Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Key Words: Desa, Pembangunan Irigasi, Petani, Pendapatan, Tingkat Sosial Ekonomi
Badan Pusat Statistik (2016) menunjukkan macam tanaman seperti padi, umbi-umbian,
bahwa dari 114 juta penduduk Indonesia sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan lain
yang bekerja, sekitar 33 persennya bekerja sebagainya yang dapat menghasilkan bahan-
di sektor pertanian. Selain itu, dilihat dari bahan makanan. Dari tahun ke tahun lahan
Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertaniannya tidak ada variasi tanaman,
pertanian pada tahun 2014 memberikan karena dilahannya hanya cocok untuk
sumbangsih sebesar 3.29 persen dari total ditanami tanaman yang sama.
PDB sebesar 5.06 persen. Kontribusi sektor pertanian di
Desa merupakan suatu tempat Provinsi Gorontalo juga memberikan
tinggal masyarakat di suatu wilayah yang sumbangsi yang cukup baik. Berdasarkan
memiliki batas-batas. Di desa juga terdapat data BPS Provinsi Gorontalo (2016) bahwa
berbagai aktivitas-aktivitas untuk memenuhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
segala keperluan yang dibutuhkan atas dasar harga berlaku menurut lapangan
masyarakat. Masyarakat desa saling usaha menunjukkan kontribusi sektor
berhubungan antara yang satu dengan yang pertanian sebesar 36,88 persen di antara
lainnya, seperti tolong menolong, pinjam- sektor lainnya. Persentase tersebut masih
meminjam serta aktivitas-aktivitas sosial terus ditingkatkan dengan usaha dari
yang lain. Berdasarkan mata pemerintah setempat.
pencahariannya, masyarakat desa memiliki Salah satu program yang dijalankan
berbagai macam tipologi, yaitu masyarakat Provinsi Gorontalo berdasarkan program
desa yang bermata pencaharian di sektor nasional adalah program pencetakan sawah
pertanian, perkebunan, peternakan, dan baru. Tata Ruang Pertanahan (2014)
industri. Tipologi masyarakat pedesaan mengemukakan bahwa pemerintah Provinsi
dapat dilihat dari segi mata pencaharian Gorontalo mencetak 650 hektar sawah baru.
pokok yang dikerjakannya. Mata Pencetakan sawah baru ini dilakukan setiap
pencaharian pokok itu dapat kita tentukan tahun untuk mengantisipasi berkurangnya
tipe desa beserta karakteristik dasarnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan
(Yuliati dan Poernomo, 2003). Salah satu produktif menjadi permukiman atau
karakteristik masyarakat desa bekerja untuk perkantoran. Lahan untuk pencetakan sawah
mencari nafkah dalam pemenuhan baru ini diambil dari lahan bekas hak guna
kebutuhannya, yaitu pada sektor pertanian. usaha yang tidak dimanfaatkan lagi. Selain
Desa tersebut dikatakan sebagai desa mencetak sawah baru, Pemerintah Provinsi
pertanian karena mayoritas masyarakatnya Gorontalo juga tengah membangun irigasi di
bercocok tanam budidaya. Kecamatan Randangan, Kabupaten
Mata pencaharian pokok sebagian Pohuwato. Irigasi yang ditargetkan rampung
besar masyarakat di pedesaan adalah pada tahun 2017 akan dipakai untuk
pertanian yang memiliki peranan penting mengairi sawah seluas 10.000 hektar.
bagi kehidupannya. Meskipun masyarakat Kabupaten Pohuwato sebagai salah
desa ada yang tidak bekerja sebagai petani, satu kabupaten yang menjadi target
seperti tukang kayu, kuli bangunan, percetakan sawah memiliki penduduk
pedagang dan pekerjaan yang lain, sebesar 136544 jiwa pada tahun 2014
masyarakat desa akan menyebut dirinya dengan bermata pencaharian pokok
sebagai petani. Namun, sebagian masyarakat umumnya sebagai petani. Sebagaimana yang
desa bekerja pada sektor pertanian. Usaha telah dikemukakan sebelumnya bahwa
tani merupakan bercocok tanam di lahan Kecamatan Randangan menjadi wilayah
pertanian dengan cara menanam berbagai
pembangunan irigasi yang saat ini sedang Manunggal Karya, Patuhu, Omayuwa,
berlangsung. Motolohu Selatan, dan Siduwonge.
