Vous êtes sur la page 1sur 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

I.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 3

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

2.1 Definisi Penyakit Asthma Bronchiale .................................................................. 5

2.2 Patofisiologi Asthma Bronchiale ......................................................................... 5

2.3 Jenis-jenis Penyakit Asthma Bronchiale .............................................................. 6

2.4 Gambaran Gejala Umum dan Tanda Penyakit Asthma Bronchiale ..................... 8

2.5 Faktor Resiko Penyakit Asthma Bronchiale ........................................................ 10

2.6 Epidemiologi Penyakit Deskriptif ........................................................................ 12

2.7 Pencegahan Penyakit Asthma Bronchiale ............................................................ 13

2.7 Penanggulangan Penyakit Asthma Bronchiale .................................................... 16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 17

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 17

3.2 Saran ..................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

i
ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis, tidak dapat

ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang, dan umumnya

berkembang lambat. Empat jenis penyakit tidak menular utama menurut WHO adalah

penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan stroke), kanker, penyakit

pernapasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes

(Zahrawardani, Herlambang, & Anggraheny, 2013).

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data

WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun

2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak

Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-

negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang

terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM,

sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab

kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit

cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan

penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama

menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes

(Zahrawardani, Herlambang, & Anggraheny, 2013).

1
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang

ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul

terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan.

Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negaradi

dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan

sampai berat, bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Asma merupakan

penyakit kronis yang sering muncul pada masa kanak-kanak dan usia muda sehingga

dapat menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah atau hari kerja produktif yang

berarti, juga menyebabkan gangguan aktivitas sosial, bahkan berpotensi menganggu

pertumbuhan dan perkembangan anak (Pusdatin, 2013).

Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka

kematian akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77

persen dari total jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian umur

dari berbagai penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 di

dunia perihal kematian akibat asma (Marianti, 2018).

Hasil Riskesdas tahun 2013 data mengenai penyakit asma yang diambil dari

responden semua umur menunjukkan angka kejadian di Indonesia berdasarkan hasil

wawancara sebesar 4,5% dan lebih tinggi terjadi pada perempuan. dari tahun 2007

sebanyak 1,9% mengalami peningkatan menjadi 4,5% di tahun 2013. Sementara itu,

Provinsi Riau juga mengalami peningkatan angka kejadian penyakit asma menurut

data Riskesdas 2007 menunjukkan angka kejadian sebesar 1,6% dan meningkat pada

data Riskesdas 2013 angka kejadian sebesar 2.0% (Riskesdas, 2013).

2
Hasil Riskesdas tahun 2013 terdapat 18 provinsi yang mempunyai pervalensi

penyakit asma melebihi angka nasional, dari 18 provinsi tersebut terdapat 5 provinsi

teratas adalah sulawesi tengah (7,8%), Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta

(6,9%), Sulawesi Selatan (6,7%), dan Kalimantan Selatan (6,4%). Sementara menurut

kelompok umur persentase terbesar itu terjadi pada kelompok usia 25-34 tahun

sebesar 5,7% (riskesdas, 2013).

Penyakit asma merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang dapat

menyebabkan kematian, dan sering terjadi, namun sebenarnya penyakit ini dapat

dicegah, dan diperlukan upaya-upaya tersendiri maupun secara bersama-sama untuk

mencegah penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi penyakit asthma bronchiale.

2. Untuk mengetahui patofisiologi asthma bronchiale.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit asthma bronchiale.

4. Untuk mengetahui gambaran gejala umum dan tanda penyakit asthma

bronchiale.

5. Untuk mengetahui faktor resiko dari penyakit asthma bronchiale.

6. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit asthma bronchiale.

7. Untuk mengetahui pencegahan penyakit asthma bronchiale.

8. Untuk mengetahui penanggulangan penyakit asthma bronchiale.

3
1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui definisi penyakit asthma bronchiale.

2. Dapat mengetahui patofisiologi asthma bronchiale.

3. Dapat mengetahui jenis-jenis penyakit asthma bronchiale.

4. Dapat mengetahui gambaran gejala umum dan tanda penyakit asthma

bronchiale.

5. Dapat mengetahui faktor resiko dari penyakit asthma bronchiale.

6. Dapat mengetahui epidemiologi penyakit asthma bronchiale.

7. Dapat mengetahui pencegahan penyakit asthma bronchiale.

8. Dapat mengetahui penanggulangan penyakit asthma bronchiale.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Asthma Bronchiale

Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") merupakan

peradangan kronis yang umum terjadi pada saluran napas yang ditandai dengan gejala

yang bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel,

dan spasme bronkus (Wikipedia, 2018).

