Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
INTERAKSI SOSIAL
Di susun oleh
DENNY AL FHAJRI
KELAS A IPS PPG 2019
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
[DATE]
OFFICE BLACK EDITION - TUM0R
[Company address]
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan ini kami merujuk masalah-masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian masyarakat dan faktor-faktor atau unsur-unsur yang terdapat di
dalam masyarakat?
2. Apakah pengertian interaksi sosial?
3. Apakah ciri-ciri interaksi sosial?
4. Apakah syarat terjadinya suatu interaksi sosial?
5. Apa sajakah bentuk dari interaksi sosial?
6. Apakah pengertian dari perubahan sosial?
7. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan sosial?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASYARAKAT
1. Pengertian Masyarakat
Pengertian msyarakat menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :
- Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatau sistem adata istiadat tertentu yang bersifat continue dan yang
terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
- Selo soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan.
- Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relative mandiri hidupa bersama-sama dalam waktu yang cukup lama tinggal
disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
- J.L Giliin dan J.P Giliin, masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan
mempunyai kebiasaan-kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang
sama.
- Emile Durkhem, masyarakat adalah suatu sistem yang dibentuk dari hubungan
antar anggota sehingga menampilkan suatu realitas tertentu yang mempunyai ciri-
cirinya sendiri.
- Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-
kelompok secara ekonomi.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat adalah manusia
yang hidup bersma di suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang
saling berhubungan dan berinteraksi mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan
perasaan persatuan yang sama.
3
b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan
c. Berhubungan dengan waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru
yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota
masyarakat.
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan
satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Dalam masyarakat pasti akan ada interaksi sosial, yang bermula dari individu
melakukan tndakan sosial terhadap orang lain. Tindakan sosial merupakan perbuatan
yang ditunjukan atau dipengaryhi orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu oleh
karena adanya sifat mempengaruhi satu sama lain, tindakan ini menyebabkan
hubungan sosial. Jika sosial ini berlangsung timbal-balik maka akan menciptakan
interaksi sosial.
B. INTERAKSI SOSIAL
1. Pengertian Interaksi Sosial
Definisi interaksi sosial menurut para ahli, yaitu sebagai berikut :
- Maryati da suryawati (2003), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan
timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu dan kelompok.
- Murdiyatmoko dan Handayani (2004), interaksi sosial adalah hubungan antara
manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh-mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan
struktur sosial.
- Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan
sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu dengan
kelompok maupun antar kelompok dengan kelompok.
Dari pengertian ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial
adalah suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain baik itu dalam hubungan maupun antar individu dengan kelompok.
4
c. Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung atau tidak langsung
d. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
e.
3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial dalam masyarkat terjadinya apabila terpenuhi dua syarat
sebagai berikut:
a. Kontak sosial, yaitu hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain
yang bersifat langsung, seperti dengan sentuhan percakapan, maupun tatap muka
sebagai wujud aksi dan reaksi.
b. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
lainyang dilakukan secara langsung maupun dengan alat bantu agar orang lain
memberikan tanggapan atau tindakan tertentu.
5
- Adjudication (peradilan), suatu bentuk penyelesaian konflik melalui
pengadilan.
- Statelemate, pihak yang bertentangan mimiliki kekuatan yang seimbang
dan berhenti pada suatu titik karena kedua belah pihak sudah tidak
mungkin untuk maju dan mundur. Contoh goncatan senjata.
- Toleransi, suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan.
- Consiliation, usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih agar mencapai persetujuan bersama.
3) Asimilasi
Proses yang menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha
mengurangi perbedaan dalam masyarakat seperti usaha menyamakan sikap
mental dan tindakan. Asimilasi timbul apabila munculnya kelompok
masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda, dan kemudian
bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga kebudayaan asli
akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sabagai
kebudayaan campuran.
4) Akulturasi
Proses yang muncul apabila suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatau kebudayaan asing sehingga unsur
kebudayaan itu diterima diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.
b. Disosiatif
Interaksi yang mengarah pada bentuk pemisahan yang terbagi dalam tiga bentuk,
yaitu sebagai berikut :
1) Kompetisi, suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok agar
memperoleh kemenangan.
2) Kontravensi, bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan,
pertentangan atau konflik, wujudnya antara lain tidak senang, menghalangi,
menghasut, memfitnah, dan lain sebagainya.
6
3) Konflik, proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan paham dan
kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan masalah yang
mengganjal di antara mereka yang bertikai.
C. PERUBAHAN SOSIAL
1. Definisi Perubahan Sosial
• Selo seomoerjan, mengatakan perubahan sosial merupakan segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perlakuan di antara kelompok dalam
masyarakat.