Oleh karenanya, diperlukan suatu 2. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui
penelitian yang mengkaji tentang kondisi kondisi usaha ekonomi masyarakat di
sosial ekonomi masyarakat sekitar yang juga Kecamatan Randangan Kabupaten
berkaitan dengan pembangunan irigasi yang Pohuwato, khususnya petani di Desa
sedang dilaksanakan. Berdasarkan uraian di Motolohu, Huyula, Imbodu, Manunggal
atas, akan dilakukan penelitian tentang Karya, Patuhu, Omayuwa, Motolohu
“Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Selatan, dan Siduwonge.
Kecamatan Randangan”. 3. Untuk mengetahui tanggapan
Adapun tujuan dari penelitian ini masyarakat di lokasi penelitian yang
adalah: berkaitan dengan pembangunan irigasi
yang sedang dilaksanakan.
1. Untuk mengetahui kondisi sosial
masyarakat di Kecamatan Randangan METODOLOGI PENELITIAN
Kabupaten Pohuwato, khususnya petani
di Desa Motolohu, Huyula, Imbodu, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung kurang telah ditentukan sebelumnya sehingga
lebih selama 6 minggu yaitu awal Oktober diperoleh jumlah sampel secara keseluruhan
hingga November 2016. Waktu tersebut yaitu 160 orang petani.
digunakan untuk pengumpulan keterangan
dari petani dan data-data dari instansi terkait Jenis dan Sumber Data
di Kabupaten Pohuwato khususnya
Jenis data yang digunakan dalam
Kecamatan Randangan. Selain itu, selama
penelitian ini yaitu data primer dan
jangka waktu tersebut digunakan untuk
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
pengolahan data penelitan ini.
pengamatan dan wawancara lansung dengan
Penelitian ini dilaksanakan di 8
petani responden yang dipilih. Wawancara
(delapan) desa di Kecamatan Randangan
yang dilakukan berdasarkan pertanyaan-
Kabupaten Pohuwato. Ketujuh desa tersebut
pertanyaan yang ada di kuisioner sesuai
juga menjadi lokasi rencana Pembangunan
dengan yang telah disiapkan sebelumnya.
Daerah Irigasi Randangan Kanan. Adapun 8
Selain data primer, dalam penelitian ini
(delapan) desa tersebut yaitu: Desa
digunakan juga data sekunder sebagai data
Motolohu, Huyula, Imbodu, Manunggal
penunjang diperoleh dari catatan yang
Karya, Omayuwa, Motolohu Selatan, dan
terdapat di berbagai instansi terkait. Instansi
Siduwonge serta Patuhu.
yang dimaksud adalah lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan masalah penelitian
Pengambilan Sampel diantaranya Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura; Dinas Pertanian,
Sampel dalam penelitian adalah dan Badan Pusat Statistik, Kantor Camat
petani yang terdapat di Kecamatan Randangan, dan Kantor Desa, serta instansi
Randangan Kabupaten Pohuwato. Teknik terkait lainnya.
pengambilan sampel dilakukan secara
Cluster Sampling (sampel gugus atau Teknik Pengumpulan Data
wilayah). Teknik pengambilan sampel ini
Metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengambil 20 orang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
petani yang mewakili delapan desa yang
Hasil wawancara yang diperoleh berkaitan pendidikan akhir sekolah dasar. Jumlah ini
dengan tingkat pendidikan responden dapat sangat besar dibandingkan dengan jenjang
dilihat pada tabel 3. Tingkat pendidikan di pendidikan yang lainnya. Tingkat
Kecamatan Randangan, Kabupaten pendidikan seseorang sangat mempengaruhi
Pohuwato masih menunjukkan tingkat pola pikirnya dan dalam mengambil
pendidikan yang rendah dimana sebanyak keputusan berkaitan dengan usahataninya.
81.25% responden yang memiliki
88,75% Wiraswasta
Tabel 7. Tingkat Biaya Usahatani Kelapa Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato, Tahun
2016.
