yang lalu namun dianggap tidak bisa menjalani operasi akibat adanya gangguan pada jantungnya. Dia harus berhenti bekerja akibat hernianya yang makin lama makin membesar menyebabkan iya tidak bisa bergerak. Pada pemeriksaan didapatkan keadaan hemodinamik pasien stabil. Pemeriksaan abdomen didapatkan hernia inguinoscrotal besar. Terdapat juga ulkus dengan ukuran 15 x15 cm pada hemiscrotum kanan dengan pendarahan. Penis seperti tertelan dalam pembengkakan. Hb pasien 8 g/dl dan INR 3.9 Luka pada scrotum di jahit dan pasien ditransfusi. INR pasien diperbaiki dan dicover dengan pemberian antibiotic. Dia menjalani operasi lichenstein repair dengan insisi pada paha kanan. Saat operasi kantung hernia berisi usus halus dan usus besar. Usus buntu terjebak dalam dasar scrotum. 4 liter cairan berwarna kekuningan disedot dari kantung hernia. Usus direduksi untuk keluar dari scrotum, appendiktomi dilakukan untuk membantu penataan kembali rongga abdomen. Pasien dalam posisi tredenlenburg. Structure benang di ikat pada paha. Kantung ditutup dengan vicryl 2-0, fascia transversalis di dan mesh di gunakan untuk memperbaiki dinding posterior dari lubang inguinal. Insisi vertical kanan pada hemiscrotal dibuat pada pada testis kanan. Kulit berlebihan dan ulkus dieksisi. Otot ditutup dengan 0 vicryl dan kulit menggunakan 2-0 vicryl. Mini sirkumpsisi delakukan untuk pemasangan kateter urine. Post operasi pasien ditransfer ke ICU, diekstubasi 2 jam kemudian, dan tidak ada masalah pernapasan. Dia dianjurkan untuk terapi heparin dan warfarin 48 jam setelah operasi. Dia dipulangkan setelah 6 hari post operasi dengan INR 3,2. dia datang kembali dengan keluhan pendarahan dari luka bekas mini sirkumsisi pada hari ke 12 setelah operasi dengan INR 5,9. Masalah ini dapat diatasi dan pasien dipulangkan 5 hari kemudian dengan terapi warfarin. Dia kemudian control kembali ke klinik 12 minggu kemudian dan puas dengan hasil akhir operasi dan dapat kembali bekerja. Diskusi Kasus ini mengilustrasikan pasien dengan hernia inguinoscrotal besar. Pasien ini menderita sejak beberapa tahun dan berhenti dari kerja akibat gangguan mobilitas. Dia datang dengan pendarahan pada luka di scrotum dan pasien sedang menjalani pengobatan warfarin. Penatalaksanaan bedah pada pasien ini harus dilakukan secara hati-hati direncanakan. Factor kunci ini meliputi pendekatan operasinya, perlu atau tidaknnya penggunaan jala untuk memperbaiki, bagaimana untuk menangani peninkatan tiba-tiba tekanan intraabdominal, dan menghadapi kulit scrotum yang berlebihan dan hematoma scrotum. Kami menambahkan tantangan untuk memastikan agar pada pasien tidak terjadi infective endocarditis dan mengawasi secara ketat laju pembekuan darah untuk mencegah pendarahan post operasi /thrombosis. Operasi dapat melalui insisi inguinal, laparotomy, atau gabungan. Kami mencoba dengan pendekatan inguinal. Jika pasien dalam keadaan tidak stabil atau terjadi hernia strangulate operasi akan dilakukan dalam beberapa tahap. Jika pasien akan melakukan operasi hanya dalam satu tahap maka harus diperhatikan tipe implant yang digunakan untuk memperbaiki defek hernia, tidak disarankan untuk menggunakan jala jika reseksi usus dilakukan. Disarankan cangkok jaringan walaupun biaya mahal dan biasanya tidak tersedia saat keadaan emergency. Penyakit ini terjadi pada laki-laki dan dapat dianjurkan untuk dilakukan orchidectomy. Testis dapat diganti dengan testis buatan sebagai prosedur selanjutnya. Kebanyakan pasien dengan hernia inguinoscrotal besar memiliki isi perut yang terperangkap dalam scrotum. Sebagai akibat rongga abdomen menyusut dan pemindahan secara tiba-tiba dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Beberapa modalitas sudah dicoba untuk menangani hal ini. Di negara maju isi hernia dapat direduksi dan pasien dapat diberi ventilasi sampai pasien dapat bernapas dengan spontan. Dinegara berkembang dimana fasilitas kesehatan terbatas dapat dilakukan pneumoperitoneum untuk melebarkan rongga abdomen namun, resiko infeksi ada. Membuat pneumoperitoneum tidak selalu meningkatkan rongga abdomen terutama jika udara bocor ke kantung hernia. Saran lainnya adalah dengan insisi pada sisi abdomen untuk meningkatkan ketebalan abdomen atau memesang jala dalam luka abdomen. Mehendal et al melakukan reseksi usus untuk mengurangi jumlah visera yang direduksi kembali ke abdomen. Setelah hernia ini diatasi dengan selanjutnya penanganan kulit berlebih pada kulit scrotum tergantung keadaan klinis pasien. Pada pasien kami indikasi untuk operasi adalah pendarahan dari ulkus scrotum, juga kulit berlebihan, dan ulkus. Hal yang harus diperhatikan dalam mengeksisi kulit scrotum adalah kulit scrotum sering edema dan menyusut setelah operasi. Jika kelebihan kulit scrotum tidak dieksisi maka besar kemungkinan terjadi hematoma yang dapat sembuh beberapa minggu setelahnya. Pasien kami mendapat anticoagulant 8 jam setelah operasi, hemostatis sudah dipastikan dan dia tidak menderita hematoma.