• Kingley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat.
• Gillin mengatakan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan
7
material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau
penemuan baru dalam masyarakat.
• Mac Iver mengatakan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan dalam
hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
Ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
baik yang material maupun immaterial yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-
unsur kebudayaan material dan immaterial.
8
b. Perubahan Kecil Dan Perubahan Besar
Perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung terhadap masyarakat. Perubahan
besar merupakan perubahan-perubahan yang dapat membawa pengaruh besar.
9
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang
e. Sistem masyarakat yang terbuka
f. Penduduk yang heterogen
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
h. Orientasi kemuka
i. Nilai peningkatan taraf hidup
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama disuatu wilayah tertentu dalam
waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai
kebiasaan, tardisi, dan perasaan, persatuan yang sama. Sedangkan interaksi sosial adalah
suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik
itu dalam hubungan antar individu antar kelompok maupun antar individu dan
kelompok.
Perubahan sosial adalah interaksi sosial dalam suatu hubungan antar sesame
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar
sesame individu, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok. Jadi di dalam
sebuah masyarakat terdapat interaksi sosial yang membuat mereka terhubung antar satu
dengan yang lainnya dan masyarakat dapat berubah sesuai dengan lingkungan.
11
1. Pendidikan dan Keluarga
Kebanyakan fungsi yang ditangani oleh keluarga diambil alih oleh sekolah. Hal tersebut
disebabkan oleh perubahan masyarakat yang membutuhkan semakin banyak keahlian dan
pelbagai macam pengetahuan. Sehubungan dengan itu, keluarga tidak lagi merupakan
tempat yang efisien untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Dalam sejarah Amerika,
pelajaran dasarlah (membaca, menulis dan menghitung) yang pertama kali beralih dari
keluarga ke sekolah. Kemudian menyusul pengajaran kejuruan dan yang terakhir pelbagai
jenis pengetahuan sosial dan apresiasi musik. Sekolah telah menjadi “tempat pembuangan”
bagi segala sesuatu yang menurut pandangan masyarakat tidak lagi mampu ditangani
secara baik oleh keluarga.
Apakah sekolah telah mempengaruhi kehidupan keluarga? Ya, dalam banyak hal. Sekolah
sering mengkritik para orang tua dan mengembangkan berbagai program yang mengganggu
pekerjaan sehari-hari dan jadwal keluarga. Hubungan sekolah dengan keluarga dapat
diibaratkan sebagai “sebuah jalan raya yang berjalur dua arah”.
Eksistensi anak jalanan menyiratkan sebuah keresahan atas fenomena ganjil pada
masyarakat.Timbul keresahan, maraknya anak jalanan berkonotasi positif terhadap ketertiban dan
keamanan masyarakat.Kita melihat bagaimana anak kecil mengamen di bus kota, perempatan lampu
merah atau terminal. Bekerja keras, demi mengumpulkan recehan untuk menyambung hidup.
Permasalahan mendasar berakar pada kebutuhan ekonomi. Mereka bekerja untuk mencari
sesuap nasi. Mengemis, mengamen dan memalak seakan menjadi tradisi kehidupan mereka. Ironisnya
pemerintah terkadang mengambil jalan pintas menghadapi masalah ini. Razia anak jalanan sering
dilancarkan, tapi tetap gagal mengatasi persoalan. Sebab pendekatan represif lebih diutamakan
daripada pendekatan berbasis kemanusiaan, ekonomis atau pendidikan.
Masyarakat terlanjur mengecam kehidupan dan aktivitas anak jalanan. Berbagai stigma
negatif diberikan terhadap perilaku mereka. Pelabelan malas, kotor, penuh kekerasan, rawan, bodoh
sulit dilepaskan. Kita cenderung antipasti dan menolak eksistensi mereka dalam kehidupan
bermasyarakat. Seakan sudah nasib anak jalanan menjadi generasi terhinakan.
Lebih menyakitkan, tuduhan sebagai sampah masyarakat melekat erat. Bagi manusia
umumnya, anak jalanan adalah penjahat, pencopet, tukang palak. Kondisi ini berpotensi
mempengaruhi efek psikologis. Bukan tak mungkin, mereka jadi kebal atas berbagai stigma negatif.
Akibatnya perilakunya semakin menggila dan cenderung apatis terhadap sekitarnya.