No. Tingkat Biaya (Rp.) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Rendah 100.000 – 1.700.000 120 75,00
2. Sedang 1.800.000 – 3.400.000 26 16,25
3. Tinggi >3.400.000 14 8,75
Jumlah 160 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016
Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat buahnya. Biaya pengupasan yaitu Rp.
biaya usahatani rendah berada pada kisaran 100.000 untuk 1.000 biji buah kelapa yang
Rp. 100.000 – Rp. 1.700.000. Jumlah petani akan dikupas. Tenaga kerja pengupasan
yang mengeluarkan biaya tergolong rendah pada umumnya terdiri dari 5 orang.
sejumlah 120 petani (75%). Yang memiliki Biaya untuk pedagang pengumpul
biaya sedang sejumlah 26 petani (16,25%). dikeluarkan pula oleh petani. Biaya yang
Jumlah biaya yang dikeluarkan berkisar Rp. dikelaurkan yaitu Rp. 60.000 untuk 1.000
1.800.000 – Rp. 3.400.000. Dan petani yang biji kelapa. Ada pula yang menggunakan
mengeluarkan biaya tertinggi yaitu lebih biaya angkut sebesar Rp. 5.000 untuk tiap
dari Rp. 3.400.00 yaitu 14 petani (8,75%). karung kelapa. Atau menggunakan mobil
Biaya yang dikeluarkan petani dalam truk dengan harga Rp. 110.000. Modal yang
usahatani kelapa yaitu berupa biaya panjat digunakan responden dalam melakukan
yang dihitung per pohon kelapa. Biaya usahataninya umumnya berasal dari modal
panjat untuk tiap pohon yaitu Rp. 3.000 sendiri.
hingga Rp. 3.500. Selain biaya panjat, petani
juga mengeluarkan biaya pengupasan, yaitu
memisahkan antara sabut kelapa dengan c) Pendapatan
Pendapatan yang diterima oleh petani yaitu Pendapatan petani usahatani kelapa
penerimaan berupa hasil penjualan kelapa yang rendah ini sesuai dengan hasil
yang telah dikurangi dengan biaya-biaya penelitian yang dikemukakan oleh Buzamil.
produksi. Pada tabel 8 terlihat bahwa Hasil penelitian oleh Buzalmi (2004) bahwa
pendapatan petani pada usahatani kelapa selain pendapatan dari kelapa, petani juga
masih rendah. Pendapatan yang rendah yaitu memperoleh tambahan pendapatan dari
Rp. 658.000 – Rp. 15.827.500. sebanyak tanaman sela (usahatani lain, pen), tidak
135 petani dengan persentase 84,38%. menunjukkan pertambahan nilai pendapatan
Terdapat 4 petani (2,50%) yang yang berarti.
berpendapatan sedang yaitu Rp. 15.828.000
– Rp. 30.996.500. Dan sisanya 1 petani Pendapatan Usahatani Selain Kelapa
(0,62%) berpendapatan tinggi yaitu Rp.
30.997.000. Selain itu, terdapat 18 petani
yang tidak berusahatani kelapa.
Untuk garam terdapat 1 petani (0,63%) yang kelapa yang dimilikinya. Untuk tanaman
memgusahakannya. terong dan pisang masing-masing hanya
Pada beberapa desa terdapat pula terdapat 1 petani (0,63%) yang
tambak ikan. Terdapat 11 petani tambak membudidayakannya. Terdapat 4 petani
(6,88%) yang membudidayakan ikan (2,50%) yang membudidayakan tomat dan 2
bandeng. 48 petani (30,00%) yang petani (1,25%) yang membudidayakan cabai
membudidayakan jagung selain tanaman dan jagung.