Asma bronkial adalah sebutan lain untuk penyakit asma umum yang

disebabkan oleh peradangan dalam saluran udara (bronkus). Peradangan ini kemudian

mengakibatkan bronkus menjadi bengkak dan menyempit, serta memproduksi lendir

berlebih. Produksi lendir paru yang berlebihan sebagai reaksi dari peradangan akan

menyumbat saluran udara, sehingga dapat menyebabkan sulit bernapas (Upahita,

2018).

2.2 Patofisiologi Penyakit Asthma Bronchiale

Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran

napas yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos di sekeliling saluran

napas. Hal ini bersamaan dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas

sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas

biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian terapi. Adakalanya saluran napas

itu sendiri yang berubah, biasanya terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk

meningkatnya eosinofil dan penebalan lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama,

5
otot polos saluran napas bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan bertambahnya

jumlah kelenjar lendir. Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit T, makrofag, dan

neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu: antara

lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien (Wikipedia, 2018).

2.3 Jenis-jenis Penyakit Asthma Bronchiale

Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan faal paru dapat ditentukan

klasifikasi derajat asma sebagai berikut (Infodatin. 2014):

a. Asma intermiten

Ciri-ciri asma intermiten adalah:

1. Gejala terjadi kurang dari 2 kali dalam satu minggu.

2. Gejala malam: 2 kali atau kurang dalam satu bulan.

3. Serangan singkat

4. Faal paru, APE ≥ 80%, VEP 1 ≥ 80% nilai prediksi, APE ≥ 80% nilai terbaik,

Variabiliti APE < 20%.

Biasanya jika mengalami asma jenis ini, maka tidak akan diberikan obat

pengendali asma. Hanya saja, perlu menghindari berbagai hal yang dapat

membuat asma ini muncul.

b. Asma persisten ringan

Ciri-ciri asma persisten ringan adalah:

1. Gejala terjadi kurang dari 2 kali dalam satu minggu.

2. Gejala malam, 3-4 kali dalam satu bulan.

6
3. Serangan dapat menganggu aktivitas dan tidur.

4. Faal paru, APE ≥ 80%, VPE1 ≥ 80% nilai prediksi, APE ≥ 80% nilai terbaik,

variabiliti APE 20-30%.

Jika mengalami penyakit asma jenis ini, maka dokter hanya akan memberikan

obat antiradang untuk mengatasi asma yang di derita.

c. Asma persisten sedang

Ciri-ciri asma persisten sedang adalah:

1. Gejala terjadi hampir setiap hari.

2. Gejala malam: lebih dari 1 kali dalam satu minggu.

3. Serangan menganggu aktivitas dan tidur.

4. Membutuhkan bronkodilator setiap hari.

5. Faal paru, APE ≤ 60%, VEP1 60% - 80% nilai prediksi, APE 60%-80% nilai

terbaik, variabiliti APE > 30%.

Orang yang memiliki asma persisten sedang akan diberikan obat untuk

mengendalikan penyakit asma yang dideritanya. Selain itu, pasien dengan jenis

asma ini akan dianjurkan untuk mengikuti terapi bronkodilator. Bronkodilator

adalah terapi yang terdiri dari berbagai obat-obatan untuk melegakan dan

memperlancar pernapasan.

d. Asma persisten berat

Ciri-ciri asma persisten berat adalah:

1. Gejala terjadi setiap hari, bahkan hampir seharian.

2. Gejala malam, terjadi disetiap malam.

7
3. Aktivitas sangat terganggu.

4. Faal paru, APE ≤ 60%, VEP1 ≤ 60% nilai prediksi, APE ≤ 60% nilai terbaik,

variabiliti APE > 30%.

Obat pengendali asma yang diberikan pada penyakit asma persisten berat ini tak

cukup satu jenis saja. dokter akan memberikan beberapa kombinasi inhaler

kortikosteroid dalam dosis tinggi.

2.4 Gambaran Gejala Umum dan Tanda Penyakit Asthma Bronchiale

Secara umum tanda-tanda ini tidak cukup parah untuk menghentikan

penderita beraktivitas dalam kegiatan sehari-hari. Tapi, dengan mengenali tanda-

tanda ini, penderita dapat menghentikan serangan asma atau mencegah agar tidak

semakin buruk. Tanda-tanda ini dapat menjadi peringatan dini yang meliputi

(DokterSehat.Com, 2018):

a. Sering batuk, terutama pada malam hari.

b. Sulit bernapas atau sesak napas.

c. Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga.

d. Mengi atau batuk setelah latihan.

e. Merasa mudah lelah, kesal, atau murung.

f. Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter, dengan

cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut.

g. Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat, sakit

tenggorokan dan sakit kepala)

8
h. Sulit tidur.