Kita sering mendapati anak jalanan, tidak hanya mengemis. Mereka menodong penumpang
bus, mengamen dengan memaksa dan berbagai kejahatan lain. Citra sebagai kaum terpinggirkan dan
kemiskinan struktural membuat mereka terpaksa melakukan itu. Sementara masyarakat mencap jelek,
tanpa ada upaya mau memahami psikologis dan kondisi yang melatarbelakanginya.
Membaca kondisi menyedihkan marginalisasi anak jalanan, sepantasnya kita memunculkan
pertanyaan mendasar. Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka?. Sebab rasanya pemerintah tak lagi
bisa diandalkan menghadapi serbuan masalah anak jalanan. Kompleksitas penyakit sosial ini seolah
menemukan solusi tanpa akhir. Setiap berusaha melahirkan sebuah gagasan dan solusi
konstruktif,masalah baru selalu menghadang.
Kemampuan membaca masalah memang lahir karena belum ada upaya serius pemerintah.
Penanganan anak jalanan masih gali lubang tutup lubang. Belum ada upaya integral membenahi
komunitas anak jalan secara kreatif dan produktif. Rendahnya pendidikan baik sang anak dan orang
tua juga belum menggambarkan upaya serius mengentaskan maraknya anak jalanan terutama di kota
besar.
Di Indonesia Fenomena merebaknya anak jalanan merupakan permasalahan sosial yang
komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan,
karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak
jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian
terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah
saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga
tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun.
melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan
bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis
mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional
yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras
dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek
psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang
ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar
masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka
mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan. Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang
seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan
kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri
bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.
Masalah anak jalanan seolah-olah tidak ada hentinya terdengar di telinga kita. Derita dan
penyiksaan yang mereka alami terkadang membuat kita sedih. Mereka harus berjuang ditengah-
tengah kota yang kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup dan tidak
kelaparan. Jual rokok, membersihkan bus umum, atau juga penjaja koran, barangkali itu yang dapat
mereka lakukan. Keuntungan yang mereka terima tidak seberapa, namun itu harus mereka lakukan
agar mereka tetap hidup di kota metropolis. Anak jalanan ini biasanya mangkal di terminal atau di
persimpangan-persimpangan jalan. Keadaan ekonomi yang memaksa mereka harus bekerja, dan
pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk seusia mereka adalah sektor informal. Penggusuran
terhadap anak ini akan memperparah keadaan. Akan timbul masalah sosial yang akan lebih besar.
Anak-anak yang akan digusur akan kehilangan mata pencaharian, sedangkan secara ekonomi, mereka
harus mencari lapangan usaha yang mampu memenuhi kebutuhannya. Bila lapangan usaha tersebut
hilang, maka meraka akan mencari lapangan usaha lain, dan bila ini tidak didapatkan, mereka akan
melakukan tindakan apa saja yang penting bagi mereka bisa menghasilkan uang. Dan ini yang
menimbulkan dampak sosial, sebab apa yang mereka lakukan sudah tidak memperhatikan norma-
norma hukum yang berlaku. Bila ini sudah terjadi, tentunya aparat keamanan akan semakin
disibukkan kembali.
Pencopetan, perampokan, penodongan dan tindak kriminal lainnya akan menjadi suatu tindak pidana
baru yang pelakunya adalah anak-anak di bawah umur.
Krisis multidimensional yang melanda Indonesia dimasa lalu, telah membawa perubahan
yang sangat signifikan bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Akibatnya, berbagai persoalan sosial
dan ekonomi dirasakan semakin berat dan melanda hampir seluruh komponen masyarakat dan hal ini
pula yang membuat sebagian masyarakat semakin terpinggirkan dan semakin tidak berdaya
menghadapi problem yang semakin berat. Ketidakberdayaan kelompok masyarakat terpinggirkan
tersebut menimbulkan masalah bagi dirinya dan lingkungannya, mereka menjadi beban masyarakat
di sekitarnya atau dimana mereka berada. Mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan diri dan
keluarganya. Sebagian lain mereka mencari keuntungan di kota dengan suatu harapan untuk
memperbaiki taraf hidup. Tapi kenyataannya mereka tidak menjadi lebih baik dan apa yang mereka
harapkan tidak terwujud dikarenakan mereka tidak memiliki dasar pendidikan dan keterampilan yang
memadai.
Anak jalanan merupakan salah satu produk dari kondisi sosial tersebut diatas, disamping itu
krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin meningkatkan jumlah anak jalanan dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Fenomena ini dapat dilihat di sekitar terminal, stasiun kereta api, pasar dan tempat
keramaian lainnya, dimana anak-anak sedang mencari nafkah untuk kehidupannya atau membantu
kehidupan keluarganya.
No. 5