Pembangunan irigasi yang saat ini dilakukan pemerintah yang sedang berlangsung. Petani
oleh pemerintah ditanggapi dengan positif percaya bahwa program pemerintah
oleh masyarakat yang berada di Kecamatan khususnya berkaitan dengan pembangunan
Randangan. Terdapat sebanyak 137 orang irigasi yang diperuntukkan untuk usahatani
dengan persentase 85.63 yang menyatakan padi sawah akan mampu meningkatkan
setuju berkaitan dengan pembangunan pendapatan masyarakat petani. Hasil
tersebut. Responden yang menyatakan tidak wawancara juga diperoleh harapan petani
setuju dengan persentase 8.75 sebanyak 14 berkaitan dengan pembangunan irigasi ini
orang dimana umumnya mereka merasa yaitu penggantian ganti rugi yang sesuai
bahwa walaupun telah ada ganti rugi dari (adanya nilai historis antara lahan dan
pemerintah, tapi masih belum menjadi komoditi yang diusahakan dengan petani,
kompensasi yang cukup. Hal ini dikarenakan perlu dipertimbangkan oleh pemerintah),
responden yang umumnya sebagai petani penyuluhan berkaitan dengan usahatani padi
merasa berat untuk berganti komoditi. sawah, serta meningkatnya pendapatan
petani.
Usahatani yang dilakukan telah turun
temurun yang mana dijadikan sebagai way Hal ini sejalan dengan pendapat
of life (cara hidup) sehingga terasa berat Kasryno dan Agusli (2010) bahwa petani
untuk merubah cara hidup yang ada saat ini. sangat responsif dalam memanfaatkan
Walaupun demikian, petani di lokasi sumber daya yang mereka kuasai untuk
penelitian umumnya setuju dan siap meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
berperan aktif mendukung program keluarga mereka. Lebih lanjut Kasryno dan
Agusli (2010) mengemukakan lahan yang efektif dan efisien dipengaruhi oleh
secara potensial telah diidentifikasi sesuai keunggulan kompetitif komoditas pertanian
untuk pertnaina lahan beririgasi, pada yang dikembangkan dan aksebsibilitas
pelaksanaannya penggunaannya secara petani terhadap teknologi.
8,75
85,63
Kurang Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Tidak Ada Komentar
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan usahatani responden juga termasuk
dalam penelitian yang telah dilakuukan di rendah dengan persentase 59.38%.
lokasi penelitian, dapat disimpulkan sebagai 2. Usaha-usaha yang telah diusahakan oleh
berikut: masyarakat di lokasi penelitian selain
sebagai petani yaitu antara lain pedagang,
1. Tingkat pendapatan masyarakat baik
penyewaan rumah, tukang bentor, buruh
yang bersumber dari usahatani kelapa,
bangunan, aparat desa, penambang batu,
usahatani lainnya selain kelapa, serta
bekerja di bengkel dan adapula yang
pendapatan di luar usahatani termasuk
bekerja sebagai penjaga warung.
kategori rendah. Pendapatan yang berasal
3. Tanggapan responden berkaitan dengan
dari usahatani kelapa masih termasuk
pembangunan irigasi yang diperuntukkan
dalam kategori rendah (Rp. 658.000 –
usahatani padi sawah menunjukkan hal
Rp. 15.827.500.) dengan persentase
yang positif dengan persentase 85.63%.
84,38%. Pendapatan dari usahatani selain
Tanggapan positif dari masyarakat ini
kelapa juga tergolong dalam kategori
mendukung program pemerintah yang
rendah dengan persentase 40.63% tetapi
bertujuan untuk meningkatkan
umumnya responden tidak memiliki
kesejahteraan masyarakat petani.
usahatani selain kelapa dengan persentase
43.13%. Tingkat pendapatan non
Saran
Adapun saran yang dapat pendapatan masyarakat juga dapat dilakukan
dikemukakan sehubungan dengan temuan dengan melakukan usahatani lainnya sesuai
hasil penelitian adalah dengan pendapatan dengan kondisi lahan dan iklim serta kondisi
yang relatif rendah baik berasal dari masyarakat sebagai petani. Saran bagi
usahatani maupun yang non usahatani, maka pemerintah, dapat memberikan ganti rugi
diperlukan usaha produktif lainnya yang yang sesuai dengan mempertimbangkan
membutuhkan peran serta dari semua pelaku nilai historis antara komditi yang diusahakan
ekonomi secara nyata, baik masyarakat, dengan petani.
pemerintah, maupun swasta. Selain usaha
produktif dan kreatif, peningkatan