Serangan asma adalah episode di mana otot yang mengelilingi saluran udara

dipicu untuk mengencang. Pengencangan otot napas ini disebut bronkospasme.

Selama serangan itu, lapisan saluran udara menjadi bengkak atau meradang dan sel-

sel yang melapisi saluran udara menghasilkan lebih banyak lendir lebih dari biasanya.

Bronkospasme, peradangan dan produksi lendir merupakan penyebab gejala asma

seperti kesulitan bernapas, mengi, batuk, sesak napas, dan kesulitan melakukan

aktivitas normal sehari-hari. Gejala lain dari serangan asma meliputi

(DokterSehat.Com):

a. Mengi parah ketika bernapas baik ketika tarik napas maupun mengeluarkan napas.

b. Batuk yang tidak akan berhenti.

c. Pernapasan sangat cepat.

d. Nyeri dada atau tekanan.

e. Tarikan otot bantu pernapasan seperti otot leher, otot dada, dan tulang rusuk yang

tampak naik turun akibat upaya napas yang berlebih.

f. Kesulitan berbicara.

g. Perasaan cemas atau panik.

h. Pucat, wajah berkeringat dingin.

i. Bibir biru atau kuku menjadi biru, yang dikenal dalam medis sebagai sianosis.

9
2.5 Faktor Risiko Penyakit Asthma Bronchiale

Asma disebabkan oleh interaksi lingkungan dan genetika yang merupakan

kombinasi yang rumit dan belum sepenuhnya dimengerti. Semua faktor ini

memengaruhi baik tingkat keparahan dan juga respons terhadap terapi. Adanya

peningkatan laju penderita asma belakangan ini disebabkan oleh perubahan faktor

epigenetik (terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan DNA) dan lingkungan

hidup yang berubah. Berikut faktor penyebab asma (Wikipedia, 2018):

a. Lingkungan

Berbagai faktor lingkungan yang dihubungkan dengan timbulnya asma dan

eksaserbasi asma yaitu: alergen, polusi udara, dan senyawa kimiawi lingkungan

lainnya. Merokok selama masa kehamilan dan setelah melahirkan dihubungkan

dengan risiko yang lebih besar untuk gejala mirip asma. kualitas udara buruk, dari

polusi kendaraan atau kadar ozon yang tinggi, selalu dihubungkan dengan

timbulnya asma dan peningkatan keparahannnya. Pajanan terhadap uap senyawa

organik dalam ruangan dapat memicu asma; pajanan formaldehida, misalnya,

menunjukkan hubungan yang positif. Selain itu, ftalat pada PVC juga dihubungkan

dengan asma pada anak-anak dan dewasa sebagai sumber pajanan terhadap

konsentrasi endotoksin tinggi.

Asma dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan. Alergen

dalam ruangan yang umum di antaranya adalah: tungau debu, kecoa, ketombe

hewan, dan jamur. Berbagai upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak

efektif. Infeksi virus tertentu pada saluran napas dapat meningkatkan risiko

10
timbulnya asma apabila terjadi saat masih anak-anak seperti misalnya: respiratory

syncytial virus dan rinovirus. Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain dapat

menurunkan risiko.

b. Genetika

Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen.

Bila salah satu dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan

kembarnya menderita penyakit ini sekitar 25%. Pada akhir tahun 2005, 25 gen

telah diasosiasikan dengan asma pada enam atau lebih populasi terpisah di

antaranya: GSTM1, IL10,CTLA-4, SPINK5,LTC4S, IL4R and ADAM33.

Kebanyakan dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses

peradangan. Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung daftar

gen ini, hasil yang diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji.

Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma

hanya pada satu penelitian asosiasi genetika saja. masih banyak yang ditemukan

pada penelitian lain.

Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi

dengan pajanan lingkungan tertentu, sebagai contoh adalah polimorfisme

nukleotida tunggal spesifik dalam wilayah CD14 dan pajanan terhadap endotoksin

(suatu produk bakteri). Pajanan endotoksin dapat berasal dari berbagai sumber

lingkungan termasuk di dalamnya asap tembakau, anjing dan tanah pertanian.

Risiko terhadap asma, selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang

tersebut dan juga tingkat pajanan endotoksin.

11
2.6 Epidemiologi Penyakit Asthma Bronchiale

Hingga tahun 2011, 235–300 juta orang di seluruh dunia menderita asma, dan

sekitar 250.000 orang meninggal per tahun karena penyakit ini. Tingkatnya berbeda-

beda antar Negara dengan prevalensi antara 1 dan 18%. Lebih sering ditemukan di

negara maju dibandingkan negara berkembang. Jadi tingkatnya terlihat lebih rendah

di Asia, Eropa Timur dan Afrika. Di negara maju penyakit ini lebih banyak diderita

oleh mereka yang kurang beruntung secara ekonomi sementara di negara berkembang

lebih biasa ditemukan di kalangan atas. Alasan untuk perbedaan ini tidak diketahui.

Lebih dari 80% mortalitas terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan

menengah (Wikipedia, 2018).

Walaupun asma dua kali lebih sering ditemukan di kalangan anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan, asma berat terjadi pada keduanya setara. Sebaliknya

wanita dewasa memiliki tingkat asma yang lebih tinggi dibandingkan pria dan lebih

sering ditemukan di kalangan orang muda dibandingkan orang tua (Wikipedia, 2018).

Tingkat asma global telah meningkat secara tajam antara tahun 1960an dan

2008 sehingga penyakit ini diakui sebagai masalah kesehatan umum utama sejak

tahun 1970an. Tingkat asma sudah stabil di negara maju sejak pertengahan 1990an

dengan peningkatan terbaru terutama di negara berkembang. Asma diderita sekitar

7% penduduk Amerika Serikat dan 5% penduduk Inggris. Di Kanada, Australia dan

Selandia Baru tingkatnya sekitar 14–15% (Wikipedia, 2018).

Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat

kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun

12
belakangan ini obat-obatan asma banyak dikembangkan. National Health Interview

Survey di Amerika Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk

negeri itu mengidap bronkhitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita emfisema

dan setidaknya 6,5 juta orang menderita salah satu bentuk asma (Infodatin, 2014).

2.7 Pencegahan Penyakit Asthma Bronchiale

Efektivitas langkah-langkah pencegahan timbulnya asma ternyata tidak

memiliki bukti kuat. Ada beberapa yang cukup kuat antara lain: pembatasan pajanan

terhadap rokok baik pada saat dalam kandungan dan setelah lahir, menyusui, dan

peningkatan pajanan terhadap tempat penitipan anak atau keluarga besar. Namun,

kedua langkah ini tidak didukung oleh bukti yang cukup untuk dijadikan rekomendasi

indikasi penyakit ini. Pajanan terhadap binatang peliharaan pada usia dini juga

mungkin bermanfaat. Namun, pengamatan pajanan terhadap hewan peliharaan ini

dalam keadaan yang berbeda tidak memberikan hasil meyakinkan dan rekomendasi

yang diberikan hanya memindahkan hewan peliharaan dari rumah pasien yang

memiliki gejala alergi terhadap piaraan tersebut. Pembatasan asupan selama masa

kehamilan atau pada saat menyusui juga tidak pernah terbukti efektif sehingga tidak

direkomendasikan. Pengurangan atau penghilangan senyawa tertentu yang diketahui

berasal dari tempat kerja pada orang-orang yang sensitif bisa jadi memberikan hasil

efektif (Wikipedia, 2018).

Ada beberapa tips dan saran yang diberikan untuk menghindari serangan asma

bronkial, di antaranya (Upahita, 2018):

13
c. Mencegah pemicu dan zat alergi

Ada banyak pemicu atau penyebab asma dan reaksi terhadap pemicu asma berbeda

untuk setiap orang dan dapat bervariasi juga dari waktu ke waktu. Penyebab asma

tertentu mungkin tidak berbahaya bagi sebagian orang. Namun bagi beberapa

orang lainnya, hal tersebut dapat memperburuk gejala asma yang ada. Mengenali

dan menghindari berbagai penyebab asma yang spesifik, jika memungkinkan,

adalah kunci utama untuk mencegah serangan asma.

d. Menggunakan sistem filter udara

Filter udara berfungsi menyaring partikel-partikel yang terkandung di dalam aliran

udara, termasuk pemicu serangan asma seperti jamur, serbuk sari, tungau, dan

alergen lainnya. Sistem terbaik akan menggunakan filter high-efficiency

particulate air (HEPA). Menurut yayasan asma dan alergi di Amerika, alias

AAFA, filter dapat membersihkan udara dari polutan hingga mencapai 99.9

persen. Filter udara direkomendasikan untuk mengontrol zat pemicu asma. Tetapi

penderita asma tidak boleh tergantung pada filter udara saja dalam mengontrol

gejala mereka.

e. Immunotherapy

Immunotherapy dalam masalah alergi berfungsi untuk meningkatkan atau

menekan sistem imun. Tujuan dari immunotherapy adalah untuk mengurangi

sensitivitas pada alergen seiring waktu. Untuk beberapa bulan pertama, injeksi

akan diberikan biasanya sekali dalam seminggu. Terkadang, dapat juga hanya

14
diberikan sekali dalam sebulan. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa tahun

hingga sistem imun menjadi peka.

f. Menggunakan Pengobatan Pencegahan

Menggunakan pengobatan asma adalah pendekatan dua langkah. Pertama,

mungkin akan menggunakan pengobatan yang biasa dilakukan untuk mencegah

serangan. Tetapi, sebagai tambahan, langsung beraksi pada saat gejala pertama

muncul adalah kunci untuk mencegah serangannya. Beberapa dapat menggunakan

inhaler, beberapa menggunakan cara oral, dan beberapa dari injeksi.

g. Pakai pelembab udara

Alat ini dapat meningkatkan level kelembapan di udara dengan uap air. Jika bersih

dan dirawat dengan baik, pelembap dapat membantu mengurangi dan meringankan

gejala asma untuk penderitanya.

h. Memeriksa fungsi paru

Sangatlah penting untuk memonitor seberapa baik pengobatan terhadap asma

bekerja dengan memeriksa fungsi paru-paru secara teratur. Pemeriksaan dapat

menggunakan peak flow meter untuk mengukur jumlah udara yang mengalir dari

paru-paru. Pemeriksaan secara pribadi ini dapat mengungkap menyempitnya

saluran pernapasan sebelum gejala asma muncul.

15
2.8 Penanggulangan Penyakit Asthma Bronchiale

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan terhadap penyakit asma, yaitu

(Irianto, 2014):

a. Terapi non-obat, terapi tanpa obat ditujukan untuk:

1. Memberi penjelasan kepada penderita agar dapat mengenali gejala awal sedini

mungkin.

2. Mengatur kegiatan aktivitas fisik.

3. Latihan nafas, memperbaiki keadaan kejiawaan.

4. Mengenali faktor-faktor pencetus dan menghindarinya.

b. Terapi obat, terapi dengan obat ditujukan untuk mnegatasi atau mencegah

penyempitan saluran napas, yaitu:

1. Mengendalikan sembap saluran napas.

2. Mengendalikan keradangan dengan obat anti radang.

3. Mengendalikan obat penyumbatan dahak dengan obat pengencer dahak.

Obat-obat anti radang yang menghambat pelepasan beberapa mediator

ataupun kortikosteroid merupakan obat keras yang hanya diperoleh dengan resep

dokter. Bronkhodilator yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah teofilin dan

efedrin dalam bentuk sediaan tunggal ataupun kombinasi. Bromheksin banyak

dimanfaatkan pula sebagai pengencer dahak untuk memperlancar pengeluaran dahak.

Sebagian besar obat asma termasuk ke dalam golongan obat keras, obat asma yang

dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah teofilin, efedrin, kombinasi teofilin-efedrin,

dan beberapa ekspektoran.

16
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani

yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik

saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi

kronik ini menyebabkan meningkatnya kontraksi otot polos di sekeliling saluran

napas, bersamaan dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas

sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi, sesak napas, batuk-batuk

terutama malam hari, pernapasan cepat, dan sebagainya. Adanya peningkatan laju

penderita asma belakangan ini disebabkan oleh perubahan faktor epigenetik

(terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan DNA) dan lingkungan hidup

yang berubah.

3.2 Saran

Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai materi yang menjadi uraian

makalah ini, tentu banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan

pengetahuan dan rujukan atau referensi yang kami peroleh. Penulis berharap kepada

pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi

kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

umumnya dan pembaca pada khususnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

DokterSehat.Com. 2018. Asma. https://doktersehat.com/asma-pengertian-gejala-dan-

pengobatan/

Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menulart.

Bandung:Alfabeta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.

Jakarta:Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) 2014.

Jakarta:Kemenkes RI

Marianti. 2018. Asma. https://www.alodokter.com/asma

Upahita, Damar. 2018. Apa itu Asma Bronkial. https://hellosehat.com/pusat-

kesehatan/asma/penyakit-asma-bronkial-adalah/

Wikipedia. 2018. Asma. https://id.wikipedia.org/wiki/Asma

Zahrawardani, Diana., Herlambang, Kuntio Sri., dan Anggraheny, Hema Dewi. 2013.
Analisis Faktor Risiko Kejadian Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi
Semarang, Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013, hal. 14. Semarang:Kedokteran
Muhammadiyah.

18

Vous aimerez peut-être aussi